In a message dated 5/25/99 12:58:13 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] 
writes:

<< 
 Akbar Tanjung menelepon Megawati, Ketua Umum PDI. Megawati yang menerima
 telepon itu tentu saja merasa heran, tetapi diterima juga telepon itu. 
 Akbar: "Hallo, dengan Ibu Mega?"
 Mega: "Ya, benar. Ada apa, Pak Akbar? Kok tumben?"
 Akbar: "Begini, Bu Mega. Nanti kalau Ibu Mega kampanye lagi, saya mau ikut
 dengan Ibu Mega semobil. Boleh?"
 Mega: "Lho, Pak Akbar jangan main-main dong!?"
 Akbar: "Serius kok.  Saya ingin satu mobil dengan Ibu Mega nanti, boleh?"
 Mega: "Boleh sih boleh. Tetapi kenapa Pak Akbar ingin satu mobil dengan 
saya?"
 Akbar: "Saya ingin sekali merasakan bagaimana dielu-elukan rakyat!"
 
 
 
 Daniel H.T.
  >>
Andaikan Bung Karno bukan Proklamator RI-- melainkan seorang penjual martabak 
di pertigaan Depok-- apakah Megawati dielu-elukan rakyat?

Ketika meneriakkan hidup Mega, sesungguhnya di kepala rakyat yang tergambar  
adalah "potret dan sosok Bung Karno". Baik karena pernah mendengar pidatonya, 
mendengar cerita tentang dia, maupun terbuai mitos-mitos kosong dan 
berlebihan yang sengaja dibangun oleh orang-orang kosong juga.

Andaikan politik dinasti, feodalisme dan KKN tidak dikembangkan rezim 
Soeharto selama 32 tahun itu, apakah seorang Megawati bisa tampil seperti 
sekarang?

Kapan bangsa kita bebas dari feodalisme dan KKN begini? Sejarah membuktikan 
bahwa Soeharto menjadi takj terkontrol gara-gara feodalisme. Begitu juga 
Soekarno. Kini kaum intelektual (ha-ha-ha) tengah membangun mitos dan kultus 
itu pada Megawati. Semangat untuk kritis dan kesiapan mengkritisi sebuah 
tindakan atau sosok tertentu, tiba-tiba menghilang dari sebagian rakyat dan 
sebagian  intelektual semu. Hidup-mati, Mega tak pernah salah dan harus 
disembah, dipuja-puja. 

Nggak kapok-kapoknya bangsaku yang kerdil ini.

salam,
ramadhan pohan
(penyimak pinggiran)

______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999!



Kirim email ke