Seandainya saja Mega mau turun ke jalan dan melalui TV  untuk
meminta masanya kembali tempat masing-masing dan mempercayakan
proses pemilihan ke wakil-wakil mereka di MPR serta menerima
apapun hasil keputusan MPR nanti.

Namun bagi Habibie mungin persoalannya agak lain. Yang ngotot
justru bukan Habibie namun orang-orang disekitarnya. Anda mungkin
benar Bung Yap. Masih ingat ketika pertama kali naik Habibie
mengatakan "saya tidak ingin menjadi Presiden nanti dan saya
hanya ingin mengantar bangsa ini" (videonya masih bisa diputar
lagi). Itulah Habibie yang sesungguhnya, setelah itu dia sudah
mulai tercemari.  Saya khawatir, sinyalemen Mochtar Pabotinggi
benar adanya.  Kalau masa Mega dikatakan irasional maka bagaimana
dengan orang disekeliling Habibie yang mengatakan bahwa diterima
atau ditolak Habibie akan tetap maju untuk menjadi Presiden?

åç


----- Original Message -----
From: Yap C. Young <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: 19 October 1999 05:02
Subject: RE: [Kuli Tinta] Massa Megawati Ancam Lakukan Revolusi


Saya yakin kalau bebas memilih, pak Habibie-pun akan lebih enjoy
kalau boleh
meninggalkan bursa Capres ini, asalkan dengan terhormat.
Privelege dia kan sudah tingkat dunia, mau cari apa lagi? Tidak
tersirat
sedikitpun ambisi pribadinya untuk mempertahankan kursi itu, dari
beberapa
ucapan spontan yang sering saya saksikan langsung (baik lewat TV
maupun
tidak). Hal yang sama juga saya lihat pada pak Harto ketika harus
menduduki
masa jabatannya yang ketujuh. Tetapi lingkungannya yang sudah
terlanjur
tidak bersih itulah yang mendorong dorong, yang ujung ujungnya
untuk
kepentingan pribadi, yaitu mencari penyelamatan diri atas
'kekeliruan' yang
mereka perbuat dimasa lalu, sehingga memanfaatkan rasa setia
kawan pak
Habibie secara salah, dengan berusaha mendesaknya untuk tidak
mundur dari
pencalonan, agar tetap dapat dijadikan tempat berlindung. Kalau
pak Habibie
tidak disana, dan bukan dari kelompok Golkar Presidennya,
nampaknya
pemasaran spring bed dan home theatre ke Cipinang akan laku
keras.

Bagi Mega, urusan mundur dari pencapresan itu lebih ringan,
karena hanya
tinggal menggaris bawahi politik anti kekerasan yang sering
dilontarkannya.
Dalam konstelasi perubahan UUD seperti yang terjadi seperti ini,
menjadi
Presiden sama sekali nggak ada keistimewaan apapun. Dan inilah
yang benar,
sehingga nggak masalah siapapun Presidennya.

Saya kira bagi Capres yang berani mengumumkan pengunduran
dirinya, dengan
alasan menghindari kekerasan, akan jauh mendapat simpati lebih
besar, dari
pada maju terus dan menang. Apalagi kalau kalah.

Yap




______________________________________________________________________
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!










Kirim email ke