On Wed, 21 Jun 2006 14:37:49 -0000
  "Hafsah Salim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> --- In mayapadaprana@yahoogroups.com, "Bagus-Taruno 
>Legowo" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> 
>> BTL :
>> Allah itu mungkin benar adalah angan-angan BAGI 
>> orang-orang seperti anda itu. Bagi saya, bagi guru-guru 
>> saya, bagi sahabat-sahabat saya, Allah itu justru MAHA 
>> REALITAS. BUKAN SEKEDAR REALITAS lho (seperti anda itu). 
>> ALLAH ITU MAHA REALITAS. KALAU ANDA TIDAK BISA 
>>MEMBUKTIKAN 
>> BAHWA ALLAH ITU ADALAH REALITAS ATAU MAHA REALITAS, YA 
>> JANGAN SALAHKAN ATAU TUDUHKAN ALLAH YANG TIDAK 
>>MENUNJUKKAN 
>> KEREALITASAN ALLAH PADA ANDA. YA JELAS TIDAK MUNGKIN 
>>ANDA 
>> YANG MENGANGGAP ALLAH BUKAN REALITAS (BACA : 
>>ANGAN-ANGAN) 
>> MENUNJUKKAN KEREALITASANNYA PAD ANDA. KENAPA? KARENA 
>>HATI 
>> DAN PIKIRAN ANDA TERTUTUP SEHINGGA TIDAK BISA 
>>MENYAKSIKAN 
>> KEMAHAREALITASAN ALLAH!
>> 
> 
> 
> 
> Kalo anda berpendapat bahwa Allah itu maha realitas, 
>maka anda
> membuktikan dangkalnya pengetahuan umum anda karena pada 
>hakekatnya
> seorang yang berpendidikan cukup bisa memahami definisi 
>"Realitas"
> karena "Realitas" tidak memiliki sifat "Maha-" seperti 
>kekuasaan Allah
> yang penuh dengan sifat2 "Maha-" tanpa bisa dibuktikan 
>satupun sifat2
> ke "Maha-" annya itu.

BTL:
ah, itu justru membuktikan ketidak-mampuan ilmu 
pengetahuan (yang instrumennya hanya indera) untuk 
menyelam jauh keMaha-realitas-nya Allah saja. kalau ada 
Fisika, mengapa masih ada Metafisika. Kalau ada siswa, 
mengapa ada mahasiswa. so, apa salahnya kalau ada 
Realitas, ada pula Maha-realitas? Anda saja yang tidak 
paham dengan Maha-realitas itu!

> Realitas merupakan object observasi yang bisa dipersepsi 
>sama oleh
> semua orang tanpa harus mempercayainya.  Misalnya, kalo 
>semua orang
> memandang sebuah object yang berwarna merah untuk 
>dipersepsinya
> sebagai warna merah juga, maka warna merah itu dinamakan 
>"realitas". 
> Namun ada kalanya, semua orang normal mempersepsinya 
>sebagai warna
> merah, tetapi anda mempersepsinya sebagai warna hijau, 
>maka hal ini
> harus diteliti dan diselidiki lebih mendalam siapakah 
>atau pihak
> manakah yang mengalami distorsi persepsi realitas ini. 
> Untuk bisa
> memiliki persepsi realitas normal tentunya membutuhkan 
>juga
> pancaindera yang normal.  Kalo anda penderita buta 
>warna, wajar saja
> kalo semua orang mempersepsi warna merah sebagai warna 
>merah sedangkan
> anda mempersepsinya sebagai warna abu2.  Dalam hal ini 
>anda mengalami
> distorsi persepsi sehingga tak mungkin bisa memahami 
>realitas yang
> merupakan fakta yang ada.

BTL :
anda menggunakan terminologi warna, oke saya akan masuk ke 
warna. benar bahwa merah, jingga, kuning, hijau, biru, 
ungu, coklat, hitam, putih adalah suatu realitas. good. 
tapi ada spektrum-spektrum warna yang ternyata tidak bisa 
ditangkap oleh indera mata kita, tapi hanya bisa dilihat 
melalui alat (spektro-meter), seperti inframerah, 
ultraviolet. ketika spektrometer belum ditemukan 
inframerah dan ultraviolet bukan-lah realitas, karena 
bukan fakta dan belum dikenali (atau hanya angan-angan), 
ya nggak? karena ada spektrometer, lalu tetap dikatakan 
sebagai realitas? kalau, anda mengatakan demikian, 
sebenarnya ya sama saja dengan Kemaharealitasan Allah yang 
belum bisa anda "deteksi", sehingga sampai kapanpun 
"pikiran" anda masih tertinggal seperti orang memahami 
warna (sebelum ditemukannya spektrometer). so, anda orang 
yang ketinggalan jaman...........hehehe

> Demikianlah, Allah yang bisa anda persepsi karena 
>percaya, tidak bisa
> dipersepsi sama dari orang yang tidak percaya meskipun 
>sama2 memiliki
> pancaindera yang normal.  Perbedaan2 persepsi akibat 
>pengaruh
> kepercayaan tidak pernah dinamakan sebagai REALITAS 
>ATAUPUN MAHA
> REALITAS.  Perbedaan itu se-mata2 disebabkan persepsi 
>anda telah
> dirusak atau dipengaruhi oleh adanya kepercayaan.

memang benar, mempersepsi Allah tidak sama untuk setiap 
orang, karena Allah itu sesuai dengan persangkaan 
hamba-Nya. kalau mau mempersepsi Allah sekedar realitas 
(yang tampak) juga tidak salah. mau mempersepsi Allah 
adalah Maharealitas, juga sangat-sangat tidak salah alias 
boleh dan sah.

> Oleh karena itu, persyaratan utama untuk setiap individu 
>untuk mampu
> mempersepsi realitas adalah bebas dari pengaruh 
>"kepercayaan" yang
> fungsinya memang merusak daya persepsi setiap individu 
>dalam
> menghadapi realitas.  Tentunya hal ini juga mencakup 
>kesempurnaan
> pancaindera setiap individu.

tidak perlu bebas dari "kepercayaan" (baca: agama) kalau 
hanya untuk mampu mempersepsi realitas. contohnya, saya 
dan juga teman-teman yang lain. saya dan teman-teman tidak 
perlu "membuang" agama ketika belajar tentang science 
(teknik elektro, komputer, mesin, ekonomi, biologi, 
kimia), dan sama sekali tidak ada pertentangan sedikitpun.

> Demikianlah, atas dasar pemahaman2 "realitas" yang saya 
>kemukakan
> diatas, tidak mengherankan bahwa setiap mahasiswa 
>kedokteran selalu
> diseleksi kesehatan pancainderanya sehingga mampu 
>mempersepsi realitas
> yang dihadapinya dalam penegakkan diagnosa penyakit2 
>dari pasien yang
> dihadapinya.

BTL :
benar, karena memang itu adalah syarat yang diperlukan 
oleh mahasiswa kedokteran. apakah mereka kemudian harus 
"menanggalkan" agama mereka? nyatanya tidak. bahkan banyak 
dokter di Indonesia yang secara profesional adalah seorang 
dokter yang terpercaya, tapi juga sekaligus penganut agama 
yang taat! apanya yang salah?

> Saya cukup secara singkat menjelaskan bahwa semua 
>"Realitas" harus
> bisa dipersepsi sama tanpa harus mempercayainya, karena 
>kalo sampai
> terjadi distorsi atau persepsi2 yang tidak sama dari 
>setiap orang yang
> mengobservasi object yang sama, maka persepsi itu bukan 
>atau tidak
> dinamakan sebagai "Realitas"

BTL :
Saya setuju dengan tulisan anda di atas. persoalannya anda 
belum mengerti/memahami dengan Maha-realitas yang saya 
maksud!

> Kesimpulannya, tak ada kepercayaan manapun juga yang 
>bisa dinamakan
> "realitas" ataupun "maha-realitas" karena tidak pernah 
>seorangpun bisa
> mempersepsi agama kepercayaannya secara sama meskipun 
>dalam satu
> agama.  Distorsi persepsi inilah yang menghasilkan 
>perpecahan sesama
> umat beragama yang dikenal sebagai sekte2 ataupun 
>aliran2 agama yang
> banyak terjadi baik dalam Islam maupun dalam agama 
>lainnya.  Misalnya
> saja, terciptanya aliran Syiah dan aliran Sunny dalam 
>Islam disebabkan
> ada distorsi masing2 umatnya dalam sebuah object 
>kepercayaan yang sama
> yang dipersepsi secara ber-beda2, sehingga tak mungkin 
>distorsi
> persepsi ini bisa dianggap sebagai "realitas" karena 
>distorsi persepsi
> memang merupakan akibat pengaruh kepercayaan atau angan2 
>yang berbeda
> yang merusak kemampuan persepsi setiap umat agama 
>manapun juga.

BTL :
Ah, anda terlalu mensimplifikasi persoalan. banyak ilmuwan 
masih mempersepsi suatu hal secara berbeda. bagi mereka 
kita tahu itu wajar-wajar saja. yang anda maksud memang 
realitas-realitas di dunia ilmu-ilmu pasti. lho, untuk 
jenis pengetahuan itu memang benar, tidak boleh ada 
distorsi. tapi itu pun hanya berlaku untuk teori-teori 
konvensional (fisika mekanika). dan tidak berlaku untuk 
fisika kuantum. teori-teori fisika konvensional tidak 
mampu menjelaskan berbagai fenomena di dunia atom, 
sub-atomik atau sub-sub-atomik. mengapa? karena di dunia 
atom banyak ketidak-pastian. para ilmuwan fisika kuantum 
hanya berani sampai pada "dugaan" atau "peluang" benar 
saja, tidak berani memastikan. nah, apakah dugaan atau 
peluang atau ketidak-pastian itu bisa disebut REALITAS? 
APAKAH JUGA ORANG YANG SECARA INTELEKTUAL TIDAK MAMPU 
MASUK PADA REALITAS ATOMIK ITU JUGA BISA MENGANGGAP ATOM 
ITU REAL?

> Tak pernah ada buku2 di Indonesia yang diperkenankan 
>pemerintah untuk
> rakyatnya memahami perbedaan antara "realitas" dan 
>"kepercayaan"
> sehingga dengan mudah pemerintah melanggar hak2 setiap 
>rakyatnya dalam
> memutar balik "realitas" dengan memanipulasi 
>"kepercayaan2"nya.
> 
> Ny. Muslim binti Muskitawati.

BTL :
Anda salah. Banyak buku-buku yang mengulas apa itu 
kepercayaan, apa itu realitas, apa itu ilmu pengetahuan, 
apa itu agama dsb. tidak ada masalah tuh, anda saja yang 
gak bisa membedakan. dalam banyak hal, yang anda sebut 
kepercayaan (atau agama) berjalan seiring dengan science 
atau realitas. tetapi banyak juga science (barat) belum 
mampu menjelaskan berbagai hal atau fenomena yang terjadi 
pada orang-orang beragama. tapi tidak menjadikan 
pertentangan yang hebat antara agama (kepercayaan) dengan 
science/realitas. lalu apanya yang masalah? mungkin anda 
yang bermasalah...........he he he
========================================================================================
TELKOM Group Peduli Jogja, ketik PEDULI, kirim SMS ke 5000

Dengan mengirim SMS berisi PEDULI ke nomor 5000, Anda telah menyumbang sebanyak 
Rp. 5.000,- per SMS
bagi korban bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Dana 100% akan disumbangkan TELKOM dan TELKOMSEL atas nama pelanggan ke Palang 
Merah Indonesia
setiap minggu selama 1 bulan, mulai 30 Mei s/d 30 Juni 2006. 
Pengumpulan dan distribusi dana akan diaudit oleh auditor independen dan 
disaksikan oleh notaris. 
Bantuan via SMS ini dapat diikuti oleh pelanggan Flexi, kartuHalo, simPATI, dan 
Kartu As. 

Khusus untuk pelanggan Flexi, Anda juga dapat menyumbang dengan nilai sumbangan 
lebih besar 
dengan mengetik 10000 atau 25000 atau 50000 kirim ke 5000. 


Informasi lebih lanjut, klik www.telkomflexi.com.
========================================================================================
 


Quotes : 
" Spirituality is essentially a journey within. You need no preparations, no 
luggage to carry - nothing absolutely. What you need is just : LOVE ! And this 
Love, can only come as an after effect of self-actualization, achieved though 
the practice of meditative way of life."
- Anand Krishna - 

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://asia.docs.yahoo.com/info/terms
 



Kirim email ke