Mencari Berkah (Tabaruk) dalam Islam
 
Tabaruk atau mencari barakah
serta waktu dan tempat yang berkaitan dengannya termasuk perkara akidah yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan sering terjadi perbuatan ghuluw
(berlebih-lebihan) di dalamnya. 

Perbuatan itu dapat menjerumuskan banyak orang ke dalam perbuatan bid’ah,
khurafat, dan syirik, dulu maupun sekarang. Bukankah orang-orang jahiliyyah
terdahulu beribadah kepada berhala-berhala disebabkan mereka mengharap barakah
dari berhala-berhala tersebut?

Kemudian bid’ah tersebut masuk menyelinap ke dalam agama ini melalui
orang-orang zindiq (munafiq). Di antara cara yang mereka gunakan untuk merusak
agama dari dalam adalah menanamkan sikap ghuluw terhadap para wali dan
orang-orang shalih serta bertabaruk dengan kuburan mereka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan : “Dari sinilah orang-orang munafik
memasukkan ke dalam Islam perkara bid’ah tersebut. Sungguh yang pertama kali
mengada-adakan agama (syiah) rafidlah adalah seorang zindiq Yahudi yang
pura-pura menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafirannya untuk merusak
agama kaum Muslimin, sebagaimana Paulus merusak agama kaum Nashara… Akhirnya
muncullah bid’ah syiah yang merupakan kunci terbukanya pintu kesyirikan. Ketika
para zindiq itu merasa kuat, mereka memerintahkan membangun tempat-tempat
ibadah di atas kuburan dan menghancurkan masjid-masjid dengan alasan tidak
boleh shalat Jum’at dan jamaah kecuali di belakang imam yang ma’shum … .”
(Majmu’ Fatawa 27/16)

Sangat disayangkan betapa banyak kaum Muslimin terjatuh ke dalam perbuatan
syirik melalui pintu tabaruk ini sehingga kita perlu mengetahui apa pengertian
tabaruk serta mana yang disyariatkan dan mana yang dilarang.

Makna Dan
Hakikat Tabaruk


Al Laits menafsirkan kata
tabarakallah adalah pemuliaan dan pengagungan. Az Zajaj mengatakan tentang
firman Allah :

“Inilah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi.”

Kata Al Mubarak (yang diberkahi) maknanya adalah apa-apa yang mendatangkan
kebaikan yang banyak.

Ar Raghib berkata : “Barakah berarti tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu.”

Ibnul Qayim berkata : “Barakah berarti kenikmatan dan tambahan. Sedangkan
hakikat barakah adalah kebaikan yang banyak dan terus menerus yang tidak berhak
memiliki sifat tersebut kecuali Allah tabaraka wa ta’ala.”

Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata : “Barakah berarti kebaikan yang banyak
dan tetap. Diambil dari kata al birkah yang berarti tempat terkumpulnya air
(kolam). Dan tabaruk berarti mencari barakah.”

Untuk lebih
jelas maka perlu diketahui beberapa perkara sebagai berikut :

1. Bahwasanya barakah itu semuanya datang dari Allah, baik dalam hal rezki,
pertolongan, kesembuhan, dan lain-lain. Maka tidak boleh meminta barakah
kecuali kepada Allah karena Dia-lah Pemberi Barakah. Di antara dalil tentang
hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shahih-nya dari Ibnu
Mas’ud radliyallahu 'anhu, ia berkata :

Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan.
Ketika itu persediaan air sedikit. Maka beliau bersabda : “Carilah sisa air!”
Para shahabat pun membawa bejana yang berisi sedikit air. Lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memasukkan tangan beliau ke dalam bejana tersebut
seraya bersabda : “Kemarilah kalian menuju air yang diberkahi dan berkah itu
dari Allah.” Sungguh aku (Ibnu Mas’ud) melihat air terpancar di antara
jari-jemari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dengan
Fathul Bari 6/433)

Kalau sudah jelas bahwa barakah itu dari Allah, maka memintanya kepada selain
Allah adalah perbuatan syirik seperti meminta rezki, mendatangkan manfaat serta
menolak mudlarat kepada selain Allah. Tidak diragukan lagi bahwa barakah itu
termasuk kebaikan, sedang kebaikan itu semuanya dari Allah seperti sabda
Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam :

“Dan kebaikan itu semuanya di tangan-Mu.” (HR. Muslim dengan syarah An Nawawi
6/57)

2. Sesuatu yang digunakan untuk bertabaruk seperti benda-benda, ucapan, ataupun
perbuatan yang telah jelas ketetapannya dalam syariat, kedudukannya hanya
sebagai sebab bukan yang mendatangkan barakah. Sebagaimana halnya dengan
obat-obatan hanya sebagai sebab bagi kesembuhan, bukan yang menyembuhkan. Yang
menyembuhkan adalah Allah. Oleh karena itu kita hanya mengharapkan kesembuhan
kepada Allah. Dan terkadang obat tersebut tidak bermanfaat dengan ijin Allah.
Maka yang disebutkan dalam syariat bahwa padanya terdapat barakah hanya
digunakan sebagai sebab yang kadang-kadang tidak ada pengaruhnya karena tidak
terpenuhi syaratnya atau karena ada penghalang. Penyandaran barakah kepadanya
termasuk penyandaran sesuatu kepada sebabnya. Sebagaimana ucapan Aisyah
radliyallahu 'anha tentang Juwairiah bintul Harits radliyallahu 'anha :

“Aku tidak mengetahui seorang perempuan yang lebih banyak barakahnya daripada
dia di kalangan kaumnya.” (HR. Ahmad, Musnad 6/277)

Artinya dialah sebagai sebab datangnya barakah dan bukan dia pemberi barakah.

3. Mencari barakah harus melalui sebab-sebab yang diperintahkan oleh syariat.
Yang menentukan ada atau tidaknya barakah pada sesuatu hanyalah dalil syar’i.
Karena perkara agama itu dibangun di atas dalil, berbeda dengan perkara dunia
yang dapat diketahui dengan akal melalui pengalaman dan bukti.

4. Bertabaruk dapat dilakukan dengan perkara yang dapat dicapai dengan panca
indera seperti ilmu, doa, dan lain-lain. Seseorang mendapatkan kebaikan yang
banyak dengan barakah ilmunya yang dia amalkan dan dia ajarkan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bertabaruk adalah mencari
barakah dalam hal tambahan kebaikan dan pahala serta semua yang dibutuhkan
seorang hamba dalam urusan agama dan dunianya melalui sebab-sebab dan cara yang
telah ditetapkan dalam syariat.

Tabaruk Yang
Disyariatkan


A.
Bertabaruk Dengan Ucapan Dan Perbuatan


Banyak ucapan, perbuatan, serta
keadaan yang diberkahi jika seorang hamba yang Muslim melakukannya untuk
mencari kebaikan dan barakah melalui sebab tersebut dengan mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia akan mendapatkan kebaikan dan
barakah itu sesuai dengan niat dan kesungguhannya, jika tidak ada penghalang
syar’i yang menghalanginya.

Di antara ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir kepada Allah dan
membaca Al Qur’an. Tidak tersamar lagi bagi seorang Muslim bahwa dengan dzikir
dan membaca Al Qur’an seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta barakah
yang banyak. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari
dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang biasa berkeliling di jalan
mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka mendapatkan suatu kaum yang
berdzikir kepada Allah, mereka pun saling memanggil : “Kemarilah pada apa yang
kalian cari (hajat kalian).” Maka para Malaikat pun menaungi mereka dengan
sayap mereka sampai ke langit dunia. Lalu Allah ‘azza wa jalla bertanya kepada
para Malaikat itu sedangkan Allah Maha Tahu : “Apa yang diucapkan para
hamba-Ku?” Para Malaikat menjawab : “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid,
dan memuji Engkau.” Allah bertanya : “Apakah mereka melihat Aku?” Para Malaikat
tersebut menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat Engkau.” Allah
bertanya lagi : “Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku?” Para Malaikat
menjawab : “Sekiranya mereka melihat Engkau, niscaya mereka tambah bersemangat
beribadah kepada-Mu dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu.” Allah
bertanya : “Apa yang mereka minta?” Para Malaikat menjawab : “Mereka minta
Surga kepada-Mu.” Allah bertanya : “Apakah mereka pernah melihat Surga?” Para
Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka pernah melihatnya, niscaya mereka lebih
sangat ingin untuk mendapatkannya dan lebih bersungguh-sungguh memintanya serta
sangat besar keinginan padanya.” Allah bertanya : “Dari apa mereka minta
perlindungan?” Para Malaikat menjawab : “Dari neraka.” Allah bertanya : “Apakah
mereka pernah melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka
belum pernah melihatnya.” Allah bertanya : “Bagaimana kalau mereka melihatnya?”
Para Malaikat menjawab : “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka tambah
menjauh dan takut darinya.” Allah berfirman : “Aku persaksikan kepada kalian
bahwa Aku telah mengampuni mereka.” Seorang di antara Malaikat berkata : “Di
antara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk dari mereka (orang-orang yang
berdzikir), dia hanya datang karena ada keperluan.” Allah berfirman : “Tidak
akan celaka orang yang duduk bermajelis dengan mereka (majelis dzikir).” (HR.
Bukhari)

Dari hadits ini diketahui betapa agung barakah dzikir tersebut, ia mengandung
pengampunan dosa-dosa dan jaminan masuk Surga. Bukan hanya bagi orang-orang
yang berdzikir saja, tetapi juga mencakup orang yang duduk bersama mereka.
Sedangkan membaca Al Qur’an termasuk jenis dzikir yang paling agung. Di
dalamnya terdapat barakah dunia dan akhirat yang tidak ada yang mampu
menghitungnya kecuali Allah ‘azza wa jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :

“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang di akhirat nanti memberi
syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim)

Di samping ucapan-ucapan ada pula perbuatan yang mengandung barakah jika
seorang Muslim ber-iltizam dengannya dalam rangka ber-ittiba’ (mengikuti)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia akan mendapat barakah yang agung
dengan ijin Allah. Termasuk di antaranya Thalabul ‘Ilmi (menuntut ilmu) serta
mengajarkannya dan juga shalat berjamaah. Demikian pula maju ke medan tempur
untuk meraih keutamaan mati syahid di jalan Allah. Hal ini merupakan amal yang
mengandung barakah yang tidak ada yang lebih agung daripadanya kecuali barakah
iman dan barakah kenabian dan kerasulan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :

“Orang yang mati syahid memiliki enam keutamaan di sisi Allah yaitu : Dia
diampuni pada awal penyerangannya, diperlihatkan tempat duduknya di Surga,
dilindungi dari adzab kubur, merasa aman dari ketakutan yang dahsyat,
diletakkan di atas kepalanya mahkota kehormatan yang permatanya lebih baik
daripada dunia beserta isinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan
(diberi ijin) memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.” (HR.
Tirmidzi dari Miqdam bin Ma’dikarib, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At
Tirmidzi 2/132)

Di samping ucapan dan perbuatan, keadaan-keadaan yang diberkahi antara lain :
Makan bersama dan dimulai dari pinggir, serta menjilat jari (setelah makan),
dan makan secukupnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
:“Berkumpullah kalian menikmati makanan dan sebutlah nama Allah, kalian akan
diberkahi padanya.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Al
Albani dalam Shahih Abi Dawud)

Juga beliau bersabda :“Barakah itu akan turun di tengah-tengah makanan, maka
makanlah dari pinggir dan jangan dari tengah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud)

Beliau juga memerintahkan untuk menjilat jari karena seseorang tidak tahu mana
di antara makanan itu yang mengandung barakah.

Beliau juga bersabda : “Takarlah makanan itu, kalian akan diberkahi padanya.”
(HR. Bukhari)

Semua ucapan atau perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
kemudian dilakukan seorang hamba dengan ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti Sunnah)
niscaya akan menjadi penyebab turunnya barakah.

B. Bertabaruk
Dengan Tempat


Allah menjadikan barakah pada
beberapa tempat di muka bumi. Barangsiapa mencari barakah pada tempat tersebut,
niscaya dia akan mendapatkannya dengan ijin Allah, jika dia beramal dengan
ikhlas dan mutaba’ah. Tempat-tempat tersebut antara lain :

1. Masjid-masjid

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Tempat yang paling dicintai
Allah di suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling dibenci
Allah dalam suatu negeri adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)

Bertabaruk dengan masjid bukan dengan mengusap tanah atau temboknya. Karena
tabaruk adalah perkara ibadah maka harus sesuai dengan Sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Mencari barakah melalui masjid-masjid adalah
dengan i’tikaf di dalamnya, menunggu shalat lima waktu, shalat berjamaah,
menghadiri majelis-majelis dzikir di sana, dan perkara-perkara yang
disyariatkan lainnya. Adapun perkara ibadah yang tidak disyariatkan tidak akan
mendatangkan barakah, bahkan termasuk perbuatan bid’ah.

Di antara masjid yang memiliki keistimewaan tambahan dalam hal barakah adalah :
Masjidil Haram, Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Masjidil Aqsa,
dan Masjid Quba’. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Shalat
di masjidku ini lebih baik seribu kali daripada shalat di masjid yang lain
kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain ada tambahan :

“Dan shalat di Masjidil Haram lebih afdlal seratus kali daripada shalat di
masjidku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sabda beliau pula : “Tidak boleh dilakukan perjalanan (jauh) kecuali kepada
tiga masjid, yaitu masjidku ini, masjidil haram, dan masjidil aqsa.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Beliau bersabda tentang masjid Quba’ : “Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu
datang ke masjid Quba’ dan shalat padanya dengan satu shalat maka baginya
seperti pahala umrah.” (HR. Ahmad, Hakim, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

2. Kota Makkah, Madinah, dan Syam

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Makkah : “Demi Allah,
engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan paling dicintai-Nya.
Sekiranya aku tidak diusir darimu, tidaklah aku akan keluar.” (HR. Ahmad,
Hakim, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Demikian pula Madinah dan Syam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menyatakan : “Barangsiapa menginginkan kejelekan terhadap penduduknya
(Madinah), Allah akan menghancurkannya sebagaimana melelehnya garam dalam air.”
(HR. Muslim)

“Berbahagialah penduduk Syam.” Kami bertanya : “Kenapa?” Beliau menjawab :
“Sesungguhnya para Malaikat Allah Yang Maha Rahman membentangkan sayap mereka
di atasnya.” (HR. Ahmad, Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al
Jami’ Ash Shaghir)


Sehingga orang yang bermukim di
Makkah, Madinah, atau Syam dengan mengharap barakah Allah ‘azza wa jalla pada
tempat tersebut, baik dalam hal tambahan rezki atau dihindarkan dari fitnah,
berarti dia telah diberi taufiq untuk mendapatkan kebaikan yang banyak. Adapun
kalau seorang hamba bertabaruk dengan mengusap tanah, batu-batuan, tembok dan
pepohonannya, atau dengan mengambil tanahnya untuk dicampur dengan air dan
dijadikan obat atau yang semisal itu, maka dia justru mendapatkan dosa karena
mengamalkan bid’ah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah bertabaruk
dengan cara seperti itu.

3. Arafah, Muzdalifah, dan Mina

Ketiga tempat tersebut juga termasuk diberkahi karena banyak kebaikan yang
turun kepada manusia di tempat-tempat tersebut berupa pengampunan dosa dan
pembebasan dari neraka serta pahala yang besar sebagai barakah ber-ittiba’
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian pula wuquf (menetap)
di tempat tersebut pada waktu yang disyariatkan.

C. Bertabaruk
Dengan Waktu


Allah subhanallahu wa ta'ala
mengkhususkan beberapa waktu dalam hal keutamaan dan barakah. 

Barangsiapa memilih waktu-waktu tersebut untuk melakukan kebaikan padanya serta
bertabaruk dengan menjalankan amal-amal yang disyariatkan pada waktu tersebut,
niscaya dia akan memperoleh barakah yang agung. Seperti bulan Ramadlan,
Lailatul Qadar, sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, Senin, Kamis,
bulan-bulan Haram, dan 10 hari bulan Dzulhijah. Sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam : “Sungguh telah datang kepada kalian bulan
Ramadlan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya.
Pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup serta setan
dibelenggu pada bulan tersebut. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik
daripada seribu bulan. Siapa yang terhalang (mendapatkan kebaikannya) maka
sungguh ia terhalang (dari kebaikan yang banyak).” (HR. Ahmad dan dijayidkan
oleh Al Albani karena syawahidnya dalam Misykah Al Mashabih)

Adapun barakah yang Allah jadikan pada bulan Ramadlan antara lain berupa berupa
pengampunan dosa, tambahan rezki bagi seorang Mukmin, pendidikan (jiwa), serta
pahala yang besar di sisi Allah.

Adapun Lailatul Qadar, keadaannya sangat agung sebagaimana firman Allah :
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al Qadr : 3)

Karena agungnya barakah pada malam tersebut sehingga Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menyatakan : “Berjaga-jagalah (untuk mendapatkan) Lailatul
Qadr pada bilangan ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan.” (HR.
Bukhari)

Termasuk waktu yang diberkahi pula adalah 10 hari bulan Dzulhijah sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : “Tidak ada amal pada hari-hari
(lain) yang lebih afdlal daripada 10 hari bulan Dzulhijah ini.” Mereka para
shahabat pun bertanya : “Tidak pula jihad?” Beliau bersabda : “Tidak pula
jihad, kecuali seseorang yang keluar menyabung nyawa dan hartanya dan tidak
kembali sedikitpun.” (HR. Bukhari)

Keutamaan hari ‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijah) bagi orang yang berhaji telah
dimaklumi. Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di ‘Arafah kepada para
Malaikat-Nya selama mereka datang semata-mata untuk mencari ampunan. Sedangkan
berpuasa bagi yang tidak haji akan mendapatkan barakah yaitu diampuninya
dosa-dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “ … dan puasa pada hari ‘Arafah, aku
berharap kepada Allah untuk mengampuni setahun yang lalu dan setahun
sesudahnya.” (HR. Muslim)

Adapun hari Jum’at, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at. Pada hari
itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam Surga dan dikeluarkan dari Surga.
Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR. Muslim)

Adapun sepertiga malam terakhir, ketika Allah turun ke langit dunia, turun pula
barakah yang agung bagi orang yang berdoa dan minta ampun pada waktu tersebut.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : "Rabb kita
Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : “Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku
akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan siapa
yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari)

Mencari barakah pada waktu-waktu tersebut harus dengan cara yang telah
disyariatkan oleh Allah dan sesuai dengan bimbingan Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam. Kalau seorang hamba mencari barakah pada waktu-waktu
tersebut dengan amal yang tidak disyariatkan niscaya dia tidak akan diberi
taufiq untuk mendapatkan barakah tersebut.

Demikian pula
barakah terdapat pada beberapa jenis makanan sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti minyak zaitun,
susu, al habbatus sauda’ (jinten hitam), madu, air zam-zam, dan kurma.

Wallahu A’lam.


Sumber: www.salafy.or.id

-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com

Kirim email ke