Turunnya Isa bin Maryam Pertanda Akhir Zaman


“Tidak ada seorang pun di antara ahli kitab yang tidak beriman kepadanya
(Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari kiamat, dia (Isa) akan menjadi
saksi mereka.” (An-Nisa`: 159)



*Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat*



Yang dimaksud “ahli kitab” adalah Yahudi dan Nashara, sebagaimana
disebutkan jumhur (mayoritas) ulama. Para ulama berbeda pendapat dalam
menyikapi kaum Majusi, apakah mereka termasuk ahli kitab atau bukan. Ada
dua pendapat dalam hal ini, dan yang shahih bahwa mereka tidak termasuk
kalangan ahli kitab. Dan pendapat ini dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah. (Lihat Syarh Al-Masa`il Al-Jahiliyyah, karya Yusuf bin Muhammad
As-Sa’id, 1/83-85)



“Sebelum matinya.” Kata ganti pada “matinya” ada kemungkinan kembali kepada
ahli kitab. Sehingga makna ayat ini adalah setiap dari ahli kitab yang
menghadapi kematian dan menyaksikan perkara tersebut secara hakiki, maka
dia akan beriman kepada Isa dan menyatakan bahwa beliau adalah Rasul Allah.
Namun keimanan tersebut tidaklah bermanfaat, sebab hal itu adalah iman yang
terpaksa saat mendekati kematiannya. Sehingga kandungan ayat ini adalah
ancaman terhadap mereka dan agar mereka tidak terus-menerus berada di atas
keyakinan batilnya, yang nantinya mereka akan menyesal sebelum matinya.



Al-Qurthubi menyebutkan sebuah riwayat bahwa Al-Hajjaj bertanya kepada
Syahr bin Hausyab tentang ayat ini. Dia berkata: “Benar-benar didatangkan
kepadaku tawanan dari orang Yahudi dan Nashara, lalu aku perintahkan untuk
menebas lehernya. Dan aku memerhatikannya di kala itu, namun aku tidak
melihat tanda-tanda keimanan darinya.” Maka Syahr bin Hausyab menjawab:
“Sesungguhnya di saat dia telah menyaksikan perkara akhirat (yakni telah
melihat kematiannya), dia pun beriman bahwa Isa adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya, dia beriman kepadanya namun tidak bermanfaat baginya.” Al-Hajjaj
bertanya: “Dari mana engkau mengambil ilmu ini?” Syahr menjawab: “Aku
mengambilnya dari Muhammad bin Al-Hanafiyyah.” Maka Al-Hajjaj berkata:
“Engkau mengambilnya dari sumber yang jernih.”



Dan ada pula yang mengatakan bahwa kata ganti pada “matinya” kembali kepada
Isa. Sehingga maknanya adalah: “Tidak seorang pun dari kalangan ahli kitab
yang hidup di masa turunnya Isa bin Maryam, melainkan akan beriman kepada
Al-Masih sebelum beliau meninggal. Dan itu terjadi ketika mendekati hari
kiamat serta munculnya tanda-tanda hari kiamat yang besar. Ini adalah
pendapat yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah,
Ibnu Zaid, dan selainnya. Dan ini pendapat yang dipilih oleh At-Thabari.
Dan pendapat ini dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda:



“Demi Dzat yang jiwaku yang berada di tangan-Nya, sebentar lagi akan turun
kepada kalian (Isa) bin Maryam sebagai hakim yang adil. Dia menghancurkan
salib, membunuh babi-babi, dan meletakkan hukum jizyah (bayar upeti bagi
kafir dzimmi). Dan harta melimpah ruah, hingga tidak seorang pun mau
menerimanya, dan hingga satu rakaat lebih baik dari dunia beserta segala
isinya.”



Lalu Abu Hurairah berkata: “Bacalah oleh kalian jika kalian mau….” (lalu
beliau membaca ayat tersebut di atas). (Muttafaq alaihi) [Lihat Tafsir
At-Thabari, As-Sa’di, dan Al-Qurthubi]



Ibnu Katsir menyatakan setelah menjelaskan tentang kuatnya pendapat ini:
“Tidaklah diragukan bahwa inilah pendapat yang benar. Sebab maksud dari
konteks ayat ini adalah menyatakan kebatilan apa yang disangka oleh kaum
Yahudi bahwa mereka telah membunuh Isa dan menyalibnya. Dan berita itu
diterima begitu saja oleh kaum Nashara yang jahil tentang hal tersebut.
Maka Allah mengabarkan bahwa perkaranya tidaklah demikian. Sesungguhnya itu
hanyalah orang yang diserupakan (dengan Isa) bagi mereka, lalu mereka
membunuh yang diserupakan tersebut dalam keadaan mereka tidak
mengetahuinya. Allah pun mengabarkan bahwa Allah mengangkatnya kepada-Nya,
dan beliau masih tetap dalam keadaan hidup. Dan beliau akan turun sebelum
tegaknya hari kiamat, sebagaimana telah ditunjukkan hadits-hadits yang
mutawatir.” (Tafsir Ibnu Katsir)



*Penjelasan Ayat*



Ayat ini menjelaskan bahwa setiap ahli kitab pasti akan beriman tentang Isa
dan bahwa beliau adalah Rasul dari Allah. Namun yang menjadi perselisihan
di kalangan para ulama, apakah ahli kitab yang dimaksud adalah secara umum
pada setiap zaman ataukah ahli kitab yang hidup di zaman turunnya Isa bin
Maryam? Letak perselisihannya adalah dalam memahami dhamir (kata ganti)
yang terdapat pada kata “sebelum matinya”. Apakah yang dimaksud kematian
ahli kitab tersebut ataukah kematian Isa bin Maryam?



Ulama yang berpendapat bahwa kata ganti tersebut kembali kepada ahli kitab,
mengatakan bahwa setiap ahli kitab pasti sempat menyatakan keimanannya
kepada Isa bin Maryam dan bahwa beliau adalah Rasulullah, dalam keadaan
bagaimanapun kondisi akhir kematian dari ahli kitab tersebut. Baik dia mati
terbakar, tenggelam, jatuh ke dalam sumur, tertimpa dinding, dimakan
binatang buas, atau mati secara mendadak. Sampaipun ketika dia menjatuhkan
dirinya dari sebuah bangunan (tinggi), maka dia sempat mengucapkannya
ketika masih berada (melayang) di udara. Namun pernyataan keimanan tersebut
tidak memberi manfaat baginya. Sebab dia menyatakan hal tersebut pada waktu
tidak diterima keimanan seseorang. Seperti halnya pernyataan Fir’aun yang
menyatakan keimanannya di akhir hayatnya, sebagaimana difirmankan Allah:



“Dan kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala
tentaranya mengikuti mereka, untuk mendzalimi dan menindas (mereka).
Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata, ‘Aku percaya bahwa
tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil, dan aku
termasuk orang-orang muslim (berserah diri).’ Mengapa baru sekarang (kamu
beriman) padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau
termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus: 90-91)



Adapun pendapat kedua, menyatakan bahwa pada saat turunnya Isa di akhir
zaman, setiap ahli kitab yang ada di zaman beliau turun niscaya beriman
kepada Isa dan meyakini bahwa beliau adalah Rasulullah, serta tidak ada
yang memeluk agama lain pada masa itu kecuali Islam yang murni. Dan pada
hari kiamat nanti, beliaulah yang menjadi saksi atas manusia dengan
membenarkan orang yang memercayai beliau sebagai Rasul Allah dan
mendustakan orang yang tidak percaya kepada kerasulannya. Dan hal ini
dikuatkan dengan hadits di atas, di mana Rasulullah (menyebutkan bahwa di
antara tugas Isa bin Maryam di saat turun ke bumi adalah meletakkan/tidak
memungut pembayaran jizyah/upeti dari seorang kafir dzimmi), dan setiap
orang akan diberi salah satu dari dua pilihan: masuk Islam atau diperangi.



Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata setelah meyebutkan hadits di atas: “Maknanya
adalah agama menjadi satu saja. Sehingga tidak diperbolehkan lagi bagi
seorang pun dari kalangan kafir dzimmi untuk membayar jizyah.”



Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Yang benar bahwa Nabi Isa tidak menerima
agama kecuali Islam. Dan ini dikuatkan oleh riwayat lain dari Al-Imam Ahmad
dari jalur lain dari Abu Hurairah dengan lafadz yang artinya:



“Dan panggilan menjadi satu (yaitu Islam).”



An-Nawawi menjelaskan: “Dan makna Nabi Isa meletakkan jizyah adalah bahwa
jizyah tersebut disyariatkan dalam syariat ini. Dan pensyariatan tersebut
terikat dengan zaman turunnya Isa bin Maryam, sebagaimana telah dijelaskan
dalam hadits ini. Bukan yang dimaksud bahwa Isa sebagai penghapus hukum
jizyah, namun Nabi kita yang menjelaskan dihapuskannya hukum tersebut
dengan sabda beliau ini.” (Lihat Fathul Bari, 6/492)



*Isa bin Maryam Belum Mati*



Ayat ini juga menjelaskan bahwa Isa belumlah mati. Tidak seperti yang
disangka kaum Yahudi dan Nashara yang meyakini bahwa Isa telah mati
disalib. Pada dua ayat sebelumnya, Allah menjelaskan hal ini:



“Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah
membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.’ Padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah)
orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih
pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa yang sebenarnya dibunuh
itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah
membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (An-Nisa`: 157-158)



Ayat ini dengan gamblang menyebutkan bahwa mereka tidak membunuhnya dan
tidak pula menyalibnya. Namun yang terjadi adalah Allah menjadikan salah
seorang murid beliau diserupakan dengannya, sehingga mereka pun menangkap
dan membunuh muridnya yang diserupakan Isa itu, bukan Isa sendiri.



Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu
‘Abbas, beliau berkata: “Menjelang diangkat Allah ke langit, Isa keluar
menuju para sahabatnya. Di rumah tersebut ada 12 orang dari para
pembelanya. Beliau keluar menuju mereka dari mata air yang ada di rumah
dalam keadaan kepala beliau meneteskan air. Lalu beliau berkata:
‘Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan kekafiran terhadapku 12
kali setelah dia beriman.’ Lalu beliau berkata: ‘Siapakah di antara kalian
yang mau dijadikan serupa denganku, sehingga dia yang terbunuh sebagai
penggantiku, dan dia akan bersama dalam kedudukanku (di surga)?’ Maka
berdirilah seorang anak muda yang umurnya paling muda di antara mereka.
Lalu beliau berkata kepadanya: ‘Duduklah.’ Kemudian beliau mengulangi
kembali ucapannya kepada mereka, dan pemuda tersebut berdiri kembali.
Lantas beliau berkata: ‘Duduklah.’ Lalu beliau mengulangi lagi ucapannya,
maka pemuda tersebut berdiri kembali dan berkata:  ‘Saya.’ Maka beliau
berkata: ‘Dialah engkau (yang terpilih).’ Maka diapun diserupakan oleh
Allah dengan Isa. Dan Isa diangkat melalui lubang yang ada di rumah
tersebut. Lantas datanglah orang-orang Yahudi mencari beliau. Mereka pun
menangkap orang yang telah diserupakan dengan beliau, kemudian membunuh dan
menyalibnya.



Maka di antara mereka ada yang kufur terhadapnya 12 kali setelah beriman.
Mereka terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengatakan: ‘Allah
bersama kita dalam beberapa waktu, kemudian Dia naik ke langit.’ Mereka ini
dari kalangan Al-Ya’qubiyyah. Satu kelompok lagi berkata: ‘Adalah anak
Allah yang bersama kita dalam beberapa waktu, kemudian Allah mengangkatnya
kepada-Nya.’ Mereka ini dari kalangan An-Nasthariyyah. Dan satu kelompok
lagi mengatakan: ‘Yang bersama kita adalah hamba Allah dan Rasul-Nya dalam
beberapa waktu, kemudian Allah mengangkatnya kepada-Nya.’ Mereka inilah
kaum muslimin. Lalu dua kelompok kafir berhasil mengalahkan kelompok muslim
dan membunuh mereka. Maka Islam pun tertutupi hingga Allah mengutus
Rasul-Nya Muhammad.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/449. Ibnu Katsir berkata:
“Sanadnya shahih sampai ke Ibnu ‘Abbas.”)



Allah telah mengangkat Isa ke langit dan akan menjadikan hamba-Nya tersebut
sebagai tanda dekatnya hari kiamat, dengan diturunkannya kembali ke muka
bumi. Sehingga beliau merasakan mati di bumi sebagaimana manusia lainnya.
Sebagaimana Allah berfirman:



“Dan sungguh, dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari
Kiamat.” (Az-Zukhruf: 61)



Ibnu ‘Abbas, Adh-Dhahhak, Qatadah, Mujahid, dan yang lainnya menafsirkan
ayat ini dengan: “Turunnya Isa bin Maryam sebagai tanda akan berakhirnya
zaman dan dekatnya hari kiamat.” (Lihat Tafsir Al-Qurthubi, 16/105)



Di antara ayat yang mengisyaratkan tentang turunnya Isa bin Maryam
‘alaihissalam adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir (di medan perang), maka
pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan
mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau
menerima tebusan, sampai perang selesai.” (Muhammad: 4)

Al-Baghawi rahimahullahu berkata dalam tafsirnya tatkala menjelaskan ayat
ini:
“Makna ayat ini adalah bahwa mereka (kaum muslimin) mengalahkan orang-orang
musyrik dengan banyaknya jumlah yang terbunuh dan yang tertawan dari
mereka. Sehingga pemeluk agama lain seluruhnya masuk Islam, dan agama hanya
menjadi milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga setelah itu tidak ada
lagi jihad dan peperangan. Dan itu terjadi tatkala turunnya ‘Isa bin Maryam
‘alaihimassalam.” (Tafsir Al-Baghawi/ Ma’alim At-Tanzil, 7/278)

Tidak terjadi perselisihan di kalangan ulama Ahlus Sunnah tentang keyakinan
bahwa beliau akan turun pada akhir zaman, berdasarkan ayat Al-Qur`an dan
hadits-hadits yang mutawatir, serta yang telah ditetapkan oleh para ulama
salafush shalih. Dan tidak ada yang mengingkari perkara ini melainkan dari
kalangan ahli bid’ah.

Ibnu Abi Zamanin rahimahullahu menyatakan:
“Ahlus Sunnah beriman tentang turunnya Isa dan dialah yang membunuh
Dajjal.” Lalu beliau menyebutkan ayat tersebut di atas. (Ushulus Sunnah,
Ibnu Abi Zamanin rahimahullahu, hal. 192)



Sumber: www.asysyariah.com



*Keterangan tambahan:*



Adapun hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka cukup banyak
yang menunjukkan akan turunnya Isa bahkan sampai kepada derajat mutawatir,
sebagaimana disebutkan oleh para ulama hadits dan yang lain, seperti Ibnu
Jarir, Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Shiddiq Hasan Khan, Anwar Syah
Al-Kasymiri, Al-Azhim Abadi, Asy-Syaikh Al-Albani[Bisa dilihat nukilan
ucapan-ucapan mereka dalam kitab Asyrathus Sa’ah hal. 350-352.], dan akan
kita sebutkan nanti sebagian ucapan mereka. Dan di sini saya akan sebutkan
sebagian hadits tersebut.



1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



“Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, hampir-hampir akan turun di
tengah-tengah kalian Ibnu (putra) Maryam, sebagai hakim yang adil. Ia
memecahkan salib, membunuh babi, dan meletakkan (tidak memungut, pent.)
jizyah, dan harta ketika itu melimpah tidak seorang pun menerimanya,
sehingga satu sujud menjadi lebih baik daripada dunia dan apa yang ada
padanya.” Abu Hurairah mengatakan: Bacalah bila kalian mau, ayat (artinya):
Dan tidaklah seorang pun dari ahlul kitab kecuali akan benar-benar beriman
kepadanya sebelum kematiannya, dan di hari kiamat nanti ia akan menjadi
saksi bagi mereka.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3264, 3/1272. Bab 50 Nuzul
Isa bin Maryam ‘alaihissalam; Muslim no. 155, 1/135 Bab 71 Nuzul Isa bin
Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad. Ini adalah lafadz
Al-Bukhari)



2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



“Bagaimana kalian bila turun putra Maryam di tengah-tengah kalian dan
imamnya dari kalian.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab 49 Nuzul
Isa ibn Maryam no. 3449; Muslim Kitabul Iman 1/135 no. 390, Bab 71 Nuzul
Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad cet. Darul Ma’rifah)



3. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ia mengatakan: Aku
mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



“Masih tetap sekelompok dari umatku mereka berperang di atas kebenaran,
mereka unggul sampai pada hari kiamat.” Beliau besabda: “Lalu turunlah Isa
bin Maryam, lalu pemimpin kaum muslimin mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam
kami.’ Maka ia menjawab: ‘Sesungguhya sebagian kalian pemimpin atas
sebagian yang lain sebagai kemuliaan Allah atas umat ini’.” (Shahih, HR.
Muslim, 2/368 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina
Muhammad; Ibnu Hibban, no. 6819, 15/231, Bab Al-Bayan bi Anna Imama
Hadzihil Ummah ‘inda Nuzul ‘Isa bin Maryam Yakunu minhum duna an yakuna
‘Isa Imamahm fi Dzalika Az-Zaman)



4. Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:



Rasulullah melihat kami dalam keadaan kami sedang saling mengingat, maka
beliau mengatakan: “Sedang saling mengingatkan apa kalian? Mereka menjawab
bahwa kami sedang saling mengingat hari kiamat. Beliau mengatakan: Kiamat
tidak akan bangkit sehingga kalian melihat 10 tanda, lalu beliau menyebut:
Asap, dajjal, binatang, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin
Maryam, Ya`juj dan Ma`juj, 3 peristiwa tenggelamnya (suatu daerah, -pent)
ke dalam bumi, di daerah barat, di daerah timur, dan di jazirah Arab, yang
terakhir adalah api yang muncul dari negeri Yaman yang menggiring manusia
ke tempat berkumpulnya mereka.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Fitan Wa
Asyrathus Sa’ah, Bab Fil Ayat Allati Takunu Qabla As-Sa’ah, 18/234 no.
7214. Cet. Darul Ma’rifah. Hadits ini diriwayatkan pula oleh yang lain)



Atas dasar dalil-dalil yang ada maka kaum muslimin bersepakat akan turunnya
Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman, sebagaimana keterangan para ulama
berikut ini:



1. Ibnu ‘Athiyyah rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ atas apa
yang terkandung dalam hadits yang mutawatir, bahwa Isa hidup di langit dan
bahwa ia akan turun di akhir zaman. Lalu ia akan membunuh babi dan memecah
salib, membunuh Dajjal, melimpahkan keadilan dan agama akan unggul –yaitu
agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan beliau akan haji dan
tinggal di bumi selama 24 tahun, dan dikatakan pula selama 40 tahun.”
(Tafsir Al-Muharrar Al-Wajiz, 3/143)



2. As-Safarini rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ akan turunnya
Isa dan tidak ada yang menyelisihinya dari ahlu syariah (pengikut syariah).
Yang mengingkari hanyalah para filosof dan atheis, yang tidak
diperhitungkan penyelisihannya. Dan telah terdapat ijma’ pula bahwa ia
turun dan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bukan dengan syariat yang tersendiri saat turunnya.” (Lawami’
Al-Anwar, 2/94-95)



3. Di antara yang menukilkan ijma’ juga adalah Al-Munawi rahimahullahu
dalam kitabnya Faidhul Qadir. (Lihat Iqamatul Burhan)



4. Dengan ini, maka hal ini menjadi aqidah muslimin. Aqidah Ahlus Sunnah
wal Jamaah. Al-Azhim Abadi mengatakan: “Telah mutawatir berita dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal turunnya Isa bin Maryam
‘alaihissalam dari langit dengan jasadnya ke bumi saat mendekati terjadinya
kiamat. Dan ini adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (‘Aunul Ma’bud
Syarh Sunan Abi Dawud, 11/457)



5. Demikian pula kita dapati para ulama yang menuliskan aqidah Ahlus
Sunnah, mereka menyebutkan bahwa keyakinan ini sebagai salah satu aqidah
Ahlus Sunnah. Sebagai contoh, Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu dalam
kitabnya Ushulus Sunnah, Al-Barbahari rahimahullahu dalam kitabnya Syarhus
Sunnah, Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu dalam kitabnya Maqalat
Islamiyyin, Ath-Thahawi rahimahullahu dalam kitabnya ‘Aqidah Thahawiyyah,
Ibnu Abi Zaid Al-Qairuwani rahimahullahu dalam Risalah-nya, Abu Ahmad bin
Husain Asy-Syafi’i rahimahullahu yang dikenal dengan Ibnul Haddad dalam
kitab Aqidah-nya, serta Ibnu Qudamah rahimahullahu dalam Aqidah-nya.



Sumber: www.asysyariah.com (diringkas dari judul: Turunnya Nabi Isa
‘Alaihissalam Di Akhir Zaman, Sebuah Akidah Yang Wajib Diimani)

-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com

Kirim email ke