*Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah*


*Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan Ulama

*

Tidak diragukan lagi bahwasanya pengetahuan para penuntut ilmu terhadap
kemuliaan yang besar yang akan mereka dapati dengan menuntut ilmu dan
kedudukan yang tinggi yang akan mereka peroleh, akan menjadikan mereka
paling bersemangat dalam menempuh jalannya ilmu dan belajar, dan beradab
dengan adab-adab yang syar'i yang akan menambah kedudukan dan keutamaan
mereka di sisi Allah Subhaanah, serta akan meninggikan kemuliaan mereka dan
akan terbuktilah kemanfaatan mereka terhadap manusia.

*Ayat-ayat Al-Qur`an yang Menjelaskan Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan
Ulama

*

Allah Ta'ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka
miliki dari kedudukan dan ketinggian:



"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran." (Az-Zumar:9)


Dan Allah juga berfirman:



"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian
dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat."
(Al-Mujaadilah:11)


Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas
besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah
di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan
orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang
dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya
kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)


Di antara dalil yang menunjukkan atas keutamaan ilmu dan wajibnya meminta
tambahan darinya adalah firman Allah Ta'ala yang memerintahkan Rasul-Nya
shallallahu 'alaihi wa sallam:



"Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (agama)."
(Thaahaa:114)


Allah Subhaanahu Wa Ta'ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam untuk meminta tambahan dari sesuatu kecuali meminta
tambahan dari ilmu dan ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu syar'i
yang akan menjadikan seorang hamba mengenal Rabbnya Subhaanah dan
mengetahui apa-apa yang diwajibkan atas seorang mukallaf dari perkara
agamanya dalam ibadah dan muamalahnya. (Fathul Baarii 1/141)

 Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan memberikan kepada
mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam
firman-Nya:



"Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan
As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi
Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran."
(Al-Baqarah:269)


Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan
pemahamannya. (Akhlaaqul 'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy hal.9)

Demikian juga di antara dalil-dalil yang menguatkan akan pentingnya ilmu
dan keharusan mencarinya adalah firman Allah Ta'ala yang artinya:


"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak
diibadahi) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad:19)


Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana
dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhariy. (Shahiihul Bukhaariy, Kitaabul 'Ilmi,
Baabul 'Ilmi Qablal 'Amal)


Adapun ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mempunyai buah yang agung, dan
yang paling menonjolnya adalah adanya rasa khasy-yah kepada Allah Subhaanah
dari pemiliknya. Maka ulama adalah manusia yang paling takut kepada
Rabbnya, karena apa yang telah mereka pelajari dari ilmu yang akan menambah
pengetahuan mereka kepada Rabbnya dan akan mengokohkan keimanan yang ada
pada hati-hati mereka. Allah Ta'ala berfirman:



"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama." (Faathir:28)


Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan
pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala berfirman:



"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)

*Hadits-hadits yang Menerangkan Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukannya*


Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus hadits yang mulia, di
mana dalam hadits-hadits tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
memerintahkan kepada ilmu dan menganjurkan atasnya serta menerangkan
kedudukan ulama dan kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya dimiliki oleh
mereka agar berakhlak dengannya dan bersemangat atasnya.


Di dalam Shahiihul Bukhaariy, misalnya, terdapat lebih dari seratus hadits
yang menjelaskan masalah ilmu, mencarinya dan anjuran atasnya, dan sungguh
Al-Imam Al-Bukhariy telah menyendirikan pembahasan ilmu dengan membuat satu
kitab khusus (yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan beliau tempatkan
setelah Kitabul Iman.


Demikian juga kitab-kitab sunnah lainnya yang padanya terdapat sejumlah
hadits yang banyak dari hadits-hadits yang marfu' dan atsar-atsar yang
mauquf kepada shahabat dan tabi'in, yang semuanya mengisyaratkan kepada
kedudukan yang agung yang kembalinya kepada ulama, dan kedudukan yang
tinggi yang Allah muliakan penuntut ilmu dengannya.


Di antara hadits-hadits tersebut adalah:

1. Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan
pahamkan dia tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih)


Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan yang terbesar yang
Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak mau tafaqquh
fiddiin (mempelajari dan memahami agamanya) berarti telah diharamkan dari
berbagai kebaikan.

2. Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda:


"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air
hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut
terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang
yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan
air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka
bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan
airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang
tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan.
Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil
manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan
ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian
sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku
diutus dengannya." (HR. Al-Bukhariy)


Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam agar bersemangat terhadap ilmu dan belajar, yaitu beliau shallallahu
'alaihi wa sallam memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa
dengan hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air
hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka.


Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakan orang yang
mendengar ilmu yang beliau bawa dengan bumi/tanah yang bermacam-macam yang
air hujan turun padanya:


- Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya
kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap
air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan
rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
- Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di
mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam
keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa
memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang
lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia
dapat mengambil manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak
menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada
yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang
tidak dapat menerima/menampung air.
Tidaklah dikumpulkan dalam perumpamaan tersebut antara dua kelompok yang
pertama kecuali karena kebersamaan mereka dalam kemanfaatan dari ilmu yang
mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan
disendirikanlah kelompok ketiga yang tercela karena tidak adanya
kemanfaatan darinya. (Fathul Baarii 1/177)


Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara
orang yang menempuh jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat pada dirinya
dan manusia pun mengambil manfaat darinya dan antara orang yang rela dengan
kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian
sedikit pun dari warisannya para Nabi.

3. Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan
sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun
untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai
ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah
adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah
mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan
ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil
bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683,
dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)


Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang
akan didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan
sayap-sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya,
demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi
maupun di lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui
jumlahnya kecuali Allah Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan ampun
kepada Allah untuk penuntut ilmu dan mendo'akan kebaikan untuknya.


Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia
adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi,
dan dia meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di
atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan
perhiasannya dan berebutan kepadanya.

4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu
dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang
yang mendengarnya." (HR. At-Tirmidziy no.2659 dan isnadnya shahih, lihat
Jaami'ul Ushuul 8/18)


Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan yang besar bagi
penuntut ilmu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mendo'akannya dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan
dari mempelajari ilmu, menghapal hadits, mengajarkannya dan menyampaikannya
kepada yang lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang
disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia
sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur.

5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda:



"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya
kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau
seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)


Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu
berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus
mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh
murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama
kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di
berbagai negeri.


Dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai
kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan
untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya tersebut.

Wallaahu A'lam WaHuwal Muwaffiq. Diringkas dari Aadaabu Thaalibil 'Ilmi
hal.10-18.

 Sumber: Buletin Al Wala' Wal Bara'

-- 
-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com
--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"MediaMuslimINFO Group" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to mediamusliminfo+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke