*Di Balik Keindahan Islam Manhaji*


*ISLAM, CAHAYA BAGI KEHIDUPAN*



Sebelum Islam datang, kehidupan umat manusia berlumur kenistaan.
Norma-norma agama tidak dihiraukan. Akhlak mulia diabaikan. Kesyirikan—dosa
besar yang paling besar—menjadi ikon peradaban. Pembunuhan, kezaliman,
perzinaan, dan beragam kemaksiatan lainnya menyatu dalam kehidupan.
Sementara itu, cahaya iman dan rambu-rambu tauhid padam, seiring dengan
berputarnya roda zaman. Masa itu pun kemudian dikenal dalam sejarah dengan
masa jahiliah (kebodohan).



Kala umat manusia berada dalam jurang kejahiliahan itu, Allah Yang Maha
rahman mengutus Rasul-Nya yang terbaik, Nabi Besar Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebagai pemberi peringatan, membawa petunjuk ilahi,
agama Islam yang benar dan Kitab Suci al-Qur’an.



Dengan itulah, Allah menunjuki umat manusia kepada jalan keselamatan dan
mengentaskan mereka dari jurang kejahiliahan menuju kehidupan Islam yang
terang benderang. Allah Subhanahuwata’ala  berfirman,



“Dialah (Allah Subhanahuwata’ala) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan
(membawa) petunjuk dan agama yang benar, agar Allah memenangkan agama
tersebut atas semua agama yang ada, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukainya.” (ash-Shaff: 9)



“Hai Ahli kitab,telah datang kepada kalian Rasul kami, menjelaskan kepada
kalian banyak dari al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak pula yang
dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan
kitab yang menerangkan (al-Qur’an). Dengan kitab itulah, Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kepada jalan keselamatan. Dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan
menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka
kejalan yang lurus.” (al-Maidah: 15—16)



*ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN*



Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam). Agama yang diliputi
kesempurnaan dan keindahan. Syariatnya yang senantiasa relevan sepanjang
masa benar-benar menyinari segala sudut kehidupan. Tak hanya wacana
keilmuan yang dihadirkan, misi tazkiyatun nufus (penyucian jiwa) dari
berbagai akhlak tercela (amoral) pun selalu ditekankan, seiring dengan misi
keilmuan tersebut yang mengawal umat manusia menuju puncak kemuliaan. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,



“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya’: 107)



Syariatnya senantiasa memerhatikan hubungan antara hamba dan Penciptanya
(Allah Subhanahuwata’ala), dengan memurnikan ibadah hanya untuk-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, tunduk dan patuh kepada-Nya,
berserah diri kepada-Nya, memosisikan-Nya sebagai tumpuan hidup, serta
berlepas diri dari orang-orang yang menyekutukan- Nya.



Demikian pula, Islam memerhatikan hubungan antara hamba dan sesamanya,
yaitu dengan cara menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih
tua, menyantuni yang lemah, membantu yang sedang kesulitan, menyambung tali
silaturahmi, menjaga hubungan baik dengan tetangga, memuliakan tamu, bagus
dalam bermuamalah (berinteraksi), jujur dalam bertransaksi, dan sebagainya.



Syariat Islam adil dan tepat, tidak berlebihan dan tidak bermudah-mudahan
dalam segala aspeknya. Itulah di antara kesempurnaan Islam. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,



“Padahari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Ku
cukupkan untuk kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhaI islam itu sebagai
agama bagi kalian.” (al-Maidah: 3)



Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumullah dalam ceramah agama yang
bertajuk asy-Syari’ahal-Islamiyyah wa Mahasinuha wa Dharuratual-Basyar
Ilaiha mengatakan, “Syariat ini dipenuhi kemudahan, toleransi, kasih
sayang, dan kebaikan. Syariat ini dipenuhi oleh kemaslahatan yang tinggi
dan senantiasa memerhatikan berbagai sisi yang dapat mengantarkan para
hamba menuju kebahagiaan dan kehidupan mulia, di dunia dan di akhirat.”



*ISLAM, NIKMAT YANG AMAT MULIA*



Di antara kenikmatan yang teramat mulia bagi seseorang adalah nikmat Islam.
Orang-orang yang hidup di bawah bimbingan Islam tidak sama dengan
orang-orang yang hidup berkesumat benci terhadapnya. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,



“Apakah orang-orang yang Allah lapangkan dadanya untuk (menerima) agama
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang  membatu
hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu
hatinya untuk mengingat Alah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
(az-Zumar: 22)



Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahumullah berkata, “Apakah orang yang
dilapangkan dadanya oleh Allah Subhanahuwata’ala untuk (menyambut) agama
Islam, siap menerima dan menjalankan segala hukum (syariat) yang
dikandungnya dengan penuh kelapangan, bertebar sahaja, dan di atas
kejelasan ilmu (inilah makna firman Allah Subhanahuwata’ala, ‘ia mendapat
cahaya dari Rabbnya’), sama dengan selainnya? Yaitu, orang-orang yang
membatu hatinya terhadap Kitabullah, enggan mengingat ayat-ayat Allah
Subhanahuwata’ala, dan berat hatinya menyebut (nama) Allah
Subhanahuwata’ala. Dia justru selalu berpaling dari (ibadah kepada) Rabbnya
dan mempersembahkan (ibadah tersebut) kepada selain Allah
Subhanahuwata’ala. Merekalah orang-orang yang ditimpa kecelakaan dan
kejelekan yang besar.” (Taisir al-Karimirrahman, hlm. 668)



Tak heran apabila Allah Subhanahuwata’ala mewasiatkan kepada para hamba-Nya
agar masuk ke dalam agama Islam itu secara total (kaffah), sebagaimana
firman-Nya,



“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total,
dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagi kalian.” (al-Baqarah: 208)



*MENILIK DASAR HUKUM ISLAM*



Dasar hukum Islam yang paling utama adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kesempurnaan dan keindahan Islam tak bisa
dipisahkan dari keduanya. Sejak dini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan keduanya kepada umat, dengan membacakannya dan
menjelaskan segala kandungannya. Itulah di antara misi utama diutusnya
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh umat manusia. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,



“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat- Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (as-Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan
Mereka Dia-lah Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (al-Jumu’ah: 2—3)



Kedudukan keduanya sebagai dasar hukum semakin nyata manakala Allah
Subhanahuwata’ala memerintahkan orang-orang yang beriman agar kembali
kepada keduanya saat terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,



“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri diantara kalian.Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang
sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),
jika Kalian benar-benar beriman kepada Allah Dan harikemudian. Hal itu
lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’: 59)



Al-Imam Ibnu Katsir rahimahumullah berkata, “Ini adalah perintah Allah
Subhanahuwata’ala agar segala yang diperselisihkan oleh manusia, baik dalam
masalah pokok agama maupun cabangnya, dikembalikan kepada al- Qur’an dan
as-Sunnah, sebagaimana firman-Nya ,



‘Tentang apa pun yang kalian perselisihkan, maka putusannya (terserah)
kepada Allah. (Yang mempunyai sifat sifat demikian) itulah Allah Rabbku.
Hanya kepada-Nyalah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya pula aku kembali.’
(asy-Syura: 10)



Oleh karena itu, apa yang diputuskan dan dinyatakan benar oleh Kitabullah
(al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya maka itulah yang benar, sedangkan yang
selainnya adalah kesesatan.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/345)



Dengan mengikuti keduanya, akan diraih keberuntungan di dunia dan di
akhirat. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,



“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, nabi yang ummi, yang (namanya)
mereka dapati tertulis didalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka,
menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf (baik) dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar (buruk); menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk; serta membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang
yang beruntung.” (al-A’raf: 157)



Demikianlah al-Qur’an dan as- Sunnah. Keduanya adalah peninggalan berharga
yang diwariskan oleh Rasulullah kepada umatnya. Barang siapa berpegang
teguh dengan keduanya, niscaya tak akan sesat selama-lamanya. Rasulullah
bersabda,



“Aku wariskan untuk kalian dua hal, jika kalian berpegang teguh dengan
keduanya tak akan sesat selama-lamanya: Kitabullah(al-Qur’an) dan Sunnah
Rasul-Nya.” (HR. Malik dalam al- Muwaththa’, dinyatakan hasan oleh
asy-Syaikh al-Albani dalam Misykatul Mashabih 1/66)



Satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dan muslimah
bahwa berpegang teguh dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam itu dengan cara seseorang memahaminya secara benar sesuai
dengan pemahaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
sahabatnya (as-salafushshalih)



Tidak berdasarkan logika atau hawa nafsu. Di samping itu, dia menjadikan
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
pedoman hidup, dan kembali kepada keduanya saat terjadi perbedaan pendapat.



*ISLAM DI ANTARA MAKAR MUSUH- MUSUHNYA*



Kesempurnaan dan keindahan Islam amat dibenci oleh musuh-musuhnya. Sebab
itu, sejak awal masa keislaman, mereka tak pernah tinggal diam. Berbagai
makar dan permusuhan mereka lakukan. Terkadang dengan kontak fisik yang
terwujud dalam berbagai episode peperangan. Terkadang pula dengan  perang
pemikiran (ghazwul fikri). Perang jenis kedua inilah yang terus mereka
gencarkan hingga hari ini. Karena di mata mereka, hal ini sangat strategis
demi pendangkalan keimanan dan emosional keislaman (ghirah) kaum muslimin.



Tak pelak, kerancuan berpikir (syubhat) mereka tebar di tengah-tengah kaum
muslimin, terutama yang berkaitan dengan al-Qur’an dan as- Sunnah.
Targetnya, menjauhkan kaum muslimin dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta
mengikis kepercayaan mereka terhadap kedua peninggalan berharga yang
diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu. Mereka yakin,
selama kaum muslimin berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-Sunnah,
niscaya kehidupan mereka terbimbing dan sulit dikalahkan. Terkait dengan
al-Qur’an, mereka tebar beragam kerancuan berpikir (syubhat) atau hujatan.
Di antaranya adalah:



1. Al-Qur’an adalah buatan Muhammad, bukan wahyu dari Allah
Subhanahuwata’ala. Allah Subhanahuwata’ala membantah tuduhan semacam ini
dalam firman-Nya,



“Sesungguhnya kamu benar-benar diberial-Qur’an dari sisi(Allah) yang Maha
bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (an-Naml: 6)



“Katakanlah,‘ Ruhul Qudus( Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Rabbm
dengan benar, untuk meneguhkan ( hati) orang-orang yang telah beriman,serta
menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah).’ Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata‘,
Sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad).’ Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad
belajar kepadanya adalah bahasa‘ajam (selain bahasa Arab), sedangkan
al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (an-Nahl: 102—103)



2.Al-Qur’an adalah dongengan orang-orang dahulu.



Allah Subhanahuwata’ala berfirman,



“Diantara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah
meletakkan tutupan di  atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya
dan( Kami letakkan) sumbatan di telinga mereka. Jika pun Mereka melihat
segala tanda( kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sampai
apabila mereka Datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu
berkata, ‘Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang- orang
dahulu’.” (al-An’am: 25)



3. Al-Qur’an adalah kumpulan syair yang digubah oleh Muhammad. Allah
Subhanahuwata’ala membantah mereka dalam firman-Nya,



“Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair Itu
tidaklah layak baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan
kitab Yang memberi penerangan.”( Yasin:6 9)



4. Al-Qur’an adalah kitab suci palsu, mengalami perubahan, atau tidak
lengkap, sebagaimana hujatan kaum Syi’ah. Allah Subhanahuwata’ala membantah
tuduhan semacam ini dalam firman-Nya,



“Sesungguhnya Kamilah yang Menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”3 (al-Hijr: 9)



5. Ayat-ayat al-Qur’an saling bertentangan. Allah Subhanahuwata’ala
membantahnya dalam firman-Nya,



“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab
(al-Qur’an) dan dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya. Sebagai
bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari
sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang Yang beriman, yang
mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat Pembalasan yang baik.”
(al-Kahfi: 1—2)



Demikianlah Kitab Suci al-Qur’an. Betapapun banyaknya makar yang ditujukan
kepadanya, kesucian dan kemurniannya akan senantiasa terjaga, sebagaimana
yang ditegaskan oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam surat al-Hijr ayat 9 di
atas.



Adapun makar dan hujatan musuh-musuh Islam terhadap Sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beragam pula bentuknya. Target utamanya
adalah agar Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu ditolak
oleh umat, baik secara total maupun sebagiannya. Terkait hal ini, Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,



“Tiadalah yang diucapkann yaitu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 3—4)



“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.” (an-Nahl: 44)



“Apa yang diberitakan Rasul kepada  kalian maka terimalah dia, dan apa yang
dilarangnya maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah . Sesungguhnya
Allah sangat keras hukuman-Nya.” (al-Hasyr: 7)



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



“Ingatlah, sungguh aku telah diberi (oleh Allah Subhanahuwata’ala, -pen.)
al-Kitab dan yang semisal dengannya (as-Sunnah, -pen.) secara bersamaan.
Ingatlah, sungguh akan ada seorang laki-laki yang kenyang perutnya sambil
bertelekan diatas sofanya mengatakan, ‘Wajib bagi kalian berpegang teguh
dengan al-Qur’an ini, apa yang kalian dapati padanya dari sesuatu yang
halal maka halalkanlah, dan apa yang kalian dapati padanya dari sesuatu
yang haram maka haramkanlah.’ ( Kemudian beliau bersabda ),‘Dan ( ingatlah
), sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah itu seperti yang
diharamkan oleh Allah Subhanahuwata’ala….’.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah
dari sahabat al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu anhu, dinyatakan sahih
oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Misykatul Mashabih no. 163)



Demikianlah selayang pandang tentang Islam dan keindahannya, semoga dapat
memberikan pencerahan bagi kehidupan kita. Dengan satu harapan, semoga kita
semakin giat mempelajari Islam dan semakin sabar mengamalkannya di setiap
sendi kehidupan kita. Wallahu a’lam bish-shawab.



Sumber: http://asysyariah.com/manhaj-di-balik-keindahan-islam-manhaji.html

-- 
-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com
--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"MediaMuslimINFO Group" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to mediamusliminfo+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke