*Mengapa Mereka Ragukan Keindahan Islam?*


Islam seluruhnya indah. Akidahnya adalah akidah yang paling benar, paling
lurus, dan menyucikan jiwa. Adab adab yang diajarkannya paling terpuji.
Demikian pula amalan-amalan dan  hukum-hukumnya adalah amalan dan hukum
yang paling baik dan paling adil. Islam adalah agama kebahagiaan,
ketenteraman, serta kemenangan di dunia dan akhirat.



Islam tidak membiarkan manusia dalam kesendiriannya, atau bersama keluarga,
sanak saudara, tetangga, atau bersama saudara-saudara seagamanya, bahkan
bersama manusia lainnya, tetapi Islam mengajarkan adab-adabnya secara
rinci, serta menunjukkan cara-cara bergaul yang membuat kehidupannya damai
dan penuh kebahagiaan.



Ketika seseorang mau menatap dan mentadabburi mahasin (keindahan) Islam,
sungguh Allah Subhanahuwata’ala akan meresapkan keimanan dan kelezatan iman
ke dalam kalbunya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,



“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, menjadikan iman itu
indah dalam kalbumu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang orang yang mengikuti jalan
yang lurus.” (al-Hujurat: 7)



Keindahan yang Tidak Terlukiskan Ibnul Qayyim rahimahumullah berkata, “Jika
Anda perhatikan hikmah yang sangat agung pada agama yang lurus, syariat
yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan segala
kesempurnaannya, niscaya keindahan syariat ini tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata, tidak kuasa untuk disifatkan, serta tidak dapat
digambarkan oleh orang-orang yang akalnya cemerlang sekalipun. Mereka tidak
bisa melakukannya meskipun mereka berkumpul untuk memikirkannya, meskipun
mereka semua memiliki akal yang paling sempurna—menurut ukuran akal yang
paling cemerlang untuk mengenali keindahan Islam dan menyaksikan
keutamaannya.



Sungguh, di alam semesta ini tidak pernah ada syariat yang lebih sempurna,
lebih mulia, dan lebih agung darinya. Syariat Islam itu sendirilah yang
menjadi saksi dan yang disaksikan, menjadi hujah dan yang didukung oleh
hujah, tentang keagungan dan keindahannya. Bahkan seandainya Rasul tidak
datang membawa bukti keterangan niscaya sudah cukup syariat ini menjadi
bukti dan saksi bahwa ia diturunkan dari sisi Allah Subhanahuwata’ala.” (
Miftah Dar as-Sa’adah)



Syariat Islam sangat agung dan penuh keindahan. Cahaya keindahannya telah
menyinari semesta dan setiap orang mampu menatapnya. Akan tetapi, bersama
dengan terangnya cahaya kebenaran tersebut, tetap saja kebanyakan manusia
lebih suka memilih jalan-jalan setan.



“Tidak ada paksaan untuk ( memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (al-Baqarah: 256)



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ajaran Islam
mencapai puncak-puncak keindahan, kesempurnaan, dan keadilan karena yang
mensyariatkan adalah Allah Subhanahuwata’ala, Dzat yang Mahaindah,
Mahasempurna, dan Maha adil. Untuk memeluk agama Islam yang penuh dengan
keindahan inilah, seluruh manusia diseru agar tunduk berserah diri
beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala.



“Ilah (sesembahan) kalian semua ialah Ilah Yang Maha Esa, karena itu
berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang tunduk patuh ( kepada Alah).” (al-Hajj: 34)



*SEBENARNYA MEREKA TAHU*



Musuh-musuh Allah Subhanahuwata’ala sebenarnya sadar bahwa Islam adalah
agama yang mulia, agama yang penuh dengan keindahan. Bahkan, kekaguman itu
terucap dari lisan sebagian mereka atau telah masuk dalam relung hati
mereka. Akan tetapi, kedengkian dan hasad menghalangi mereka dari hidayah.
Kejahilan dan hawa nafsu membuatnhati mereka terbalik, seperti kekufuran
Fir’aun dan kaumnya.



“Tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka,
berkatalah mereka‘Ini adalah sihir yang nyata.’ Mereka mengingkarinya
karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini
(kebenaran)-nya. Maka dari itu, perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang
yang berbuat kebinasaan.” (an-Naml: 13—14)



Demikian pula ahlul kitab yang di atas ilmu. Mereka berpaling dari hidayah
dalam keadaan mengenal kebenaran Islam dan Nabi Muhammad, serta lebih
memilih jahannam. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,



“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan
Injil) mengenal Muhammad seperti mengenal anak-anak mereka sendiri.
Sungguh, sebagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui.” (al-Baqarah: 146)



Dalam ayat lain, Allah Subhanahuwata’ala berfirman tentang ahlul kitab,



“Apakah kamu tidak memerhatikan orang-orang yang diberi bagian dari
al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, serta mengatakan kepada
orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya
daripada orang-orang yang beriman.” (an-Nisa: 51)



Ayat ini turun berkenaan dengan dua tokoh ahlul kitab, Huyai bin Akhthab
dan Ka’b al-Asyraf. Keduanya mengerti betul kerasulan Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Keduanya juga sangat yakin akan kebenaran Islam.



Namun, ketika musyrikin Makkah bertanya kepada keduanya saat datang ke
Makkah, “Kalian adalah ahlul kitab. Kabarkanlah kepada kami siapa yang
lebih mendapat petunjuk, kami atau Muhammad dan pengikutnya?” Keduanya
menjawab dengan jawaban yang disebutkan oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam
ayat di atas, “Kalian (musyrikin Makkah) lebih baik dan lebih lurus
jalannya daripada Muhammad dan sahabatnya.”



Demikian pula munafikin, mereka tahu kebenaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan keindahan Islam, namun kebencian dan hasad membutakan hati
mereka. Di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. sekawanan
munafikin mengolok-olok beliau dan para sahabat, menjadikan beliau sebagai
bahan ejekan dan senda gurau. Ketika Perang Tabuk, di antara mereka
memberikan komentar tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya dengan ucapan kekafiran,



“Belum pernah kita melihat semisal mereka para pembaca al-Qur’an (yakni
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat), yang paling rakus
makannya, paling dusta ucapannya, dan paling penakut kala berhadapan dengan
musuh.”



Allahu Akbar, sungguh mereka telah mengucapkan sebuah perkataan yang
bertolak belakang dengan yang mereka ketahui. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bukanlah orang yang rakus atau banyak makan, sebaliknya
beliau bersabar dengan kelaparan yang beliau derita. Beliau pernah
mengganjal perut dengan bebatuan. Beliau bukan pula pendusta, bahkan
manusia menjulukinya sebagai al-Amin sebelum kerasulan beliau.



Tidak sekalipun beliau berdusta. Demikian pula dalam perang, tidak ada
seorang pun yang lebih pemberani daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Semua tuduhan munafikin dan orang kafir kepada Islam dan Nabi Islam
adalah dusta. Sepanjang sejarah, iblis dan bala tentaranya berusaha
memalingkan manusia dari Islam dengan menyematkan tuduhan-tuduhan keji
terhadap Islam.



Padahal Islam diliputi dengan keindahan. Enam tahun silam misalnya,
sebagian orang menyebarkan gambar karikatur Nabi bersorbankan rudal,
menggambarkan kekejaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
syariat Islam yang beliau bawa. Padahal semua tahu, sejarah manusia
menyaksikan, dunia pun menjadi saksi bisu bahwa orang-orang kafirlah yang
justru telah membuat kerusakan di muka bumi.



Merekalah yang telah menumpahkan darah-darah manusia. Merekalah yang
menebarkan kekejaman dan kekejian. Terkait kejadian ini, asy-Syaikh Rabi’
bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata, “Media massa, baik surat kabar
maupun yang lainnya, telah menyebarkan berita-berita menyedihkan dan
melukai (umat), yang bersumber dari musuh-musuh Islam yang dengki dan
terputus dari kebaikan, yang menyudutkan agama dan nabi Islam. (Di
antaranya) perbuatan yang mengandung celaan terhadap Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menjelek-jelekkan risalahnya, baik yang muncul dari
individu maupun organisasi Nasrani yang menyimpan kedengkian.



Juga dari sebagian penulis yang dengki dan orang yang tidak peduli, seperti
para karikaturis sebuah surat kabar Denmark, Jylland Posten, yang menghina
sebaik-baik manusia dan rasul paling sempurna, yaitu Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam.



Padahal, bumi tidak pernah mengetahui ada orang yang lebih cerdas dan lebih
mulia daripada beliau dalam hal akhlak, keadilan, dan kasih sayang. Tidak
pernah diketahui ada satu risalah pun yang lebih sempurna, lebih
menyeluruh, lebih adil, dan lebih kasih sayang daripada risalah beliau.



Risalah ini mengandung keimanan terhadap seluruh nabi dan rasul,
menghormati mereka dan menjaga mereka dari tikaman dan penghinaan, serta
menjaga sejarah mereka. Di antara para rasul tersebut adalah ‘Isa dan Musa
‘Alaihisslam. Barang siapa kafir terhadap Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan menghinanya, berarti dia telah kafir terhadap para rasul dan
menghina mereka semuanya.



Sungguh, orang-orang rendahan dan buas itu telah mengolok-olok beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka telah membuat beragam karikatur,
berjumlah dua belas karikatur yang sangat menghina. Salah satunya
menampilkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan
sorban yang menyerupai bom di atas kepalanya.”



Pembaca, demikianlah musuh-musuh Islam mengolok-olok dan menuduh Islam
sebagai agama kejam, keji, dan agama yang menyebarkan teror. Tidak
tanggung-tanggung, mereka merobek kehormatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia, padahal sesungguhnya mereka
mengetahui kemuliaan Islam dan kebobrokan diri mereka sendiri….



Asy-Syaikh Rabi’ berkata selanjutnya, “Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, para khalifahnya yang terbimbing, dan para sahabatnya yang mulia,
tidak pernah membuat pabrik-pabrik senjata, meski persenjataan kuno
sekalipun, baik pedang maupun tombak, lebih-lebih bom atom dan rudal
antarbenua, serta semua jenis senjata pemusnah massal. Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membuat satu pun pabrik senjata karena
beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta….



Adapun kalian, wahai orang-orang Barat yang sok mengaku modern, kami
nyatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya kalian memiliki aturan dan
perundang-undangan yang menghancurkan akhlak dan membolehkan berbagai
perkara yang haram. Di antaranya adalah zina dan penyimpangan seksual. Di
antaranya juga adalah riba yang menghancurkan ekonomi umat. Kalian
menghalalkan bangkai dan daging babi yang mengakibatkan sifat dayyuts
sehingga seorang laki-laki tidak merasa cemburu terhadap istrinya, saudara
wanitanya, dan anak perempuannya. Kemudian wanita-wanita itu berzina dan
mencari pasangan kumpul kebo semaunya. Ini adalah sarana-sarana penghancur
yang diharamkan oleh risalah semua rasul.



Adapun bom dan seluruh senjata pemusnah serta sarana-sarananya, baik
pesawat tempur, tank, maupun rudal jelajah, sesungguhnya kalianlah para
insinyur dan produsennya. Semua itu dengan akal setan kalian yang tidak
berpikir selain demi permusuhan, kezaliman, kekerasan, melampaui batas,
ketamakan menguasai seluruh jenis manusia serta memperbudak mereka,
menumpahkan darah dan merampok kekayaan mereka… Semua itu dipoles dengan
nama kemajuan, membela hak asasi manusia, kebebasan, dan keadilan….”[1]



Wahai orang-orang yang tertipu, siapakah yang berbuat kerusakan di muka
bumi? Para nabi dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mereka para
kafir durjana?



*FAEDAH MEMPELAJARI KEINDAHAN ISLAM*



Di tengah-tengah badai fitnah dan perang pemikiran, serta semakin jauhnya
sebagian kaum muslimin dari mengenal keindahan agamanya, pembahasan
mengenai mahasin dinul Islam menjadi perkara yang sangat penting karena:



1. Mentadabburi dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah tentang keindahan Islam
termasuk amalan yang termulia. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,



“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad: 29)



2. Mempelajari dan mentadabburi keindahan Islam adalah salah satu bentuk
syukur terhadap nikmat Islam yang dianugerahkan oleh Allah
Subhanahuwata’ala. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,



“Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan
bersyukur).” (adh-Dhuha: 11)



3. Merenungkan keindahan Islam dan kesempurnaan syariat Allah
Subhanahuwata’ala adalah salah satu sebab bertambahnya keimanan, hingga ia
merasakan kelezatan iman. Semakin kuat perhatian seorang muslim terhadap
keindahan agama ini, semakin kokoh tapak kakinya dalam mengenal agama ini,
mengenal keindahan dan kesempurnaannya, serta keburukan apa pun yang
menyelisihinya. Ia pun menjadi orang yang kuat keimanannya.



Barang siapa mengenal Islam di atas ilmu, dia akan ridha Allah
Subhanahuwata’ala sebagai Rabbnya, Muhammad Subhanahuwata’ala sebagai
nabinya, dan Islam sebagai agamanya, serta tidak pernah terbetik dalam
kalbunya untuk mencari ganti selain Islam.



Rasulullah Subhanahuwata’ala bersabda (yang artinya), “Tiga sifat yang jika
itu ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: (Pertama)
Allah Subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya
(; Kedua) ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena
Allah Subhanahuwata’ala;(Ketiga) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran
setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci untuk dilempar
dalam api.”



4. Mempelajari dan menyebarkan mahasin Islam termasuk sebesar-besar dakwah
kepada orang kafir untuk masuk ke dalam agama Islam.



5. Mempelajari dan menyebarkan mahasin Islam termasuk sebesar-besar dakwah
(ajakan) kepada kaum muslimin untuk lebih bertamassuk (berpegang teguh)
dengan Islam.



6. Pembahasan mahasinul Islam juga sebagai bantahan bagi musuh-musuh Allah
Subhanahuwata’ala yang selalu memutarbalikkan fakta, dan menyematkan
tuduhan-tuduhan keji terhadap Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.



Demi Allah, pembahasan mahasinul Islam, seperti diungkapkan oleh Ibnul
Qayyim rahimahumullah, tidak mungkin kita ibaratkan dengan kata-kata.
Seandainya seluruh orang cerdas mendiskusikannya tidaklah mungkin mereka
mampu menunaikan hak-haknya.



Apa yang kita lakukan hanyalah upaya kecil untuk menyadarkan diri kita dari
kelalaian, dan usaha untuk mensyukuri nikmat Islam yang Allah
Subhanahuwata’ala anugerahkan kepada kita. Di samping itu, kita berusaha
memberikan peringatan kepada musuh-musuh Allah Subhanahuwata’ala yang
berupaya mengolok-olok Islam bahwa makar busuk mereka tidak pernah akan
berhasil.



Sebab, Allah Subhanahuwata’ala lah yang menyempurnakan cahaya agama-Nya,
kemudian di hadapan mereka sungguh ada azab yang pedih.



“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang
kafir benci.” (ash-Shaff: 8)



Sumber:
http://asysyariah.com/kajian-utama-mengapa-mereka-ragukan-keindahan-islam.html

-- 
-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com
--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"MediaMuslimINFO Group" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to mediamusliminfo+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke