Dear nakita-ers,
Semoga membantu
Salam,
Uttiek
PERTANYAAN
FAVORIT TENTANG IMUNISASI DPT & BCG
Tahun
pertama kehidupan seorang bayi akan dipenuhi dengan kegiatan imunisasi.
Tak heran jika muncul banyak pertanyaan seputar masalah ini. Berikut
pertanyaan favorit para ibu baru yang dijawab oleh dr. Alan R.
Tumbelaka, Sp.A(K) dari FKUI-RSUPNCM Jakarta.
SELUK BELUK IMUNISASI DPT
* Apakah jadwal imunisasi bayi prematur
sama dengan anak lahir cukup bulan?
Seharusnya sama. Namun imunisasi baru bisa dimulai pada saat kondisi
bayi prematur dianggap memadai untuk memberikan respons yang baik
terhadap imunisasi.
* Bagaimana kondisi bayi prematur yang
dianggap siap untuk diimunisasi?
Bukan tergantung pada usia saja, sebab berat badan (BB) juga
menentukan. Bayi yang lahir normal cukup bulan bisa langsung
divaksinasi, sementara bayi prematur harus menunggu waktu. Dengan
imunisasi diharapkan tubuh bayi dapat terangsang untuk membuat suatu
zat anti, akan tetapi bayi prematur seringkali belum mampu
melakukannya. Untuk itu, diadakan penundaan imunisasi pertama sekitar
1-2 bulan, di mana usianya dianggap sudah hampir sama dengan bayi yang
lahir cukup bulan. Selain itu, BB-nya sudah bagus, sekitar 3 kg.
Tentunya, siap-tidaknya bayi prematur tersebut diimunisasi, tergantung
pada pemeriksaan dokter sebelumnya.
* Biasanya imunisasi DPT menyebabkan demam.
Mengapa bayi saya tidak?
Reaksi pada anak bisa bermacam-macam. Demam-tidaknya, ditentukan banyak
faktor. Antara lain kondisi anak saat diimunisasi dan kondisi vaksin.
Demam atau panas disebabkan suntikan P (Pertusis) yang merupakan kuman
yang dilemahkan. Jika tubuh tak bereaksi terhadap kuman, berarti daya
tahan tubuh kurang memadai. Jadi, dengan suntikan DPT memang diharapkan
timbul reaksi panas/demam.
Kalau vaksinnya jelek, juga ada kemungkinan
tak muncul reaksi panas. Dokter apalagi awam tentunya tak akan tahu
apakah vaksinnya bagus atau tidak. Untuk menjamin vaksin yang
berkualitas baik, dokter harus mendapatkannya dari jalur resmi dan juga
prosedur penyimpanannya harus sesuai dengan ketentuan.
* Kalau anak tak demam, berarti imunisasi
gagal?
Dalam usia setahun, imunisasi DPT dilakukan 3 kali, yaitu DPT I, II,
dan III sebagai imunisasi dasar. Berhasil-tidaknya imunisasi itu tidak
bisa dilihat dari sekali suntik saja, melainkan setelah 3 kali.
Lagi pula, tak ada vaksin yang bisa 100 persen
melindungi atau menimbulkan kekebalan. DPT misalnya, punya daya lindung
sekitar 80-90 persen. Jadi masih ada 10-20 persen yang tak terlindung.
Di sisi lain, bukan berarti jika imunisasi DPT I tidak menimbulkan
demam lalu harus segera diulang lagi. Pengulangan baru bisa dilakukan
sekurang-kurangnya 1 tahun sejak pemberian terakhir DPT dasar. Jadi,
tetap harus melewati tahap DPT II dan III dulu. Baru kemudian di usia
antara 18 bulan sampai 2 tahun, diberi DPT IV. Lalu DPT V di usia 5
tahun.
Pengulangan imunisasi DPT diperlukan untuk
memperbaiki daya tahan tubuh yang mungkin menurun setelah sekian lama.
Karena itu mestii diperkuat lagi dengan pengulangan pemberian vaksin (booster).
Kalau sudah dilakukan 5 kali suntikan DPT,
maka biasanya dianggap sudah cukup. Namun di usia 12 tahun, seorang
anak biasanya mendapat lagi suntikan DT atau TT (tanpa P/Pertusis) di
sekolahnya. Di atas usia 5 tahun, penyakit pertusis jarang sekali
terjadi dan dianggap bukan masalah. Jadi, suntikan P tak perlu
diberikan lagi.
* Adakah pengaruh buruk bila tak diberi
vaksin DPT ulangan?
Tentu. Pada saat daya tahan tubuh menurun, kemungkinan terkena penyakit
DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) lebih besar.
* Berapa lama anak demam akibat imunisasi?
Berapa kisaran suhu panasnya dan bagaimana mengatasinya?
Biasanya 1-2 hari. Malah kadang cuma sehari. Panas tubuh pada setiap
anak tidak sama karena daya tahan masing-masing tubuhnya berbeda. Jadi,
reaksinya berlainan dan sangat individual. Apalagi setelah suntikan
pertama, ada yang sekadar hangat, ada juga yang panas tinggi.
Kisarannya di atas suhu normal 37,5 derajat Celcius sampai 40 derajat
Celcius. Mengatasinya dengan obat penurun panas yang takarannya sesuai
usia dan BB anak.
* Bolehkah bayi tidak diberi imunisasi DPT?
Apa pengaruhnya bagi anak?
Imunisasi DPT, Polio, Hepatitis, Campak dan BCG diwajibkan pemerintah
lewat Program Pengembangan Imunisasi. Tujuannya untuk melindungi anak
balita dari penyakit tersebut. Meski wajib, bayi diimunisasi atau
tidak, tergantung pada orang tuanya. Seperti halnya asuransi, kalau mau
ikut silakan, berarti ada perlindungan, kalau tidak, ya, tak ada
jaminan perlindungan.
* Apakah anak harus diimunisasi dengan
urutan yang benar? Apa alasannya?
Jelas harus. Karena itu dibuat urutan I hingga III. Ini berdasarkan
angka seringnya kejadian penyakit tersebut di usia yang tertentu pula.
Misalnya, vaksin DPT harus diberikan di usia 2, 3, dan 4 bulan, karena
di usia itu penyakit sudah bisa berjangkit.
* Bagaimana kalau tidak sesuai jadwal?
Yang sesuai jadwal saja, tak bisa 100 persen melindungi anak. Misalnya,
3 kali suntikan imunisasi DPT, hanya bisa memberi perlindungan 90
persen. Jadi, kalau hanya sekali saja dilakukan dan yang selebihnya
tertunda, efek perlindungannya pun semakin kecil. Mungkin hanya 30
persen saja. Alhasil, kemungkinan terkena penyakitnya jadi cukup
besar.Jadi, imunisasi tetap harus diberi sesuai jadwal. Tak ada istilah
hangus.
* Ibu yang pernah mengalami kejang di masa
kecilnya, benarkah bayinya hanya diimunisasi DT saja tanpa P (Pertusis)
Mengapa?
Sebetulnya, bila dulu ibu pernah kejang demam, anaknya belum tentu
mengalami hal sama. Dengan kata lain, walau kemungkinan itu selalu ada,
selama si anak terbukti tak pernah kejang, suntikan DPT tetap bisa
diberikan. Kalau tidak, ia tak kebal pertusis.
Lain hal jika anak pernah mengalami kejang
karena demam. Ia hanya akan diberi suntikan DT atau DPT yang vaksin
Pertusisnya tidak menimbulkan demam. Namanya P Acelular. Bayi yang
pernah kejang akan kembali kejang jika diberi vaksin DPT yang vaksin
P-nya utuh atau bisa menimbulkan panas. Risikonya tentu saja tidak
kecil. Kejang yang berlangsung lama bisa merusak otaknya.
SELUK-BELUK IMUNISASI BCG
* Apa ciri keberhasilan imunisasi BCG?
Suntikan BCG yang benar adalah yang ditanam di kulit, tidak dalam, dan
tidak masuk ke otot seperti halnya suntikan DPT. Setelah disuntik,
permukaan kulit yang menjadi lokasi suntikan akan melendung/membengkak
karena suntikannya menyusur kulit itu.
Dua bulan kemudian, di bekas suntikan tersebut
terjadi luka kecil yang melendung dan kadang bernanah. Itu pertanda
bahwa vaksin BCG-nya "jadi" dan luka itu nantinya akan mengering
menjadi bentol kecil. Jadi, ciri imunisasi BCG yang berhasil ada dua,
yaitu kulit yang melendung jika penyuntikan dilakukan dengan benar dan
terjadinya luka kecil dua bulan kemudian jika vaksinnya mencapai
sasaran.
Sesuai konsensus nasional, agar mudah dilihat
apakah seorang anak pernah atau belum diimunisasi BCG, maka suntikan
ini umumnya dilakukan di lengan atas sebelah kanan.
* Apa artinya bila suntikan BCG tidak
berbekas?
Mungkin kualitas vaksinnya tak bagus atau tubuh anak tak bereaksi. Pada
anak yang mengalami kurang gizi, suntikan BCG ini tak akan "jadi"
karena daya tahan tubuhnya kurang bagus. Anak yang kurang gizi biasanya
tak akan memberi reaksi terhadap vaksinasi apa pun. Agar berhasil,
vaksinasi hanya bisa diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh baik.
Kalau gizi atau daya tahan tubuhnya jelek, maka tubuhnya tak mampu
membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat anti.
* Haruskah vaksinasi diulang dan kapan
sebaiknya dilakukan?
Pengulangan memang perlu tapi tak perlu dilakukan saat itu juga.
Idealnya, harus dilakukan tes Mantoux dulu setelah 2 bulan. Tes ini
akan menunjukkan apakah tubuh sudah membentuk zat antinya atau belum.
Kalau hasilnya positif dan besarnya sudah mencapai 10 ml atau 1 cm,
berarti sudah ada zat antinya. Namun jika lebih dari 15 ml, berarti
yang terbentuk adalah penyakit TBC-nya. Bila hasilnya negatif, berarti
tubuh tak membuat zat anti sama sekali. Berarti vaksinasi yang
diberikan gagal dan harus diulang. Kapan waktunya, akan diatur oleh
dokter.
* Apa akibatnya bila bayi mendapat
imunisasi BCG pada usia 3 bulan lebih?
Penyakit tuberkulosis sebetulnya mempunyai masa inkubasi sekitar 2
bulan atau 6-8 minggu. Jadi kalau imunisasi baru diberikan setelah
umurnya lewat 2 bulan, jangan-jangan dia sudah terkena kuman
tuberkulosis itu. Entah ditularkan orang tua atau lingkungannya. Maka
itu, suntikan BCG akan lebih baik jika diberikan lebih awal sebelum
usia bayi 2 bulan.
* Bayi yang akan diimunisasi BCG pada usia
lebih dari 3-4 bulan, apakah harus dites Mantoux dulu untuk memastikan
ia belum terkena TBC?
Idealnya begitu. Namun tes Mantoux relatif mahal. Akibatnya,
kadang-kadang di puskesmas, suntikan BCG akan langsung diberikan
walaupun usia bayi sudah lewat dari 3 bulan. Kalau misalnya dilakukan
tes mantoux dan hasilnya positif TBC, maka suntikan BCG tak perlu
diberikan. Tinggal penyakitnya itu saja yang diobati. Setelah sembuh
dari TBC, tubuh yang bersangkutan akan membuat zat anti dan kemungkinan
besar tidak akan terkena lagi.
* Katanya ada bayi yang kena TBC kulit
akibat imunisasi BCG. Ada juga yang di dada kanannya tumbuh jaringan
lain. Mengapa bisa demikian?
Kalau cara menyuntiknya salah, hal itu bisa terjadi. Suntikan yang
terlalu dalam bisa menimbulkan reaksi berupa TBC kulit. Kadang,
vaksin/kuman masuk ke kelenjar di dada sehingga terjadi pembesaran.
Untuk mengatasinya, kadang harus dilakukan pengangkatan kelenjar dengan
tindakan operasi.
* Apakah suntikan BCG selalu disertai
dengan benjolan di ketiak?
Tidak selalu. Benjolan di ketiak bisa terjadi kalau vaksin BCG masuk ke
kelenjar melalui cara penyuntikan yang salah. Kalau menyuntiknya benar
belum tentu benjolan terjadi. Itulah bahayanya kalau salah menyuntik.
Anak malah terinfeksi TBC karena vaksin BCG sebetulnya merupakan kuman
yang dilemahkan.
Apakah bayi yang sudah mendapat imunisasi
BCG masih mungkin tertular TBC? Mengapa?
Ya, karena tak ada satu pun vaksinasi yang dapat menjamin perlindungan
seutuhnya. Namun, kalau anak terkena penyakit, hal itu sebetulnya sama
dengan mendapat vaksinasi. Hanya saja, vaksinasi adalah kuman yang
diberikan secara sengaja agar muncul zat anti dari tubuh. Sementara
sakit disebabkan oleh kuman yang didapat dengan sendirinya.
Dedeh Kurniasih.
=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+
Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------
untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]
untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]
|