Bu, ini sekalian nyambung sama email satunya ya. Sebenernya sih salah satu
cara paling cepet untuk menyelesaikan tangisan anak adalah dicuekin. Dalam
tahap disiplin anak, itu yg namanya 'ignoring'. Ini boleh dilakukan untuk
perilaku anak yg nyebelin tapi nggak membahayakan, seperti nangis terus2an,
teriak2 cari perhatian, nyeret2 kaki kita, dll.

Kalau nangis terus muntah, ya sebetulnya begitulah memang. Kita aja kalau
nangis terus2an dan keras pula, kemungkinan akan terangsang jadi pingin
muntah juga kok. Catatan Bu, kalau cuma menghindari, anak tidak akan belajar
menghadapi realitas hidup ini. Jadi daripada cuma menghindari, gimana kalau
diperkuat juga kemampuan dia untuk bisa menerima 'kepahitan' dunia ini
kelak. Inget lho, nantinya kalau dia besar dan mendapatkan kesulitan hidup,
apa iya dia cuma bisa nangis doang? Nggak kan. Jadi, caranya dari yg paling
simpel, gak selalu dipenuhi kemanjaannya.

Soal dia maunya jawab pertanyaan orang tertentu aja, hmmm sepertinya dia
sudah tau siapa yang bisa memberikan kesenangan buat dia. Bu, dia baru 3
tahun lho. Kalau sudah diberi 'label' bahwa percuma nanya ke dia karena
nggak bakal dijawab, ya dia akan mengikuti label tersebut. Jadi kalau mau
dijawab, gimana kalau label di kepala para saudara2 itu dihapus dulu. Kalau
sudah dihapus, sekarang coba deh nanya lagi ke dia dengan lebih sabar,
dengan memberi lebih banyak waktu buat dia untuk menjawab. Ibu juga jangan
'cut' langsung dengan memberikan jawabannya atau mengulang lagi
pertanyaannya (mis, Tuh nak, ditanya tuh sama tante, tadi makan apa? --
kalau dulu waktu saya kecil, saya marah kalau ibu saya mengulang
pertanyaannya dan justru saya ngambek gak mau jawab, hehehehe). Kalau ke
anak saya, ketika anak saya gak mau jawab, saya akan bilang, "Oh, rupanya
kamu belum mau jawab sekarang ya. Sepertinya kamu mau jawab nanti kan? Oh,
kamu mau jawab ya kalau sudah kita berhitung bersama 10 hitungan?" Terus
saya mulai menghitung, lalu biasanya setelah itu dia akan jawab dengan malu2
sambil ngumpet2, tapi kan udah jawab kan. Jadi tentunya saya puji dia dong.
Paling setelah itu barulah bilang, "Waduh Tante nggak denger tuh jawabanmu.
Coba diulang agak keras dikit." Tapi kadang2 kalau dia memang dalam posisi
ngambek, yah sudahlah, dingertiin aja. Toh nggak begitu terus2an kan
(maksudnya, yakinkan diri kita bahwa dia bukan tipe orang yang nggak mau
jawab).

Gitu deh Bu. Btw, nama lengkap saya memang Anna Surti Ariani, tapi biasanya
dipanggil Nina, Bu. Anak saya dua, Stella, perempuan 6 tahun dan Dani, laki
2 tahun.

Ayo Bu, apa lagi nih?

Nina
Anna Surti Ariani, Psi.

Pada 15 Agustus 2008 14:06, nelly Rosa <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

> terima kasih banyak mba anna atas solusinya untuk kedua masalah anak saya,
> akan saya coba untuk lebih konsisten lagi.satu lagi nih mba,anak saya sejak
> bayi sampai umur 3 tahun sekarang kok ga pernah mau jawab pertanyaan orang
> lain/saudaranya ya....sampai2 nenek kakeknya dan saudara2 yang lain tuh udah
> ga pengen nanya dia coz percuma nanya juga ga bakal dijawab,padahal kalau
> sama saya cerewetnya minta ampun.kadang saya sedih sekali karena anak saya
> jadi banyak yang nyuekin.terima kasih jawabannya
>
>
> On 8/15/08, Anna Surti Ariani Teguh Budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>>  Singkat cerita, utk usia ini masih cukup wajar, karena dia sudah mulai
>> mengerti bahwa alat kelaminnya bisa menimbulkan kesenangan. Tapi tentu saja
>> tak perlu dibiarkan terus karena bisa berakibat kurang baik untuk
>> perkembangan emosi, sosial, dan seksualnya. Jadi Bu, gimana kalau anak
>> dikasih lebih banyak variasi aktivitas sehingga nggak sampai berpikir perlu
>> 'gemes2an' ini. Kalau anaknya sedang gak punya kegiatan lain yg menarik kan
>> dia jadi kepikir ingin melakukan 'gemes2an' ini.
>>
>> Nah, kalau sudah dikasih kegiatan2 menarik lain dan sesekali dia masih
>> juga melakukan, jangan melarang. Sebaliknya coba dengan halus mengalihkan
>> perhatiannya ke kegiatan lain. Misalnya nih, ketika masuk ke ruangan
>> menemukan dia sedang menghimpit bantal, Ibu bisa memeluk dia sambil
>> mengobrol lalu mengajak dia keluar kamar untuk bermain yang lain. Dengan
>> demikian dia tak akan terlalu menyadari bahwa sebetulnya Ibu sedang
>> 'mengontrol gemes2an' itu, tapi malah akan menjadi lebih dekat kepada Ibu
>> karena dia tahu bahwa Ibunya bisa memberikan kesenangan yang lain.
>>
>> Kalau masih bingung, silahkan bertanya kembali Bu.
>>
>> Nina
>> Anna Surti Ariani, Psi.
>>
>>
>> Pada 12 Agustus 2008 20:49, nelly Rosa <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>>
>>> Dear mba uttiek and all
>>>
>>> saya punya masalah nih,anak saya usia 3 tahun belakangan ini sering
>>> sekali bermain gemes-gemesan dengan cara menghimpit bantal atau apa saya ke
>>> selangkangan pahanya dan seperti yang gemes-gemes gitu deh sampe
>>> keringatan,kalau dilarang dia marah dan menangis katanya dia suka
>>> geme-gemesan,tapi saya jadi khawatir apakah itu termasuk jenis onani atau
>>> apa ya?trus gimana cara mengatasinya karena saya tidak mau kebiasaan ini
>>> terjadi terus.
>>> barangkali ada teman2 milis yang punya pengalaman serupa,mohon sharingnya
>>> ya
>>> thx.
>>> mba uttiek kalau ada artikel tentang hal ini mohon diposting ya,maksih
>>> sebelumnya.
>>>
>>>
>>
>>
>>
>
>

Kirim email ke