Saya.... benar2 gak bisa ngomong apa2 atas berita
ini... Sedih...Sayapun mengalami kejadian yang mirip
karena ibu saya sedang menjalani kemoterapi...
Saya juga prihatin, memang banyak sekali kasus yang
mirip makan buah simalakama ini...
Rasanya ngeri dan gak bisa terima kalo ada dokter/rs
yang justru bikin kita bingung,marah, benci... (maaf
kalau ada dokter/tenaga medis yang baca)...
Tapi buat Pak Acep Apriyanto, benar... nggak ada jalan
lain selain pasrah dan terus berdo'a pada Allah,
karena apapun tindakan medis yang dilakukan hasilnya
memang Allah yang mengatur.
Semoga tabah ya Pak....


Salam
Nunik




  
--- Masiatun Abdulhadi <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> 
> 
> ---- Original Message -----
> From: ACP-Acep Apriyanto
> Sent: Thursday, May 12, 2005 1:00 PM
> Subject: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA (Imunisasi
> HIB) 
> 
> Ini kisah nyata yang saya alami, sebagai informasi /
> pelajaran bagi
> Rekan-rekan jika suatu saat ada yang menghadapi
> cobaan seperti yang saya
> alami.
> Saya salah satu karyawan Kantor Pusat di Perusahaan
> kita, saya menikah
> pada 
> pertengahan tahun 2001, saya mempunyai Istri "I"
> yang dulunya juga
> adalah
> karyawan di Perusahaan kita (Cab. Fatmawati), dan
> karena untuk mematuhi
> peraturan di perusahaan (tidak boleh menikah antar
> sesama Karyawan),
> Istri 
> saya mengundurkan diri dari Perusahaan.
> 
> Sejak Menikah (th.2001), Istri saya telah mengalami
> dua kali keguguran,
> yang
> pertama +/- pada kehamilan berumur 2,5 bulan, dan
> yang kedua sempat di
> Operasi "Kuretase" karena usia kehamilannya telah
> berumur 3,5 bulan. 
> 
> Penyebab keguguran, menurut dokter "K" di RS "A"
> Panglima Polim/Jakarta,
> karena Istri saya "kecapaian" (Istri saya bekerja di
> Perusahaan lain
> setelah
> pengunduran dirinya) dan kandungannya "agak lemah".
> Dokter memeriksa
> hasil 
> Lab. komplit hasilnya " negatif ", tidak terdapat
> penyakit yang
> menyebabkan
> Istri saya keguguran. Jadi secara medis memang
> penyebabnya hanya
> "Kecapaian"
> dan "Kandungannya lemah". Jadi jika suatu saat Istri
> saya hamil lagi,
> dokter 
> menyarankan harus extra hati-hati dalam merawatnya.
> 
> Bulan Sept 2004, Pada saat Istri saya periksa
> (karena sudah terlambat
> bulan)
> ke dokter kandungan dr. "K" di RS "A", istri saya
> kembali dinyatakan
> Hamil, 
> keluarga kami begitu bahagia mendengar berita ini.
> Lalu saya dan Istri
> dengan sangat hati-hati merawat kehamilan ini.
> Segala saran-saran dokter
> kami laksanakan dengan baik, minum penguat janin,
> vitamin-vitamin, susu
> ibu 
> hamil, menjaga kesehatan makanan, makan makanan
> bergizi, menjaga
> pantangan-pantangan ketika Hamil, dan bahkan untuk
> menjaga kehamilannya
> (pada saat itu berumur 5 bulan), Istri saya rela
> kembali keluar dari
> tempat 
> kerjanya (saat itu masih bekerja pada Bank "B")
> dengan tujuan ingin
> benar-be
> nar konsentrasi dalam merawat/menyusui anak.
> 
> Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya
> melahirkan dengan baik
> (walau
> dengan operasi caesar), bayi kami sehat tidak kurang
> suatu apapun,
> beratnya
> 3.150 Kg dengan panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami
> sangat bahagia atas
> peristiwa ini. Kembali Segala saran-saran dokter
> (Dokter Anak: Prof. "R"
> di 
> RS "A") kami laksanakan dengan baik, minum
> vitamin-vitamin, susu ibu
> menyusui, menjaga kesehatan makanan/perlengkapan
> makan, makan makanan
> bergizi, menjaga pantangan-pantangan dalam merawat
> bayi. dan rutin
> melakukan 
> Imunisasi.
> 
> Disinilah mulai timbul bencana pada keluarga kami,
> pada saat anak/bayi
> kami
> berusia +/- 7 bulan, untuk kesekian kalinya kami
> datang untuk imunisasi,
> pada saat itu kami datang ke dr Anak kami Prof. "R"
> di RS "A", namun
> pada 
> saat itu beliau tidak masuk, diganti oleh dokter
> pengganti/wanita yang
> masih
> muda/mungkin dokter baru (namun saya lupa namanya).
> Begitu melihat
> jadwal
> pada buku RS anak saya, dokter tersebut langsung
> siap melakukan
> imunisasi 
> terhadap anak saya, "hari ini imunisasi HIB ya ?!" ,
> saya & istri tahu
> bahwa
> imunisasi HIB tersebut salah satunya untuk mencegah
> radang Otak, makanya
> Istri saya sempat bertanya, "dok, seandainya
> imunisasi ini tidak
> dilakukan 
> bagaimana ya?!", lalu dokter pengganti tersebut
> menjawab dengan nada
> agak
> ketus, "apakah ibu mau, anak ibu jadi Idiot?!
> (sambil memperagakan
> tampang
> muka orang yang idiot dengan lidah dijulurkan
> keluar)" . Karena begitu 
> sayangnya kami dengan anak kami, sudah barang tentu
> kami tidak mau anak
> kami
> idiot, lagi pula saya saat itu berfikir demi
> kesehatan anak kami
> tentulah
> kami menuruti apa kata dokter yang lebih
> tahu/berpengalaman dengan
> imunisasi 
> tersebut. Lalu tanpa memeriksa dengan seksama
> kondisi anak kami dalam
> keadaan fit/tidak, dan perlu tidaknya imunisasi
> tersebut kembali
> diberikan
> kepada anak saya (karena sebelumnya pada saat
> berumur +/- 5 bulan anak
> kami 
> telah pernah diberikan imunisasi HIB I) dokter
> pengganti tersebut
> langsung
> memberikan suntikan imunisasi HIB II kepada anak
> saya.
> 
> Dua hari setelah pemberian imunisasi HIB yang kedua
> tersebut anak kami
> mengalami panas, lalu turun, panas lagi lalu turun (
> 2 atau 3 hari
> sekali 
> pasti mengalami panas ) dan anehnya panasnya hanya
> dikepala dan di
> pundak/leher serta di ketiak saja, badan/tangan dan
> kakinya tidak.
> 
> Hal ini berlangsung +/- selama dua minggu, jika
> sedang panas, panasnya
> pernah sampai 40,6 derajat C.
> 
> Sewaktu di kantor saya sempat bertanya kepada
> rekan-rekan yang
> masih/pernah
> punya anak kecil mengenai panas anak saya, banyak
> diantara mereka yang
> bilang panas setinggi itu berbahaya, malah sebagian
> teman bilang anaknya
> 
> panas "cuma" 38 derajat C saja sudah
> Step/kejang-kejang, namun sampai
> hari
> itu anak saya belum pernah Step/kejang-kejang,
> padahal panasnya beberapa
> kali sampai 40 derajat C, dan biasanya akan turun
> dengan sendirinya, 
> paling-paling hanya rewel, susah tidur. Saya mulai
> Panik dan khawatir,
> takut
> jika anak saya tiba-tiba kejang/step di rumah.
> 
> Dan Saya mulai ke dokter, kebetulan di dekat rumah
> ada dokter Umum di
> RS.
> "D" ( Berhubung waktu itu hari minggu tidak ada
> dokter Spesialis anak
> yang 
> Buka ). Dokter tersebut memberikan beberapa macam
> obat, ada yang syrup,
> ada
> yang serbuk. Setelah memakan obat-obatan tersebut
> selama 3 hari, anak
> kami
> masih belum membaik ( panasnya masih naik turun ),
> lalu 
=== message truncated ===



                
__________________________________ 
Yahoo! Mail Mobile 
Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. 
http://mobile.yahoo.com/learn/mail 



=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nova
milis-nova@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke