Saya turut prihatin atas kejadian-kejadian tersebut. Hal ini mengingatkan
saya pada kejadian yang saya alami pada saat melahirkan anak kedua saya
tahun 1995 yang lalu.
Saat itu saya tinggal di kota Lumajang untuk melahirkan anak kedua saya yang
harus dilakukan melalui operasi caesar/sectio karena kehamilan kedua saya
tersebut diluar dugaan (kebobolan) dimana saya sudah menjalani KB (suntik)
secara rutin 3 bulan sekali. Jika dilihat dari umur kehamilan saya saat itu
diperkirakan suntikan KB pertama berhasil namun yang kedua gagal jadi pada
suntikan KB ketiga kemungkinan saya sudah hamil sekitar 2 bulan. Sehingga
pada saat anak pertama saya baru berumur 18 bulan yang proses kelahirannya
melalui operasi caesar saya harus menjalani kembali operasi caesar untuk anak kedua saya dimana seharusnya setelah menjalani operasi caesar minimal setelah 2 tahun baru boleh hamil lagi namun apa mau dikata saat itu saya mengetahui kehamilan anak kedua saya setelah janin diperut sudah berumur 4 - 5 bulan. Jadi hal ini diluar dugaan kami. Hal yang memprihatinkan terjadi pada saat saya dimeja operasi di RSU di Lumajang dimana seorang suster atau bidan (saya kurang jelas) yang membantu dokter sebelum proses operasi kelahiran anak kedua saya itu membersihkan perut saya sebelum dibedah. Suster/bidan itu membersihkan perut saya sambil mengolok-olok, memarahi saya bahkan cenderung menghina dan menyalahkan saya habis-habisan atas jarak kehamilan saya yang terlalu pendek antara operasi pertama dan kedua. Kata-kata yang dia ucapkan sangat banyak dan menyakitkan padahal dokter yang menangani saya tidak pernah sama sekali menyalahkan saya atas hal tersebut karena dia tahu hal tersebut diluar dugaan. Sambil menunggu dokter yang akan menangani saya saat itu saya juga mendengar suster/bidan tersebut juga memarah-marahi beberapa perawat (mungkin perawat magang dari sekolah perawat) yang sedang bertugas membersihkan di ruang operasi tersebut. Kejadian berikutnya adalah ketika saya berada dalam ruang perawatan setelah operasi, dimana datang banyak orang pria dan wanita dengan seragam putih sekitar 20 - 30 orang atau mungkin lebih dengan seorang mengajar yang mempertunjukkan perut saya yang akan dibuka jahitannya. Ternyata saya dijadikan alat pengajaran untuk mereka tanpa meminta ijin pada saya atau keluarga saya terlebih dahulu dan pengajar tersebut mempraktekkan kepada mereka dalam membuka jahitan dan kemudian dia meminta salah satu dari mereka untuk mencoba dan ada satu orang yang saat itu mencoba melakukan pembukaan jahitan diperut saya. Saya rasa hal ini sangat tidak patut dilakukan sekalipun saat itu saya mengambil kelas III untuk perawatan di RSU tersebut karena saat itu ditempat suami saya bekerja (hotel ternama di Malang) tidak memberikan jaminan kesehatan untuk keluarga termasuk untuk biaya kelahiran. Sampai akhirkan mereka semua meninggalkan saya dengan tanpa mengembalikan posisi tempat tidur saya pada posisi semula karena pada saat proses pengajaran tempat tidur saya agak ditarik kesamping supaya semua bisa melihat dengan jelas (mengelilingi saya). Ini adalah pengalaman pahit yang alami yang masih dalam ingatan saya walaupun saat ini anak saya telah berusia hampir 10 tahun.

Salam,
Lily - Nederland




----- Original Message ----- From: "Ranita" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "milis-nova List Member" <milis-nova@news.gramedia-majalah.com>
Sent: Friday, May 20, 2005 12:31 PM
Subject: [milis-nova] SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA (Imunisasi HIB) {03}


Saya ikut sedih mendengar cerita dari ibu. Karena saya juga baru mengalami
hal tersebut. Namun saya masih lebih beruntung karena akhirnya saya
menemukan dokter yang cukup bisa diajak konsultasi.
Begini ceritanya, ketika kehamilan 4bln dokter menemukan kelainan pada
janin saya menurut hasil USG. Akhirnya saya dirujuk ke rumah sakit di
daerah pondok indah utk mejalani USG 3D. Disana memang ditemukan ada
kelainan namun masih suspect. Macamnya ada 3 dengan nama2 yang asing
menurut kami sebagai orang awam. KAmi kembali ke dokter yang merujuk kami
sambil membawa hasil USG. Namun dia merasa tidak puas dan saya disuruh
kembali ke rumah sakit rujukan tadi, tanpa mendapat penjelasan yang jelas.
Disana saya ketemu dokter yang lebih senior. Tapi saya tidak mendapat
jawaban yang jelas, malah dia rasanya pengen mengusir saya. Karena
pasiennya banyak. Kemudian kami ke RS di Salemba, disana kami bertemu
dengan ahli USG. Dia malah lebih sombong. Ketika saya tanya tentang
kelainan yang janin saya alami dia jawab seenaknya. Kami sebagai orng awam
hanya bisa menduga apa yang terjadi pada janin saya tanpa ada gambaran
yang jelas. Alhamdulillah kami ditemukan dengan dokter di RS di SLIPI.
Meskipun dia tidak baik - baik amat tapi dia bisa memberikan gambaran
tentang kelainan pada janin saya dan bisa memberikan solusi. Tidak seperti
dokter2 yang sudah saya temui. Kita membayar dia untuk konsultasi tapi dia
malah bersikap begitu sombong dan mentang2 karena kita butuh mereka.
Akhirnya perjalanan kami dari dokter ke dokter, rumah sakit ke rumah sakit
ada juga solusinya. Meskipun akhirnya bayi saya harus diterminasi karena
jika diteruskan terlalu banyak kelainan(kelainan kromosom, kista diotak,
omphalocele, kelainan jantung,dll) dan bisa meninggal di dalam sehingga
membahayakan nyawa sang ibu. Satu pertanyaan besar dalam diri saya?
pengabdian pada siapa dokter-dokter ini? pada uang atau kemanusiaan? Saya
harap ada dokter yang membaca ini, sehingga tergugah hati mereka. Amien..

On Tue, 17 May 2005 21:46:07 -0700 (PDT)
 NUNIK SUSILO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Saya.... benar2 gak bisa ngomong apa2 atas berita
ini... Sedih...Sayapun mengalami kejadian yang mirip
karena ibu saya sedang menjalani kemoterapi...
Saya juga prihatin, memang banyak sekali kasus yang
mirip makan buah simalakama ini...
Rasanya ngeri dan gak bisa terima kalo ada dokter/rs
yang justru bikin kita bingung,marah, benci... (maaf
kalau ada dokter/tenaga medis yang baca)...
Tapi buat Pak Acep Apriyanto, benar... nggak ada jalan
lain selain pasrah dan terus berdo'a pada Allah,
karena apapun tindakan medis yang dilakukan hasilnya
memang Allah yang mengatur.
Semoga tabah ya Pak....


Salam
Nunik




 --- Masiatun Abdulhadi <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:



---- Original Message -----
From: ACP-Acep Apriyanto
Sent: Thursday, May 12, 2005 1:00 PM
Subject: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA (Imunisasi
HIB) Ini kisah nyata yang saya alami, sebagai informasi /
pelajaran bagi
Rekan-rekan jika suatu saat ada yang menghadapi
cobaan seperti yang saya
alami.
Saya salah satu karyawan Kantor Pusat di Perusahaan
kita, saya menikah
pada pertengahan tahun 2001, saya mempunyai Istri "I"
yang dulunya juga
adalah
karyawan di Perusahaan kita (Cab. Fatmawati), dan
karena untuk mematuhi
peraturan di perusahaan (tidak boleh menikah antar
sesama Karyawan),
Istri saya mengundurkan diri dari Perusahaan.

Sejak Menikah (th.2001), Istri saya telah mengalami
dua kali keguguran,
yang
pertama +/- pada kehamilan berumur 2,5 bulan, dan
yang kedua sempat di
Operasi "Kuretase" karena usia kehamilannya telah
berumur 3,5 bulan. Penyebab keguguran, menurut dokter "K" di RS "A"
Panglima Polim/Jakarta,
karena Istri saya "kecapaian" (Istri saya bekerja di
Perusahaan lain
setelah
pengunduran dirinya) dan kandungannya "agak lemah".
Dokter memeriksa
hasil Lab. komplit hasilnya " negatif ", tidak terdapat
penyakit yang
menyebabkan
Istri saya keguguran. Jadi secara medis memang
penyebabnya hanya
"Kecapaian"
dan "Kandungannya lemah". Jadi jika suatu saat Istri
saya hamil lagi,
dokter menyarankan harus extra hati-hati dalam merawatnya.

Bulan Sept 2004, Pada saat Istri saya periksa
(karena sudah terlambat
bulan)
ke dokter kandungan dr. "K" di RS "A", istri saya
kembali dinyatakan
Hamil, keluarga kami begitu bahagia mendengar berita ini.
Lalu saya dan Istri
dengan sangat hati-hati merawat kehamilan ini.
Segala saran-saran dokter
kami laksanakan dengan baik, minum penguat janin,
vitamin-vitamin, susu
ibu hamil, menjaga kesehatan makanan, makan makanan
bergizi, menjaga
pantangan-pantangan ketika Hamil, dan bahkan untuk
menjaga kehamilannya
(pada saat itu berumur 5 bulan), Istri saya rela
kembali keluar dari
tempat kerjanya (saat itu masih bekerja pada Bank "B")
dengan tujuan ingin
benar-be
nar konsentrasi dalam merawat/menyusui anak.

Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya
melahirkan dengan baik
(walau
dengan operasi caesar), bayi kami sehat tidak kurang
suatu apapun,
beratnya
3.150 Kg dengan panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami
sangat bahagia atas
peristiwa ini. Kembali Segala saran-saran dokter
(Dokter Anak: Prof. "R"
di RS "A") kami laksanakan dengan baik, minum
vitamin-vitamin, susu ibu
menyusui, menjaga kesehatan makanan/perlengkapan
makan, makan makanan
bergizi, menjaga pantangan-pantangan dalam merawat
bayi. dan rutin
melakukan Imunisasi.

Disinilah mulai timbul bencana pada keluarga kami,
pada saat anak/bayi
kami
berusia +/- 7 bulan, untuk kesekian kalinya kami
datang untuk imunisasi,
pada saat itu kami datang ke dr Anak kami Prof. "R"
di RS "A", namun
pada saat itu beliau tidak masuk, diganti oleh dokter
pengganti/wanita yang
masih
muda/mungkin dokter baru (namun saya lupa namanya).
Begitu melihat
jadwal
pada buku RS anak saya, dokter tersebut langsung
siap melakukan
imunisasi terhadap anak saya, "hari ini imunisasi HIB ya ?!" ,
saya & istri tahu
bahwa
imunisasi HIB tersebut salah satunya untuk mencegah
radang Otak, makanya
Istri saya sempat bertanya, "dok, seandainya
imunisasi ini tidak
dilakukan bagaimana ya?!", lalu dokter pengganti tersebut
menjawab dengan nada
agak
ketus, "apakah ibu mau, anak ibu jadi Idiot?!
(sambil memperagakan
tampang
muka orang yang idiot dengan lidah dijulurkan
keluar)" . Karena begitu sayangnya kami dengan anak kami, sudah barang
tentu
kami tidak mau anak
kami
idiot, lagi pula saya saat itu berfikir demi
kesehatan anak kami
tentulah
kami menuruti apa kata dokter yang lebih
tahu/berpengalaman dengan
imunisasi tersebut. Lalu tanpa memeriksa dengan seksama
kondisi anak kami dalam
keadaan fit/tidak, dan perlu tidaknya imunisasi
tersebut kembali
diberikan
kepada anak saya (karena sebelumnya pada saat
berumur +/- 5 bulan anak
kami telah pernah diberikan imunisasi HIB I) dokter
pengganti tersebut
langsung
memberikan suntikan imunisasi HIB II kepada anak
saya.

Dua hari setelah pemberian imunisasi HIB yang kedua
tersebut anak kami
mengalami panas, lalu turun, panas lagi lalu turun (
2 atau 3 hari
sekali pasti mengalami panas ) dan anehnya panasnya hanya
dikepala dan di
pundak/leher serta di ketiak saja, badan/tangan dan
kakinya tidak.

Hal ini berlangsung +/- selama dua minggu, jika
sedang panas, panasnya
pernah sampai 40,6 derajat C.

Sewaktu di kantor saya sempat bertanya kepada
rekan-rekan yang
masih/pernah
punya anak kecil mengenai panas anak saya, banyak
diantara mereka yang
bilang panas setinggi itu berbahaya, malah sebagian
teman bilang anaknya

panas "cuma" 38 derajat C saja sudah
Step/kejang-kejang, namun sampai
hari
itu anak saya belum pernah Step/kejang-kejang,
padahal panasnya beberapa
kali sampai 40 derajat C, dan biasanya akan turun
dengan sendirinya, paling-paling hanya rewel, susah tidur. Saya mulai
Panik dan khawatir,
takut
jika anak saya tiba-tiba kejang/step di rumah.

Dan Saya mulai ke dokter, kebetulan di dekat rumah
ada dokter Umum di
RS.
"D" ( Berhubung waktu itu hari minggu tidak ada
dokter Spesialis anak
yang Buka ). Dokter tersebut memberikan beberapa macam
obat, ada yang syrup,
ada
yang serbuk. Setelah memakan obat-obatan tersebut
selama 3 hari, anak
kami
masih belum membaik ( panasnya masih naik turun ),
lalu
=== message truncated ===




__________________________________ Yahoo! Mail Mobile Take Yahoo! Mail
with you! Check email on your mobile phone.
http://mobile.yahoo.com/learn/mail
=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nova
milis-nova@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]



========================================================================================
Akses Internet TELKOMNet-Instan beri Diskon s.d. 50 % khusus untuk wilayah
Jawa Timur.
Informasi selengkapnya di www.telkomnetinstan.com atau hub 0800-1-INSTAN
(467826)
========================================================================================


=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nova
milis-nova@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]






=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nova
milis-nova@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke