Dear nakita-ers,

Semoga membantu

Salam,
Uttiek

BIJAK MENGONSUMSI OBAT

Agar efektif, obat sebaiknya dikonsumsi secara tepat.

Salah satu prinsip bijak berkaitan dengan obat-obatan adalah jangan sembarangan memberikan obat pada anak. Apalagi untuk bayi. Pasalnya, organ-organ tubuhnya masih dalam fase pertumbuhan yang secara fisiologik berbeda dengan anak yang lebih besar. Nah, agar tak salah kaprah saat memberikan obat pada si kecil, yuk kita simak hal-hal berikut ini:

JADWAL MINUM OBAT
Bacalah jadwal minum obat (yang biasanya tertulis pada kemasan obat) dengan saksama; apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. Soalnya, ini berkaitan dengan efektivitas dan pengaruhnya terhadap saluran cerna. Ada obat yang diserapnya sangat baik saat perut kosong. Sementara, obat lain diberikan sesudah makan untuk mengurangi rangsangan pada lambung. Misalnya obat antibiotik amoksilin, bila diminum setelah makan akan mengurangi rangsangan pada lambung.
Bahkan ada beberapa jenis obat yang perlu diminum kontinu dan tepat waktu. Jadi misalnya obat A diminum setelah sarapan, ya, selanjutnya harus seperti itu. Obat untuk Tuberkulosis (TBC), misalnya, pemberiannya yang kontinu di tiap pagi sebelum makan, bertujuan agar kuman-kuman TBC dapat terbasmi sempurna. Jadwal pemberian yang sembarangan akan berdampak pada hasil yang kurang efektif. Dalam artian, kuman-kuman TBC jadi tidak mati/membutuhkan waktu lebih lama. Dalam sistem pemberantasan TBC ada orang yang disebut "pengawas minum obat", agar penderita dapat selalu minum obat tepat jadwal.
JANGKA WAKTU PEMBERIAN
Jangka waktu pemberian obat pun tak boleh dilanggar. Lantaran itulah, pasien harus aktif menanyakan soal ini setiap berkonsultasi pada dokter; kapan obat ini harus dihentikan pemakaiannya; apakah setelah gejala hilang atau sampai obat tersebut habis dikonsumsi.
Sebagai catatan, dokter memberikan obat dengan tujuan berbeda-beda. Ada obat yang diberikan untuk mengatasi suatu gejala atau keluhan saja, misalnya obat turun panas. Obat dihentikan setelah gejala panas hilang. Namun ada juga obat yang tetap diteruskan meskipun gejala penyakitnya sudah hilang, biasanya adalah antibiotik yang diberikan dalam jumlah tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh penderita agar tetap stabil pada masa penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
OBAT ANTIBIOTIK HARUS DIHABISKAN
Intinya, ketika dokter meresepkan obat antibiotik maka harus dihabiskan. Ini dilakukan agar kuman dapat tereradikasi atau terbasmi semua. Penggunaan antibiotik yang tidak tuntas hanya akan membuat kuman "mati suri". Lama kelamaan kalau kebiasaan buruk ini berlangsung terus, kuman bisa jadi kebal terhadap antibiotik tersebut sehingga penderita membutuhkan antibiotik lain yang lebih ampuh untuk membasminya.
Yang perlu diketahui, pemberian antibiotik sebenarnya hanya untuk penyakit-penyakit yang disebabkan kuman atau bakteri. Jadi, pada kasus-kasus infeksi yang disebabkan oleh virus, antibiotik tidak bermanfaat kecuali kalau dicurigai ada infeksi oleh bakteri juga. Kalau dalam follow up selanjutnya ternyata diagnosis infeksi virus lebih jelas, maka pemberian antibiotik bisa dihentikan. Petunjuk diperoleh dengan melihat gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium. Pemberian antibiotik yang kurang jelas indikasinya akan mengganggu keseimbangan flora usus.
JANGAN SEMBARANG BELI OBAT RESEP
Resep biasanya diberikan kepada pasien untuk sekali pakai. Berarti, setelah obat-obatan tersebut habis maka penderita tak boleh membeli lagi tanpa pertimbangan dari dokter terlebih dahulu. Meskipun yang bersangkutan tahu merek dan kegunaannya. Kenapa? Karena mungkin penyebabnya berbeda sehingga memerlukan obat yang berbeda, dan ada obat-obatan yang jika diberikan berulang-ulang dalam jangka lama akan mengganggu pertumbuhan atau menimbulkan efek samping.
Namun memang ada obat resep yang dapat dibeli tanpa harus kembali mendatangi dokter. Untuk obat jenis ini, dokter akan menulis "iter" di dalam resepnya. Maksudnya, obat boleh diulang tanpa harus berkonsultasi pada dokter, misalnya obat epilepsi. Obat ini sengaja harus dibeli sedikit sedikit untuk mencegah kerusakan di rumah, sedangkan harus diberikan dalam jangka lama. Sebaliknya, untuk obat-obatan yang tidak boleh sembarangan dibeli akan tertulis kalimat "Harus dengan resep dokter".
OBAT BEBAS UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA
Si kecil boleh kok minum obat bebas, bahkan yang dijual di warung-warung sekalipun asal obat itu legal. Malah dianjurkan agar obat bebas--seperti obat demam, flu, batuk dan oralit--selalu ada di kotak obat sebagai persediaan untuk pertolongan pertama.
Tentu saja, penggunaannya harus sesuai dengan dosis yang tertera dalam kemasan dan bila gejala sakit masih berlanjut hingga 2 hari, si kecil harus segera dibawa berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Namun bagi si kecil yang masih bayi perlu lebih berhati-hati. Tidak semua obat bebas dapat diberikan untuknya. Kecuali tertulis "untuk umur di bawah 2 tahun" atau "dosis ditentukan oleh dokter". Dalam hal ini orang tua perlu bertanya dahulu ke dokter anaknya.
Irfan Hasuki. Foto: Iman/NAKITA
 

Konsultan ahli:
dr. Hadjat S. Digdowirogo, Sp.A,
dari Klinik Spesialis Merpati,
Bintaro Sektor 1, Jakarta Selatan

Kirim email ke