Dear nakita-ers, Semoga membantu Salam, Uttiek BIJAK MENGONSUMSI OBAT Agar efektif, obat sebaiknya dikonsumsi secara tepat.
JADWAL MINUM OBAT
Bacalah
jadwal minum obat (yang biasanya tertulis pada kemasan obat) dengan
saksama; apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. Soalnya, ini
berkaitan dengan efektivitas dan pengaruhnya terhadap saluran cerna.
Ada obat yang diserapnya sangat baik saat perut kosong. Sementara, obat
lain diberikan sesudah makan untuk mengurangi rangsangan pada lambung.
Misalnya obat antibiotik amoksilin, bila diminum setelah makan akan
mengurangi rangsangan pada lambung.
Bahkan
ada beberapa jenis obat yang perlu diminum kontinu dan tepat waktu.
Jadi misalnya obat A diminum setelah sarapan, ya, selanjutnya harus
seperti itu. Obat untuk Tuberkulosis (TBC), misalnya, pemberiannya yang
kontinu di tiap pagi sebelum makan, bertujuan agar kuman-kuman TBC
dapat terbasmi sempurna. Jadwal pemberian yang sembarangan akan
berdampak pada hasil yang kurang efektif. Dalam artian, kuman-kuman TBC
jadi tidak mati/membutuhkan waktu lebih lama. Dalam sistem
pemberantasan TBC ada orang yang disebut "pengawas minum obat", agar
penderita dapat selalu minum obat tepat jadwal.
JANGKA WAKTU PEMBERIAN
Jangka
waktu pemberian obat pun tak boleh dilanggar. Lantaran itulah, pasien
harus aktif menanyakan soal ini setiap berkonsultasi pada dokter; kapan
obat ini harus dihentikan pemakaiannya; apakah setelah gejala hilang
atau sampai obat tersebut habis dikonsumsi.
Sebagai
catatan, dokter memberikan obat dengan tujuan berbeda-beda. Ada obat
yang diberikan untuk mengatasi suatu gejala atau keluhan saja, misalnya
obat turun panas. Obat dihentikan setelah gejala panas hilang. Namun
ada juga obat yang tetap diteruskan meskipun gejala penyakitnya sudah
hilang, biasanya adalah antibiotik yang diberikan dalam jumlah
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh penderita agar
tetap stabil pada masa penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
OBAT ANTIBIOTIK HARUS DIHABISKAN
Intinya,
ketika dokter meresepkan obat antibiotik maka harus dihabiskan. Ini
dilakukan agar kuman dapat tereradikasi atau terbasmi semua. Penggunaan
antibiotik yang tidak tuntas hanya akan membuat kuman "mati suri". Lama
kelamaan kalau kebiasaan buruk ini berlangsung terus, kuman bisa jadi
kebal terhadap antibiotik tersebut sehingga penderita membutuhkan
antibiotik lain yang lebih ampuh untuk membasminya.
Yang
perlu diketahui, pemberian antibiotik sebenarnya hanya untuk
penyakit-penyakit yang disebabkan kuman atau bakteri. Jadi, pada
kasus-kasus infeksi yang disebabkan oleh virus, antibiotik tidak
bermanfaat kecuali kalau dicurigai ada infeksi oleh bakteri juga. Kalau
dalam follow up selanjutnya ternyata diagnosis infeksi virus
lebih jelas, maka pemberian antibiotik bisa dihentikan. Petunjuk
diperoleh dengan melihat gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium.
Pemberian antibiotik yang kurang jelas indikasinya akan mengganggu
keseimbangan flora usus.
JANGAN SEMBARANG BELI OBAT RESEP
Resep
biasanya diberikan kepada pasien untuk sekali pakai. Berarti, setelah
obat-obatan tersebut habis maka penderita tak boleh membeli lagi tanpa
pertimbangan dari dokter terlebih dahulu. Meskipun yang bersangkutan
tahu merek dan kegunaannya. Kenapa? Karena mungkin penyebabnya berbeda
sehingga memerlukan obat yang berbeda, dan ada obat-obatan yang jika
diberikan berulang-ulang dalam jangka lama akan mengganggu pertumbuhan
atau menimbulkan efek samping.
Namun
memang ada obat resep yang dapat dibeli tanpa harus kembali mendatangi
dokter. Untuk obat jenis ini, dokter akan menulis "iter" di
dalam resepnya. Maksudnya, obat boleh diulang tanpa harus berkonsultasi
pada dokter, misalnya obat epilepsi. Obat ini sengaja harus dibeli
sedikit sedikit untuk mencegah kerusakan di rumah, sedangkan harus
diberikan dalam jangka lama. Sebaliknya, untuk obat-obatan yang tidak
boleh sembarangan dibeli akan tertulis kalimat "Harus dengan resep
dokter".
OBAT BEBAS UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA
Si
kecil boleh kok minum obat bebas, bahkan yang dijual di warung-warung
sekalipun asal obat itu legal. Malah dianjurkan agar obat
bebas--seperti obat demam, flu, batuk dan oralit--selalu ada di kotak
obat sebagai persediaan untuk pertolongan pertama.
Tentu
saja, penggunaannya harus sesuai dengan dosis yang tertera dalam
kemasan dan bila gejala sakit masih berlanjut hingga 2 hari, si kecil
harus segera dibawa berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Namun
bagi si kecil yang masih bayi perlu lebih berhati-hati. Tidak semua
obat bebas dapat diberikan untuknya. Kecuali tertulis "untuk umur di
bawah 2 tahun" atau "dosis ditentukan oleh dokter". Dalam hal ini orang
tua perlu bertanya dahulu ke dokter anaknya.
Irfan
Hasuki. Foto: Iman/NAKITA
Konsultan ahli: |