In a message dated 5/25/99 10:13:05 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:
Jaya:
>  Ya memang ABRI/TNI harus bertanggung jawab bila ada anggotanya yg
>  bertindak di luar garis komando pentolan tertingginya. Cuman ya itu, alasan
>  di balik penembakan itu juga masih jadi tanda tanya besar. Apalagi kalo
> nembaknya
>  random gitu. Gini lho mas, kalo yg ditembak adalah pentolan demonstran,
>  mungkin ada maksud yg jelas terhadap mahasiswa. Tapi kalo secara random
gitu,
>
>  maka ada 2 hal di benak saya:
>  - terjadi perebutan pengaruh di dalam tubuh ABRI.
>  - sedang menjalankan skenario yg jauh lebih besar untuk menjatuhkan
> seseorang.

Irwan:
Waduh, anda ini gimana sih bung Jaya. Saat ada mahasiswa
yg demonya sambil melemparkan botol atau pun mengumpat
dengan kata2 kasar, anda langsung menyalahkan mahasiswa
tersebut. Eh, pas ada anggota ABRI yg nembakin mahasiswa
dengan peluru tajam, anda malah coba2 cari alasan kenapa
kira2 sampai ABRI tersebut berbuat demikian. Sampai cara
nembaknya yg random itulah yg anda coba ngira2 kenapa
ngelakuinnya begitu. Buat saya sih sudah jelas, kasus
Trisakti dan Semanggi sampai jatuh korban penembakan yg
salah adalah ABRInya. Bahkan khusus untuk kasus Semanggi,
mahasiswa diuber2 oleh ABRI sampai masuk kampus.
Apa bung Jaya ngga inget lagi peristiwanya? Ya kalau udah
ngga ingat lagi saya mah maklum aja kalau anda tidak bisa
merasakan bagaimana tegang dan marahnya mahasiswa korban
Semanggi tersebut. Saya bisa duga kebencian mereka, para
korban Semanggi, pada aparat akan cukup tinggi. Karenanya,
kalau sampai mereka dalam demo2 ada yg sampai mengeluarkan
kata2 keras, saya mah maklum2 saja karena melihat peristiwa
itu tidak dari titik terakhirnya saja tapi juga lihat historinya.


Jaya:
>  Jadi sebetulnya korban mahasiswa adalah korban sampingan. Yang diarah bukan
>  mereka. Waktu itu polisi yg sudah nggak populer sampe bilang bahwa mereka
>  menjadi korban. Ini yang menggiring mereka untuk memisahkan diri dari tubuh
>  ABRI tho? Wong sudah bosen dijadikan tameng mulu.

Irwan:
Apakah anda disini sedang mencoba membenarkan penembakan
yg dilakukan oleh ABRI itu pada peristiwa Semanggi?
Buat saya, apa pun konflik interen yg sedang terjadi di kubu
ABRI pada saat itu, dimata saya kalau sudah terjadi penembakan
dengan peluru tajam terhadap kumpulan demo yg tidak bersenjata,
ABRI salah dan harus bertanggung jawab.
Apakah ABRI sudah melakukan pengusutan lebih jauh atas
peristiwa Semanggi. Kalau belum, kenapa?

Jaya:
>  Nah, yg dimaksud bung Irwan tanggung jawab penuh itu yg kayak gimana?
>  Ini bukan mau menimpakan kesalahan ke rakyat (tepatnya mahasiswa).
>  Apakah mesti menyantuni, atau meminta maaf secara terbuka?

Irwan:
Menurut saya pribadi, tanggung jawab penuh itu ya selidiki
kasusnya secara terbuka dan tuntaskan permasalahannya.
Pengadilan militer harus digelar. Yang salah harus diadili dan
dihukum. Soal menyantuni korban, itu sudah wajib hukumnya.
Bagi korban yg meninggal, keluarga yg ditinggalkan diberikan
bantuan untuk biaya penguburannya. Jangan sampai mayatnya
dibuang ditempat tertentu yg tidak diketahui oleh umum seperti
dalam peristiwa di kantor PDI 27 Juli 1997 lalu. Bila itu yg terjadi,
ABRI harus segera membokar kembali lokasi pemakaman
massal tersebut dan membiarkan ahli forensik untuk mengenali
identitas korban. ABRI tentu harus meminta maaf secara terbuka
atas kesalahan2nya yg dilakukan. Tentunya setelah ABRI/TNI
harus benar2 menjalankan tugas pengabdian kepada masyarakat
seperti yg sudah seharusnya. Itulah kira2 bentuk tanggung jawab
penuh yg bisa saya paparkan disini.


>  > Irwan:
>  > Dalam posting terdahulu sudah saya katakan saya menulis tidak dalam
> membela
>  > apa yg dilakukan oleh mahasiswa tapi lebih kepada mencoba melihat
> kemungkinan
>  > situasi yg ada. Pertanyaan saya ke anda bung Jaya, apakah ada rekan dekat
>  > atau keluarga anda yg menjadi korban demo2 selama ini khususnya yg
> dilakukan
>  > oleh aparat?

Jaya:
>  Ya pas dengan saya. Wah kebetulan endak, tapi pertanyaannya apa relevan.

Irwan:
Dengan demikian saya bisa memaklumi kurangnya pengenalan
anda akan situasi yg mungkin ada. Sebenarnya untuk mengetahui
kemungkinan emosi yg ada pada peristiwa itu, mahasiswa memaki2
aparat, kita ngga perlu harus mengalami peristiwanya. Kita hanya
perlu sedikit lebih peduli dan mencoba membayangkan kita berada
diposisi mereka, mahasiswa. Itu saja koq sebenarnya. Karenanya
saya bisa membayangkan bagaimana rasanya dulu dikejar2 oleh
aparat dan ditembaki, atau digebuki, dituduh2 komunis, dll, karenanya
saya sudah bisa membayangkan akan timbul semacam kebencian
dalam otak mahasiswa tersebut kepada apa yg namanya aparat
keamanan. Secara analisa psikologis, hal ini wajar2 saja.
Kalau anda masih susah ngebayanginnya, saya kasih salah satu
contoh deh yg baru2 ini juga terjadi. Lihatlah kampanye Golkar.
Banyak masyarakat yg sudah kadung benci dengan golkar
selama ini akhirnya diluapkan dalam bentuk pencabutan bendera,
perusakan  mobil hias/kampanye, pelarangan kampanye oleh
masyarakat setempat di daerahnya, dll. Secara sepintas dan
dalam kondisi normal, kita tentu tidak bisa membenarkan hal
tersebut karena bisa dikategorikan tidak fair. Tapi kalau kita
lihat kembali historinya, dimana mungkin mereka termasuk kelompok
yg dirugikan selama pemerintahan golkar, apakah itu tanah mereka
yg dirampas untuk bikin lapangan golf, ataukah mereka korban2
PHK akibat krismon, dll.

Jaya:
>  Kalau korban demo karena kemacetan sih banyak. Sekarang gini, kita mesti
>  lihat agenda demo itu sendiri. Apa sih yg lagi dibawa. Mesti balik lagi
dong
>  apa sih aspirasinya. Kalo mewakili aspirasi orang banyak, ya jelas
direstui,
>  kalo nggak ya bisa jadi malah dicerca.

Irwan:
Sepengamatan saya, agenda mereka adalah menolak pemerintahan
Habibie dan menuntut dibentuk Komite Rakyat Indonesia untuk
menjalankan pemerintahan transisi. Mereka juga menolak mengakui
pemilu karena menganggap pemilu kali ini tidak jurdil akibat masih
adanya pengangkatan2 dalam tubuh MPR/DPR yg tidak dilakukan
melalui pemilu. Forkot dalam hal ini beraliansi dengan 10 kesatuan
aksi lainnya dan membentuk komite baru, Komite Mahasiswa Bersatu
(KMB). Saya sudah berikan pada posting terdahulu beritanya dari
yang dimuat di Sriwijaya Post. Saya berikan lagi, mungkin ada yg
belum baca:
http://www.indomedia.com/sripo/9904/15/OPINI/1504op2.htm

Apakah mewakili aspirasi orang banyak?
Ya jelas mewakili aspirasi banyak orang. Mungkin yg anda maksud
mayoritas masyarakat? Kalau memang ini yg anda maksudkan,
maka coba lihat kembali menurut anda apakah mayoritas masyarakat
menginginkan Golkar dan Habibienya menjabat kembali?
Kalau saya mengacu pada posting2nya bung Yusuf, kelihatan
ada indikasi mayoritas masyarakat tidak menginginkan hal tersebut.
Dengan kata lain, mayoritas masyarakat tidak menginginkan Golkar
memimpin pemerintahan kembali.
Apa kaitannya dengan yg diperjuangan KMB termasuk Forkot didalamnya?

Dalam posting saya yg mengangkat permasalahan pengangkatan
200 + 38 anggota MPR/DPR tanpa melalui pemilu, disitulah letak
kuncinya. Bagi mereka, KMB, pengangkatan ini akan rawan
Golkar berhasil mempertahankan kekuasaannya. Selain itu juga,
pengangkatan ini jelas2 menunjukkan bahwa kelak sebagian
anggota MPR/DPR yg terbentu tidak mewakili aspirasi masyrakat
karena tidak dipilih melalui pemilu tapi melalui pengangkatan.

Sekarang coba kita berandai2, seandainya setelah pemilu nanti
akhirnya Golkar berhasil memperpanjang kekuasaannya hanya
karena keuntungan yg dia peroleh akibat pengangkatan 238 orang
ini, kira2 apa yg akan dilakukan oleh masyarakat. Akankah mereka
adem ayem aja, atau malah timbul pergolakan2 kembali?

Melihat kemungkinan hal ini, akhirnya saya bisa menyadari apa
yg sedang KMB perjuangkan. Mereka sedang berusaha keras
menutup celah2 kemungkinan Golkar kembali melanggengkan
kekuasaan.
Bagi saya jelas apa yg diperjuangkan oleh KMB sejalan
dengan aspirasi sebagian besar masyrakat.

Kenapa mungkin sebagian masyarakat terlihat kurang mendukung
perjuangan mereka? Perkiraan saya, hal tersebut dikarenakan
masyarakat kurang mengerti atau waspada terhadap kemungkinan
Golkar kembali melanggengkan kekuasaan dengan memiliki
 238 suara yg tanpa pemilu tersebut. Saya perkirakan saat ini
sebagian masyarakat berpikiran, bahwa siapa yg nantinya menang
pemilu baik itu melalui koalisi dan segala bentuk kerjasama, merekalah
yg akan memimpin pemerintahan berikutnya. Dan mereka meyakini
kekuatan non Golkar akan memenangkan pemilu. Saya pun yakini
itu bahwa kekuatan non Golkar akan memenangkan pemilu kali ini,
sayangnya saya juga tahu ada suara lain yg berasal dari non pemilu.
Bisa anda bayangkan rakyat yg tadinya sudah gembira mendengar
hasil pemilu yg menang adalah non golkar eh ternyata pas pemilihan
presiden di MPR, akhirnya yg kepilih lagi malah jagoan Golkar?
Bukankah ini yg bisa menyulut pergolakan nasional?

Semoga kini anda bisa melihat bahwa agenda KMB yg dalam
hal ini Forkot berada didalamnya, bila dilihat lebih dalam lagi
ternyata sejalan dengan keinginan mayoritas masyarakat Indonesia.

Jaya:
>  Ane sudah sepuluh kali nulis part yg berikut ini nih.... Ane juga punya
> pikiran sama
>  bahwa pemerintah sekarang pengen nagmbil keuntungan dari kemefetan waktu
> femilu.
>  Tapi kalo partai oposisi berani ya sudah jalan saja. Wong sudah sama-sama
> berani
>  tarung. Jadi ya ndak ferlu sibuk demo bilang femilu ndak sah dlsb. Ini
> urusannya kan
>  bukan melawan pemerintah lagi tho? Juga parte-parte yg bersedia ikut
pemilu
> juga
>  berarti dilawan juga. Wis ah.... oe sekola dulu nih...

Irwan:
Sekarang, coba anda kira2 saja kalau ngga bisa tanyakan
secara langsung, bila dikasih pilihan antara menghapuskan
sistem pengangkatan anggota MPR yg 200 orang tersebut
dan mempertahankannya, mana yg kebanyakan akan
dipilih oleh mereka?

Bung Jaya, saya pun bisa memaklumi partai2 yg ada
saat ini sedang berjuang dan memiliki harapan akan mampu
mengalahkan Golkar yg sudah keburu punya suara 200 plus
karena memang hanya itu yg mereka miliki saat ini, tidak
ada alternatif lain. Tapi nanti coba lihat bila akhirnya Golkar
kembali mampu mempertahankan kekuasaannya hanya
karena suara mendapat suara tambahan dan menentukan
dari 200 plus tersebut, saya perkirakan akan ramai kembali.
Kelihatannya saya melihat sudah menjadi salah sifat
masyarakat Indonesia nrima duluan, nanti kalau hasilnya
ngga sesuai baru berontak atau demo lagi.

Saya pribadi tetap berharap kekuatan non Golkar mampu
menghimpun kekuatan melebihi 50% kursi di MPR
walau saya agak kurang  yakin bisa mencapai angka tersebut
karena hal tersebut setara dengan harus memenangkan pemilu
kali ini dengan kemenangan 76%.
Angka ini didapat dari:
jumlah anggota MPR/DPR sebanyak 700
Utusan daerah dan golongan yg diangkat langsung 200
TNI dapat jatah 38 kursi.
Dengan demikian kursi yg diperebutkan menjadi 462.
Untuk menggolkan pemerintahan yg non Golkar dibutuhkan
minimal 351 suara. 351 suara ini setara dengan 76% dari 462.

Nah, pertanyaan balik dari saya, apakah pemilu yg seperti
ini yg membutuhkan kemenangan 76% suara agar dapat
menang adalah suatu bentuk pemilu yg jurdil, jujur dan adil?
Tolong saya diberikan penjelasan dimana letak jujurnya
dan dimana letak adilnya.

Didalam posting terpisah, bung Jaya sempat melontarkan
hal berikut ini:
-------kutipan dari posting terpisah-----
- Kemaren sibuk belain salah satu parte, sekarang belain forkot. Apa merasa
parte
  kesayangannya mau kalah atau gimana?
-------akhir kutipan----------

Bung Jaya, saya asumsikan komentar anda diatas ditujukan
kepada saya.
Bung Jaya, sudah saya katakan dari awal, saya tidak sedang
dalam konteks membela forkot. Yang selalu konsisten saya bela
dalam milis adalah kepentingan nasional yg saya jewantahkan
dalam bentuk kampanye anti Golkar. Satu hal lagi yg perlu diluruskan,
saya yg mendukung gerakan anti Golkar ini menyalurkan dukungan
saya melalui partai PDI Perjuangan yg saya yakini akan gigih dan
konsisten melawan gerakan Golkar cs dan memiliki agenda memperjuangkan
nasib rakyat kecil, rakyat tersisih, rakyat yg kurang beruntung, rakyat
tertindas yg hak2nya dikebiri oleh orde baru.

Anda pun bila melihat bahwa saya tidak membuat tulisan2 yg
menjatuhkan partai2 lain yg juga mendukung gerakan anti Golkar.
Hal ini berbeda dengan apa yg dilakukan oleh 1-2 anggota milis yg
mendukung partai tertentu yg juga anti Golkar tapi
sering menulis menjelekkan partai lain walau sudah tahu partai tersebut
juga anti Golkar. Saya tidak menyalahkan mereka yg dengan agenda
ingin mendapatkan suara untuk partai yg mereka dukung. Itu hak mereka.
Hanya sayangnya saya melihat ada hal yg lebih penting yg harus kita
pikirkan dan galang bersama yaitu langgengnya kekuasaan orde baru
bila sampai Golkar berhasil mempertahankan kekuasaannya.

Bung Jaya, saya koq jadi ngga habis pikir ya bisa2nya
sampai anda menulis komentar diatas. Kenapa anda sampai
berpikiran saya takut PDIP kalah? Padahal anda tahu concern
saya bukan terletak pada PDIP tapi terletak pada nasib
masyarakat secara keseluruhan yg berfokus pada nasib
rakyat kecil. Saya justru berharap agar kita jangan terjebak
oleh kalah menang dalam pemilu, tetapi sebagai partai anti
golkar yg punya semangat untuk memperbaiki nasib rakyat,
memperbaiki kondisi Indonesia yg saat ini sedang sakit,
sudah seharusnya yg dipikirkan bukan melulu menang kalahnya
partai tapi menang kalahnya rakyat Indonesia melawan
rejim orde baru yg masih berkuasa itu. Ini kepedulian saya.
Apakah tulisan2 saya terdahulu kurang jelas menggambarkan
hal tersebut?

Awal dari saya merespon atas email yg bersubyek forkot ini adalah
dari tulisan bung Hadeer yg menggoblokan mahasiswa dari universitas
tertentu. Saya kutipkan saja awal dari posting ini biar anda lihat
kembali:

----awal kutipan tulisan bung Hadeer----
Lagi - lagi Forkot dengan markasnya di Kampus Universitas Kristen Atmajaya
berdemontrasi dengan otak di taruh didengkul.
Benar - benar kumpulan mahasiswa yang nggak ada moralnya dan otaknya.

Saya nggak habis pikir.

Apa nggak ada cara lain yang lebih akademis, bisa nya cuma lempar petugas,
bikin keributan ujung-ujungnya ngomong....Aparat menembaki
kami.....bener-bener mahasiswa GOUBLOK...

Ada nggak yang disini lulusan dari Kampus itu ? Coba dech tolong dibilangin
ke adik-adik kalian itu.
-------------akhir kutipan---------------


Demikian saja dari saya bung Jaya dengan harapan
agar kita bisa sama2 melihat apa yg sedang diperjuangkan
bersama.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke