hehehe
biasa kalo udah ESMOSI beginilah jadinya...
tapi dari pada nggak sama sekali..


--

On Tue, 12 Oct 1999 16:38:20   Okki Soebagio wrote:
>Salam PERMIAS,
>
>Saya rasa kalau ada diskusi di forum apapun, yang diskusikan atau
>didebatkan itu adalah IDE-nya.  Yang saya lihat disini, buntutnya
>adalah tuding-menuding lawan diskusinya.  Besides discouraging other
>people to participate (no wonder the list is full of "junk"), what is
>it with people if we just keep the conversation on the original topic
>of discussions instead of flaming onto each other ?
>
>Salam,
>[EMAIL PROTECTED]
>
>
>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Original Message <<<<<<<<<<<<<<<<<<
>
>On 10/6/99, 7:29:13 PM, Jeffrey Anjasmara <[EMAIL PROTECTED]> wrote
>regarding Re: Nggak ada logikanya:
>
>
>> Bung Yohanes ini sudah berkontribusikah? Kontribusinya berapa tahun
>sekali?
>> Pertanyaan selanjutnya, sudah cukup membangunkah?
>
>> Pertanyaan ini perlu diajukan ke diri sendiri sebelum menuding ke
>orang
>> lain. Atau begini saja deh, berhubung yang diinginkan Bung Yohanes
>adalah
>> para mantan, bagaimana kalau mantan-mantan itu anda ajak ke milis ini?
>> Rasanya jauh lebih pas deh. Atau Bung Yohanes termasuk golongan mantan
>juga?
>
>> +anjas
>
>> '---------------------------------------------
>> >From: Yohanes Sulaiman <[EMAIL PROTECTED]>
>> >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]>
>> >To: [EMAIL PROTECTED]
>> >Subject: Re: Nggak ada logikanya
>> >Date: Wed, 6 Oct 1999 21:01:39 -0700
>> >
>> > >Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau
>orang
>> > >luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang
>bukan
>> > >bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang
>> >luas
>> > >tentang olahraga tersebut.
>> > >Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas
>hanya
>> > >mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh
>> >penonton
>> > >mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut.
>> > >Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung
>Kusnaeni
>> > >atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia
>serie
>> >A.
>> > >Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung
>Kusnaeni
>> > >lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny.
>> > >Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional,
>> > >komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding
>komentar
>> > >teknisnya bung Syamsul Anwar.
>> > >Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak
>> > >komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ?  Tentu saja
>> >masih
>> > >enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra.
>> > >Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan
>untuk
>> > >mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding
>> > >komentarnya dari mantan olahragawan.
>> >
>> >M. Yumartono,
>> >
>> >Walau pendapat anda valid dan terus terang pada dasarnya saya setuju
>> >(walau sejujurnya saya kurang tahu nama-nama komentator kawakan
>> >Indonesia), tapi konteks yang kita bicarakan adalah mengenai
>bagaimana
>> >seorang komentator bisa memberikan komentar yang baik dan membangun.
>> >Saya hanya mengambil contoh olah raga ini agar argumen saya bisa
>> >dimengerti oleh semua orang.
>> >
>> >Namun saya ingin kembali ke ide saya yang semula yang saya tambah
>> >dengan argumen anda: walau penonton menginginkan hal yang lebih
>> >bersifat non teknis, tapi juga penonton tak mau kalau hanya mendengar
>> >komentar yang sepatah-patah dan isinya hanya mengeritik tanpa
>> >memberikan saran atau melihat situasi.
>> >
>> >Kita ambil contoh favorit anda, tinju. Sekarang kalau tinju pro
>misalnya
>> >Tyson VS. Spinx. Apa anda suka kalau mendengar komentatornya cuma
>> >bilang 'Ah, Spinx payah. Ayo maju, serbu si Tyson.' Wong sekali gebuk
>> >aja sudah langsung terkapar begitu. Komentator yang baik kalau saya
>> >lihat justru memperhitungkan berapa besar kemungkinan Spinx bisa
>> >mengalahkan Tyson dan kalaupun kecil, kira-kira bagaimana Spinx
>> >bisa berusaha untuk membuat strategi yang akhirnya bisa membuat
>> >si Spinx paling dikit di-KO di ronde ke-3. Terus terang kalau saya
>> >dengar komentatornya cuma bilang 'ah, Spinx payah. Ah, Spinx
>> >goblok, ah ayo serbu, serbu sana.' Mendingan saya cuma lihat
>> >gambarnya saja, enggak dengar komentatornya.
>> >
>> >Kalau saya tak salah, komentator-komentator yang anda sebutkan
>> >diatas, selain memberikan komentar yang menarik, juga mereka
>> >bisa memberikan saran atau kritik yang membangun. Contohnya kalau
>> >di Liga A (terakhir kali saya nonton sekitar 5 tahun lalu, sorry
>kalau
>> >sudah
>> >enggak relevan), komentatornya waktu dulu itu bisa memberikan
>perbandingan
>> >kekuatan antara 2 pihak dan bisa memberikan strategi bahwa tim anu
>itu
>> >kekuatannya di penyerangan atau defensive, sehingga tim musuh
>harusnya
>> >gimana. Jadi walaupun tidak teknikal, tapi at least komentarnya itu
>relevan
>> >dan bisa diterima serta bisa membangun. Kalau komentarnya cuma
>> >'Tim ini goblok, wah pemainnya tolol beneran, wah yang ini otaknya
>> >didengkul,'  terus terang saya enggak akan sudi banget dengarnya
>> >juga (belum lagi bisa dijewer orang tua soalnya mendengarkan acara
>yang
>> >diwarnai bahasa yang kurang pantas).... :-)
>> >Lagian kalau memang cuma segitu kualifikasinya, yakni jago bahasa
>> >kasar, tiap orang bisa saja jadi komentator olah raga. Jeger-jeger di
>Tanah
>> >Abang juga bisa semua, kok. Cuma apakah anda mau mendengarnya?
>> >
>> >Tapi anda benar bahwa komentator dari mantan olah ragawan belum tentu
>> >bisa seenak komentator yang bukan mantan. Hanya kalau menurut saya,
>> >biasanya mereka yang mantan lebih tahu detail dan tekniknya sehingga
>> >komentarnya bisa jauh lebih membangun.
>> >YS
>
>> ______________________________________________________
>> Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>


DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com

Kirim email ke