Reflekis : Apakah para teroris bukan anak asuhan sendiri?

http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=149329

[ Minggu, 08 Agustus 2010 ] 


Jaringan Teroris Kelompok Jawa Barat Dibekuk 
Berencana Serang Konvoi Presiden dengan Bom Mobil 


BANDUNG - Jaringan teroris di Indonesia tak pernah habis. Kemarin (7/8) regu 
penindak dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri kembali menangkap lima 
orang yang diduga sebagai teroris kelompok Jawa Barat. Mereka telah menyiapkan 
skenario untuk menyerang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Lima orang yang diamankan tadi malam itu ditangkap di beberapa tempat. Yakni, 
di Cibiru, Bandung (dua orang), Subang (satu orang), Padalarang (satu orang), 
dan Cileunyi (satu orang). Mereka masih diinterogasi secara serius di sebuah 
tempat di Bandung, Jawa Barat. ''Baru besok (hari ini) kami bawa ke Kelapa Dua 
(Mako Brimob),'' ujar seorang petugas lapangan di lingkungan antiteror saat 
dihubungi koran ini tadi malam. 

Dua di antara lima orang yang ditangkap di Cibiru itu sudah bisa dipastikan 
sebagai anggota kelompok teroris. Mereka adalah Fahri alias Tejo dan Hilmi 
alias Hamzah.

''Mereka regu penyerang jaringan Sonata (Abdullah Sonata, gembong teroris yang 
sudah ditangkap 24 Juni lalu di Boyolali),'' katanya.

Penangkapan lima orang itu merupakan pengembangan interogasi terhadap Abdullah 
Sonata dan Heri Samboja yang tertangkap di Boyolali dan Klaten pada 24 Juni 
2010. ''Ini sekelompok dengan Yuli Harsono juga,'' katanya.

Yuli adalah terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan di Klaten. Yuli 
adalah pecatan anggota TNI-AD yang disangka membunuh terhadap polisi di 
Purworejo, Jawa Tengah. 

Fahri dan Hilmi merencanakan serangan terhadap presiden dengan menggunakan 
rangkaian bom mobil. Polisi sementara menduga plot itu dirancang Heri Samboja 
yang memang pernah dipenjara karena terlibat dalam peledakan bom di Kedutaan 
Besar Australia pada 2004. Heri adalah anak asuh mendiang Dr Azhari dalam 
bidang perangkaian bom.

''Kami menduga ini rencana susulan setelah rencana serangan 1 Juli dan serangan 
Kedubes Denmark kami gagalkan,'' kata alumnus Akpol 1992 itu.

Kelompok Sonata memang pernah merencanakan pengeboman saat peringatan ulang 
tahun Polri 1 Juli lalu. Serangan dengan sandi kado untuk anak kucing itu batal 
karena Sonata tertangkap. 

Setelah diinterogasi, Sonata juga mengaku akan menyerang Kedubes Denmark 
sebagai balasan atas insiden pembuatan kartun Nabi Muhammad. Plot itu juga 
berhasil terungkap. 

Secara terpisah, Kepala Densus 88 Mabes Polri Brigjen Tito Karnavian belum 
bersedia menjelaskan penangkapan tersebut secara detail. ''Belum bisa 
sekarang,'' katanya saat dihubungi, lantas buru-buru menutup telepon genggamnya.

Penangkapan jaringan teroris itu diapresiasi langsung oleh Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono. Presiden menyatakan mendapat laporan dari tim pengamanan 
bahwa ada ancaman teroris di Ciwedey, Bandung. Laporan itu disampaikan pada 
Jumat malam (7/8).

''Saya dapat laporan dari jajaran pengamanan, ada anak bangsa yang punya niat 
tidak baik di sekitar Ciwedey,'' kata presiden dalam sambutan kunjungan di 
Secata Rindam III/Siliwangi, Pangalengan, Sabtu (7/8) dua jam setelah 
penangkapan teroris di Cibiru. 

Sebelumnya, presiden menginap di Hotel Mason Pine dalam kunjungan kerja 
peninjauan pelatihan atlet di Kopassus pada Jumat. Esoknya, presiden meninjau 
Sekolah Dasar Cinta Kasih dan Secata Rindam III/Siliwangi.

Presiden meminta Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan aparat keamanan 
menjalankan tugas secara profesional. Menurut presiden, kelompok teroris tidak 
akan pernah menang di Indonesia. ''Justru akan mengorbankan anak bangsa. 
Pengamanan jalankan tugas secara profesional,'' katanya.

Presiden memastikan tidak akan terganggu adanya ancaman seperti itu. ''Saya 
akan tetap menjalankan tugas,'' ujarnya.

Tanpa Baku Tembak 

Dua di antara lima tersangka teroris dibekuk Densus 88 di sebuah rumah 
kontrakan di Kampung Sukaluyu, Kelurahan Pasir Biru, Kecamatan Cibiru, Kota 
Bandung. Mereka adalah Fahri alias Tejo dan Hilmi alias Hamzah. Penggerebekan 
tersebut berlangsung cepat. Selain itu, tidak sampai terjadi baku tembak.

Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Sutarman kepada wartawan di lokasi mengatakan, 
total Densus 88 menangkap lima orang. "Saya tak bisa menyampaikan daftar 
namanya untuk sementara karena masih diperiksa," ujarnya. 

Kapolda juga membenarkan bahwa dalam rumah yang digerebek itu ada bahan peledak 
aktif. "Petugas jihandak (penjinak bahan peledak, Red) kini berusaha 
menjinakkan itu (peledak, Red). Kalau tidak bisa diatasi, mungkin dilakukan 
disposal (peledakan, Red) di tempat," katanya. 

Kapolda hanya menyebut inisal dua tersangka yang ditangkap, yakni T (Tejo) dan 
H (Hilmi). Ketika ditanya wartawan soal jaringan asal tersangka, Kapolda 
menyebut jaringan teroris yang selama ini beroperasi di Indonesia. "Penerus Dr 
Azhari dan Noordin M. Top," ucap dia.

Salah seorang saksi mata, Kustianti Haryani, 41, menceritakan, rumah yang 
digerebek itu dikontrak pria yang mengaku bernama Hilmi. "Rumah tersebut punya 
kakak saya, Tri Susilo Wati (42). Pada awal 2010, Hilmi datang bersama seorang 
perempuan untuk menanyakan kontrakan. Setelah disepakati harga kontrak Rp 3 
juta setahun, Hilmi langsung membawa barang-barangnya dengan mobil," ungkap 
dia. 

Dia menuturkan, Hilmi telah tinggal enam bulan di sana. "Ngakunya bujang. Dia 
bilang bahwa rumah itu mau dijadikan pabrik. Dia nunjukin bahan-bahan untuk 
gantungan kunci. Ada bahan kimia cair di drum dan tepung seperti terigu, 
semuanya disimpan di gudang," tambah dia. 

Namun, Kustianti merasa ada sedikit kejanggalan saat itu. Sebab, rumah 
kontrakan Hilmi selalu tertutup rapat. "Kaca ditutup dengan koran dan nggak 
pernah terdengar suara ribut-ribut. Padahal, kan dia bilang bahwa rumah 
tersebut dijadikan pabrik," ungkapnya.

Iis Komariah, 29, menyatakan, sehari-hari Hilmi termasuk ramah. "Orangnya 
tampak alim, pakai kacamata, dan suka menyapa. Tapi, kalau ngomong, nggak 
panjang lebar," ujar Iis, yang rumahnya bersebelahan dengan rumah tersangka.

Bambang, tetangga lain, menambahkan, Fahri dan Hilmi tampak seperti orang 
baik-baik. "Mereka bicara seperlunya. Fahri izin ke Palembang dua minggu, baru 
kemarin pagi pulang," tambahnya.

Bambang juga merasa sedikit aneh atas sikap para tersangka. "Di rumahnya, nggak 
ada lemari, nggak ada kasur. Yang ada cuma bahan-bahan untuk bikin gantungan 
kunci, karung dengan isi seperti tepung, jeriken, dan drum yang katanya berisi 
bahan cair. Paling-paling ada piring, gelas, dan sendok seadanya," jelasnya. (rd






Kirim email ke