** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** Media Indonesia Senin, 14 Februari 2005
PENDIDIKAN Keberanian Mandiri Diperoleh Ketika Sekolah di Luar SETELAH menamatkan kuliahnya di Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Marwan berusaha mencari pekerjaan di Jakarta, karena kebetulan ia tinggal di Ibu Kota ini. Setahun lebih ia berusaha mendapatkan pekerjaan, namun ternyata ijazah insinyur yang disandangnya tidak memiliki kekuatan dan daya tarik bagi pengusaha untuk merekrutnya. Tidak tahan melihat kondisi anaknya yang menganggur begitu lama, akhirnya orang tuanya mengambil keputusan untuk menambahkan ilmu kepada anaknya dengan belajar di Australia. Usul sang orang tua disetujui Marwan. Tahun 2000 ia pun berangkat ke Australia untuk belajar lebih lanjut di sana. Ia tidak mengambil jurusan yang sesuai dengan bidang yang telah ditekuninya selama ini. Pada salah satu universitas di Brisbane, ia belajar ilmu manajemen perusahaan. Beruntung bekal ilmu teknik bangunan yang ditekuninya selama ini, Marwan tidak perlu berbekal dana yang besar, berbekal kemampuannya dalam ilmu teknik bangunan menyebabkan ia bisa belajar sambil bekerja. Setelah menamatkan pelajarannya, ia kembali ke Jakarta. Banyak tawaran yang masuk dari perusahaan kepadanya. Namun semua tawaran itu ditolaknya. ''Sebab gaji yang ditawarkan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,'' kata Marwan memberikan alasannya menolak bergabung dengan perusahaan tersebut. Marwan akhirnya memutuskan untuk berwiraswasta. Berawal sedikit modal dari orang tua dan calon mertuanya, Marwan kini menjadi pengusaha mandiri yang siap bertarung dalam dunia bisnis. Khususnya bisnis di bidang pertanian, sebagai pemasok pupuk dan pestisida. ''Keberanian saya memutuskan untuk menjadi mandiri saya peroleh ketika belajar di Australia itu,'' ujar Marwan, Jumat (11/2) mengenang jalan yang ditempuhnya. Sistem perkuliahan di sana, lanjut dia, mendorong mahasiswa untuk berani mandiri, begitu juga setelah lulus. Beda dengan di Indonesia, selepas kuliah mahasiswa hanya bertujuan untuk menjadi pegawai di perusahaan atau lembaga lainnya. Australia hingga kini masih menjadi negara tujuan utama bagi warga Indonesia yang ingin melanjutkan kuliah di luar negeri. ''Anda akan terkejut saat mengetahui Australia merupakan negara tujuan pertama bagi pelajar Indonesia yang ingin belajar ke luar negeri,'' kata Elizabeth Oneill, Atase Pers Kedubes Australia. Saat ini, kata dia, sekitar 20.000 pelajar Indonesia sedang menyelesaikan pendidikannya di Australia. Jumlah ini termasuk 300 mahasiswa yang menerima beasiswa dari pemerintah Australia melalui program Australian Development Scholarship. Karena tingginya minat belajar di Australia itulah, lanjut Elizabeth, hampir seluruh lembaga pendidikan yang ada di Australia secara berkala melakukan promosi di Indonesia, baik melalui media massa, pameran, ataupun berkunjung ke daerah-daerah. Pada 12-13 Maret 2005 mendatang akan diadakan pameran pendidikan Australia terbesar di Jakarta. Menurut Elizabeth, sudah 24 lembaga pendidikan yang menyatakan akan ikut serta dalam pameran yang diselenggarakan oleh The Australian Trade Commission Indonesia dan The Australian Education Institute. Pada pameran itu juga nantinya akan ditampilkan kompetisi debat dalam bahasa Inggris. Kompetisi ini akan menampilkan tim debat dari SMA 34, SMAK 3, dan SMA 78 yang merupakan jawara debat pada eventnya masing-masing. Banyaknya minat pelajar Indonesia yang ingin kuliah di Australia selain karena ingin mendapatkan ilmu yang lebih baik, juga lantaran biaya hidup di Australia tidaklah besar, rata-rata biaya hidup di Australia selama satu bulan termasuk makan, menginap, akomodasi lain, dan transportasi sekitar 1.000 dolar Australia atau sekitar Rp7 juta. Biaya ini tidak berbeda jauh dengan biaya hidup mahasiswa yang kuliah di universitas swasta di Jakarta atau kota besar lainnya. Namun, bagi pelajar yang tidak bisa belajar langsung ke Negeri Kanguru tersebut, bisa juga belajar di Indonesia dengan kualifikasi lulusan dari universitas yang ada di Australia. Di Universitas Indonesia, misalnya, membuka program kelas internasional yang merupakan kerja sama dengan perguruan tinggi di Australia dalam bidang psikologi, teknik, dan komputer. Misalnya, pada Fakultas Kedokteran yang bekerja sama dengan Universitas of Melbourne Australia. Mahasiswa kelas internasional yang telah menyelesaikan kuliah semester enam dan tujuh akan melanjutkan kuliahnya di Australia, sehingga setelah lulus mereka akan menyandang gelar dokter dari UI dan Bachelor of Medicine dari Universitas Melbourne. Begitu juga pendidikan magister Universitas Trisakti yang bekerja sama dengan University Technology of Sydney (UTS). Selama kuliah mahasiswa diajar oleh dosen dari Usakti, tetapi juga diajar oleh dosen dari UTS, sehingga setelah lulus mereka akan menyandang gelar MBA dan master of management dari UTS. Selain Australia, negara tujuan pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu saat ini Malaysia. Ironis memang, bila pada tahun 70-an banyak pelajar Malaysia yang belajar ke Indonesia, kini malah sebaliknya. Jika dulu banyak pelajar Indonesia memilih belajar di Inggris, Amerika, Australia, Selandia Baru, dan Kanada sebagai tempat tujuan belajar, kini mereka mulai beralih ke Malaysia,'' kata Roslan Othman Direktur Dewan Turisme dan Promosi Malaysia. Saat ini sekitar 15.000 pelajar Indonesia menuntut ilmu di Malaysia. Angka ini menduduki urutan kedua setelah China. Ada empat faktor utama pelajar Indonesia 'menyerbu' Malaysia. Faktor pertama jarak yang relatif dekat, kedua budaya dan bahasa antarkedua negara yang relatif sama, ketiga syarat masuknya mudah, dan keempat uang kuliah yang sangat murah. Menurut beberapa sumber alumni Malaysia, belajar di negeri jiran itu bisa menghemat Rp20 juta per tahun dibanding dengan belajar di AS atau di Inggris. Selain itu kualitas pendidikan tinggi di Malaysia pun tidak kalah dibanding dengan negara lain. Kebanyakan perguruan tinggi di Malaysia menjalin kerja sama dengan universitas negara maju seperti Inggris, AS, Kanada, Australia, ataupun Jerman dengan sistem pendidikan yang diadopsi dari negara-negara maju tersebut, sehingga kualitas lulusannya pun memiliki kualifikasi setingkat dengan negara maju itu. Pemerintah Australia pun mendukung upaya itu dengan membuka Australian Education Center di Jakarta, Surabaya, dan akan menyusul di Makassar. ''AEC menyediakan berbagai informasi pendidikan di Australia sekaligus memberikan bimbingan konseling bagi calon mahasiswa yang ingin melanjutkan ke Australia,'' kata Elizabeth sembari menyebutkan semua layanan itu diberikan secara gratis. * Heru Prihmantoro/B-5 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **