"Lina Dahlan"                                             
                      
                      <[EMAIL PROTECTED]        To:       
ppiindia@yahoogroups.com                     
                      .com>                    cc:                              
                      
                                               Subject:  [ppiindia] Re: Digest 
Number 1625            
                      03/03/2005 03:38                                          
                      
                      PM                                                        
                      
                      Please respond to                                         
                      
                      ppiindia                                                  
                      
                                                                                
                      
                                                                                
                      







--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Arriko Indrawan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>

> Mbak Lina,
> Penambahan itu ada pada "Surat" Yohanes, bukan pada "Kitab
Yohanes" yang> berisi> Kisah hidup Yesus. Penambahan tsb terkait dg
adanya penemuan "surat" yg> belakangan...

Lina: Apapun itu namanya, itu kan ada di dalam kitab suci Perjanjian
Baru. Moga2 nanti kalo ada "surat" terbaru, kitab suci tsb bisa
berubah: ditambah or dihapus lagi. Saya faham kok, makna "kitab
suci" bagi umat Islam dan umat Kristen itu beda.
==========
AR : Paling tidak, umat Kristen lebih rasional dlm me-maknai kitab
sucinya..di mana kitab suci bukanlah dipahami sbg buku yg "mak
kedebuk" jatuh dari langit... hehehee... Tapi, hasil permenungan yg
mendalam dari para penulis Kitab.... dan perjalanan sejarah yg
panjang dari manusia, umat Allah...

LD: Kalau AlQur'an di pahami sebagai buku yg "mak kedebuk: jatuh
dari langit (seolah2 Tuhan yang nulis di langit), mana ada sejarah
penulisannya oleh tangan manusia?  Bukankah ini bukti ada masalah
dalam reading comprehension sampeyan dalam memaknai AlQur'an bagi
umat Islam? Yang sering diklaim oleh umat Islam tentang AlQur'an
yg "mak kedebuk" itu adalah cara penyampaian wahyu dari Allah SWT
kepada Muhammad SAW via malaikatNya Jibril. Dan memang AlQur'an
bukan hasil permenungan manusia dan bukan buku kisah perjalanan
manusia...makanya saya katakan AlQur'an tak bisa disejajarkan Bible,
dan makanya saya katakan juga metodologi yang ditawarkan para
orientalis itu menjadi kebablasan.
==============

AR: Ya, Itu yg  saya maksud "mak Kedebuk"...
Percaya bahwa semua yg tertulis di Alquran semuanya dari Allah. Kalaupun
itu
wahyu Allah dan malaikat yg "mendongengkan", Muhamad, si penerima wahyu sbg
manusia, juga mempunyai keterbatasan pemahaman, massa, waktu dan tempat.
Belum lagi, kemampuan yg menulis pada gading or daun lontar.
Apakah hal tsb jg bukan termasuk sbg buah permenungan?

Jadi, jelas buat umat Kristen itu Bible adalah buku hasil
permenungan manusia dan buku kisah perjalanan sejarah manusia yang
panjang.  Bukankah sangat riskan bila sebuah kitab (suci pula)
ditulis dalam kurun waktu yang sangat panjang, dari sources yang
alamak banyaknya dari penulis yang tak dikenal...lalu dikatakan
suci....
********************
AR : Tradisi masyarakat saat itu adlh tradisi lisan.
Dlm tradisi lisan, sdh pasti ada penuturnya donk, cuma bukan org byran
yg disuruh ngapalin.
Penulisan sebuah kitab memerlukan waktu yg lama dan biaya yg besar
krn teknologi percetakan msh sangat primitif.
Penulisnya pun sudah tentu orang yg punya keahlian tinggi pada saat itu.
Percetakan massal baru dapat dilakukan pada abad ke 17.

Makanya, kitab / buku pd masa tsb sangat langka dan penulisnya tdk
diketahui.
Jadi, Kesaksian yg berkembang kala itu adlh lisan dan penulisan Kitab suci
adlh sbg satu upaya untuk melestarikan tradisi lisan.

Simple aja koq... mau percaya atau tdk? terserah..itu aja...



Buat sampeyan gak masalah sebuah kitab suci mau ditambah mau dihapus
or diuyek-uyek kan? ya silakan. Sampeyan yang awam jg gak tau kan
mana ayat yang sudah berubah lagi nantinya? Meski yang ditambah or
dihapus itu suatu hal yang inti, tentang Tuhan. Tuhan yang universal
di ubah menjadi Tuhan yang terbatas. Itu lah hebatnya dogma yang
ditanam gereja. Disini jargon "keterbatasan akal/pengetahuan
manusia" di pakai untuk berlindung. Juga perkataan "hubungan dgn
Tuhan adalah urusan pribadi". he..he...padahal mempelajari metode
penulisan kitab suci (untuk mencapai keyakinan), tidak ada kendala
pada akal manusia kan?
=====================
AR : Itu pendapat anda... dan kayaknya anda punya problem dlm
berpikir
positif...terutama thd pihak yg tdk sependapat dg anda....
Tdk ada pembatasan ttg Tuhan di dlm Kristen...

LD: Betul tidak ada pembatasan? Mengapa harus ada konsep Trinity??
Pada awalnya saya berpikir positip pada ketua kitab tersebut atau
berfikir sama negatif pada keduanya.
******************
AR : dengan keterbatasannya, manusia mencoba
mendefinisikan Allah. Definisi manusia tentang Allah dari masing-
masing agama bila diibaratkan adalah bagai air samudra luas yg
ditampung di dalam ember... Hanya berupa sample dari populasi yg
luar biasa banyaknya....Otak manusia dan perjalanan hidup manusia
juga hanyalah seember air di tengah samudra....
Makanya pemahaman ttg Allah ada persamaan dan perbedaannya, karena
terkait dg pengalaman iman pada suatu massa, waktu dan tempat.
Konsep trinitas juga terkait dengan hal ini.

Tapi tetap dlm kerangka Allah yg maha Esa.

Allah tetaplah Allah semesta alam yg mengasihi manusia tanpa
terkecuali...yg memberi hujan kepada seluruh semesta alam yg percaya
padanya maupun yg mengingkarinya.....

Siapa di antara kita yg pernah melihat Allah?? Siapa yg pernah
melihat seberapa besar Allah?? TIDAK ADA!!! Tapi apakah anda
merasakan dikasihi Allah??

Oleh karena itu, dengan keterbatasannya, manusia mencoba
mendefinisikan Allah. Definisi manusia tentang Allah dari masing-
masing agama bila diibaratkan adalah bagai air samudra luas yg
ditampung di dalam ember... Hanya berupa sample dari populasi yg
luar biasa banyaknya....Otak manusia dan perjalanan hidup manusia
juga hanyalah seember air di tengah samudra....

Makanya pemahaman ttg Allah ada persamaan dan perbedaannya, karena
terkait dg pengalaman iman pada suatu massa, waktu dan tempat.

LD: lalu dimana iman sampeyan pada konsep YESUS sbg Allah semesta
alam, yang memberi hujan? Jelas tak akan habis membicarakan soal
Allah dan ilmu2 Allah lainnya, tapi bicara soal Yesus...hmmm...he is
only a human being. Jadi jangan kata2 itu dijadikan tempat
bersembunyi ketidakmampuan sampean dalam menjelaskan Yesus sbg Allah
semesta alam yang memberi hujan, yang memberi rejeki, yang
menciptakan alam semesta dan isinya (termasuk manusia: Itu artinya
Yesus menciptakan manusia?)
*********************
AR : Pemikiran keblinger...Kalo nggak paham iman orang lain,
jangan bikin kesimpulan sendiri.
Salah satu bunyai Syahadat Iman Para Rasul Kristen adlh sbb :
"Aku percaya akan Allah, Bapa yg Maha Kuasa Pencipta langit dan bumi
dan akan Yesus Kristus, PutraNya yg tunggal Tuhan kita."

Sudah jelas siapa yg mencipta?



Akal manusia bisa membaca sejarah dunia bukan? dimana pernah terjadi
pembunuhan pada pengikut Athaneus (?) karena syahwat politk yang
keras pada saat itu dan akhirnya pengikut Arius (?) mendapat
legitimasi dari Kaisar, maka berkibarlah faham trinity pada konsili
di Nikea tahun 523 (?). Meski dalam perkembangannya kemudian, makna
faham ini bergeser ke arah yang sangat filosofis.
===========
AR: Itu kalo mau berpikir negatif... Kalo dengan pola pikir negatif
juga maka..

LD: Itu fakta sejarah, sayang...baca buku sejarah dunia tentang
sejarah turunnya agama2 dunia.

*******************
AR : Betul itu fakta sejarah, tinggal bagaimana cara melihatnya, khan?
Hal tsb berkaitan dengan politik kerajaan Romawi,
Lagian tdk ada kaitannya dengan konsep Trinitas.. ya koq dikait-kaitkan..


hal yg serupa terjadi sewaktu para Khalifah saling berebut pengaruh
dan "memamerkan" versi-versi Alquran yg dianggap paling benar,
bukan?? Apakah ini bukan krn syahwat politik?? Itulah yg terjadi
kalo manusia memanfaatkan Agama dan Kekuasaan untuk kepentingannya
sendiri....

LD:
Syahwat politik seperti ini telah dikhawatirkan oleh para khalifah
karena khalifah banyak mendengar bahwa AlQur'an telah dibaca dengan
aksen masing-masing suku, dan ditulis sesuai aksen mereka pula.
Khawatir akan kejadian serupa dengan Bible, maka disepakati harus
ada pengkodifikasian (keseragaman dalam membaca dan menulis) maka
dimulai lah penulisan AlQur'an menjadi suatu kitab dengan meminjam
mushaf yang telah tertulis ketika kanjeng Rasulullah masih hidup.
Berdasarkan mushaf asli itu lah, AlQur'an ditulis dan diperbanyak
dan segera disebar luaskan keseluruh jazirah arab dengan perintah
mushaf yang berbeda dari yang telah ditulis di jaman nabi hidup itu,
dibakar...biar gak ada versi-versian para kepala suku.... Para
khalifah itu sudah aware akan kejahilan2 manusia yang telah menguyek-
uyek Bible. (Ini berdasarkan buku Islamologi karangan Maulana M.
Ali, penerbit Darul Kutubi Islamiyah)
*****************************
AR : Ups! nanti dulu. Simak dulu bacaan ini :
"Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa Alquran dari halaman
pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan)
maupun maknanya (ma' nan). Kaum Muslim juga meyakini bahwa Alquran
yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada
pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam.

Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan
angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama
sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan
sejarah penulisan Alquran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai
nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan,
pertentangan, intrik, dan rekayasa.

Alquran dalam bentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah
sebuah inovasi yang usianya tak lebih dari 79 tahun. Usia: ini
didasarkan pada upaya pertama kali kitab suci ini dicetak dengan
percetakan modern dan menggunakan standar Edisi Mesir pada tahun
1924. Sebelum itu, Alquran ditulis dalam beragam bentuk tulisan
tangan (rasm) dengan teknik penandaan bacaan (diacritical marks) dan
otografi yang bervariasi.

Hadirnya mesin cetak dan teknik penandaan bukan saja membuat Alquran
menjadi lebih mudah dibaca dan dipelajari, tapi juga telah
membakukan beragam versi Alquran yang sebelumnya beredar menjadi
satu standar bacaan resmi seperti yang kita kenal sekarang.

Pencetakan Edisi Mesir itu bukanlah yang pertamakali dalam upaya
standarisasi versi-versi Alquran. Sebelumnya, para khalifah dan
penguasa Muslim juga turun-tangan melakukan hal yang sama, kerap
didorong oleh keinginan untuk menyelesaikan konflik-konflik bacaan
yang muncul akibat beragamanya versi Alquran yang beredar.

Tapi pencetakan tahun 1924 itu adalah ikhtiyar yang luar biasa,
karena upaya ini merupakan yang paling berhasil dalam sejarah
kodifikasi dan pembakuan Alquran sepanjang masa. Terbukti kemudian,
Alquran Edisi Mesir itu merupakan versi Alquran yang paling banyak
beredar dan digunakan oleh kaum Muslim.

Keberhasilan penyebarluasan Alquran Edisi Mesir tak terlepas dari
unsur kekuasaan. Seperti juga pada masa-masa sebelumnya, kodifikasi
dan standarisasi Alquran adalah karya institusi yang didukung oleh --
dan menjadi bagian dari proyek-- penguasa politik. Alasannya
sederhana, sebagai proyek amal (non-profit), publikasi dan
penyebaran Alquran tak akan efektif jika tidak didukung oleh lembaga
yang memiliki dana yang besar.

Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia mencetak
ratusan ribu kopi Alquran sejak tahun 1970-an merupakan bagian dari
proyek amal yang sekaligus juga merupakan upaya penyuksesan
standarisasi kitab suci. Kendati tidak seperti Uthman bin Affan yang
secara terang-terangan memerintahkan membakar seluruh versi (mushaf)
Alquran yang bukan miliknya (kendati tidak benar-benar berhasil),
tindakan penguasa Saudi membanjiri pasar Alquran hanya dengan satu
edisi, menutupi dan perlahan-lahan menyisihkan edisi lain yang diam-
diam masih beredar (khususnya di wilayah Maroko dan sekitarnya).

Agaknya, tak lama lagi, di dunia ini hanya ada satu versi Alquran,
yakni versi yang kita kenal sekarang ini. Dan jika ini benar-benar
terwujud (entah kapan), maka itulah pertama kali kaum Muslim (baru)
boleh mendeklarasikan bahwa mereka memiliki satu Alquran yang utuh
dan seragam.

Edisi Mesir adalah salah satu dari ratusan versi bacaan Alquran
(qiraat) yang beredar sepanjang sejarah perkembangan kitab suci ini.
Edisi itu sendiri merupakan satu versi dari tiga versi bacaan yang
bertahan hingga zaman modern. Yakni masing-masing, versi Warsh dari
Nafi yang banyak beredar di Madinah, versi Hafs dari Asim yang
banyak beredar di Kufah, dan versi al-Duri dari Abu Amr yang banyak
beredar di Basrah.Edisi Mesir adalah edisi yang menggunakan versi
Hafs dari Asim.

Versi bacaan (qiraat) adalah satu jenis pembacaan Alquran. Versi ini
muncul pada awal-awal sejarah Islam (abad pertama hingga ketiga)
akibat dari beragamnya cara membaca dan memahami mushaf yang beredar
pada masa itu. Mushaf adalah istilah lain dari Alquran, yakni
himpunan atau kumpulan ayat-ayat Allah yang ditulis dan dibukukan.

Sebelum Uthman bin Affan (w. 35 H), khalifah ketiga, memerintahkan
satu standarisasi Alquran yang kemudian dikenal dengan "Mushaf
Uthmani," pada masa itu telah beredar puluhan --kalau bukan ratusan--
 mushaf yang dinisbatkan kepada para sahabat Nabi. Beberapa sahabat
Nabi memiliki mushafnya sendiri-sendiri yang berbeda satu sama lain,
baik dalam hal bacaan, susunan ayat dan surah, maupun jumlah ayat
dan surah.

Ibn Mas'ud, seorang sahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf
Alquran yang tidak menyertakan surah al-Fatihah (surah pertama).

Bahkan menurut Ibn Nadiem (w. 380 H), pengarang kitab al-Fihrist,
mushaf Ibn Mas'ud tidak menyertakan surah 113 dan 114. Susunan
surahnyapun berbeda dari Alquran yang ada sekarang. Misalnya, surah
keenam bukanlah surah al-An'am, tapi surahYunus.

Ibn Mas'ud bukanlah seorang diri yang tidak menyertakan al-Fatihah
sebagai bagian dari Alqur'an. Sahabat lain yang menganggap
surah "penting" itu bukan bagian dari Alquran adalah Ali bin Abi
Thalib yang juga tidak memasukkan surah 13, 34, 66, dan 96. Hal ini
memancing perdebatan di kalangan para ulama apakah al-Fatihah
merupakan bagian dari Alquran atau ia hanya merupakan "kata
pengantar" saja yang esensinya bukanlah bagian dari kitab suci.

Salah seorang ulama besar yang menganggap al-Fatihah bukan sebagai
bagian dari Alquran adalah Abu Bakr al-Asamm (w. 313 H). Dia dan
ulama lainnya yang mendukung pandangan ini berargumen bahwa al-
Fatihah hanyalah "ungkapan liturgis" untuk memulai bacaan Alqur'an.

Ini merupakan tradisi popular masyarakat Mediterania pada masa awal-
awal Islam.

Sebuah hadis Nabi mendukung fakta ini: "siapa saja yang tidak
memulai sesuatu dengan bacaan alhamdulillah [dalam hadis lain
bismillah] maka pekerjaannya menjadi sia-sia."

Perbedaan antara mushaf Uthman dengan mushaf-mushaf lainnya bisa
dilihat dari komplain Aisyah, isteri Nabi, yang dikutip oleh
Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqan, dalam kata-kata
berikut:  "pada masa Nabi, surah al-Ahzab berjumlah 200 ayat.
Setelah Uthman melakukan kodifikasi, jumlahnya menjadi seperti
sekarang [yakni 73 ayat]." Pandangan Aisyah juga didukung oleh Ubay
bin Ka'b, sahabat Nabi yang lain, yang didalam mushafnya ada dua
surah yang tak dijumpai dalam mushaf Uthman, yakni surah al-Khal'
dan al-Hafd.

Setelah Uthman melakukan kodifikasi dan standarisasi, ia
memerintahkan agar seluruh mushaf kecuali mushafnya (Mushaf Uthmani)
dibakar dan dimusnahkan.

Sebagian besar mushaf yang ada memang berhasil dimusnahkan, tapi
sebagian lainnya selamat. Salah satunya, seperti kerap dirujuk buku-
buku 'ulum al-Qur'an, adalah mushaf Hafsah, salah seorang isteri
Nabi, yang baru dimusnahkan pada masa pemerintahan Marwan ibn Hakam
(w. 65 H) beberapa puluh tahun kemudian.

Sebetulnya, kendati mushaf-mushaf para sahabat itu secara fisik
dibakar dan dimusnahkan, keberadaannya tidak bisa dimusnahkan dari
memori mereka atau para pengikut mereka, karena Alquran pada saat
itu lebih banyak dihafal ketimbang dibaca. Inilah yang menjelaskan
maraknya versi bacaan yang beredar pasca-kodifikasi Uthman. Buku-
buku tentang varian-varian bacaan (kitab al-masahif) yang muncul
pada awal-awal abad kedua dan ketiga hijriah, adalah bukti tak
terbantahkan dari masih beredarnya mushaf-mushaf klasik itu.

Dari karya mereka inilah, mushaf-mushaf sahabat yang sudah
dimusnahkan hidup kembali dalam bentuk fisik (teks tertulis).

Sejarah penulisan Alqur'an mencatat nama-nama Ibn Amir (w. 118 H),
al-Kisai (w. 189 H), al-Baghdadi (w. 207 H); Ibn Hisyam (w. 229 H),
Abi Hatim (w. 248 H), al-Asfahani (w. 253 H) dan Ibn Abi Daud (w.
316 H) sebagai pengarang-pengarang yang menghidupkan mushaf-mushaf
klasik dalam karya masahif mereka (umumnya diberijudul kitab al-
masahif atau ikhtilaf al-masahif). Ibn Abi Daud berhasil
mengumpulkan 10 mushaf sahabat Nabi dan 11 mushaf para pengikut
(tabi'in) sahabat Nabi.

Munculnya kembali mushaf-mushaf itu juga didorong oleh kenyataan
bahwa mushaf Uthman yang disebarluaskan ke berbagai kota Islam tidak
sepenuhnya lengkap dengan tanda baca, sehingga bagi orang yang tidak
pernah mendengar bunyi sebuah kata dalam Alquran, dia harus merujuk
kepada otoritas yang bisa melafalkannya. Dan tidak sedikit dari
pemegang otoritas itu adalah para pewaris varian bacaan non-Uthmani.

Otoritas bacaan bukanlah satu-satunya sumber yang menyebabkan
banyaknya varian bacaan. Jika otoritas tidak dijumpai, kaum Muslim
pada saat itu umumnya melakukan pilihan sendiri berdasarkan kaedah
bahasa dan kecenderungan pemahamannya terhadap makna sebuah teks.

Dari sinilah kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat
absennya titik dan harakat (scripta defectiva). Misalnya bentuk
present (mudhari') dari kata a-l-m bisa dibaca yu'allimu, tu'allimu,
atau nu'allimu atau juga menjadi na'lamu, ta' lamu atau bi'ilmi.

Yang lebih musykil adalah perbedaan kosakata akibat pemahaman makna,
dan bukan hanya persoalan absennya titik dan harakat. Misalnya,
mushaf  Ibn Mas'ud berulangkali menggunakan kata "arsyidna"
ketimbang "ihdina" (keduanya berarti "tunjuki kami") yang biasa
didapati dalam mushaf Uthmani. Begitu juga, "man" sebagai
ganti "alladhi" (keduanya berarti "siapa"). Daftar ini bisa
diperpanjang dengan kata dan arti yang berbeda, seperti "al-talaq"
menjadi "al-sarah" (Ibn Abbas), "fas'au" menjadi "famdhu" (Ibn
Mas'ud), "linuhyiya" menjadi "linunsyira" (Talhah), dan sebagainya.

Untuk mengatasi varian-varian bacaan yang semakin liar, pada tahun
322 H, Khalifah Abbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan Ibn
Muqlah, memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban.
Setelah membanding-bandingkan semua mushaf yang ada di tangannya,
Ibn Mujahid memilih tujuh varian bacaan dari para qurra ternama,
yakni Nafi (Madinah), Ibn Kathir (Mekah), Ibn Amir (Syam), Abu Amr
(Bashrah), Asim, Hamzah, dan Kisai (ketiganya dari Kufah).

Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan
bahwa "Alquran diturunkan dalam tujuh huruf."

Tapi, sebagian ulama menolak pilihan Ibn Mujahid dan menganggapnya
telah semena-mena mengesampingkan varian-varian lain yang dianggap
lebih sahih. Nuansa politik dan persaingan antara ulama pada saat
itu memang sangat kental. Ini tercermin seperti dalam kasus Ibn
Miqsam dan Ibn Shanabudh yang pandangan-pandangannya dikesampingkan
Ibn Mujahid karena adanya rivalitas di antara mereka, khususnya
antara Ibn Mujahid dan Ibn Shanabudh.

Bagaimanapun, reaksi ulama tidak banyak punya pengaruh. Sejarah
membuktikan pandangan Ibn Mujahid yang didukung penguasa itulah yang
kini diterima orang banyak (atau dengan sedikit modifikasi menjadi
10 atau 14 varian). Alquran yang ada di tangan kita sekarang adalah
salah satu  varian dari apa yang dipilihkan oleh Mujahid lewat
tangan kekuasaan. Yakni varian bacaan Asim lewat Hafs. Sementara
itu, varian-varian lain, tak tentu nasibnya. Jika beruntung, ia
dapat dijumpai dalam buku-buku studi Alquran yang sirkulasi dan
pengaruhnya sangat terbatas.


***

Apa yang bisa dipetik dari perkembangan sejarah Alquran yang saya
paparkan secara singkat di atas? Para ulama, khususnya yang
konservatif, merasa khawatir jika fakta sejarah semacam itu
dibiarkan diketahui secara bebas.

Mereka bahkan berusaha menutup-nutupi dan mengaburkan sejarah, atau
dengan memberikan apologi-apologi yang sebetulnya tidak
menyelesaikan masalah, tapi justru membuat permasalahan baru.

Misalnya, dengan menafsirkan hadis Nabi "Alquran diturunkan dalam
tujuh huruf" dengan cara menafsirkan "huruf" sebagai bahasa, dialek,
bacaan, prononsiasi, dan seterusnya yang ujung-ujungnya tidak
menjelaskan apa-apa.


Saya sependapat dengan beberapa sarjana Muslim modern yang
mengatakan bahwa kemungkinan besar hadis itu adalah rekayasa para
ulama belakangan untuk menjelaskan rumitnya varian-varian dalam
Alquran yang beredar. Tapi, alih-alih menjelaskan, ia malah justru
mengaburkan.

Mengaburkan karena jumlah huruf (bahasa, dialek, bacaan,
prononsiasi), lebih dari tujuh. Kalau dikatakan bahwa angka tujuh
hanyalah simbol saja untuk menunjukkan "banyak," ini lebih parah
lagi, karena menyangkut kredibilitas Tuhan dalam menyampaikan ayat-
ayatnya.

Apakah kita mau mengatakan bahwa setiap varian bacaan, baik yang
berbeda kosakata dan pengucapan (akibat dari jenis penulisan dan
tatabahasa) merupakan kata-kata Tuhan secara verbatim (apa adanya)?
Jika tidak terkesan rewel dan simplistis, pandangan ini jelas tak
bertanggungjawab, karena ia mengabaikan fakta kaum Muslim pada awal-
awal sejarah Islam yang sangat dinamis.

Lalu, bagaimana dengan keyakinan bahwa Alquran dari surah al-Fatihah
hingga al-Nas adalah kalamullah (kata-kata Allah) yang diturunkan
kepada Nabi baik kata dan maknanya (lafdhan wa ma'nan)? Seperti saya
katakan di atas, keyakinan semacam ini hanyalah formula teologis
yang diciptakan oleh para ulama belakangan. Ia merupakan bagian dari
proses panjang pembentukan ortodoksi Islam.

Saya cenderung meyakini bahwa Alquran pada dasarnya adalah
kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi tapi kemudian mengalami
berbagai proses "copy-editing" oleh para sahabat, tabi'in, ahli
bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan. Proses-proses
ini pada dasarnya adalah manusiawi belaka dan merupakan bagian dari
ikhtiyar kaum Muslim untuk menyikapi khazanah spiritual yang mereka
miliki.

Saya kira, varian-varian dan perbedaan bacaan yang sangat marak pada
masa-masa awal Islam lebih tepat dimaknai sebagai upaya kaum Muslim
untuk membebaskan makna dari kungkungan kata, ketimbang
mengatribusikannya secara simplistis kepada Tuhan. Seperti dikatakan
seorang filsuf  kontemporer Perancis, teks --dan apalagi teks-teks
suciâ??selalu bersifat  "repressive, violent, and authoritarian."

Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan membebaskannya.
Generasi awal-awal Islam telah melakukan pembebasan itu, dengan
menciptakan varian-varian bacaan yang sangat kreatif. Jika ada
pelajaran yang  bias diambil dari sejarah pembentukan Alquran, saya
kira, semangat pembebasan terhadap teks itulah yang patut ditiru,
tentu saja dengan melakukan kreatifitas-kreatifitas baru dalam
bentuk yang lain.


Luthfi Assyaukanie.

Dosen Sejarah Pemikiran Islam

Universitas Paramadina

Jakarta"





Konsep Trinitas ini memang lalu menjadi dogma. Terbentuknya dogma
bukanlah seperti yg anda paparkan. Bagaimana terbentuknya, mungkin
bisa dilihat pada cuplikan di bawah ini...

The New Encyclopedia Britannica menulis:

"Neither the word Trinity, nor the explicit doctrine as such,
appears in the New Testament, nor did Jesus and his followers intend
to contradict the Shema in the Old Testament: 'Hear, O Israel: The
Lord our God is one Lord' -- Deut. 6:4
. . . The doctrine developed gradually over several centuries and
through MANY CONTROVERSIES . . . By the END OF THE 4TH CENTURY . . .
the doctrine of the Trinity took substantially the form it has
maintained ever since." -- Microp)!dia, Vol. X, p. 126. (1976)

LD: coba sampeyan perhatikan kutipan diatas yang berhuruf kapital.
Awalnya doktrin trinitas itu tidak ada. Itu artinya Yesus dan
Muridnya tak pernah mengajarkan. Doktrin itu ada pada akhir abad ke-
empat, itu lah pada konsili (kedua?) Nikea di thn 500-an itu.
Kontroversi...jelas kontroversi kalau harus ada pembunuhan umat yang
bertentangan dengan yang dimaksud penguasa. Terimakasih sampeyan
telah mengutipkan suatu rujukan/fakta bahwa doktrin trinitas itu tak
ada pada jaman Kristen awal. Lalu kenapa (harus) ada kemudian? dan
menjadi dogma yang tidak boleh ditentang? Ini fakta sejarah.
###################


Sedangkan The New Catholic Encyclopedia menulis:

"The formulation 'one God in three Persons' was not solidly
established, certainly not fully assimilated into Christian life and
its profession of faith, prior to the end of the 4th century. But it
is precisely this formulation that has first claim to the title the
Trinitarian dogma. Among the Apostolic Fathers, there had been
nothing even remotely approaching such a mentality or perspective." -
(1967), Vol. XIV, p. 299. ..."

LD: Terimakasih, ini juga bukti/fakta kedua dari sampeyan.
Kesimpulannya, kedua kutipan sampeyan itu mengatakan bahwa dogma
trinity tidak ada pada awal kristen.

Kalau sebuah konsep yang universal tidak akan ada kontroversialnya.
Tuhan itu Satu. Titik. Tidak ada koma. Itu lah konsep Tauhid. Pernah
ada umat Islam meributkan soal ke-Tauhidan Tuhan??  Bukanlah Deut
6:4 dari kutipan diatas itu menerangkan konsep Tauhid? Lalu knapa
harus ada Trinity? apakah encylopedia itu menerangkan kenapanya?
**********************
AR : Konsep Trinitas lahir dari pengalaman Iman para Rasul Yesus.
Sejarah Gereja mencatat para Rasul Kristus rela mati dibunuh,
hanya untuk memberi kesaksian akan kabar suka cita Allah, bukan
untuk kepentingan kekuasan, dagang, pamer kebudayaan.
Beda dg penyebaran Islam yg sarat kepentingan politik, kekuasan, dagang
dan Imperialisme kebudayaan bangsa Arab!

Ada nilai yg lebih agung dibdk dg nyawanya.
Ingat, mereka bukan mati krn berperang!
Mereka wafat krn tdk mau mengingkari bahwa Kristus Yesus,
Putra Allah yg Hidup.

Pasti ada hal yg sangat agung yg amat sangat extra ordinary yg
diyakininya!!!
Iman spt itulah yg umat Kristen imani saat ini.


Lina: yang dah ketahuan didepan mata memang diakui. Yang belum
gimana? Yang merongrong wibawa sebagai gereja gimana? kalo bisa
berkelit ya berkelit lah kayak memberi sanggahan kepada kasus DVC
itu. Toh itu masih bisa dibantah, ya di bantah lah.
=============
AR : Tuh, khan... pikiran negatif lagi...hehehee...

LD: Itu fakta toh? Gereja Roma kan memohon maaf pada peristiwa masa
lalu ketika menghukum mati ilmuwan. Apaka dia minta maaf karena
telah salah menuliskan Bible krn nyatanya itu bertentangan dengan
hukum yang ditemukan oleh ilmuwan tsb? Mereka hanya minta maaf bhw
mereka telah membunuh, tapi tidak dalam hal salah tulis Bible
**********************
AR : Tidak ada kesalahan dlm penulisan Alkitab.
Alkitab pd hakekatnya adlh Kitab taurat (perj lama) dan
Kisah hidup Yesus dan para rasulNya (Perj Baru).
Penambahan lebih disebabkan adanya bagian surat
yg ditemukan belakangan.


Sebuah pertobatan sejati, selalu dimulai dengan permintaan maaf.
Permintaan maaf itu memerlukan kedewasaan berpikir dan bertindak..
Tidak perduli apakah itu merongrong kewibawaan atau tdk....

Apakah pimpinan Agama yg lain berani juga mengakui kesalahan masa
lalu?
Kalau punya kedewasaan yg tinggi pasti juga bisa melakukannya.

LD: Mestinya begitu.
***********************
AR: Memang harus begitu...

Dlm kasus DVC, sangat jelas bahwa buku tsb hanyalah "science
fiction"..Saya sdh baca bukunya, dan banyak kesalahan dalam pen-
difinisi-an..juga mengenai sumber yg dianggapnya sebagai acuan
fakta...ternyata cuma buku fiksi...
Sama spt anda buat skripsi di mana hipotasis-nya diambil dari
novel...

LD: Kalau mau membahas sumber (Holy Grail) dari novel DVC ini, boleh
juga. Apakah ini cuma fiksi (pasti kata gereja)..ato fakta...(pasti
kata scientist).  Kalau sempat, nanti saya sharing Holy Grailnya Sir
Laurence Gardner.
******************
AR : Saya sdh baca risalahnya, dan di Amerika itu termasuk dalam kategori
Science Fiction. Mungkin setara dengan "The Satanic Verses"-nya Salman
Rusdie

Lalu apa Gereja Katolik Roma telah minta maaf kepada umat Kristen
kalo dah menambah-nambahin ayat?
=======
AR : Loh... wong ayatnya juga dipake umat Kristen, koq...
Ada Kitab-kitab yg tdk digunakan oleh umat Kristen Protestan,
yaitu kitab-kitab yg disebut Deuteo-kanonika.
Kalo nggak mau dipake, ya silakan saja.... Gitu aja koq repot...
hehehee....

LD: Itu artinya orang Kristen gak peduli dengan kitab sucinya. Take
it for granted. ya silakan. ..he..he...yang peduli malah saya. Saya
itu gedek sama tangan2 jahil. Mestinya kan Kristen dan Islam itu
sama mengajarkan Tauhid Murni karena Tuhannya sama Tuhan Yang Esa.
Buktinya Yahudipun mengaku Tauhid Murni.
*********************
AR : Peduli, apa pengen nguyek-uyek?? ... hehehehe....
Mbak Lina pernah patah hati ya dg orang Kristen?? atau Ibu anda yg patah
hati??
....hehehe... soalnya seneng bener nguyek-uyek Kristen.....(just kidding)
Orang Kristen bukan nggak peduli, tapi sepakat dengan penambahan itu.
Pada hakekatnya, Kristen dan Islam mengakui Allah yg Maha Esa, bukan
TriTheisme.
Penjabarannya aja yg beda. Kalau mau dibicarakan pasti ngga abis-abis krn
mindset-nya sdh beda.


================
AR : Terima kasih sarannya.
Saya mengimani dan percaya bahwa saat ini, bila "Statement" sudah
menjadi dogma berarti "statement" tsb sdh melalui kajian yg dalam
dan panjang, bukan seperti fatwa mati thd seseorang yg cuma
berdasarkan emosi.... atau fatwa haram krn kepentingan ekonomi.

Ke-khilafan Gereja Katolik masa lalu tidaklah berkaitan dengan
dogma, tapi lebih kepada perilaku para pejabat Gerejanya yg terkait
dengan kekuasaan dan kemewahan..Kesalahan yg trjd adalah pada
pengambilan keputusan politis yg mengatasnamakan Tuhan

LD: Kalo akhirnya didunia ini ada konsep trinity (yg pada awalnya
gak ada), apa itu bukan berkaitan dengan dogma?
*******************
AR : Sudah dijelaskan, Konsep Trinitas lahir dari pengalaman
Iman para Rasul Yesus. Pengalaman Iman itu dibakukan menjadi Dogma.
Dan Dogma ini bukanlah sebuah kesalahan, tapi sebagai Iman yg dihayati
oleh orang Kristen.

Memang berbeda dg tauhid Islam, kalo sama ya bukan beda agama namanya...
Tinggal bgmn menghargai perbedaan yg ada.
Setiap agama mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.


Hal tsb mungkin juga bisa terjadi pada para ulama Muslim (sedang
terjadi), pendeta dlsb, termasuk kepada saya dan anda...

LD: Selama ulama Islam gak uyek2 isi dan susunan AlQur'an, biarin
aja.
***************
AR: Tuh khan... kelihatan mau menangnya sendiri....


AR :Dalam perjalanan hidup manusia, pastilah pernah mengalami masa
yg spt mbak Lina alami... Tinggal "pelabuhan" mana yg dirasa nyaman
dan diputuskan akan menjadi tempat menetap, terpulang kepada masing-
masing individu.

Masing-masing "pelabuhan" memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing...tinggal kita yg memilihnya, "pelabuhan" mana yg akan
kita pilih....

LD: Buat saya bukan soal nyaman dalam mencari Kebenaran. Tapi
kebenaran itu sendiri. Nyaman itu tergantung bagaimana kita
menyikapi hidup.
+++++++++++++++++
AR : Kebenaran yg sejati hanyalah Allah, bukan Kitab suci, bukan Agama,
bukan anda, juga bukan saya. Cara mencapai kebenaran sejati,
silakan pilih sendiri.

Meskipun saya mengimani dan percaya pada Agama saya dan Kitab sucinya
Saya pribadi, tetap mengakui agama lain, kitab suci agama lain mengandung
kebenaran
dengan beragam penafsirannya. Semua ajaran agama bermuara pada akhlak yg
mulia.



Penutup: Semoga Penjelasan ini bisa dipahami. kalo belum, mari kita diskusi
di Japri, kasihan netter yg lain di Millist ini.


Salam,

Arriko I





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke