Coba dibaca lagi potongan tulisan mbak Mia, Saya stick kalimat yg menarik di bawah ini :
"Konflik dalam kodrat dan keluar dari kodrat. Saya paham sekali kalau mbak Ade nggak merasa nyaman membaca tulisan seperti ini. Bahkan saya berani bertaruh, banyak orang merasa nggak nyaman. Masa aborsi dibilang kodrat? " [ Ini diskusi panjang ttg aborsi di milis wm, ada beberapa orang yg terlibat, diantaranya mbak Ade yg namanya di sebut di atas ] === Soal menggugurkan. Saya pernah cerita soal emak kura-kura di kolam di rumah saya, yang makan telornya sendiri. Yah, saya nggak bisa tanya emak kura, mbok ya kok melakukan aborsi, dosa deh, ente melanggar kodrat! Paling tidak saya bisa menduga, emak kura melakukan aborsi karena kondisi sekelilingnya kurang tepat untuk menetaskan bayi kura. Binatang selalu melakukan aborsi, `membunuh ` anaknya sendiri, kalau lagi musim paceklik (Sarah Hrdy, Marlene Zuk). Kalau manusia perempuan, yah jangan ditanya lagi, ini kan `rahasia umum' perempuan. Karena itu menggugurkan karena bentukan alam ini pun saya sebut kodrat, karena kodrat itu satu kontinuum dengan lingkungan, bukan dikotomi. Konteks atau alam yang berubah, dan manusia sebagai agen perubahan (khalifah). Sekarang konteks berubah sedemikian rupa, mungkin manusia makin mengerti atau menguasai alam, makin mengerti soal reproduksi, kesehatan dan soal kependudukan, paradigma berubah, dsb. Konteks berubah karena alam berubah, dan manusia sebagai agen perubahan juga berubah. Keguguran pun makin berkurang, dengan majunya elmu kedokteran dan teknologi. Menggugurkan pun makin dibatasi. "Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan". Inilah batasan dari AlQuran yang menawarkan harapan kepada manusia, bahwa jangan pesimis lagi terhadap kekuatan alam. Kamu pasti bisa...! Bahasa gampangnya: jaman duluuuu, waktu jaman Dewi Avalon..:-), aborsi nggak dilarang. Maksudnya, dilarang nggak dilarang, sadar atau nggak sadar, aborsi ya jalan terus sesuai keperluan. Karena dalam konteks waktu itu manusia masih `dikuasai' alam. Jaman sekarang, konteksnya berubah, alasan untuk aborsi pun berubah. Konteksnya, manusia makin menguasai alam, kedokteran dan teknologi menjadi terobosan. Penafsiran terhadap teks pun berubah: ABORSI DIBATASI. Inilah artinya keluar dari kodrat. Teks via konteks, konteks via teks, bukan dikotomi. Sejarah teks-konteks, nature-nurture adalah proses berkesinambungan. Itulah sejarah teks-konteks, mbak Ade. Dan saya percaya, sejarah teks RELATIF sesuai dengan konteksnya. Kalau teks nggak pernah sesuai konteks ya sudah punahlah kita dari dulu. Saya (saya = agen manusia yang memilah-milih teks dan konteks), nggak meliat dikotomi antara teks-konteks, kodrat dan bentukan sosial. Artinya walaupun secara lahiriahnya seolah ada dikotomi dan konflik, teks dan konteks bisa dimengeri sebagai kontinuum, dimana kebaikan dan perbaikan akan selalu diatasnya, dengan ijin Allah. Makanya Allah adalah sumber kehidupan dan empunya kebaikan. Allah berada di atas teks dan konteks yang sering mengandung konflik dan kerancuan. Sifat Allah yang seperti inilah berusaha kita ikuti, karena kita khalifah agen perubahan, yaitu dengan memilah-milih antara teks dan konteks. Jadi bukan teks kontra konteks, tapi teks via konteks, atau sebaliknya. Bukan kita harus memilih diantara teks dan konteks, tapi kita mengelola keduanya. Kadang kita dibentuk teks, kadang dibentuk konteks, tapi kita selalu memilah-milih dan berlarian diantaranya. Sebagai agen perubahan (khalifah) adalah suatu misi yang diyakini, tapi ternyata bersifat kodrati juga. Konon katanya ada God Spot, gene spiritual yang disebut VMAT2, oleh seorang ilmuwan baru-baru ini. Konflik dalam kodrat dan keluar dari kodrat. Saya paham sekali kalau mbak Ade nggak merasa nyaman membaca tulisan seperti ini. Bahkan saya berani bertaruh, banyak orang merasa nggak nyaman. Masa aborsi dibilang kodrat? Ketidaknyamanan kita berujung-asal jauh di dalam instink "ketidaksadaran" kita. Kalo ngomongin peta otak mungkin ini urusannya divisi amygdala. Yaitu, jaman duluuuu dan untuk waktu yang lamaaaa, jutaan tahun sampe sekarang, aborsi itu memang sangat- sangat alami. Otak amygdala kita pun memahami itu, artinya menyimpan informasi itu. Tapi pada saat yang sama, keinginan konsepsi atau hamil itupun adalah KODRAT YANG JAUH LEBIH KUAT, di dalam amygdala kita. Makanya kalau kita mengalami keguguran biasanya merasa sedih, kecuali kalau kehamilan itu nggak diinginkan. Dan kalau perempuan melakukan pengguguran keputusannya amat sangat tidak mudah. Kalau ngomongin `kesadaran yang memimpin', yaitu manusia sebagai agen perubahan, otak amygdala jelas pinginnya melahirkan dong, bukannya keguguran atau menggugurkan. Disaat yang sama amygdala ingin kelahiran itu dalam bentuk yang sempurna , dan dalam kondisi yang memungkinkan. Namun sementara itu konteks alam tidak selalu mengijinkan keinginan ini. Inilah artinya `alam membentuk manusia', dan `manusia sebagai agen perubahan adalah bagian dari alam'. Konflik antara hamil dan keguguran/menggugurkan adalah konflik yang dirasakan secara `tidak sadar' oleh amygdala kita, tapi tidak bisa diuraikan. Konflik ini, dengan berubahnya lingkungan dan wawasan, ternyata bisa diuraikan dengan neo-cortex, otak yang rasional, seperti yang saya uraikan di paragraph sebelumnya. Disinilah keinginan yang terbaik dari amygdala (kodrat, teks, intuisi) bertemu dengan kuasa neo-cortex (lingkungan, konteks, rasional). ----- Original Message ----- From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]> To: <ppiindia@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, April 06, 2005 11:58 AM Subject: Re: [ppiindia] Eko B.S - about Aborsi > > Tambah "maju" saja pemikiran orang, sehingga aborsi > (membunuh bayi) ingin dilegalkan. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/