http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=17582

      Rabu, 19 Mei 2010 
     

      NASIONAL 
     
     
     

SBY Dinilai tak Maksimal Beri Perlindungan Politik 


      JAKARTA (LampostOnline): Keputusan Sri Mulyani mundur sebagai Menteri 
Keuangan tak terlepas dari tekanan-tekanan politis yang diterimanya dari partai 
politik. Saat Sri Mulyani tertekan, Presiden SBY dinilai tidak memberi 
perlindungan politik yang cukup bagi Sri Mulyani sehingga dia memilih menerima 
tawaran dari Bank Dunia.

      "Ini secara tidak langsung mengutarakan kekecewaan Sri Mulyani terhadap 
proteksi SBY yang kurang maksimal dari tekanan-tekanan DPR yang sangat kuat," 
kata pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhan Muhtadi, Rabu 
(19-5).

      Dalam konteks yang lebih spesifik, kata Burhan, Sri Mulyani menyesalkan 
tekanan politik dari DPR yang sangat kuat yang harus dia pikul terkait 
kebijakan bailout yang dia anggap benar untuk menyelamatkan perekonomian 
negara, tetapi malah dibilang salah.

      "Sehingga dia merasa menjadi korban dari tekanan politik yang kuat," 
katanya.

      "Seharusnya SBY segera mengambil langkah clear dalam pengambilan tanggung 
jawab, sehingga tidak menjadi bola liar yang ditendang ke mana-mana," imbuhnya.

      Burhan menilai, pernyataan Sri Mulyani malam tadi juga untuk menyindir 
partai politik. Terutama partai-partai anggota koalii yang menjadi motor 
penggerak Pansus Century di DPR. 

      "Pernyataan lebih banyak menyindir Partai Golkar dan PKS. Ketiga partai 
itu dianggap sebagai motor utama resistensi kalangan Senayan terhadap keputusan 
dia terhadap keputusan bailout," analisis dia.

      Sri Mulyani tadi malam memaparkan alasan dirinya mundur sebagai pejabat 
publik. Ia merasa dipojokkan dalam panggung politik di mana saat ini sebagai 
pembantu pemerintah dirinya tidak lagi dikehendaki dalam sebuah sistem politik.

      "Mengapa Sri Mulyani mundur dari Menteri Keuangan? Tentu ini sudah ada 
dalam kalkulasi, di mana saya anggap sumbangan dan kepentingan saya sebagai 
pejabat publik tidak lagi dikehendaki di dalam suatu sistem politik," ungkap 
Sri Mulyani dalam kuliah umum yang bertemakan Kebijakan Publik dan Etika Publik 
di Ballroom Ritz-Carlton, Jakarta.

      Sri Mulyani juga merasa ketika sudah tidak dikehendaki dalam sistem 
politik maka perkawinan kepentingan antar kelompok tadi sudah sangat dominan 
dan kental.DTC/L-1
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke