Assalamu'alaikum wr wb.
Kutipan pengantar tafsir karangan pak Quraish tersebut memang tidak
berhubungan lansung dengan persoalan jilbab,. Kalau nanda memperhatikan
dengan tenang tentu nanda dapat mengambil makna dari kutipan pengantar
tersebut.
Waalaikumsalam.Wr.Wb.
Justru dengan ketenangan hati saya makanya saya tahu apa makna
yang disampaikan oleh Bapak Quraish Shihab dalam masalah itu.Yang pasti
kita tidak boleh mengambil sembarangan tafsir aja atas perkataan
seseorang,kalau ia tidak jelas menyatakannya.Sekali lagi ngak bisa di
jadikan standar atas pernyataan Bapak Quraish dengan persoalan Jilbab
yang saya tanyakan.Itu namanya bunda Isna asal menceplok saja,juga asal
mengartikan saja,tanpa bukti yang jelas.
Saya mendengarkan jawaban pak Quraish mengenai jilbab atas
pertanyaan langsung pada waktu pengajian kami sebelum beliau menjadi
duta besar, begitu juga saya pernah membaca keterangan beliau pada
sebuah media tulis.
Jawaban pak Quraish memangnya apa,..? setahu saya beliau
mengatakan jilbab itu wajib,ketika di tanya orang jilbab seperti apa
yang benar menurut islam.beliau menjawab,persis seperti jawaban teman
saya Rahima di kairo ketika ditanya orang masalah Jilbab itu bagaimana.
Pernah suatu saat saya berdiskusi dengan kenalan kenalan yang
mendalami bidang agama dan menanyakan kepada mereka kenapa sering
sekali terjadi perdebatan mengenai penafsiran al-Quran atau hadist
seolah olah tafsiran merekalah yang betul.
Sekali lagi kalau masalah jilbab itu sudah pasti dalilnya.Yang
dimaksudkan oleh kenalan bunda Isna itu saya kira penafsiran Al Qur'an
hadist dan lainnya yang dalilnya tidak jelas,maka perlu di
tafsirkan,maka terjadi perbedaan pendapat.Itu dibenarkan dalam islam.
Tapi mencari perbedaan-perbedaan dan penafsiran-penafsiran atas
ayat Al Qur'an yang sudah jelas hukumnya dalam Al Qur'an dan hadist itu
tidak perlu lagi.Bisa-bisa dalil pasti berubah menjadi dalil Dzanni (
sangkaan ),itu yang sering dilakukan oleh mereka yang tidak suka islam
dan hukum Islam tegak dimuka bumi ini.
Bunda isna jangan asal mengatas namakan " Perbedaan dalam Agama
".boleh saja dalam islam sehingga,sehingga persoalan apa sajapun kalau
manusia ( apalagi mengatasnamakan Ulama ),terserah manusia memilih yang
mana.Sekali lagi saya katakan perbedaan dan penafsiran itu di bolehkan
kalau memang itu ayat,atau hadist merupakan dalil yang masih belum
jelas.Tapi kalau sudah jelas ayat tersebut tak perlu lagi
ditafsir-tafsirkan.jangan asal pakai kata " Perbedaan pendapat ".
Manusia hanya boleh menafsirkan dan boleh berpendapat sebatas
dalilnya memang butuh penafsiran dan bukan masalah yang sudah
jelas.dalil akal di pakai setelah dalil Naqal didahulukan,dan memang di
butuhkan.
Kenalan saya itu menjawab bahwa seharusnya tidak demikian,
karena jelas pengetahuan manusia sangat terbatas, apa yang disampaikan
barulah sebatas kemampuan kita manusia dalam menyelami firman firman
Allah, seperti alenia pertama kata pengantar tafsir pak Quraish
tersebut. Kata mereka itu sebabnya para ulama besar selalu mengakhiri
keterangannya dengan " Wa Allah A'lam ".
Dalam hal ini apa yang disampaikan oleh kenalan bunda,juga pak
Quraish tepat.Karena mereka bermaksud perbedaan bukan yang
prinsipil,tapi dalam perbedaan yang cabang,sementara yang saya tanyakan
masalah Jilbab.( masih belum terjawab apa yang saya minta oleh bunda
isna ).Dan saya ngak perlu tanya pada Bapak Quraish masalah itu,karena
yang memberikan pernyataan pertama adalah Bunda Isna.Buat apa saya
memasuk-masukkan,atau menanyakan pada orang yang tidak mengeluarkan
pernyataan yang saya tanyakan.Saya harus bertanya pada orang yang
mengeluarkan pernyataan itu. ?? karena yang buat pernyataan :
" Sedangkan masalah Jilbab saja,masih banyak perbedaan ulama di
dalamnya ".
Sekali lagi itu pernyataan bunda isna,dan itu yang saya
tanyakan.Apa yang di perbedakan ,dan siapa ulama itu,setahu saya Bapak
pak Quraish Shihab,ketika di tanya mahasiswa kairo ( saya dengar
langsung atas jawaban Rahima,saat saya bertanya padanya ),pak Quraish
menjawab Jilbab itu wajib,dan jilbab yang tepat adalah Jilbab
sebagaimana jilbabnya orang Malaysia yang menutup dada.( Tidak nampak
leher,seperti jilbab Ibu Dzakiyah derajat yang bunda Isna sebutkan
sebelumnya ) .
Jadi jangan asal kita mengambil kesimpulan atas
pernyataan seseorang seperti contohnya pernyataan pak Quraish Shihab
dalam pembukaan yang bunda isna sebutkan.Karena tidak ada sama sekali
disana di dalamnya yang menyangkut permasalahan Jilbab.Tapi itu adalah
umum secara penafsiran yang dalilnya belum jelas.
Dan sampai saat itu jawaban bunda isna belum jelas,dan belum
terjawab apa yang saya tanyakan.itu saja intinya.
Sekali lagi ulama yang sebenar-benar takut pada hukum Allah
,tidak akan memperdebatkan masalah kewajiban berjilbab ini.Yang
cari-cari masalah itu adalah mereka yang suka mengaburkan ummat islam
dari ajarannya,merubah dalil qath'i menjadi dalih yang dzanni.Ini suatu
kesalahan besar.
Thank's.jannah.
Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan oleh Bapak Ismet bunda
Isna Over acting dalam mail-mail bunda.
Mohon,bunda isna dalam mengeluarkan pernyataan sekali lagi
berhati-hati,jangan asal keluar saja, sekali lagi saya katakan
pernyataan bunda isna mengatakan bahwa masalah Jilbab masih banyak
perbedaan ulama di dalamnya,seakan-akan masih ada keraguan
didalamnya,karena masih ada perbedaan.dan ini tidak benar sama
sekali,karena masalah jilbab ini sudah jelas dalil kewajibannya dalam
Al Qur'an,tapi kalau masalah-masalah agama lainnya,masih bisa di
perdebatkan,itupun selalu ada pendapat yang terkuat yang lebih
mengutamakan dalillnaqal ( Al Qur'an ,Hadist ),ketimbang akal. manusia
hanya boleh berijtihad kalau memang tidak ada dalilnya dalam Al Qur'an
dan hadist,yang jelas.
Thank's jannah.
Saya melihat nanda punya pengetahuan yang jauh lebih hebat dari
saya mengenai agama, kalau nanda tidak puas mungkin lebih baik
ditanyakan kepada beliau, karena saya sendiri tidak kompeten menjawab
argumen nanda, apalagi nanda juga menguasai bahasa lain seperti penutup
email nanda.
Wassalam dan maaf bagi yang tidak sependapat.
Isna H
dika wrote:
Isna Huriati <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
Assalamu'alaikum w w.
Ambo bukan ulama. Ambo makmum. Pendapat itu berasal dari ulama ahli
tafsir bapak Dr. Quraish Shihab, ulama lulusan Universitas Al Azhar,.
Karya beliau terakir kalau tidak salah adalah Tafsir
Al-Mishbah. Ambo ingin mangutip kata pengantar beliau dalam tafsir
tersebut sebagai berikut :
" Tafsir Al-Qur'an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman
Allah sesuai kemampuan manusia . Kemampuan itu bertingkat- tingkat,
sehingga apa yang dicerna atau diperoleh oleh seorang penafsir dari al
Qur'an bertingkat- tingkat pula. Kecenderungan manusia juga berbeda
-beda , sehingga apa yang dihidangkan dari pesan -pesan Ilahi dapat
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Jika Fulan memiliki
kecendrungan hukum , tafsirnya banyak berbicara mengenai hukum. Kalau
kecenderungan si Anu adalah filsafat, maka tafsir yang dihidangkannya
bernuansa filosofis. Kalau studi yang diminatinya bahasa , maka
tafsirnya banyak berbicara tentang aspek aspek kebahasaan. Demikian
seterusnya.
Waalaikumsalam.Wr.Wb.
Pendapat bapak Prof .Dr. Quraish Shihab diatas tidak
bersangkut paut pada masalah Jilbab yang saya tanyakan.Tetapi pendapat
itu umum secara penafsiran masalah apa saja.Dan saya tahu masalah yang
diperdebatkan bukalanlah masalah aqidah yang sudah pokok dan dalil
Qath'i ( jelas )dalam agama oleh ulama,tetapi masalah cabang.Kalau
inti dari hukum syaria't agama sudah jelas tidak bisa di permasalahkan
lagi ( bila sudah ada dalil yang Qath'i ),kecuali bagi mereka yang
cari-cari masalah terhadap agama Islam itu sendiri yang suka
mengabur-ngaburkan aqidah ummat islam.
Seperti yang sudah saya katakan bahwa nash akan Jilbab
sangat jelas dalam islam,tidak perlu di permasalahkan lagi.( Saya kira
pak Quraish tidak mempermasalahkan masalah jilbab itu,dalam
kata-katanya yang bunda kutip dibawah ini ) .
Tetapi dalam penafsiran khusus masalah jilbab,tidak ada
beliau katakan sebagaimana yang bunda katakan sebelumnya :
" Masalah Jilbab,masih banyak perbedaan ulama di dalamnya
".( ???? )
Dimana letak kata-kata pak Quraish Shihab yang mengatakan
kewajiban masalah jilbab itu masih di pertentangkan,atau masih
diperbedakan oleh Ulama ?? ( ini yang saya tanya,dimana letak perbedaan
ulama dalam masalah ini ).saya tidak tanya yang lain.Saya cuman tanya
kata-kata bunda Isna,dimana letak perbedaan Ulama di dalam masalah
Jilbab ini.Yang saya tanyakan masalah apa yang di permasalahkan ulama
dalam masalah jilbab.Bukan saya tanyakan masalah tafsir agama.Lari
jawaban bunda isna diatas,tidak masuk ke inti permasalahan yang saya
tanyakan.
Keberadaan seseorang pada lingkungan budaya atau kondisi sosial , dan
perkembangan ilmu ( nan iko tambahan dari ambo : buya Hamka manafsirkan
dzarrah jo atom, tapi kini kan lah DNA dsb ) , juga
mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam menangkap pesan-pesan
al-Qur'an. Keagungan firman Allah dapat menampung segala kemampuan,
tingkat, kecenderungan dan kondisi yang berbeda-beda itu .
Karena itu, bila seorang penafsir membaca al-Qur'an maka maknanya dapat
menjadi jelas di hadapannya, tetapi bila ia membacanya sekali lagi ia
dapat menemukan lagi makna-makna lain yang berbeda dengan makna
sebelumnya. Demikian seterusnya, hingga boleh jadi ia dapat menemukan
kata atau kalimat yang mempunyai makna berbeda-beda yang semuanya benar
atau mungkin benar. "Ayat-ayat al-Quran bagaikan intan , setiap
sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari
sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita mempersilahkan orang lain
memand angnya , maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita
lihat",
Masalah kata-kata diatas ini saya pernah baca,bahkan saya
dengar langsung dari ceramah Pak Quraish Shihab di TV , pada karangan
bapak Quraish Shihab juga,termasuk di dalamnya ,tetapi tetap tidak saya
temukan sebagaimana yang bunda Isna katakan sebelumnya dalam masalah
jilbab ini..
Thank's .Jannah
Wassalam :Isna H
dika wrote:
Post your free ad now! Yahoo!
Canada Personals
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________