Bung Ahmad Ridha nan ambo banggakan,

Assalamualaikum wr.wb.

Tarimokasi banyak atas komentarnyo tantang filosfi prof.Mubiyarto nan ambo
sampaikan dan ambo sapandapek bana jo komentar itu sabab bung barangkek dari
suduik pandang bicara Islam secara umum.

Ambo sabananyo hanyo manjawek pertanyaan ibu Dian Sukmawati tgl 22 Juni
tantang subject nan samo,babunyi:
Bagaimana pula ini.....p,Siswono mengatakan tidak akan menerapkan Syariat
Islam sebagai landasan negara..baa pulo ko.

Jadi ambo barangkek dari suduik pernyataan politik nan disampaikan pak
Siswono nan ambo tahu baliau seorang Muslim nan ta'at. Baliau bicara tidak
akan menerapkan syari'at Islam sebagai landasan negara. dalam  NKRI sebab
bangsa Indonesia sudah menyepakati Pancasila sebagai landasan negara.
Pernyataan itu adalah pernyataan politik dalam berkampanye untuk memperoleh
dukungan semua pihak,walaupun dalam hati balainan.

Filosofi prof.Mubiyarto yang juga terkenal sebagai Muslim yang ta'at adalah
falsafah dalam kita memilih, dua gelas yang sama  tetapi berbeda dalam warna
dan rasa, yang mana akan kita pilih.dalam kondisi negara seperti saat ini.
Filosofi ini dihadapkan kepada keinginan sebagian umat Islam untuk
mampajuangkan Syari'at Islam sebagai landasan negara, jadi  mampajuangkan
NKRI menjadi negara yang berlandasan Islam. Sedangkan umat non Muslim dengan
dukungan sebagian umat Muslim lain yang lebih bangga mengaku sebagai
nasionalis, tetap ingin mempertahankan Pancasila sebagai landasan negara.

Jadi filosofi ini sabananyo ditujukan   bagi umat Islam yang
ingin menerapkan syari'at Islam mulai sekarang., agar memakai filosofi ini
sebagai landasan politik/siasat.
Jangan memilih mampajuangkan  warna Islam dulu, lebih baik  mampajuangkan
rasa Islam dulu dalam kehidupan bermasyarakat  dan bernegara melalui
berbagai peraturan dan perundangan. Bila  sudah terwujud dan dirasakan
kebenarannya oleh seluruh masyarakat maka otomatis warna Islam (negara
Islam) akan diterima semua pihak.

Kita sebenarnya harus malu , yang menolak syariat Islam sebagian besar
adalah orang Islam sendiri.  Oleh karenanya yang harus diperjuangkan adalah
meng-"Islam" kan orang Islam lebih dulu.

Semoga penjelasan ko bisa "masuek" dalam logika bung Ahmad Ridha.

Wassalam dan maaf,
ASmardi Arbi
.


----- Original Message -----
From: "Ahmad Ridha" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, June 25, 2004 11:36 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: ] FW: Siswono: Negara Tidak Perlu
MengaturSyariatIslam


> Bismillahirrahmanirrahim,
>
> Asmardi Arbi writes:
>
> > Ambo taringek jo ceramah Prof Moebiarto dari UGM nan manggambarkan
> > sebuah filosfi, kalau ada dua gelas air putih, gelas yang satu diberi
> > gincu merah saja, sedang gelas yang satu lagi diberi gula saja, maka
> > gelas mana yang akan anda pilih?
>
> Mohon maaf, Pak. Saya mengomentari 'sedikit'. Rasanya filosofi ini kurang
> 'masuk' jika kita bicara Islam.
>
> Islam terkait erat dengan keimanan. Para ulama mengatakan bahwa jika Islam
> dan iman disebutkan terpisah maka maknanya sama sedangkan jika disebutkan
> bersamaan maknanya berbeda (tingkatan mukmin lebih tinggi dari muslim).
>
> Nah, iman adalah pengakuan oleh hati, pengucapan oleh lidah, dan
pembuktian
> dengan amal. Artinya iman itu harus terwujud secara bathin dan zhahir.
Jika
> dihubungkan dengan analogi di atas maka air tersebut haruslah manis dan
> berwarna 'manis' pula. Nah, tingkat kemanisan inilah yang berbeda-beda
> karena iman dapat bertambah seiring perbuatan taqwa atau pun berkurang
> karena maksiat. Tentunya yang menentukan manis pahitnya adalah Allah dan
> Rasul-Nya karena belum tentu yang dianggap baik oleh kebanyakan manusia
> adalah baik (QS. 2:216).
>
> Masalahnya apa dengan filosofi di atas? Jika ada pertanyaan, mana yang
lebih
> baik antara seorang muslim yang bermaksiat (katakanlah mencuri) dengan
> seorang kafir yang tidak mencuri? Bagi saya jawabannya jelas,
sebaik-baiknya
> orang kafir tetap saja lebih baik muslim. Segala amal orang kafir akan
pupus
> bagaikan debu yang beterbangan.
>
> "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal
> itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. al-Furqaan 25:23)
>
> Sedangkan bagi muslim tersebut jika ia bertaubat maka ia akan diampuni
jika
> Allah kehendaki sebagaimana banyak disebutkan dalam al-Qur'an dan hadits
> yang shahih.
>
> "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
> segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.
> Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa
> yang besar." (QS. an-Nisaa 4:48)
>
> Perhatikan di sini yang menyelamatkan muslim adalah kalimat tauhid.
Ingatlah
> Abu Thalib yang tetap saja tidak termasuk muslim (QS. 28:56) walaupun ia
> banyak membantu Rasulullah namun ia enggan untuk mengucapkan kalimat
tauhid
> ('terasa' namun enggan 'berwarna').
>
> Tentunya dalam pengertian muslim di sini tidak termasuk orang-orang yang
> mengaku Islam namun telah menyimpang jauh sehingga sesungguhnya mereka
telah
> keluar dari Islam. Nah, inilah contoh warna tanpa rasa bisa diterapkan
> karena seorang muslim yang baik tentulah 'manis' warna dan rasanya.
>
> Selain itu, pandangan tersebut dapat disalahgunakan menjadi pandangan
bahwa
> tidak perlu kita menerapkan aturan Islam dalam berbusana misalkan yang
> perempuan harus berhijab dan yang laki-laki harus membiarkan jenggot dan
> tidak boleh berisbal karena semua itu hanya 'kulit' atau 'budaya'.  Semoga
> bukan pandangan seperti ini yang dikehendaki. Sungguh ironis ucapan
sebagian
> orang yang mengatakan 'yang penting kan hatinya'. Padahal keadaan hati
yang
> baik akan terefleksi pada amal anggota tubuh.
>
> Dengan demikian Islam harus tegak dalam warna dan rasa sehingga suatu
hukum
> diterima bukan karena logis menurut akal namun karena merupakan perintah
> dari Allah dan Rasul-Nya. Sebagai contoh kecil saja, di Amerika Serikat
> seorang pembunuh dapat dijatuhi hukuman mati atau Cina yang sangat keras
> terhadap koruptor namun apakah dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat dan
> Cina sebagai negara yang Islami karena sebagian hukumnya agak mirip dengan
> syari'at Islam?
>
> Mohon maaf jika ada kesalahan atau kurang berkenan. Segala kebaikan
hanyalah
> dari Allah sedangkan keburukan datang dari diri saya dan syaithan. Semoga
> Allah menjadikan kita mukmin yang sesungguhnya secara lahir dan batin.
>
> Billahit taufiq. Allahu a'lam.
>
> Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
>
> Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
> (l. 1980 M/1400 H)
>
>
> ____________________________________________________
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
> http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
> ____________________________________________________

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke