Dari Okezone kita baca:

Pulau Mandeh di Sumatera Barat Dilirik Raja Salman untuk Investasi 
Pariwisata Halal 
February 25, 2017 
<http://www.portal-islam.com/2017/02/25/ulau-mandeh-di-sumatera-barat-dilirik-raja-salman-untuk-investasi-pariwisata-halal/>
 Portal 
Islam <http://www.portal-islam.com/author/portal-islam/> 

PORTAL-ISLAM.COM — Raja Saudi Salman bin Abdulazis Al Saud akan melakukan 
kunjungan kenegaraan di Indonesia. Menteri Parwisata Arief Yahya 
mengatakan, saat di Indonesia nanti, Raja Salman juga siap menanam 
investasi cukup besar di sektor pariwisata.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan jika Raja Salman tengah 
melirik salah satu wisata halal di Indonesia yakni Mandeh di Sumatera Barat 
untuk menanam investasi pariwisata.

“Mandeh, dan Sumatera Barat adalah destinasi yang kita proyeksikan menjadi 
wisata halal, selain Lombok dan Aceh,” kata Arief.


Ya, Mandeh yang berlokasi di kawasan pesisir Selatan, Sumatera Barat 
menghadirkan banyak produk wisata yang memukau. Meski kecil, namun wisata 
baharinya begitu luar biasa.

Mandeh merupakan sebuah teluk yang memiliki banyak pulau di antaranya Pulau 
Cubadak, Pulau Setan, Pulau Pagang, Pulau Marak dan masih banyak lagi. 
Sehingga pesonanya disebut mirip dengan Raja Ampat.

Wisata bahari dari pulau-pulau tersebut menghadirkan pesona bawah laut yang 
sungguh memesona. Terumbu karang berwarna-warni, dan ikan indah merupakan 
unggulan dari wisata bahari di Mandeh sehingga membuatnya terkenal di mata 
dunia.


Tak heran jika Raja Salman melirik wisata Mandeh untuk dijadikan investasi 
berjangka panjang. Namun, belum ada kepastian bentuk investasinya, yang 
pasti ini merupakan kabar baik untuk Indonesia.

“Ini promosi yang luar biasa efektif. Karena itu, saya mengucapkan Selamat 
Datang ke Bali. Selamat menikmati Wonderful Indonesia,” kata Arief.

Sumber : Okezone.com 


On Sunday, February 26, 2017 at 6:58:40 PM UTC-8, Sjamsir Sjarif wrote:
>
> Dari Antara Sumbar kita baca:
>
> *Membaca Kunjungan Raja Salman Ke Indonesia* 
> Sabtu, 25 Februari 2017 9:06 WIB 
> Pewarta : Yon Machmudi, Ph.D
> Padang, (Antara Sumbar) -Apabila tidak ada perubahan maka pada 1-9 Maret 
> 2017 Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, akan berkunjung ke Indonesia. 
> Tidak tanggung-tanggung rombongan Raja akan membawa 1.500 anggota delegasi, 
> termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.
>
> Kedatangan Raja Saudi Arabia ini memiliki arti penting dan strategis bagi 
> kedua negara. Mengapa kunjungan ini sangat penting?
> Ini dapat dilihat dari dua hal. Pertama, kunjungan ini adalah yang pertama 
> bagi raja Saudi setelah hampir 47 tahun ini tidak ada kunjungan ke 
> Indonesia.
>
> Padahal sejak Orde Baru beberapa Presiden Indonesia telah melakukan 
> beberapa kali kunjungan dimulai dari Gusdur, Megawati Soekarnoputri, Susilo 
> Bambang Yudhoyono, maupupn Jokowi. Tidak adanya kunjungan Raja Saudi sejak 
> tahun 1970 hingga saat ini adalah sesuatu yang janggal.
>
> Kedua, perubahan politik dunia, terutama di Amerika Serikat (AS) yang 
> sedang kurang bersabahat dengan Islam dan Timur Tengah juga menjadikan 
> kunjungan ini menjadi penting.
>
> Kebijakan Presiden Trump yang diskriminatif terhadap Islam dan Timur 
> Tengah membuat ketidaknyamanan bagi para investor Timur Tengah. Indonesia 
> sebagai negara Muslim terbesar di dunia mulai dilirik oleh negara-negara di 
> kawasan Timur Tengah.
>
> Pergeseran Polurgi Saudi
>
> Sejak kepemimpinan Raja Abdullah (2005-2015) telah terjadi pergeseran arah 
> politik luar negeri (polurgi) Saudi dengan menjadikan Asia sebagai mitra 
> alternatif menggantikan hegemoni Barat (Amerika).
>
> Strategi yang digunakan adalah strategi yang dikenal dengan "managed multy 
> dependence" (MMD). MMD merupakan strategi mencari beragam hubungan luar 
> negeri dengan negara-negara utama guna mengurangi ketergantungan dan 
> hegemoni pada satu negara besar (Amerika Serikat).
>
> Perubahan polurgi Saudi ini dapat dilihat dari dipilihnya China dan India 
> sebagai prioritas kunjungan pertama Raja Abdullah di luar kawasan Timur 
> Tengah pada awal 2006.
>
> Pada Februari dan Maret 2014, Salman bin Abdul Aziz, semasa menjadi Putra 
> Mahkota, mendapat tugas untuk berkunjung ke Jepang, India dan Cina. Posisi 
> ketiga negara ini dinilai sangat strategis karena penggabungan kekayaan 
> ketiga negara ini ternyata menyamai jumlah kekayaan negara AS yang selama 
> ini menjadi sekutu setia Saudi.
>
> Demikian juga ketiga negara Asia ini secara bersama-sama mampu menyerap 
> lebih dari 39 persen minyak Saudi. Suatu jumlah yang sangat besar dibanding 
> AS sendiri yang hanya menyerap 19 persen saja.
>
> Kebijakan Raja Abdullah mereduksi hegemoni Amerika dan melirik Asia ini 
> kemudian diikuti oleh penerusnya, Raja Salman.
>
> Pada Juni 2015, Kerajan Saudi mengutus Wakil Putra Mahkota sekaligus 
> Menteri Pertahanan, Muhammad bin Salman, mengunjungi Moskow guna 
> menandatangani perjanjian kerja sama bilateral di sektor minyak, militer, 
> nuklir dan ekspolarasi ruang angkasa.
>
> Setelah itu kunjungan-kunjungan kerajaan dilakukan di negara-negara Asia 
> seperti Jepang, China, Korsel dan India.
>
> Walaupun AS saat ini masih mendominasi pembelian minyak Saudi (19 persen) 
> tetapi empat negara Asia (Jepang, China, Korsel dan India) berpotensi 
> menggantikan kedudukan Amerika.
>
> Keempat negara ini masing-masing membeli minyak ke Saudi sebesar 1,2 juta 
> bpd (Jepang), 1,1 juta bpd (China), 0,9 juta bpd (Korea Selatan) dan 0,8 
> juta bpd (India). Total impor negara-negara Asia dari Saudi mencapai 4 juta 
> bpd (51 persen).
>
> Bahkan hingga 2040 kebutuhan mereka akan terus meningkat sementara AS saat 
> ini mulai membatasi impor minyaknya karena fokus untuk memenuhi sendiri 
> kebutuhannya (Yamada, 2015).
>
> Impor minyak Indonesia saat ini mencapai 0,55 juta bpd dan akan terus 
> menanjak hingga 0,88 juta bpd. Sekitar 29 persen kebutuhan minyak Indonesia 
> disuplai dari Saudi.
>
> Karenanya, seiring dengan strategi MMD Saudi yang cukup efektif ini dalam 
> menggeser hegemoni AS di Saudi, posisi Indonesia menjadi sangat penting 
> karena kebutuhan impor minyak Indonesia yang cukup besar di bawah India. 
> Dan ini akan menjadi prospek pasar penting bagi Saudi.
>
> Mispersepsi Hubungan
>
> Walaupun Indonesia-Arab Saudi secara historis memiliki hubungan khusus 
> karena kesamaan agama tetapi hubungan bilateral kedua negera ini tidaklah 
> sekuat sebagaimana sering diasumsikan banyak kalangan.
>
> Indonesia tidak menjadi mitra strategis bagi Arab Saudi sementara strategi 
> polurgi Indonesia cenderung berkiblat ke Barat. Isu-isu yang dominan justru 
> berkaitan dengan masalah-masalah tenaga kerja wanita Indonesia di Saudi.
>
> Ada mispersepsi di antara kedua negara ini sehingga berpengaruh terhadap 
> tidak optimalnya hubungan bilateral keduanya.
>
> Saudi yang sering menggunakan strategi bantuan (politics of assistance) 
> lebih banyak memfokuskan kerja sama di bidang keagamaan dengan membangun 
> fasilitas-fasilitas keagamaan (rumah ibadah) maupun sekolah-sekolah agama.
>
> Uniknya, peran diplomasi Kerajaan Arab Saudi di Indonesia lebih banyak 
> dilakukan oleh atase Agama karena tidak adanya atase perdagangan maupun 
> pendidikan.
>
> Bantuan keagamaan Saudi bukan berarti tanpa masalah. Besarnya bantuan 
> kepada yayasan-yayasan keagamaan yang berbeda aliran dengan mayoritas umat 
> Islam di Indonesia telah menimbulkan potensi konflik keagamaan.
>
> Sejak era Orde Baru sikap pemerintah Indonesia terhadap negara-negara di 
> Timur Tengah kurang positif karena isu-isu radikalisme. Timur Tengah, 
> termasuk Saudi Arabia dicurigai sebagai pusat penyebaran gerakan-gerakan 
> Islam radikal di Indonesia.
>
> Tidak disadari penekanan kerjasama keagamaan ternyata menjadikan hubungan 
> kedua negara itu tidak optimal. Saudi menganggap Indonesia defisit dalam 
> hal keagamaan sementara pihak Indonesia mengkhawatirkan potensi masuknya 
> aliran-aliran radikal ke Indonesia.
>
> Akibatnya kerja sama di bidang ekonomi dan pendidikan non agama tidak 
> maksimal, padahal potensi kedua negara ini sangat besar.
>
> Prospek Ekonomi
>
> Dari sisi investasi, Arab Saudi memiliki potensi yang sangat besar. Para 
> investor Saudi sangat identik dengan keluarga istana. Artinya, kebijakan 
> politik istana dan ekonomi selalu saling berkaitan. Sebagian besar 
> orang-orang kaya Saudi adalah keluarga istana.
>
> Sebut saja Pangeran Walid bin Talal bin Abdul Aziz adalah termasuk orang 
> terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD 20 milyar. Pada 2005 dia 
> menyumbang Universitas Harvard dan Georgetown sebesar USD 40 juta dolar 
> untuk pengembangan studi Islam.
>
> Pada sisi lain kerjasama pendidikan di Indonesia lebih banyak diperankan 
> oleh Lembaga Pendidikan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta yang rencananya 
> akan dikembangkan di tiga wilayah di Indonesia.
>
> Kerja sama dan bantuan pendidikan tidak banyak dilakukan dengan 
> universitas-universitas umum ternama di Indonesia.
>
> Akibatnya, peran Saudi di Indonesia cenderung periperal karena hanya 
> nampak di ranah keagamaan. Berbeda dengan Iran dan Turki misalnya, mulai 
> fokus menggarap kerja sama di bidang ekonomi dan pendidikan umum.
>
> Presiden Ahmadinejad (2006) dan Abdullah Gul (2011) misalnya, menyempatkan 
> berkunjung ke Univeristas Indonesia guna menyampaikan pesan perdamaian yang 
> dihadiri oleh ribuan mahasiswa. Resonansinya pun membahana di kalangan 
> anak-anak muda Indonesia.
>
> Investasi Saudi di AS juga tergolong besar yaitu mencapai 600 miliar dolar 
> AS. Baru-baru ini, Departemen Keuangan AS membuka informasi tentang nilai 
> hutang AS kepada Saudi yang mencapai 116,8 miliar dolar AS atau sekitar 
> Rp1.551 triliun (CNN, 17/5/16). 
> Perubahan politik di AS, terutama sejak Trump berkuasa, menyebabkan 
> kerajaan Saudi dan para investornya merasa tidak nyaman dan mulai 
> memindahkan dana mereka.
>
> Kemarahan Saudi ditumpahkan kepada AS ketika negara ini berusaha 
> mengesahkan Undang-Undang tentang terorisme yang memberikan kesempatan 
> kepada keluarga korban September 11 menuntut Saudi bertanggung jawab 
> terhadap peristiwa itu. Pihak kerajaan pun mengancam akan menarik dananya 
> dari AS.
>
> Pada tahun lalu dikabarkan sebanyak USD 200-300 milyarditarik oleh 
> investor Saudi dari AS (South Front, 17/12/16) dan sisanya sedang menunggu 
> perkembangan.
>
> Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia dimana pada 2050 akan 
> masuk empat besar raksasa ekonomi dunia sangat berpotensi menjadi 
> alternatif bagi para investor Saudi.
>
> Ubah Persepsi
>
> Tergantung bagaimana kedua negara ini menyikapi rencana kunjungan yang 
> sangat bersejarah ini. Jika kedua negara menginginkan hubungan yang kuat 
> dan saling menguntungkan maka mereka perlu mengubah persepsi yang 
> berkembang saat ini.
>
> Saudi harus memperlakukan Indonesia sebagaimana mereka menempatkan mitra 
> strategisnya di kawasan Asia seperti Cina, India, Korea, dan Jepang.
>
> Wacana untuk belajar dari Saudi dalam menangani terorisme misalnya, 
> bukanlah suatu kebijakan yang tepat. Fakta membuktikan bahwa negara-negara 
> Timur Tengah terbukti gagal dalam mengendalikan potensi terorisme.
>
> Sangatlah naif kalau Indonesia justru belajar kepada negara-negara Timur 
> Tengah dalam memerangi terorisme tetapi tidak optimal memanfaatkan potensi 
> ekonomi yang luar biasa ini.
>
> Kepentingan ekonomi menjadi sangat penting dibanding masalah keagamaan dan 
> keamanan. Besarnya rombongan Raja dan lamanya kunjungan telah mengukuhkan 
> karakteristik polutik luar negeri Saudi yang dibangun atas dasar 
> kekeluargaan, persahabatan dan kepercayaan.
>
> Dengan demikian kedua negara ini akan duduk sebagai dua negara yang 
> sejajar dan berpengaruh di dunia Islam dan Timur Tengah. Selamat Datang 
> Yang Mulia Raja Salman bin Abdul Aziz di Indonesia!
>
> *) Penulis adalah Dosen Program Studi Arab Universitas Indonesia, Direktur 
> Indonesia-Middle East Institute (IMEINS) dan kontributor buku Saudi Arabian 
> Foreign Policy: Conflict and Cooperation (2016), IB Tauris: London
>
>
>
>
>
> Editor : Ikhwan
>
> COPYRIGHT © ANTARASUMBAR 2017
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke