[Keuangan] Tentang Bank Sentral (1)

2008-08-18 Terurut Topik Bali da Dave
Sedikit TENTANG BANK CENTRAL

 

Sejarah Bank Sentral di Amerika dimulai sejak tahun 1913. Dengan
berdirinya bank Sentral tersebut, Amerika memiliki institusi dengan
kuasa untuk menciptakan likuiditas sebanyak-banyak yang diperlukan untuk 
mengeliminasi
(minimalisasi) kepanikan financial ke-dua (The great Depresion tahun 30-an). 
Pada
attachement terlihat volatilitas short term interest rate yang jauh berkurang
setelah tahun 1913. Tentu saja kepanikan financial yang mengiringi the great
depression tahun 30 terjadi setelah didirikannya Federal Reserve, namun dapat
dilihat bahwa volatilitasnya suku bunga yang merujuk pada kekurangan likuiditas
sudah jauh berkurang.

 

Ada dua factor yang
menyebaban lembaga keuangan memiliki resiko kredit pada situasi ekonomi yang
menurun. Yang pertama adalah masalah solvensi/solvabilitas, dimana nilai asset
perusahaan/bank lebih kecil dari jumlah kewajibannya (equitas negative). Pada
kasus yang seperti ini, depositor akan sangat beruntung jika sempat menarik
uangnya sebelum bank ditutup. Dalam kasus baru-baru ini, terlihat di UK
bahwa banyak nasabah Bank NorthernRock mengantri untuk mengambil uang dan
menutup buku tabungan mereka karena alas an ini. Nasabah takut karena mendengar
berita bahwa Northern Rock mengalami rugi operasi yang cukup besar dan mereka
tidak yakin apakah bank tersebut akan tetap solvent.

 

Faktor kedua adalah factor LIKUIDITAS. Jika bank hanya
menyimpan uangnya saja dan tidak meminjamkannya ke perusahaan, mereka tidak
akan memiliki pendapatan usaha. Degnan system multiplier effect (fractional
reserve bankng), bank bahkan dapat meminjamkan lebih banyak lagi uang untuk
diinvestasikan. Walaupun bank tersebut sehat (solven) dan meminjamkan uang pada
perusahaan yang sehat, selalu ada resiko dimana banyak nasabah karena satu dan
lain hal tiba-tiba ingin menarik seluruh dana mereka. Pada saat ini terjadi,
sebagian besar dana nasabah sudah dipinjamkan ke perusahaan lain dan tidak bisa
ditarik seluruhnya. Terjadilah masalah likuiditas. Dalam jamannya krisis 97-98,
kepanikan dimulai karena banyak bahan pokok yang sulit ditemui di toko dan
supermarket. Entah karena apa. Kabarnya ada isu-isu kerusuhan sehingga
masyarakat mulai menyetok barang, dan karenanya mulai menarik dana dari bank
untuk membeli bahan-bahan. Kepanikan semakin bergulir…  semakin lama semakin 
besar dan akhirnya
semakin banyak orang antri di depan counter bank untuk membawa uang…  takut 
kalau benar terjadi kerusuhan dan
nantinya perlu beli ini-itu…  Lalu dor…. Bank
mulai kesulitan mencari uang untuk diberikan ke masyarakat. Mereka mulai
mencari pinjaman jangka pendek (antar bank), dan mereka kesulitan mendapat 
pinjaman karena
rupanya hamper semua bank dilanda kepanikan ini. Semua pihak ingin menarik
uangnya…  tidak peduli bank ini atau bank
itu…  entah bank sehat atau tidak…  semua orang ingin memegang uang kas.
Terjadilah krisis likuiditas.

 

Bank Sentral diharapkan (seharusnya dan memang didirikan untuk ini) untuk dapat 
membendung krisis
likuiditas ini. Tapi di tahun 1997-98, Bank Indonesia
yang adalah bank Sentral kelimpungan karena mengalami tekanan dari 2 kubu. Yang
satu adalah krisis likuiditas RUPIAH (dimana nasabah mencairkan uang
tabungannya), dan yang kedua adalah krisis likuiditas DOLLAR.

Wewenang Bank Indonesia
adalah untuk menyediakan likuiditas (dana) RUPIAH sebanyak yang diperlukan agar
tidak terjadi rush. Tapi menghadapi krisis likuiditas DOLLAR, bank Indonesia
memiliki keterbatasan. Bank Indonesia
dapat mencetak uang RUPIAH sebanyak-banyaknya sebab mata uang ini adalah dalam 
wewenang
Republik. Lain halnya dengan mata uang DOLLAR. Bank Indonesia
tidak bisa mencetak Dollar. Bank Indonesia
hanya dapat menyimpan dollar yang diperoleh dari ekspor, dan harus membayarkan 
dollar
untuk pengusaha yang melakukan import.

 

Dalam bahasa inggris (artikel ini saya tulis merupakan terjemahan dan gabungan
bebas beberapa artikel didapat dari internet):


“Although what was commonplace in the nineteenth century has since
essentially vanished, at least as far as the United States is concerned, other
countries continue to experience a closely related phenomenon, exemplified by
the currency and financial crises of 1997. If you're a smaller country like 
Korea
for which a lot of the short-term debt is denominated in dollars, your central
bank does not have the power to create extra dollars if everybody suddenly
demands their payment and refuses to extend credit. Trying to flood the market
with more of your own currency is just going to make the outflow of capital
more severe.”


Saya rasa walaupun banyak yang belum mengerti waktu peristiwa ini terjadi, 
barangkali
hamper semua pernah mendengar bahwa kurs rupiah yang dulunya 3000 rupiah per 
dollar
naik sampai 16,000 per dollar dalam waktu yang singkat. Kerusuhan yang tadinya 
Cuma
“ditakutkan akan terjadi” akhirnya benar-benar terjadi. Sekarang sepuluh tahun 
sudah
lewat, saya belajar banyak tentang krisis financial, dan saya yakin pejabat 

Re: [Keuangan] Tentang Bank Sentral (1)

2008-08-18 Terurut Topik Wahyoe Soedarmono
Sekedar menambahkan. Kedua risiko ini sebenarnya relatif bisa dikurangi dengan 
diterapkannya asuransi penjaminan dana nasabah (deposit insurance). Deposit 
insurance dicetuskan pertama kali oleh Diamond and Dybvig (1983) menyusul 
deregulasi besar-besaran di sektor perbankan USA. Sedangkan untuk teknis 
menghitung premi deposit insurance, menggunakan teori option value-nya Merton 
(1977). 

Lagi-lagi, Indonesia ketinggalan. Jepang waktu itu sudah mencium bakal terjadi 
krisis di Asia menyusul harga property (bubble) kian naik. Tahun 1996, Jepang 
menerapkan deposit insurance disertai forbearence dalam mekanisme menekan 
insolvability perbankan. 

Tahun 1997 terjadilah krisis yang dimulai dari depresiasi Baht terhadap USD. 
Krisis mata uang akhirnya menjadi twin krisis yang disertasi krisis perbankan. 
Banyak nasabah mengambil uangnya secara serentak (Bank Runs). Bank-bank besar 
waktu itu, tidak terlepas dari bencana runs ini. Sebagaian bank-bank kecil ada 
yang kolaps, dst

Deposit Insurance (explicit), baru diterapkan tahun 2004 lalu dengan batas 
maksimum penjaminan pada tahun 2007 adalah Rp. 100 juta. Jadi Indonesia 
sedikit terlambat menerapkan deposit insurance ini. 

Tugas bank sentral selain yang sudah disebutkan, dalam kaitannya dengan risiko 
solvabilitas dan likuiditas, adalah menjadi lender of last resort saat 
terjadi panik. Dana BLBI kemarin salah satunya, yang masih menjadi kontroversi 
hingga kini.

Tapi bagaimanapun ada kemajuan di perbankan kita. BI sudah sadar akan 
pentingnya Basel II yang sudah mulai digulirkan tahun ini. Semoga kita bisa 
membangun jembatan antara stabilitas perbankan dan pertumbuhan ekonomi, yaitu 
masalah pro-cyclicality, yang sampai saat ini belum menemukan konsensus.

Salam kemerdekaan dari jauh buat Indonesiaku



Wahyoe Soedarmono
PhD research fellow in Banking and Finance
Research Field: Basel II, Banking Fragility and Efficiency, Economic Growth
University of Limoges, France



--- On Mon, 8/18/08, Bali da Dave [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Bali da Dave [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] Tentang Bank Sentral (1)
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, August 18, 2008, 3:26 AM

Sedikit TENTANG BANK CENTRAL

 

Sejarah Bank Sentral di Amerika dimulai sejak tahun 1913. Dengan
berdirinya bank Sentral tersebut, Amerika memiliki institusi dengan
kuasa untuk menciptakan likuiditas sebanyak-banyak yang diperlukan untuk
mengeliminasi
(minimalisasi) kepanikan financial ke-dua (The great Depresion tahun 30-an).
Pada
attachement terlihat volatilitas short term interest rate yang jauh berkurang
setelah tahun 1913. Tentu saja kepanikan financial yang mengiringi the great
depression tahun 30 terjadi setelah didirikannya Federal Reserve, namun dapat
dilihat bahwa volatilitasnya suku bunga yang merujuk pada kekurangan likuiditas
sudah jauh berkurang.

 

Ada dua factor yang
menyebaban lembaga keuangan memiliki resiko kredit pada situasi ekonomi yang
menurun. Yang pertama adalah masalah solvensi/solvabilitas, dimana nilai asset
perusahaan/bank lebih kecil dari jumlah kewajibannya (equitas negative). Pada
kasus yang seperti ini, depositor akan sangat beruntung jika sempat menarik
uangnya sebelum bank ditutup. Dalam kasus baru-baru ini, terlihat di UK
bahwa banyak nasabah Bank NorthernRock mengantri untuk mengambil uang dan
menutup buku tabungan mereka karena alas an ini. Nasabah takut karena mendengar
berita bahwa Northern Rock mengalami rugi operasi yang cukup besar dan mereka
tidak yakin apakah bank tersebut akan tetap solvent.

 

Faktor kedua adalah factor LIKUIDITAS. Jika bank hanya
menyimpan uangnya saja dan tidak meminjamkannya ke perusahaan, mereka tidak
akan memiliki pendapatan usaha. Degnan system multiplier effect (fractional
reserve bankng), bank bahkan dapat meminjamkan lebih banyak lagi uang untuk
diinvestasikan. Walaupun bank tersebut sehat (solven) dan meminjamkan uang pada
perusahaan yang sehat, selalu ada resiko dimana banyak nasabah karena satu dan
lain hal tiba-tiba ingin menarik seluruh dana mereka. Pada saat ini terjadi,
sebagian besar dana nasabah sudah dipinjamkan ke perusahaan lain dan tidak bisa
ditarik seluruhnya. Terjadilah masalah likuiditas. Dalam jamannya krisis 97-98,
kepanikan dimulai karena banyak bahan pokok yang sulit ditemui di toko dan
supermarket. Entah karena apa. Kabarnya ada isu-isu kerusuhan sehingga
masyarakat mulai menyetok barang, dan karenanya mulai menarik dana dari bank
untuk membeli bahan-bahan. Kepanikan semakin bergulir…  semakin lama semakin
besar dan akhirnya
semakin banyak orang antri di depan counter bank untuk membawa uang…  takut
kalau benar terjadi kerusuhan dan
nantinya perlu beli ini-itu…  Lalu dor…. Bank
mulai kesulitan mencari uang untuk diberikan ke masyarakat. Mereka mulai
mencari pinjaman jangka pendek (antar bank), dan mereka kesulitan mendapat
pinjaman karena
rupanya hamper semua bank dilanda kepanikan ini. Semua pihak ingin menarik
uangnya…  tidak peduli bank ini atau bank
itu…  entah 

Re: [Keuangan] Tentang Bank Sentral (1)

2008-08-18 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 05:26 PM 8/18/2008, you wrote:

Tulisan ini bagus.
Mungkin bisa dikembangkan menjadi dokumen wiki - sehingga makin 
lengkap, menyeluruh, dan mendalam.

Akan lebih menarik kalau tidak terlalu sentris Amerika.
Dalam catatan saya, prinsip Bank Sentral Modern sudah ada di Inggris 
(Bank of England) yang ditugasi menjaga nilai mata uang pound dan 
menghindarkan intervensi kerajaan dalam mencetak utang (dan uang), 
karena wewenang atas utang beralih ke Parlemen.

Berkat keberadaan Bank of England lah maka surat utang Inggris 
dipercayai oleh para mitra dagang dan investor, sehingga bunganya 
bisa lebih rendah ketimbang surat utang negara lain (yang berarti 
cost-nya lebih rendah bagi BoE).  Atas hal ini pula terjadi 
peningkatan efisiensi penggunaan modal - sehingga akhirnya Inggris 
dapat mengalahkan Perancis dalam perebutan status sebagai superpower 
dunia era abad ke 18 dan 19, sekalipun Inggris ukurannya lebih 
kecil.  Dan seiring waktu, kepercayaan terhadap poundsterling yang 
meluaskan pengaruhnya ke dunia - dan menjadi mata uang standar pada 
masa sebelum 1900 - sebelum posisi tersebut diambil alih oleh US Dollar.

Pelajaran tentang BoE mengisyaratkan pentingnya independensi Bank 
Sentral - yang bisa berpengaruh terhadap persepsi atas mata uang yang 
diterbitkannya.  (Penjagaan dan tradisi Independensi Bank Sentral ini 
pula yang membuat Inggris tidak bersedia bergabung dengan Bank 
Sentral Eropa dan menggunakan Euro).


Sedikit TENTANG BANK CENTRAL

Sejarah Bank Sentral di Amerika dimulai sejak tahun 1913. Dengan
berdirinya bank Sentral tersebut, Amerika memiliki institusi dengan
kuasa untuk menciptakan likuiditas sebanyak-banyak yang diperlukan 
untuk mengeliminasi
(minimalisasi) kepanikan financial ke-dua (The great Depresion tahun 
30-an). Pada
attachement terlihat volatilitas short term interest rate yang jauh berkurang
setelah tahun 1913. Tentu saja kepanikan financial yang mengiringi the great
depression tahun 30 terjadi setelah didirikannya Federal Reserve, namun dapat
dilihat bahwa volatilitasnya suku bunga yang merujuk pada kekurangan 
likuiditas
sudah jauh berkurang.