[assunnah] Sikap Orang Terhadap Ramadhan

2013-07-24 Terurut Topik Abu Abdillah
SIKAP ORANG TERHADAP RAMADHAN?
http://almanhaj.or.id/content/3135/slash/0/sikap-orang-terhadap-ramadhan/

Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Rabb semesta alam. Aku bersaksi 
bahwa tiada ilâh yang patut disembah melainkan Allah Azza wa Jalla semata. 
Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan 
Rasul-Nya.

Sesungguhnya manusia terbagi menjadi beberapa macam, ada yang mencintai amal 
shalih dan menyibukkan diri dengannya siang dan malam. Dan ada juga yang 
membenci dan menjauhinya. Ramadhan adalah bulan maghfirah (ampunan), bulan 
dimana pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan 
dibelenggu. Ramadhan adalah lahan yang subur bagi orang Mukmin. Wahai pencari 
kebaikan, sambutlah! Dan Ramadhan merupakan saat bertaubat,kembali kepada Allah 
Azza wa jalla bagi orang yang berbuat maksiat. Wahai pencari keburukan, 
berhentilah!

Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Jenis Pertama : Orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena dia telah 
membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan dirinya untuk 
menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat ketika berpuasa. Bahkan ia 
akan mencela dirinya jika meninggalkannya. Para Salafus shalih sering berpuasa 
(meninggalkan makan, minum dan segala hal yang membatalkan- red) hingga menjadi 
terbiasa. Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka 
Allah Azza wa Jalla akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Azza 
wa Jalla berfirman:

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal 
yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” [al-Haqqah/69:24]

Sebagaimana membiasakan diri untuk berpuasa, dia juga membiasakan qiyâmul lail 
(shalat malam) yang merupakan penjagaan malam sebagaimana puasa juga merupakan 
penjagaan siang. Dalam qiyâmul lail terdapat kesungguhan jiwa dan konsentrasi 
peribadatan sehingga bisa mengalahkan setan; serta kabar gembira berupa balasan 
surga dan keselamatan dari neraka. Qiyâmul lail adalah kemuliaan bagi seorang 
Mukmin dan syi‘ar orang-orang shâlih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda: “Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu 
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan bentuk 
pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan dan mencegah 
perbuatan dosa”. [1]

Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla 
dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, 
dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan dan dengan 
memberikan buka kepada orang yang berpuasa. Karena dengan memberi makan orang 
yang berpuasa, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka 
menyibukkan diri mereka dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. 
Sehingga mereka mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan 
lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza wa 
Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa. Setelah keluar 
dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan dari perut ibu mereka. 
Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan 
dalam keadaan mendapat ampunan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa 
kepada Allah Azza wa Jalla selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan 
Ramadhan; karena mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan 
saat-saat kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.

Jenis Kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi mereka, 
Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari dan malamnya. 
Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka merasa berat dengan 
Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan. Perhatian mereka hanya 
terkait dengan perut saja. Mereka membenci semua amalan yang menghalangi 
tuntutan perut mereka. Mereka adalah orang yang meremehkan ketaatan, tidak 
membiasakan dan tidak pula menyukainya.

Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini. Apabila 
Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan berbagai makanan dan 
minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol, mengerjakan perbuatan dan 
permainan serta mengucapkan perkataan yang haram. Barang kali dosa mereka 
ketika bulan Ramadhan lebih banyak daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril 
mendoakan mereka agar dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli 
dengan sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah doa yang 
pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Di antara bentuk rahmat Allah Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya adalah bahwa 
ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka pintupintu 
kebaikan, menutup pintu-pintu neraka 

[assunnah] Sikap Orang Terhadap Ramadhan

2012-07-19 Terurut Topik Abu Abdillah

SIKAP ORANG TERHADAP RAMADHAN?
http://almanhaj.or.id/content/3135/slash/0

Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Rabb semesta alam. Aku bersaksi 
bahwa tiada ilâh yang patut disembah melainkan Allah Azza wa Jalla semata. 
Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan 
Rasul-Nya.

Sesungguhnya manusia terbagi menjadi beberapa macam, ada yang mencintai amal 
shalih dan menyibukkan diri dengannya siang dan malam. Dan ada juga yang 
membenci dan menjauhinya. Ramadhan adalah bulan maghfirah (ampunan), bulan 
dimana pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan 
dibelenggu. Ramadhan adalah lahan yang subur bagi orang Mukmin. Wahai pencari 
kebaikan, sambutlah! Dan Ramadhan merupakan saat bertaubat,kembali kepada Allah 
Azza wa jalla bagi orang yang berbuat maksiat. Wahai pencari keburukan, 
berhentilah!

Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Jenis pertama: orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena dia telah 
membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan dirinya untuk 
menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat ketika berpuasa. Bahkan ia 
akan mencela dirinya jika meninggalkannya. Para Salafus shalih sering berpuasa 
(meninggalkan makan, minum dan segala hal yang membatalkan- red) hingga menjadi 
terbiasa. Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka 
Allah Azza wa Jalla akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Azza 
wa Jalla berfirman:

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal 
yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” [al-Haqqah/69:24]

Sebagaimana membiasakan diri untuk berpuasa, dia juga membiasakan qiyâmul lail 
(shalat malam) yang merupakan penjagaan malam sebagaimana puasa juga merupakan 
penjagaan siang. Dalam qiyâmul lail terdapat kesungguhan jiwa dan konsentrasi 
peribadatan sehingga bisa mengalahkan setan; serta kabar gembira berupa balasan 
surga dan keselamatan dari neraka. Qiyâmul lail adalah kemuliaan bagi seorang 
Mukmin dan syi‘ar orang-orang shâlih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda: “Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu 
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan bentuk 
pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan dan mencegah 
perbuatan dosa”. [1]

Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla 
dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, 
dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan dan dengan 
memberikan buka kepada orang yang berpuasa. Karena dengan memberi makan orang 
yang berpuasa, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka 
menyibukkan diri mereka dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. 
Sehingga mereka mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan 
lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza wa 
Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa. Setelah keluar 
dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan dari perut ibu mereka. 
Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan 
dalam keadaan mendapat ampunan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa 
kepada Allah Azza wa Jalla selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan 
Ramadhan; karena mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan 
saat-saat kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.

Jenis kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi mereka, 
Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari dan malamnya. 
Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka merasa berat dengan 
Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan. Perhatian mereka hanya 
terkait dengan perut saja. Mereka membenci semua amalan yang menghalangi 
tuntutan perut mereka. Mereka adalah orang yang meremehkan ketaatan, tidak 
membiasakan dan tidak pula menyukainya.

Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini. Apabila 
Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan berbagai makanan dan 
minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol, mengerjakan perbuatan dan 
permainan serta mengucapkan perkataan yang haram. Barang kali dosa mereka 
ketika bulan Ramadhan lebih banyak daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril 
mendoakan mereka agar dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli 
dengan sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah doa yang 
pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Di antara bentuk rahmat Allah Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya adalah bahwa 
ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka pintupintu 
kebaikan, menutup pintu-pintu neraka baginya. Barang siapa yang tidak 

[assunnah] Sikap Orang Terhadap Ramadhan?

2011-07-28 Terurut Topik Prada Aisyah
SIKAP ORANG TERHADAP RAMADHAN?
http://almanhaj.or.id/content/3135/slash/0


Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Rabb semesta alam. Aku
bersaksi bahwa tiada ilâh yang patut disembah melainkan Allah Azza wa
Jalla semata. Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya manusia terbagi menjadi beberapa macam, ada yang
mencintai amal shalih dan menyibukkan diri dengannya siang dan malam.
Dan ada juga yang membenci dan menjauhinya. Ramadhan adalah bulan
maghfirah (ampunan), bulan dimana pintu surga dibuka, pintu-pintu
neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Ramadhan adalah lahan yang
subur bagi orang Mukmin. Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan
Ramadhan merupakan saat bertaubat,kembali kepada Allah Azza wa jalla
bagi orang yang berbuat maksiat. Wahai pencari keburukan, berhentilah!

Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Jenis pertama: orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena
dia telah membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan
dirinya untuk menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat
ketika berpuasa. Bahkan ia akan mencela dirinya jika meninggalkannya.
Para Salafus shalih sering berpuasa (meninggalkan makan, minum dan
segala hal yang membatalkan- red) hingga menjadi terbiasa. Barang
siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka Allah Azza
wa Jalla akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Azza wa
Jalla berfirman:

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan
amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”
[al-Haqqah/69:24]

Sebagaimana membiasakan diri untuk berpuasa, dia juga membiasakan
qiyâmul lail (shalat malam) yang merupakan penjagaan malam sebagaimana
puasa juga merupakan penjagaan siang. Dalam qiyâmul lail terdapat
kesungguhan jiwa dan konsentrasi peribadatan sehingga bisa mengalahkan
setan; serta kabar gembira berupa balasan surga dan keselamatan dari
neraka. Qiyâmul lail adalah kemuliaan bagi seorang Mukmin dan syi‘ar
orang-orang shâlih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan
bentuk pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan
dan mencegah perbuatan dosa”.[1]

Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa
Jalla dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan
nahi mungkar, dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang
membutuhkan dan dengan memberikan buka kepada orang yang berpuasa.
Karena dengan memberi makan orang yang berpuasa, akan mendapatkan
pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka menyibukkan diri mereka
dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. Sehingga mereka
mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan
lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza
wa Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa.
Setelah keluar dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan
dari perut ibu mereka. Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul
fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan dalam keadaan mendapat ampunan.
Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla
selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan; karena
mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan saat-saat
kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.

Jenis kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi
mereka, Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari
dan malamnya. Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka
merasa berat dengan Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan.
Perhatian mereka hanya terkait dengan perut saja. Mereka membenci
semua amalan yang menghalangi tuntutan perut mereka. Mereka adalah
orang yang meremehkan ketaatan, tidak membiasakan dan tidak pula
menyukainya.

Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini.
Apabila Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan
berbagai makanan dan minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol,
mengerjakan perbuatan dan permainan serta mengucapkan perkataan yang
haram. Barang kali dosa mereka ketika bulan Ramadhan lebih banyak
daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril mendoakan mereka agar
dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli dengan
sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah
doa yang pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Di antara bentuk rahmat Allah k kepada para hamba-Nya adalah bahwa
ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka
pintupintu kebaikan, menutup pintu-pintu neraka baginya. Barang siapa
yang tidak memperbaiki amalannya, maka amalannya terdapat kekurangan
atau mungkin