[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-08 Terurut Topik ardian_c
kagak ada itu Beliau alias Zheng He meditasi or tapa di gedung batular.

yg masalah itu kelenteng sampo tong jadi berubah nilai2 budayanya 
wekekekekekkekekeke. mana itu nuansa jawanya ? lenyap akang !!!
mana itu nuansa khas tionghoa jawa ??

tai kak sie itoe tjoema sempet jadi tempat persinggahan en tinggal sementara 
bhiksu Ben Qing. Lha kalu mau ditarik mah banyak atuh termasuk jg bio kim tek 
ie dsbnya.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_r...@... wrote:

 Mau tanya bro ivan,
 
 Lalu yang Di goa gedong Batu itu dikatakan tempat Beliau bermeditasi itu 
 benar atau tidak ?.
 
 Pasti ada latar belakang sejarah mengenai goa Gedong Batu hadir.
 
 Memang Benar Klenteng Tay kak Sie dan Klenteng Gedong Batu adalah aset 
 Semarang, Bahkan saya pernah membawa teman dari Tiongkok pun kagum akan 
 Semarang, Saya rasa Kleteng Gedong batu adalah aset wisatawan Internasional 
 yang perlu digali.
 
 Sementara Kletenteng Tay kak sie nampak tilas Agama Buddha dan 
 penyebarannya. Perlu dilestarikan pula karena ini adalah sejarah latar 
 belakang penyebaran Agama Buddha dari sekian lama tidur terlelap semenjak 
 Kejatuhan Kerajaan majapahit.
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ivan ivan_taniputera@ wrote:
 
  Betul.
  
  Memang Zhenghe tidak pernah singgah di Semarang. Cuman kebetulan saja di 
  Semarang ada Sampokong (Gedung Batu), jadi kita manfaatkan momen ini.
  
  Salam,
  
  IT.
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
  
   setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang
   
   ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda 
   boekan jangkar tiongkok yg 4 mata.
   
   
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:
   
Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.

Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya 
genap 600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati 
besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket 
kelenteng Gang Lombok(?) itu. 

Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota 
armada Zheng-he juga.

Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak 
dibakar oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah 
segala. Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak 
bertuan - yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 

Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka 
sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh 
anaknya cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. 
Zheng-he yang sudah di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu 
direhabilitasi namanya, dikasih ijin untuk melaut lagi. 

Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan 
oleh anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama 
sang cucu kaisar. 

Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau 
mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari 
keluarga lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi 
tahta, bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri 
sekalipun!

Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, 
atau oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian 
kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok 
berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya?

Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya 
untuk punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di 
tangannya jua. Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan 
demokrasi sekarang, tapi demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa 
pake duit supaya menang dengan suara terbanyak, jeh!

Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya 
asal nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. 
Susah menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang 
disinggahinya, banyak yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. 
Susah juga sih ya, pembuat sub-title biasanya cuma asal terjemahin, 
kejar tayang, gak ada waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, euy!

Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
mempromosikan Semarang dengan 

Bls: [budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-08 Terurut Topik Adi Mulya
Kepada semua saudara saudaraku yang saya hormati...kebetulan saya punya buku 
kopiyannya LOUW DJING TIEada yang tertarik?


--- Pada Rab, 8/9/10, ardian_c ardia...@yahoo.co.id menulis:


Dari: ardian_c ardia...@yahoo.co.id
Judul: [budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He 
(Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 8 September, 2010, 1:05 PM


  



kagak ada itu Beliau alias Zheng He meditasi or tapa di gedung batular.

yg masalah itu kelenteng sampo tong jadi berubah nilai2 budayanya 
wekekekekekkekekeke. mana itu nuansa jawanya ? lenyap akang !!!
mana itu nuansa khas tionghoa jawa ??

tai kak sie itoe tjoema sempet jadi tempat persinggahan en tinggal sementara 
bhiksu Ben Qing. Lha kalu mau ditarik mah banyak atuh termasuk jg bio kim tek 
ie dsbnya.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_r...@... wrote:

 Mau tanya bro ivan,
 
 Lalu yang Di goa gedong Batu itu dikatakan tempat Beliau bermeditasi itu 
 benar atau tidak ?.
 
 Pasti ada latar belakang sejarah mengenai goa Gedong Batu hadir.
 
 Memang Benar Klenteng Tay kak Sie dan Klenteng Gedong Batu adalah aset 
 Semarang, Bahkan saya pernah membawa teman dari Tiongkok pun kagum akan 
 Semarang, Saya rasa Kleteng Gedong batu adalah aset wisatawan Internasional 
 yang perlu digali.
 
 Sementara Kletenteng Tay kak sie nampak tilas Agama Buddha dan 
 penyebarannya. Perlu dilestarikan pula karena ini adalah sejarah latar 
 belakang penyebaran Agama Buddha dari sekian lama tidur terlelap semenjak 
 Kejatuhan Kerajaan majapahit.
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ivan ivan_taniputera@ wrote:
 
  Betul.
  
  Memang Zhenghe tidak pernah singgah di Semarang. Cuman kebetulan saja di 
  Semarang ada Sampokong (Gedung Batu), jadi kita manfaatkan momen ini.
  
  Salam,
  
  IT.
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
  
   setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang
   
   ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda 
   boekan jangkar tiongkok yg 4 mata.
   
   
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:
   
Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.

Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya 
genap 600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati 
besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket 
kelenteng Gang Lombok(?) itu. 

Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota 
armada Zheng-he juga.

Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak 
dibakar oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah 
segala. Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak 
bertuan - yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 

Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka 
sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh 
anaknya cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. 
Zheng-he yang sudah di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu 
direhabilitasi namanya, dikasih ijin untuk melaut lagi. 

Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan 
oleh anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama 
sang cucu kaisar. 

Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau 
mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari 
keluarga lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi 
tahta, bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri 
sekalipun!

Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, 
atau oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian 
kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok 
berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya?

Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya 
untuk punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di 
tangannya jua. Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan 
demokrasi sekarang, tapi demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa 
pake duit supaya menang dengan suara terbanyak, jeh!

Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya 
asal nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak

Bls: [budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-08 Terurut Topik ardian_c
waduh boleh dong, brp duit biaya kopinya ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Adi Mulya adimuly...@... wrote:

 Kepada semua saudara saudaraku yang saya hormati...kebetulan saya punya buku 
 kopiyannya LOUW DJING TIEada yang tertarik?
 
 
 --- Pada Rab, 8/9/10, ardian_c ardia...@... menulis:
 
 
 Dari: ardian_c ardia...@...
 Judul: [budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He 
 (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis
 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Rabu, 8 September, 2010, 1:05 PM
 
 
   
 
 
 
 kagak ada itu Beliau alias Zheng He meditasi or tapa di gedung batular.
 
 yg masalah itu kelenteng sampo tong jadi berubah nilai2 budayanya 
 wekekekekekkekekeke. mana itu nuansa jawanya ? lenyap akang !!!
 mana itu nuansa khas tionghoa jawa ??
 
 tai kak sie itoe tjoema sempet jadi tempat persinggahan en tinggal sementara 
 bhiksu Ben Qing. Lha kalu mau ditarik mah banyak atuh termasuk jg bio kim tek 
 ie dsbnya.
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_road@ wrote:
 
  Mau tanya bro ivan,
  
  Lalu yang Di goa gedong Batu itu dikatakan tempat Beliau bermeditasi itu 
  benar atau tidak ?.
  
  Pasti ada latar belakang sejarah mengenai goa Gedong Batu hadir.
  
  Memang Benar Klenteng Tay kak Sie dan Klenteng Gedong Batu adalah aset 
  Semarang, Bahkan saya pernah membawa teman dari Tiongkok pun kagum akan 
  Semarang, Saya rasa Kleteng Gedong batu adalah aset wisatawan Internasional 
  yang perlu digali.
  
  Sementara Kletenteng Tay kak sie nampak tilas Agama Buddha dan 
  penyebarannya. Perlu dilestarikan pula karena ini adalah sejarah latar 
  belakang penyebaran Agama Buddha dari sekian lama tidur terlelap semenjak 
  Kejatuhan Kerajaan majapahit.
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ivan ivan_taniputera@ wrote:
  
   Betul.
   
   Memang Zhenghe tidak pernah singgah di Semarang. Cuman kebetulan saja di 
   Semarang ada Sampokong (Gedung Batu), jadi kita manfaatkan momen ini.
   
   Salam,
   
   IT.
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
   
setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang

ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda 
boekan jangkar tiongkok yg 4 mata.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:

 Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.
 
 Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya 
 genap 600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu 
 diperingati besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya 
 di kali deket kelenteng Gang Lombok(?) itu. 
 
 Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan 
 satu jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal 
 anggota armada Zheng-he juga.
 
 Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
 memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak 
 dibakar oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi 
 muhibah segala. Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah 
 yang tak bertuan - yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 
 
 Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka 
 sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan 
 oleh anaknya cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. 
 Zheng-he yang sudah di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu 
 direhabilitasi namanya, dikasih ijin untuk melaut lagi. 
 
 Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan 
 oleh anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi 
 ama sang cucu kaisar. 
 
 Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau 
 mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari 
 keluarga lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh 
 demi tahta, bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri 
 sekalipun!
 
 Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
 digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, 
 atau oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal 
 pergantian kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak 
 dulu Tiongkok berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya?
 
 Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem 
 tsb., nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para 
 menteri-nya untuk punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir 
 selalu di tangannya jua. Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan 
 dengan demokrasi sekarang, tapi demokrasi sekarang juga akan terasa 
 aneh: bisa pake duit supaya menang dengan suara

[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-07 Terurut Topik Ivan
Betul.

Memang Zhenghe tidak pernah singgah di Semarang. Cuman kebetulan saja di 
Semarang ada Sampokong (Gedung Batu), jadi kita manfaatkan momen ini.

Salam,

IT.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

 setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang
 
 ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda boekan 
 jangkar tiongkok yg 4 mata.
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:
 
  Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,
  
  Hai, apakabar? Sudah makan?
  
  Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.
  
  Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 
  600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati 
  besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket 
  kelenteng Gang Lombok(?) itu. 
  
  Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
  jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada 
  Zheng-he juga.
  
  Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
  memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar 
  oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. 
  Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - 
  yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 
  
  Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah 
  menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya 
  cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah 
  di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, 
  dikasih ijin untuk melaut lagi. 
  
  Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh 
  anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang 
  cucu kaisar. 
  
  Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau 
  mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga 
  lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, 
  bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun!
  
  Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
  digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau 
  oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian 
  kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok 
  berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya?
  
  Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
  nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk 
  punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. 
  Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi 
  demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang 
  dengan suara terbanyak, jeh!
  
  Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
  Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal 
  nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah 
  menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, 
  banyak yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, 
  pembuat sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar tayang, gak ada 
  waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, euy!
  
  Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
  mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya 
  memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, 
  kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg singgahnya di 
  Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum 
  mereka ya?
  
  Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di 
  melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar 
  menugaskan Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang 
  berani melaut dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti 
  dipenjara dengan tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, 
  hukumannya mestilah dipancung kepalanya.
  
  Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 
  'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong?
  
  Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke 
  ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, 
  cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa 
  duit, lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira 
  Zheng-he orang dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah 
  ratusan tahun juga rupanya, jeh!
  
  Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia 
  seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara 
 

[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-07 Terurut Topik east_road
Mau tanya bro ivan,

Lalu yang Di goa gedong Batu itu dikatakan tempat Beliau bermeditasi itu benar 
atau tidak ?.

Pasti ada latar belakang sejarah mengenai goa Gedong Batu hadir.

Memang Benar Klenteng Tay kak Sie dan Klenteng Gedong Batu adalah aset 
Semarang, Bahkan saya pernah membawa teman dari Tiongkok pun kagum akan 
Semarang, Saya rasa Kleteng Gedong batu adalah aset wisatawan Internasional 
yang perlu digali.

Sementara Kletenteng Tay kak sie nampak tilas Agama Buddha dan penyebarannya. 
Perlu dilestarikan pula karena ini adalah sejarah latar belakang penyebaran 
Agama Buddha dari sekian lama tidur terlelap semenjak Kejatuhan Kerajaan 
majapahit.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ivan ivan_taniput...@... wrote:

 Betul.
 
 Memang Zhenghe tidak pernah singgah di Semarang. Cuman kebetulan saja di 
 Semarang ada Sampokong (Gedung Batu), jadi kita manfaatkan momen ini.
 
 Salam,
 
 IT.
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
 
  setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang
  
  ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda boekan 
  jangkar tiongkok yg 4 mata.
  
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:
  
   Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,
   
   Hai, apakabar? Sudah makan?
   
   Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.
   
   Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 
   600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati 
   besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket 
   kelenteng Gang Lombok(?) itu. 
   
   Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
   jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada 
   Zheng-he juga.
   
   Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
   memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak 
   dibakar oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah 
   segala. Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak 
   bertuan - yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 
   
   Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka 
   sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh 
   anaknya cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he 
   yang sudah di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi 
   namanya, dikasih ijin untuk melaut lagi. 
   
   Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan 
   oleh anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama 
   sang cucu kaisar. 
   
   Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau 
   mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari 
   keluarga lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi 
   tahta, bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri 
   sekalipun!
   
   Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
   digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau 
   oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian 
   kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok 
   berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya?
   
   Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
   nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk 
   punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. 
   Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi 
   demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang 
   dengan suara terbanyak, jeh!
   
   Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
   Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya 
   asal nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. 
   Susah menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang 
   disinggahinya, banyak yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah 
   juga sih ya, pembuat sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar 
   tayang, gak ada waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, euy!
   
   Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
   mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, 
   kayaknya memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? 
   Lagipula, kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg 
   singgahnya di Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah 
   buat bekal minum mereka ya?
   
   Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di 
   melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar 
   menugaskan Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka 
   yang berani melaut dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan 

[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-05 Terurut Topik east_road
Quote
  Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka 
sudah menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya 
cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah 
di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, dikasih 
ijin untuk melaut lagi. 
  
  Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh 
  anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang 
  cucu kaisar. 
  


Saya juga menonton film serinya lokh opheng kalo ngak salah Sung Thian itu 
benar atau tidaknya dalam sejarah saya kurang tahu, Setau saya Laksamana Cheng 
Ho Sendirian, tidak memiliki anak angkat Dan yang membantu merawatnya.

Nama juga film ada bumbu romantisnya opheng kalo ndak kan kagak laku tuh film 
seri ^_^.

Di Film Sung thian itu sebenarnya anak Haram dari seorang penghianat negara 
membodohi kaisar sembelum Yong de. Ceritanya diperkosa, agar tdk menimbulkan 
aib, maka Laksamana Cheng Ho mengangkat Sung Thian dengan memberi nama, dan 
juga mengajarkan dia supaya bisa jadi orang besar seperti diriNya .

quote :
  Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya 
memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, 
kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg singgahnya di 
Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum 
mereka ya?


Setahu Saya diberitahu orang Klenteng, Dimaksud  600 Tahun Laksamana Cheng Ho 
bermeditasi sampai tingkatan kesempurnaannya di gedong batu.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

 setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang
 
 ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda boekan 
 jangkar tiongkok yg 4 mata.
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:
 
  Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,
  
  Hai, apakabar? Sudah makan?
  
  Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.
  
  Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 
  600 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati 
  besar-besaran di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket 
  kelenteng Gang Lombok(?) itu. 
  
  Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
  jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada 
  Zheng-he juga.
  
  Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
  memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar 
  oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. 
  Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - 
  yang disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 
  
  Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah 
  menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya 
  cuma sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah 
  di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, 
  dikasih ijin untuk melaut lagi. 
  
  Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh 
  anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang 
  cucu kaisar. 
  
  Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau 
  mereka gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga 
  lain yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, 
  bahkan di antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun!
  
  Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
  digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau 
  oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian 
  kekuasaan tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok 
  berjaya dan sukses menjadi boss dunia ya?
  
  Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
  nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk 
  punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. 
  Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi 
  demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang 
  dengan suara terbanyak, jeh!
  
  Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
  Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal 
  nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah 
  menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, 
  banyak yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, 
  pembuat sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar tayang, gak ada 
  waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, euy!
  
  

[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-04 Terurut Topik Ophoeng
Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.

Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 600 
tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati besar-besaran di 
Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket kelenteng Gang Lombok(?) 
itu. 

Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu jangkar 
besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada Zheng-he juga.

Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah memikirkan 
menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar oleh 
penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. Sayang 
sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - yang 
disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 

Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah 
menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya cuma 
sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah di'ban' 
aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, dikasih ijin 
untuk melaut lagi. 

Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh anak 
cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang cucu kaisar. 

Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau mereka 
gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga lain yang 
'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, bahkan di antara 
sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun!

Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau oleh 
keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian kekuasaan tanpa 
pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok berjaya dan sukses menjadi 
boss dunia ya?

Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk punya 
pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. Memang sih 
agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi demokrasi 
sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang dengan suara 
terbanyak, jeh!

Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi Zheng-he, 
karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal nyebut ajah, 
ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah menebaknya. Baca di 
wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, banyak yang gak cocok ama 
yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, pembuat sub-title biasanya cuma 
asal terjemahin, kejar tayang, gak ada waktu - jadi asal jadi ajah sudah bagus, 
euy!

Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya 
memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, 
kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg singgahnya di 
Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum 
mereka ya?

Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di 
melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar menugaskan 
Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang berani melaut 
dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti dipenjara dengan 
tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, hukumannya mestilah 
dipancung kepalanya.

Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 
'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong?

Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke 
ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, 
cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa duit, 
lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira Zheng-he orang 
dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah ratusan tahun juga 
rupanya, jeh!

Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia 
seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara lain, 
ada juga kejelekannya. Kalau saja dia mau menguasai, peta dunia tentu sudah 
lama berbeda jauh dari sekarang ya?

Hehehe.. just intermezzo, ah.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng









--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

seinget aye ntu zheng he gak pernah ngedarat di semarang.
 
semangat zhudi itu buat apus pengaruh dinasti yuan, menggantikan perdagangan yg 
dipegang oleh org2 persia dan arab sejak dinasti Sui dan melemah sejak 
kejatuhan dinasti yuan, menjaga stabilitas perdagangan internasional dari bajak 
laut

Yong Le jg yg membuat ensiklopedia pertama didunia dgn judul Yong Le Da Dian yg 
nanti 

[budaya_tionghua] Re: Arti Penting Misi Perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) Bagi Pengembangan Bis

2010-09-04 Terurut Topik ardian_c
setau aye itu armada zheng he ngedarat di tuban , gresik gak di semarang

ntu jangkar seh nurut mata aye yg masih amatir, itu jangkar belanda boekan 
jangkar tiongkok yg 4 mata.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote:

 Bung Ardian, Bung Ivan dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 Kebetulan saya baru ajah selesai nonton video-nya Zheng He ini.
 
 Zheng-he ke Jawa (kayaknya bukan khusus ke Semarang ya?), bukannya genap 600 
 tahun-nya udah lewat 4-5 tahun lalu ya? Waktu itu diperingati besar-besaran 
 di Semarang, mereka bikin replika kapalnya di kali deket kelenteng Gang 
 Lombok(?) itu. 
 
 Di Cirebon, kelenteng Thay Kak Sie deket pelabuhan itu, menyimpan satu 
 jangkar besar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal anggota armada 
 Zheng-he juga.
 
 Kaisar Zhu-di atau Yong-le ini hebat sekali pada jamananya ya. Sudah 
 memikirkan menyusun ensiklopedi segala, sayang buku-bukunya banyak dibakar 
 oleh penggantinya ya. Juga terpikir untuk mengirim misi muhibah segala. 
 Sayang sekali dia gak berpikir untuk menguasai daerah yang tak bertuan - yang 
 disinggahi oleh armada Zheng-he, misalnya. 
 
 Di filem tidak diceritakan kisah selanjutnya setelah Tiongkok (mereka sudah 
 menyebut Cung-guo?) ditinggal mati oleh Zhu-di, dilanjutkan oleh anaknya cuma 
 sebentar (8 bulan?) lalu cucunya meneruskan tahta. Zheng-he yang sudah 
 di'ban' aka grounded oleh anaknya Zhu-di, lalu direhabilitasi namanya, 
 dikasih ijin untuk melaut lagi. 
 
 Sementara Zheng-he yang sudah lanjut usia, lantas perannya digantikan oleh 
 anak cici angkatnya (atau pacarnya ya?) Sung-thian, segenerasi ama sang cucu 
 kaisar. 
 
 Gak tahu apakah ada cerita selanjutnya ttg kedua penerus ini ya? Atau mereka 
 gak sempat berkibar namanya sudah digulung oleh kaisar dari keluarga lain 
 yang 'berontak'. Seru juga melihat mereka baku bunuh demi tahta, bahkan di 
 antara sesama saudara dan orangtua/anak sendiri sekalipun!
 
 Kalau baca sejarah mereka, kayakanya getun - menyesali, kaisar selalu 
 digantikan lewat pertumpahan darah, entah oleh keturunannya sendiri, atau 
 oleh keluarga lain. Kalau saja jaman itu sudah mengenal pergantian kekuasaan 
 tanpa pertumpahan darah, mungkin sudah sejak dulu Tiongkok berjaya dan sukses 
 menjadi boss dunia ya?
 
 Cara Yong-le memerintah, kalau benar seperti digambarkan di filem tsb., 
 nampaknya sudah 'demokrasi' - dia kasih kesempatan para menteri-nya untuk 
 punya pendapat sendiri, walau keputusan terakhir selalu di tangannya jua. 
 Memang sih agak 'aneh' kalau dibandingkan dengan demokrasi sekarang, tapi 
 demokrasi sekarang juga akan terasa aneh: bisa pake duit supaya menang dengan 
 suara terbanyak, jeh!
 
 Yang masih bikin bingung buat saya, nama-nama negara yang disinggahi 
 Zheng-he, karena lafal-nya dari Guo-yu, si pembuat sub-title kayaknya asal 
 nyebut ajah, ada yang pas, tapi banyak yang kayaknya gak nyambung. Susah 
 menebaknya. Baca di wikipedia, daerah atau negara yang disinggahinya, banyak 
 yang gak cocok ama yang disebut di sub-title. Susah juga sih ya, pembuat 
 sub-title biasanya cuma asal terjemahin, kejar tayang, gak ada waktu - jadi 
 asal jadi ajah sudah bagus, euy!
 
 Back to topic. Kalau mau mengharap pemerintah ikut ambil bagian dalam 
 mempromosikan Semarang dengan memanfaatkan momentum Zheng-he ini, kayaknya 
 memang susah. Momentum 600 tahun-nya sendiri sudah lewat toh? Lagipula, 
 kayaknya Zheng-he sendiri ndak memandang  penting sekali ttg singgahnya di 
 Semarang waktu itu, kayaknya cuma numpang ngambil air ajah buat bekal minum 
 mereka ya?
 
 Belum lagi, kalau lihat ceritanya di filem, katanya nenek moyang Zhu-di 
 melarang penduduk warga Tiongkok pergi melaut. Tindakan sang kaisar 
 menugaskan Zheng-he ajah merupakan kontroversi pada jaman itu. Mereka yang 
 berani melaut dianggap sebagai kriminal, kalau balik dan ketangkep pasti 
 dipenjara dengan tuduhan memberontak - suatu tuduhan yang sangat berat, 
 hukumannya mestilah dipancung kepalanya.
 
 Kalau benar begitu, berarti kita semua ini termasuk keturunan para 
 'pemberontak' yang gak dianggap oleh mereka dong?
 
 Satu hal yang berkesan buat saya, adegan ketika si Zheng-he baru balik ke 
 ibukota, dia mau jajan 'tahu mambu (bau)' (Chou-dou-fu), dia gak bawa duit, 
 cici-nya (saya koq curiga, jangan-jangan ini pacarnya ya?) juga gak bawa 
 duit, lalu si penjajanya kasih gratis karena dia gak tahu dan dikira Zheng-he 
 orang dari luar kota. Jadi ternyata sejarah tahu mambu sudah ratusan tahun 
 juga rupanya, jeh!
 
 Kenyataan bahwa Zheng-he setia kepada sang kaisar, dan mungkin karena dia 
 seorang kasim(?) jadi tidak berambisi memberontak atau menguasai negara lain, 
 ada juga kejelekannya. Kalau saja dia mau menguasai, peta dunia tentu sudah 
 lama berbeda jauh dari sekarang ya?
 
 Hehehe.. just intermezzo, ah.
 
 Salam makan enak dan sehat,
 Ophoeng
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
 
 seinget aye ntu zheng he gak pernah