Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Wupsst sorry aku pikir 8000 ft, ternyata 8000 meter ya ? Wah ini
bener-bener penemuan baru donk.
Btw, Pak Awang bisa crita bagaimana dengan deutrium dapat
memperkirakan bahwa air berasal dari kedalaman itu ? Apakah deutrium
terbentuk pada kedalaman tertentu ?

Pak Awang, apakah mungkin basement core dari Jawa Timur ini tersusun
oleh prism accretion dimana mungkin saja ada air yang terjebak
disitu ?

RDP

On 10/16/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pengukuran kadar deuterium mestinya merupakan pengukuran rutin sehingga BPLS 
 tahu kalau ada penambahan signifikan unsur ini di air LUSI dalam seminggu 
 terakhir.

   Sumur Porong menembus puncak batugamping yang menjadi targetnya di 
 kedalaman 8482 feet, sampai ke TD-nya di 8659 feet masih di batugamping 
 tersebut. Dari isotop strontium yang dilakukan di puncak batugamping kita 
 tahu bahwa batugamping itu bukan Kujung I tetapi lebih muda, yaitu 
 batugamping bagian atas Miosen Bawah (sekitar 16 Ma; kira2 ekivalen dengan 
 batugamping Tuban/Mudi di area JOB PetroChina East Java atau bahkan Rancak di 
 wilayah Kodeco West Madura. Isotop Sr juga dilakukan di sedimen klastik tepat 
 di atas batugamping (ekivalen dengan batupasir tebal di Banjar Panji-1), dan 
 umurnya loncat ke sekitar 5 Ma. Berarti tinggian Porong lama tak mendapatkan 
 sedimentasi setelah batugamping itu diendapkan di atasnya. Rumpang umurnya 11 
 juta tahun - bukan main2. Isotop Sr tak dilakukan di TD Porong-1 sehingga 
 kita tak tahu apakah sudah masuk ke batugamping Kujung I atau belum. 
 Batugamping yang ditembus Porong-1 tak sampai 200 feet.

   Kalau TD Porong-1 8659 feet masih di batugamping dan ini adalah old high, 
 mengacu ke model2 pertumbuhan batugamping reef di tinggian2 terisolasi di 
 Jawa Timur (saya pernah berikan gambar2nya ke Pak Rovicky) maka di bawah 
 batugamping ini akan CD limestone lalu langsung basement. Tak ada Ngimbang. 
 Dari data seismik, mungkin top Basement di Porong akan tercapai sebelum 
 10.000 feet, atau sebelum 3500 meter maksimum. Nah, berdasarkan hal ini maka 
 saya berpendapat bahwa kedalaman 8000 meter (26.000 feet Lebih) seperti kita 
 diskusikan itu jelas sudah masuk jauh ke dalam basement.

   Posisi LUSI masih di trend BD-Porong High, jadi ia masih di jalur tinggian. 
 Ke utaranya jelas ada low area, bagian dari Ngimbang Deep. Di sini bisa ada 
 synrift sediments Ngimbang klastik yang absen di wilayah tinggian; tetapi 
 saya pikir basement di sini tetap tak akan sampai sedalam 26.000 ft. Jadi, 
 tak ada synrift sediments di bawah LUSI yang akan terpengaruh sistem 
 hidrotermal Penanggungan atau kompleks AWA (Anjasmoro, Welirang, Arjuno) 
 sebab ini tinggian; synrift sediments berkembang ke utaranya, tetapi ini 
 berarti akan semakin menjauhi jalur volkanik yang akan mengkontribusi sistem 
 hidrotermal. Kita tunggu saja analisis deuterium lengkap untuk mengetahui 
 asalnya, kata Pak Soffian, butuh dua bulan untuk mendapatkan analisis lengkap.

   salam,
   awang

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Apakah deutrium analysis ini hasil monitor sejak dahulu atau baru
 dulakukan saat ini ?
 Kalau memang dulu diketahui dari yg dangkal kmudian skrg dr yang dalam
 dengan metode yg sama saya mungkin bisa ngikuti pemikiran itu. Tapi
 kalau baru dilakukan saat ini saja barangkali percampuran sumber
 dangkal (+mud) saat ini sudah berkurang.
 Memang sulit kalau data sepotong2 dipakai utk analisa kontinyu.
 Hasilnya kurang mateb.

 Di sumur porong-1 kedalaman Top Kujung sekitar 8000-an, ya ?
 Brarti basement dibawah itu lagi ?
 Kalau karbonate (reef) pada satu tinggian apakah tidak mungkin ada low
 area sekitarnya ?

 Rdp

 On 10/16/07, Awang Satyana wrote:
  Pak Rovicky,
 
  Regional setting LUSI ini ada di tinggian basement Porong-BD di tepi
  selatan Kendeng Deep. Kedalaman 8000 meter (26.240 ft) di sebuah tinggian di
  Jawa Timur pasti sudah masuk ke basement. Kecuali kalau LUSI ini terjadi di
  tengah2 Kendeng Deep, kedalaman 26.000 ft lebih masih belum tentu masuk ke
  basement, walaupun sumur Jeruk-1 (Santos), sumur terdalam di Jawa Timur di
  Selat Madura (terusan Kendeng Deep) pada kedalaman 15.000 ft menembus Kujung
  (tapi sumur Jeruk masih di lereng utara Porong-BD ridge). Berapa kedalaman
  basement di tepi selatan Kendeng Deep atau tinggian Porong-BD dan berapa
  kedalamannya di tengah Kendeng Deep bisa kita modelkan sebab data
  gayaberatnya lengkap. Kedalaman 8000 meter di sekitar LUSI mestinya sudah
  jauh masuk ke basement.
 
  Kandungan deuterium yang naik signifikan di air LUSI dan perkiraan sumber
  air dari kedalaman 8000 meter (berdasarkan GPR) itu adalah data baru. Air
  yang selama ini keluar tak dilaporkan mengandung deuterium secara signifikan
  dan sumber airnya dari sekitar kedalaman 2000 meter. Ini yang volumenye
  banyak. Jadi,akhir2 ini kelihatannya ada penggantian pasokan air yang baru.
  Air dari sedimen dangkal (batupasir) atau air hasil perubahan diagenesis
  ilitisasi mineral lempung mungkin sudah mau 

Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Awang Satyana
   Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh (1) 
lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100 ft sampai 
mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di kedalaman yang 
lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada saat terjadi perubahan 
diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). 
   
  Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua sistem 
rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan punya gradien 
geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air dehidrasi dari clayey 
series merupakan penggerak utama sistem elisional. 
   
  Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada interlayer 
water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini akan ke luar 
menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau top seal yang ada di 
dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses transformasi ini, atau retak 
oleh proses tektonik.
   
  Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi 
lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh 
kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara sistematik 
bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi yang menghasilkan 
dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa menghasilkan 0.35 m3 air. 
Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa banyak volume air yang dihasilkan 
oleh proses transformasi lempung ini di bawah LUSI.
   
  salam,
  awang
  


Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] wrote:  Vick,
Gimana kalau air nya dari shale yang ter  press itu?

fbs

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, October 15, 2007 10:14:32 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali


Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air
dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi
sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi
http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi
waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi
ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'.

Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan
terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence
(banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang
semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan
sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB
dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya
adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat
terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah
scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih
intensif.

Air dari kedalaman 8000 m.
Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke
basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau
paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung
air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model
itu sebagai potential hydrothermal reservoir.

Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit
kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada
fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini
menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi
terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air
dibawah sana.

Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air
yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau
geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka
proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak
kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur
lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini
perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang
akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun.

Salam

RDP

On 10/15/07, kartiko samodro wrote:
 Pak Awang,
 Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman
8000 m,
 dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?


 On 10/15/07, Awang Satyana wrote:
 
  Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms
sbb.:
  Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir
ini
  kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam,
meskipun
  (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud
kick
 
  Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium
yang
  signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar)
terbaru
  terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter.
Sumber
  air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an
meter itu
  yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis,
maka Lusi
  akan seperti bledug 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
   
  Iya 8000 meter alias 26.240 feet, saya sampai kirim sms balik ke Pak Soffian 
BPLS apa benar 8000 meter dan bukan 8000 feet ? Ini sms saya : 
   
  mas Soffian, 8000 m atau 8000 ft ? TD sumur BJP-1 gak sampai 3000 m, dan 
dari seismik tak kelihatan ada retakan sesar sedalam 8 km; bagaimana air dr 
kedalaman 8 km bisa ke permukaan kalau tak ada konduitnya ?
   
  Dijawab dengan tegas oleh Pak Soffian sbb. : 
   
  8000 METER !!!, di sini menariknya, conduitnya terbentuk barusan, di surface 
reaktivasi sesar, pembentukan lipatan baru jelas terlihat dari data GPR, dan 
masih bergerak
   
  Saya minta data digitalnya kalau ada, kebetulan belum ada, masih hard copy di 
Badan Geologi. 
   
  Saya tak yakin deuterium bisa menunjukkan dengan langsung berasal dari 
kedalaman berapa. BPLS hanya menemukan deuterium naik, terus ada data GPR yang 
menunjukkan ada konduit baru sampai kedalaman 8000 meter; maka ditafsirkan 
bahwa air LUSI mengandung deuterium itu dari 8000 meter. Seperti e-mail saya 
buat Ferdi, saya meragukan kalau GPR bisa meresolusi sampai 8 km.
   
  Dalam hidrogeologi, untuk melacak asal air, pengukuran variasi keberlimpahan 
deuterium harus dibersamakan dengan analisis stable heavy oxygen isotopes 
oksigen 17 dan oksigen 18. Air hujan (meteoric water) kaya akan semua isotop 
ini sebagai fungsi temperatur lingkungan di mana air hujan turun (jadi 
pengayaan ini berhubungan dengan mean latitude). Pengayaan relatif isotop2 ini 
(dibandingkan dengan mean ocean water), ketika diplot terhadap temperatur, 
berkurang pengayaannya mengikuti trend line GMWL (global meteoric water line). 
Plotting ini bisa membantu kita menentukan asal sampel air (dari latitude 
berapa). Maka, kelihatannya analisis2 yang ada lebih menunjukkan ke sebaran 
lateral (latitude) bukan depth.
   
  Deuterium juga mengaya dalam sistem hidrotermal magmatik. Ini yang mungkin 
untuk kasus LUSI sebab siklus hidrotermal bisa terjadi antara Penanggungan LUSI 
dan kompleks Arjuno. Tetapi dari kedalaman 8000 meter saya pikir tak terhubung 
langsung. Mungkin saja itu diturunkan dari plot temperatur air tersebut di 
permukaan, dihubungkan dengan gradien geotermal, setelah memperhitungkan 
penurunan temperatur dalam perjalanan ke permukaan. Tak ada data temperatur air 
deuterium tersebut, tetapi bisa ditanyakan lagi. Mestinya air dari kedalaman 
8000 meter (kalau benar) bisa minimal 4x lebih panas dari air LUSI selama ini 
yang diperkirakan dari kedalaman 2000 meter. Tetapi, apa mungkin ?
   
  Tinggian2 basement terisolasi berarah BD-TL di Jawa Timur itu sebenarnya 
menunjukkan rifted basement saat terjadi rifting di depan jalur volkanik 
earliest Tertiary-Eocene (kalau ada - meragukan arc ini ada) akibat roll back. 
Jadi, memang ini wilayah kerak akresi (prisma akresi). Pada umur itu terjadi 
perlambatan konvergensi di mana2 di Indonesia Barat. Perlambatan konvergensi 
akan membuat kerak oseanik yang menunjam di bawah Sumatra dan Jawa menunjam 
lebih curam atau rolll-back. Akibat roll back, kerak akresi di depannya akan 
rifting menuju wilayah konvergensi - membuka. Bisa saja ada air laut umur tua 
(Eocene paling muda) yang terjebak di wilayah ini. Air ini juga yang mungkin 
memberikan fluiditas magma pada periode2 berikutnya saat tinggian2 basement ini 
overlapping dengan jalur volkanik Oligo-Miosen, Mio-Pliosen, dan Kuarter.
   
  Saya barusan mengecek data analisis air LUSI hasil semburan 2006, deuterium 
dan isotop oksigen 17 dan oksigen 18-nya masih depleted; saat ini dilaporkan 
enriched, berarti memang ada sumber baru. Hanya harus ditafsirkan dengan hati2  
dari mana sumbernya dan menggunakan data yang valid.
   
  salam,
  awang
  

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Wupsst sorry aku pikir 8000 ft, ternyata 8000 meter ya ? Wah ini
bener-bener penemuan baru donk.
Btw, Pak Awang bisa crita bagaimana dengan deutrium dapat
memperkirakan bahwa air berasal dari kedalaman itu ? Apakah deutrium
terbentuk pada kedalaman tertentu ?

Pak Awang, apakah mungkin basement core dari Jawa Timur ini tersusun
oleh prism accretion dimana mungkin saja ada air yang terjebak
disitu ?

RDP

On 10/16/07, Awang Satyana wrote:
 Pengukuran kadar deuterium mestinya merupakan pengukuran rutin sehingga BPLS 
 tahu kalau ada penambahan signifikan unsur ini di air LUSI dalam seminggu 
 terakhir.

 Sumur Porong menembus puncak batugamping yang menjadi targetnya di kedalaman 
 8482 feet, sampai ke TD-nya di 8659 feet masih di batugamping tersebut. Dari 
 isotop strontium yang dilakukan di puncak batugamping kita tahu bahwa 
 batugamping itu bukan Kujung I tetapi lebih muda, yaitu batugamping bagian 
 atas Miosen Bawah (sekitar 16 Ma; kira2 ekivalen dengan batugamping 
 Tuban/Mudi di area JOB PetroChina East Java atau bahkan Rancak di wilayah 
 Kodeco West Madura. Isotop Sr juga dilakukan di sedimen klastik tepat di atas 
 batugamping (ekivalen dengan batupasir tebal di Banjar Panji-1), dan umurnya 
 loncat ke sekitar 5 Ma. Berarti 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
On 10/16/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Dijawab dengan tegas oleh Pak Soffian sbb. :

   8000 METER !!!, di sini menariknya, conduitnya terbentuk barusan, di 
 surface reaktivasi sesar, pembentukan lipatan baru jelas terlihat dari data 
 GPR, dan masih bergerak


Aku sendiri ragu dengan kalau faultnya terbentuk barusan, barangkali
reaktivasi dari weak-zone lineament yang sudah ada sebelumnya. Kalau
dugaan ini Pak Sofyan diatas benar .. Barusan terbentuk
konduit/fracture/fault baru Saya malah mengkhawatirkan nantinya akan
akan ada amblesan di permukaan. Amblesan (fault reactivation) dari
bawah akan pelan-pelan merembet menuju ke atas.

Gejala ceprut-ceprut (intermitten flow) ini menujukkan terbuka dan
menutupnya jalan akibat runtuhan-runtuhan dibawah tanah. Tentunya akan
ada selang antara gejala ceprut-ceprut dengan amblesan di permukaan.
Kalau dahulu selangnya pendek karena dangkal, kali ini selangnya akan
lebih lama, karena adanya gejala runtuhan (gerakan) dari dalam.
Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya disini:
http://rovicky.wordpress.com/2007/09/14/tuuuh-kan-lusi-luber-lagi/

salam
rdp
-- 
http://rovicky.wordpress.com/


JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be 
liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or 
damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, 
arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI 
mailing list.
-