[iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh pembaca. 

Rdp
Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
Lani Pujiastuti - detikFinance

Jakarta - Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel 
saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola oleh 
perusahaan luar negeri alias asing.

Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10% yang 
dikuasai Pertamina, kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina 
(Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU Migas yang 
Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta 
Pusat, Jumat (5/6/2015).

Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang dikelola 
perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih 
banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips dan 
banyak lagi.

Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia pada 
2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan dorongan 
dari pemerintah.

Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi global championbisa 
kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan lebih besar. Di mata 
internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok migas besar. Saat ini 
bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan Permen ESDM No. 15 Tahun 
2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya ingin bisa dominan dikelola 
Pertamina sebagai manajer operasi (operator), ungkapnya.

Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang mendapatkan 
keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada 2013 membayar 
pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah seiring naiknya 
produksi. 

Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin jadi 
instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM terutama PSO 
(subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65 kapal dari 140-an 
kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM, tutupnya.


(rrd/ang)
Sent from my iPhone




Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti



Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id



DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.





Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik Ipong Kunwau
dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah
Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di
nusantara yang kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan
pasca kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico,
Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian
disusul oleh banyak lagi perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak
lepas dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom,
demokrasi terpimpin, hingga sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi
demokrasi liberal di negri ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional
lebih kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu dalam ranah
kebijakan dan pemodalan investasi jangka panjang yang fleksibel.

lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas
banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan
Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan
restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya
asing tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah
kebijakannya berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang
ujung ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor
asing tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah
memberi peluang yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya
sudah tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten?
atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang
maka RI belum (tidak) bisa juga mandiri?

harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan
bahwa kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan
pengusaha nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa
ini karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan
berkarya - termasuk saya sendiri :-(

selamat berakhir pekan...

2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh
 pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar
 barel saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola
 oleh perusahaan luar negeri alias asing.

 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10%
 yang dikuasai Pertamina, kata Vice President Corporate Communication PT
 Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan
 UU Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng
 Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang
 dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya
 kecil, lebih banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP,
 ConocoPhillips dan banyak lagi.

 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia
 pada 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan
 dorongan dari pemerintah.

 Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi *global
 champion*bisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan
 lebih besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok
 migas besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan
 Permen ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya
 ingin bisa dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator),
 ungkapnya.

 Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang
 mendapatkan keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada
 2013 membayar pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah
 seiring naiknya produksi.

 Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin
 jadi instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM
 terutama PSO (subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65
 kapal dari 140-an kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM,
 tutupnya.


 *(rrd/ang)*
 Sent from my iPhone
 

 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
 
 Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 

Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2015-06-06 9:12 GMT+07:00 koeso...@melsa.net.id:

 Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas?
 Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan
 untuk melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK
 Migas. Atau ini hanya di atas kertas saja.?


Mungkin perlu pendefinisian apa itu :
- Hak Penguasan
- Hak Pengelolaan
- Hak Pemilikan
Kontraktor itu mendapatkan hak pengelolaan
Negara itu yang punya hak penguasaan
Rakyat yang memiliki
just my 2c

RDP

Hehehe
 Wass
 RPK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Ipong Kunwau ipongkun...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

 mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah
 Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di
 nusantara yang kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan
 pasca kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico,
 Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian
 disusul oleh banyak lagi perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak
 lepas dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom,
 demokrasi terpimpin, hingga sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi
 demokrasi liberal di negri ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional
 lebih kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu dalam ranah
 kebijakan dan pemodalan investasi jangka panjang yang fleksibel.

 lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas
 banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan
 Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan
 restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
 ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

 selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya
 asing tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah
 kebijakannya berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang
 ujung ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

 ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor
 asing tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah
 memberi peluang yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya
 sudah tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten?
 atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang
 maka RI belum (tidak) bisa juga mandiri?

 harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan
 bahwa kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan
 pengusaha nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa
 ini karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan
 berkarya - termasuk saya sendiri :-(

 selamat berakhir pekan...

 2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh
 pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar
 barel saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola
 oleh perusahaan luar negeri alias asing.

 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10%
 yang dikuasai Pertamina, kata Vice President Corporate Communication PT
 Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan
 UU Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng
 Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang
 dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya
 kecil, lebih banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP,
 ConocoPhillips dan banyak lagi.

 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia
 pada 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan
 dorongan dari pemerintah.

 Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi *global
 champion*bisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan
 lebih besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok
 migas besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan
 Permen ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya
 ingin bisa dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator),
 ungkapnya.

 Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang
 mendapatkan keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada
 2013 membayar pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah
 

Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik koesoema
Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas? 
Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan untuk 
melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini 
hanya di atas kertas saja.?
Hehehe
Wass
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ipong Kunwau ipongkun...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah
Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di
nusantara yang kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan
pasca kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico,
Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian
disusul oleh banyak lagi perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak
lepas dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom,
demokrasi terpimpin, hingga sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi
demokrasi liberal di negri ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional
lebih kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu dalam ranah
kebijakan dan pemodalan investasi jangka panjang yang fleksibel.

lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas
banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan
Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan
restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya
asing tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah
kebijakannya berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang
ujung ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor
asing tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah
memberi peluang yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya
sudah tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten?
atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang
maka RI belum (tidak) bisa juga mandiri?

harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan
bahwa kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan
pengusaha nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa
ini karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan
berkarya - termasuk saya sendiri :-(

selamat berakhir pekan...

2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh
 pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar
 barel saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola
 oleh perusahaan luar negeri alias asing.

 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10%
 yang dikuasai Pertamina, kata Vice President Corporate Communication PT
 Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan
 UU Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng
 Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang
 dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya
 kecil, lebih banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP,
 ConocoPhillips dan banyak lagi.

 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia
 pada 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan
 dorongan dari pemerintah.

 Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi *global
 champion*bisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan
 lebih besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok
 migas besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan
 Permen ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya
 ingin bisa dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator),
 ungkapnya.

 Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang
 mendapatkan keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada
 2013 membayar pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah
 seiring naiknya produksi.

 Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin
 jadi instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM
 terutama PSO (subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65
 kapal dari 140-an kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM,
 

Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik koesoema
Zaman dulu cq Ibnu Sutowo kalau migas itu masih di bawah tanah itu 100 % 
milik/asset negara, karena namanya contractor malah tidak boleh punya asset 
sama sekali di Indonesia, (kecuali duit yg akan dibelanjakan). Tetapi kemudian 
karena contractor menginginkan temuannya bisa dianggap sebagai asset utk 
listing di bursa dan pinjam ke bank maka diakali dengan istillah 'entitlement' 
untk cadangan terbukti, tetapi sebesar 15%, sesuai dengan splitnya. Nah kalau 
sekarang entah apakah seluruh cadangan dapat dianggap asset contractor atau tdk 
saya tdk tahu, mustinya sih tidak . Hehe
Wass. RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 6 Jun 2015 10:23:15 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

Cadangan minyak sebesar 3,7 milyar Barel minyak  tsb itu
terdiri dari berapa Blok / Lapangan , kemudian lapangan
lapangan tsb siapa pemiliknya , dari situ bisa terlihat ,
berapa besar Cad minyak yg di miliki oleh suatu Perusahaan /
Badan Usaha
kalau suatu WK itu dilakukan eksplorasi dan diketemukan
Cadangan Migas terbukti misalnya sekian juta barell itu status
cadangan terbukti tersebut milik siapa ?Apakah milik yg melakukan ekplorasi ( 
Perusahaan /Badan Usaha
pemilik Blok )  atau satusnya itu milik Negara, tentunya kalau
itu milik  perusahaan /Badan Usaha maka bisa dijadikan
Kolateral oleh badan usaha tsb

Sekedar Pertanyaan orang Awam di migas  saja


Ism









 2015-06-06 9:12 GMT+07:00 koeso...@melsa.net.id:

 Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu
 SKK Migas? Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n
 hanya dapat 15%, sedangkan untuk melakukan kegiatan, al
 pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini
 hanya di atas kertas saja.?


 Mungkin perlu pendefinisian apa itu :
 - Hak Penguasan
 - Hak Pengelolaan
 - Hak Pemilikan
 Kontraktor itu mendapatkan hak pengelolaan
 Negara itu yang punya hak penguasaan
 Rakyat yang memiliki
 just my 2c

 RDP

 Hehehe
 Wass
 RPK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Ipong Kunwau ipongkun...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang
 Perusahaan Asing

 dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

 mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak
 ketika RI dijajah Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala)
 merajai exploration efforts di nusantara yang kemudian
 berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan pasca
 kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco,
 Vico, Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh
 Nusantara yang kemudian disusul oleh banyak lagi
 perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas
 dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang
 sejarah nasakom, demokrasi terpimpin, hingga sekarang
 berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal di negri
 ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih
 kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu
 dalam ranah kebijakan dan pemodalan investasi jangka
 panjang yang fleksibel.

 lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat
 betul staf petronas banyak belajar ke Pemina kini Pertamina
 dan ingat betul ketika perminyakan Malaysia identik dengan
 nama besar Shell - tetapi sekarang dengan restrukturisasi
 pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
 ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

 selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang
 mayoritas investornya asing tetapi pemasukan negara nya
 positif untuk pembangunan.  apakah kebijakannya berupa PSC
 kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang ujung
 ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

 ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu
 kepada investor asing tetapi harus flash back sejarah
 kebijakan, sudahkah pemerintah memberi peluang yang cukup
 kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah
 tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara
 konsisten? atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI
 kepada negara donatur hutang maka RI belum (tidak) bisa
 juga mandiri?

 harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian
 kepemerintahan bahwa kelak semoga ada perbaikan yang
 berpihak kepada rakyat kebanyakan dan pengusaha nasional,
 tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini
 karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam
 berdoa dan berkarya - termasuk saya sendiri :-(

 selamat berakhir pekan...

 2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari
 rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan
 dipercaya oleh pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa

Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik Achmad Luthfi

Secara UU Migas dan UUD45 kalau masih di dalam bumi (cadangan) dimiliki dan 
dikuasai negara 100%. Perusahaan asing maupun Pertamina busa menguasai haknya 
sesuai split kalau dilakukan lifting.


Sent from Cak Phie's iPhone
Signal Kuat MOJOSARI 

On 6 Jun 2015, at 09.12, koeso...@melsa.net.id wrote:

Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas? 
Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan untuk 
melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini 
hanya di atas kertas saja.?
Hehehe
Wass
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: Ipong Kunwau ipongkun...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id 
Date: Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah Belanda 
dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di nusantara yang 
kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan pasca kemerdekaan 
dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico, Amoco mengambil alih 
kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian disusul oleh banyak lagi 
perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas dari kebijakan dan 
poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom, demokrasi terpimpin, hingga 
sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal di negri ini maka 
ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih kepada tidak adanya peluang yang 
cukup tersedia baik itu dalam ranah kebijakan dan pemodalan investasi jangka 
panjang yang fleksibel.

lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas 
banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan 
Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan 
restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul ke 
permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya asing 
tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah kebijakannya 
berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang ujung ujungnya 
tergantung kepada para pelakunya.

ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor asing 
tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah memberi peluang 
yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah tersedia, 
sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten? atau jangan-jangan 
banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang maka RI belum (tidak) 
bisa juga mandiri?

harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan bahwa 
kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan pengusaha 
nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini karena 
mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan berkarya - termasuk 
saya sendiri :-(

selamat berakhir pekan...

2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com:
 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh pembaca. 
 
 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 Lani Pujiastuti - detikFinance
 
 Jakarta - Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel 
 saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola oleh 
 perusahaan luar negeri alias asing.
 
 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10% yang 
 dikuasai Pertamina, kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina 
 (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU Migas yang 
 Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya No. 62 
 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).
 
 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang dikelola 
 perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih 
 banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips 
 dan banyak lagi.
 
 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia pada 
 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan 
 dorongan dari pemerintah.
 
 Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi global 
 championbisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan lebih 
 besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok migas 
 besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan Permen 
 ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya ingin bisa 
 dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator), ungkapnya.
 
 Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang mendapatkan 
 keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada 2013 membayar 
 pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah 

Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik nyoto - ke-el
Koq bisa begitu ya ? Ini karena Pertaminanya yg kurang agresiive sejak dulu
atau memang regulasi Pemerintahannya yg lebih memihak kpd kontraktor asing
atau mungkin karena Pertamina kurang modal atau kurang berani seperti
kontraktor2 asing tsb ...?


Salam week end,
nyoto


2015-06-06 7:57 GMT+08:00 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh
 pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar
 barel saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola
 oleh perusahaan luar negeri alias asing.

 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10%
 yang dikuasai Pertamina, kata Vice President Corporate Communication PT
 Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan
 UU Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng
 Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang
 dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya
 kecil, lebih banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP,
 ConocoPhillips dan banyak lagi.

 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia
 pada 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan
 dorongan dari pemerintah.

 Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi *global
 champion*bisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan
 lebih besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok
 migas besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan
 Permen ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya
 ingin bisa dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator),
 ungkapnya.

 Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang
 mendapatkan keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada
 2013 membayar pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah
 seiring naiknya produksi.

 Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin
 jadi instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM
 terutama PSO (subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65
 kapal dari 140-an kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM,
 tutupnya.


 *(rrd/ang)*
 Sent from my iPhone
 

 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
 
 Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 
 Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
 Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
 
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
 In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
 limited
 to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
 resulting
 from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
 the use of
 any information posted on IAGI mailing list.
 





Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik liamsi
Cadangan minyak sebesar 3,7 milyar Barel minyak  tsb itu
terdiri dari berapa Blok / Lapangan , kemudian lapangan
lapangan tsb siapa pemiliknya , dari situ bisa terlihat ,
berapa besar Cad minyak yg di miliki oleh suatu Perusahaan /
Badan Usaha
kalau suatu WK itu dilakukan eksplorasi dan diketemukan
Cadangan Migas terbukti misalnya sekian juta barell itu status
cadangan terbukti tersebut milik siapa ?Apakah milik yg melakukan ekplorasi ( 
Perusahaan /Badan Usaha
pemilik Blok )  atau satusnya itu milik Negara, tentunya kalau
itu milik  perusahaan /Badan Usaha maka bisa dijadikan
Kolateral oleh badan usaha tsb

Sekedar Pertanyaan orang Awam di migas  saja


Ism









 2015-06-06 9:12 GMT+07:00 koeso...@melsa.net.id:

 Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu
 SKK Migas? Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n
 hanya dapat 15%, sedangkan untuk melakukan kegiatan, al
 pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini
 hanya di atas kertas saja.?


 Mungkin perlu pendefinisian apa itu :
 - Hak Penguasan
 - Hak Pengelolaan
 - Hak Pemilikan
 Kontraktor itu mendapatkan hak pengelolaan
 Negara itu yang punya hak penguasaan
 Rakyat yang memiliki
 just my 2c

 RDP

 Hehehe
 Wass
 RPK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Ipong Kunwau ipongkun...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang
 Perusahaan Asing

 dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

 mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak
 ketika RI dijajah Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala)
 merajai exploration efforts di nusantara yang kemudian
 berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan pasca
 kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco,
 Vico, Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh
 Nusantara yang kemudian disusul oleh banyak lagi
 perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas
 dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang
 sejarah nasakom, demokrasi terpimpin, hingga sekarang
 berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal di negri
 ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih
 kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu
 dalam ranah kebijakan dan pemodalan investasi jangka
 panjang yang fleksibel.

 lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat
 betul staf petronas banyak belajar ke Pemina kini Pertamina
 dan ingat betul ketika perminyakan Malaysia identik dengan
 nama besar Shell - tetapi sekarang dengan restrukturisasi
 pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
 ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

 selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang
 mayoritas investornya asing tetapi pemasukan negara nya
 positif untuk pembangunan.  apakah kebijakannya berupa PSC
 kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang ujung
 ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

 ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu
 kepada investor asing tetapi harus flash back sejarah
 kebijakan, sudahkah pemerintah memberi peluang yang cukup
 kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah
 tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara
 konsisten? atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI
 kepada negara donatur hutang maka RI belum (tidak) bisa
 juga mandiri?

 harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian
 kepemerintahan bahwa kelak semoga ada perbaikan yang
 berpihak kepada rakyat kebanyakan dan pengusaha nasional,
 tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini
 karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam
 berdoa dan berkarya - termasuk saya sendiri :-(

 selamat berakhir pekan...

 2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari
 rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan
 dipercaya oleh pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa
 sekitar 3,7 miliar barel saja, tapi sayangnya, hampir 90%
 cadangan tersebut justru dikelola oleh perusahaan luar
 negeri alias asing.

 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil,
 tapi hanya 10% yang dikuasai Pertamina, kata Vice
 President Corporate Communication PT Pertamina (Persero)
 Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU
 Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah
 Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang
 ada yang dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan
 Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih banyak dikelola
 oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips
 dan banyak lagi.

 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi
 perusahaan kelas dunia pada 2025. Agar bisa mencapai
 target tersebut, Pertamina butuh 

Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

2015-06-05 Terurut Topik liamsi
 Mungkin perlu pendefinisian apa itu :
 - Hak Penguasan
 - Hak Pengelolaan
 - Hak Pemilikan

==

Menguasai itu juga Memiliki dan Mengelola, Memiliki itu belum
tnetu menguasai atau mengelola , Mengelola itu belum tentu 
memiliki apalagi menguasai,
Negara menguasai SDA artinya Negara juga memiliki dan mengelola
SDA,
Pertanyaannya Apakah Kepemilikan atau Pengelolaanya dapat di
serahkan ke pihak lain ? Kalau dapat bagaimana mekanisme
kontrolnya agar Negara Tetap dapat Menguasainya .

ISM






 2015-06-06 9:12 GMT+07:00 koeso...@melsa.net.id:

 Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu
 SKK Migas? Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n
 hanya dapat 15%, sedangkan untuk melakukan kegiatan, al
 pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau ini
 hanya di atas kertas saja.?


 Mungkin perlu pendefinisian apa itu :
 - Hak Penguasan
 - Hak Pengelolaan
 - Hak Pemilikan
 Kontraktor itu mendapatkan hak pengelolaan
 Negara itu yang punya hak penguasaan
 Rakyat yang memiliki
 just my 2c

 RDP

 Hehehe
 Wass
 RPK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Ipong Kunwau ipongkun...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang
 Perusahaan Asing

 dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

 mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak
 ketika RI dijajah Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala)
 merajai exploration efforts di nusantara yang kemudian
 berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan pasca
 kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco,
 Vico, Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh
 Nusantara yang kemudian disusul oleh banyak lagi
 perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas
 dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang
 sejarah nasakom, demokrasi terpimpin, hingga sekarang
 berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal di negri
 ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih
 kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu
 dalam ranah kebijakan dan pemodalan investasi jangka
 panjang yang fleksibel.

 lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat
 betul staf petronas banyak belajar ke Pemina kini Pertamina
 dan ingat betul ketika perminyakan Malaysia identik dengan
 nama besar Shell - tetapi sekarang dengan restrukturisasi
 pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
 ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

 selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang
 mayoritas investornya asing tetapi pemasukan negara nya
 positif untuk pembangunan.  apakah kebijakannya berupa PSC
 kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang ujung
 ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

 ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu
 kepada investor asing tetapi harus flash back sejarah
 kebijakan, sudahkah pemerintah memberi peluang yang cukup
 kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah
 tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara
 konsisten? atau jangan-jangan banyaknya hutang budi RI
 kepada negara donatur hutang maka RI belum (tidak) bisa
 juga mandiri?

 harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian
 kepemerintahan bahwa kelak semoga ada perbaikan yang
 berpihak kepada rakyat kebanyakan dan pengusaha nasional,
 tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini
 karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam
 berdoa dan berkarya - termasuk saya sendiri :-(

 selamat berakhir pekan...

 2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari
 rovi...@gmail.com:

 Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan
 dipercaya oleh pembaca.

 Rdp
 Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
 *Lani Pujiastuti* - detikFinance
 *Jakarta *- Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa
 sekitar 3,7 miliar barel saja, tapi sayangnya, hampir 90%
 cadangan tersebut justru dikelola oleh perusahaan luar
 negeri alias asing.

 Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil,
 tapi hanya 10% yang dikuasai Pertamina, kata Vice
 President Corporate Communication PT Pertamina (Persero)
 Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU
 Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah
 Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

 Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang
 ada yang dikelola perusahaan nasional seperti PGN dan
 Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih banyak dikelola
 oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips
 dan banyak lagi.

 Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi
 perusahaan kelas dunia pada 2025. Agar bisa mencapai
 target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan dorongan dari
 pemerintah.

 Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi
 *global champion*bisa kelola lebih besar sumber migas,
 ingin