Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Dari Situs Freport McMoran (FCX) untuk Divisi O dilaporkan: FCX consolidated reserves and annual sales; reserves as of December 31, 2014. Sales figures are based on 2015e. e = estimate. Oil & Gas operations (North America): onshore/offshore CA, Madden, Haynesville, GOM Shelf & Deepwater. 3P Reserves include Proved of 390 MMBOE, Probable of 245 MMBOE and Possible of 338 MMBOE as of 12/31/14 and are based on reference prices for oil and natural gas of $94.99 per bbl and $4.35 per MMBTU, respectively. Sales Oil & Gas: 144 MBOE/d 2016-01-26 10:40 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri < SRS0-KVjh=N2=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>: > Kasihan ya DI sampai salah nulis begitu ??? Padahal dia Mantan Menteri > .Kalau benar benar DI menulis begitu artinya dia tidak mengerti berapa > banyak minyak satu barrel itu. > Hehehehe > > si Abah > > > > On Monday, January 25, 2016 3:46 PM, "koeso...@melsa.net.id" < > koeso...@melsa.net.id> wrote: > > > Di mana sih di dunia ada negara yg bisa produksi 300 juta barrel/hari? Wah > harga minyak bisa merosot sampai USD 1/ barrel, muka bumi tenggelam dalam > banjir minyak. > RPK > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: lia...@indo.net.id > Sender: <iagi-net@iagi.or.id> > Date: Mon, 25 Jan 2016 14:50:28 > To: <iagi-net@iagi.or.id> > Reply-To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama > > ( Harga mahal itu diterjang karena Plains memiliki produksi > > minyak mentah hampir 300 juta barel per hari. Bahkan potensi > > produksi bisa mencapai lebih 2 miliar barel per hari. ) > > > > = > > Wah besar bener itu Perusahaan minyaknya sampai 300 juta barel > per hari , bahkan bisa lbh besar lagi > Bandingkan dg disini produksi semuanya sampai 1 juta barel > saja sulit > > ISM > > > > > > > Pak Koesoema Yth. > > > > Bulan Mei 1998--sudah lama sekali-- keprihatinan saya > > seputar cerita tambang tembaga ini telah dimuat dalam > > majalah berita mingguan TEMPO. Ternyata berita dan > > kontroversinya berlanjut sampai sekarang. Berikut adalah > > tulisan pak DI, mantan Menteri BUMN. Semoga bermanfaat untuk > > kita. > > > > Salam hangat, > > Sugeng > > > > > > Kawan-kawan, > > > > Bukan tidak mungkin masukan dan fakta yang disajikan Pak > > Dahlan Iskan sudah ditangan pemerintah dalam hal ini > > Kementerian ESDM. Apakah pemerintah memilih opsi tidak > > memperpanjang kontrak karya yang akan berakhir tahun 2021? > > Apakah kita menyadari konsekwensinya? Open pit mining sudah > > habis, saatnya menggali gunung Grasberg -- ini perlu > > investasi sedikitnya 18 milyard dollar. Ditambah membangun > > instalasi smelter di Gresik guna menaati UU Minerba. > > Ditambah meneruskan pasokan dana, termasuk ke Kabupaten > > Timika dan Propinsi Papua Barat. > > > > Salam, > > RM > > -> > > > > Senin, 18 Januari 2016 09:38 > > > > Dahlan Iskan > > Serbasulit untuk Freeport yang Serbaberat > > > > New Hope > > Oleh Dahlan Iskan > > > > RELAKAH Anda bila saat ini negara kita mengeluarkan uang > > sekitar Rp 20 triliun untuk membeli 10 persen saham Freeport > > Indonesia (FI)? Mungkin, pertanyaan itu pertama-tama harus > > dijawab oleh mereka yang selama ini mendesak pemerintah agar > > memaksa Freeport mengurangi sahamnya di FI. Kini (minggu > > lalu), justru Freeport yang secara resmi menawarkan kepada > > pemerintah. Freeport minta pemerintah mengambil saham itu > > dengan nilai USD 1,7 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. > > > > Hayo! Bagaimana pemerintah harus menjawab tawaran itu? > > Sungguh serbasalah. Kalau saya sih jelas: tidak rela. Dengan > > membayar Rp 20 triliun, ditambah saham lama, pemerintah baru > > memiliki 20 persen FI. Masih sangat minoritas. Tidak punya > > kekuasaan apa-apa di perusahaan itu. Di lain pihak, > > laporan-laporan media di Amerika mengerikan. Dilaporkan, > > kondisi keuangan Freeport tahun-tahun belakangan ini > > sangat-sangat mengecewakan. Labanya terus memburuk. Tahun > > 2014 tinggal USD 482 juta. Bahkan tahun lalu sudah rugi > > besar: USD 1,8 miliar! Rugi lebih Rp 20 triliun. Ini berarti > > kita dihadapkan kepada pertanyaan sepele: mengapa membeli > > saham perusahaan rugi? Apalagi, kelihatannya Freeport masih > > akan terus merugi beberapa tahun ke depan. > > > > Mengapa kondisi Freeport begitu buruk? Mengapa tidak seperti
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Kasihan ya DI sampai salah nulis begitu ??? Padahal dia Mantan Menteri .Kalau benar benar DI menulis begitu artinya dia tidak mengerti berapa banyak minyak satu barrel itu.Hehehehe si Abah On Monday, January 25, 2016 3:46 PM, "koeso...@melsa.net.id" <koeso...@melsa.net.id> wrote: Di mana sih di dunia ada negara yg bisa produksi 300 juta barrel/hari? Wah harga minyak bisa merosot sampai USD 1/ barrel, muka bumi tenggelam dalam banjir minyak. RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Mon, 25 Jan 2016 14:50:28 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama ( Harga mahal itu diterjang karena Plains memiliki produksi > minyak mentah hampir 300 juta barel per hari. Bahkan potensi > produksi bisa mencapai lebih 2 miliar barel per hari. ) > = Wah besar bener itu Perusahaan minyaknya sampai 300 juta barel per hari , bahkan bisa lbh besar lagi Bandingkan dg disini produksi semuanya sampai 1 juta barel saja sulit ISM > Pak Koesoema Yth. > > Bulan Mei 1998--sudah lama sekali-- keprihatinan saya > seputar cerita tambang tembaga ini telah dimuat dalam > majalah berita mingguan TEMPO. Ternyata berita dan > kontroversinya berlanjut sampai sekarang. Berikut adalah > tulisan pak DI, mantan Menteri BUMN. Semoga bermanfaat untuk > kita. > > Salam hangat, > Sugeng > > > Kawan-kawan, > > Bukan tidak mungkin masukan dan fakta yang disajikan Pak > Dahlan Iskan sudah ditangan pemerintah dalam hal ini > Kementerian ESDM. Apakah pemerintah memilih opsi tidak > memperpanjang kontrak karya yang akan berakhir tahun 2021? > Apakah kita menyadari konsekwensinya? Open pit mining sudah > habis, saatnya menggali gunung Grasberg -- ini perlu > investasi sedikitnya 18 milyard dollar. Ditambah membangun > instalasi smelter di Gresik guna menaati UU Minerba. > Ditambah meneruskan pasokan dana, termasuk ke Kabupaten > Timika dan Propinsi Papua Barat. > > Salam, > RM > -> > > Senin, 18 Januari 2016 09:38 > > Dahlan Iskan > Serbasulit untuk Freeport yang Serbaberat > > New Hope > Oleh Dahlan Iskan > > RELAKAH Anda bila saat ini negara kita mengeluarkan uang > sekitar Rp 20 triliun untuk membeli 10 persen saham Freeport > Indonesia (FI)? Mungkin, pertanyaan itu pertama-tama harus > dijawab oleh mereka yang selama ini mendesak pemerintah agar > memaksa Freeport mengurangi sahamnya di FI. Kini (minggu > lalu), justru Freeport yang secara resmi menawarkan kepada > pemerintah. Freeport minta pemerintah mengambil saham itu > dengan nilai USD 1,7 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. > > Hayo! Bagaimana pemerintah harus menjawab tawaran itu? > Sungguh serbasalah. Kalau saya sih jelas: tidak rela. Dengan > membayar Rp 20 triliun, ditambah saham lama, pemerintah baru > memiliki 20 persen FI. Masih sangat minoritas. Tidak punya > kekuasaan apa-apa di perusahaan itu. Di lain pihak, > laporan-laporan media di Amerika mengerikan. Dilaporkan, > kondisi keuangan Freeport tahun-tahun belakangan ini > sangat-sangat mengecewakan. Labanya terus memburuk. Tahun > 2014 tinggal USD 482 juta. Bahkan tahun lalu sudah rugi > besar: USD 1,8 miliar! Rugi lebih Rp 20 triliun. Ini berarti > kita dihadapkan kepada pertanyaan sepele: mengapa membeli > saham perusahaan rugi? Apalagi, kelihatannya Freeport masih > akan terus merugi beberapa tahun ke depan. > > Mengapa kondisi Freeport begitu buruk? Mengapa tidak seperti > yang dibayangkan umumnya orang Indonesia? Mengapa tidak > makmur seperti gambaran video emas yang dicurahkan dari > perut bumi Papua? Itu sama sekali tidak ada hubungannya > dengan kian ditinggalkannya koteka oleh pria-pria jantan > Papua. Itu lebih karena Freeport terbelit oleh ambisi > sendiri. Ambisi Freeport luar biasa. Pada 2013 lalu, > Freeport ingin tidak hanya menjadi raja tembaga dan emas. Ia > ingin juga menjadi raja minyak. Dengan cara yang afdruk > kilat. Sebuah perusahaan minyak terbesar ke-4 di California, > Plains Company, dibeli. Dengan harga USD 16,3 miliar atau > sekitar Rp 200 triliun. Itu termasuk untuk mengambil alih > utang Plains sebesar USD 9,7 miliar. > > Harga mahal itu diterjang karena Plains memiliki produksi > minyak mentah hampir 300 juta barel per hari. Bahkan potensi > produksi bisa mencapai lebih 2 miliar barel per hari. > > Sial. Sial sekali. > Begitu transaksi ditandatangani, harga minyak mentah terjun > bebas. Dari USD 80 menjadi USD 40-an. Sial. > Begitu sialnya. Perut siapa yang tidak mulas. > Begitu pandainya pemilik Plains: menjual per
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Saya sangat setuju dengan Pak RPK, ini merupakan buah dari regulasi yang telah TERTANAM oleh pengambil keputusan sebelumnya. Jadi secara sistimatis terstruktur regulasi nya pun telah diKONDISIKAN sedemikian rupa oleh sang INVESTOR. Jadi sejak 1967 praktis aset dan komoditi serta harga diri bangsa menjadi gadaian suatu kelompok tertentu yang mengatas namakan bangsa Indonesia. Pada gilirannya rakyat harus mengongkosi NEGARA. . . seharusnya kan rakyat diONGKOSI oleh negara. Fastabiquul khoir. On 24 Jan 2016 14:10, "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> wrote: > Lucu juga pemerintah harus bayar/membeli saham Freeport yang kelewat > mahal. Minta gratis saja, masa kalau pejabat bisa dapat gratis, malah > pemerintah harus bayar. Hehee > RPK > > - Original Message - > *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com <yrs_...@yahoo.com> > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Friday, January 22, 2016 8:31 AM > *Subject:* Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama > > Betul pak Ismail tapi saya baca dikoran Pemerintah cq Dirjen Minerba sudah > mengatakan bahwa harga yang ditawarkan PT Freeport Indonesia itu terlalu > tinggi. > > @ Pak Ong . > Mengapa saya berpendapat kita harus investasi di PT FI , saya berpendapat > kalau kita ada "didalam" , kita masih bisa melakukan kontrol atas > kebijakan2 PT FI. > Oleh karena itu kita harus menempatkan staf kita yg kredibel dari sisi > teknis dan MORAL dijajaran manajemen PT FI. > Bagaimana memperjuangkan ini , tentu Pemerintah lah yang harus mampu > membuat klausa ini dalam Kontrak Perpanjangan. > > Jalan kearah itu sangat panjang dan memerlukan stamina tinggi dari para > negosiator kita.Tapi kalau mau pasti bisa . > > Semoga ... > > si Abah > > > On Friday, January 22, 2016 6:35 AM, Dandy Hidayat < > dandy.hidayat@gmail.com> wrote: > > > Dari Meja Pak Mentri ... > > > Divestasi dan Izin Ekspor Bahan Pegangan > Kementerian Energi dan Sumber Daya Indonesia > Jakarta, 20 Januari 2016 > > Tata Cara Divestasi Saham > 1. Kepemilikan saham dalam PT Freeport Indonesia adalah: > a. Pemerintah Indonesia : 9,36% > b. Freeport McMoran Gold & Cupper : 81,28% > c. PT Indocupper Investama : 9,36% (Milik Freeport McMoran) > > > 2. Kewajiban divestasi PT FI sesuai PP Nomor 77 Tahun 2014 adalah sebesar > 20%, namun karena Pemerintah Indonesia (Peserta Indonesia) telah memiliki > saham sebesar 9,36% maka divestasi yang wajib dilakukan PT FI adalah > sebesar 10,64% > > > 3. Mekanisme penawaran harga saham PT FI: > a. PT FI wajib menawarkan divestasi saham sebesar 20% kepada Peserta > Indonesia 1 (satu) tahun sejak terbitnya PP No 77 Tahun 2014 yaitu tanggal > 14 Oktober 2015, dengan jangka waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari > b. Penawaran divestasi kepada Peserta Indonesia dilakukan secara > berjenjang yaitu Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah > Kabupaten/Kota > c. Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus > menyatakan minatnya paling lambat 60 hari setelah tanggal penawaran, > berdasarkan kesepakatan harga. > d. Apabila dalam jangka waktu 60 hari tidak menyatakan minatnya maka saham > akan ditawarkan kepada BUMN/BUMD. > > 4. PT FI telah menawarkan divestasi saham sebesar 10,64% pada tanggal 14 > Januari 2016, dengan harga US$ 1.7 Millyar dari harga 100% yaitu US$ 16.2 > Milyar, dengan makanisme Fair Market Value. > > > 5. Pemerintah harus segera melakukan evaluasi harga. Pemerintah dapat > menunjuk Independent Valuer dan dilakukan beauty contest terhadap > independent valuer. > > 6. Ditjen Minerba sedang menyiapkan surat permintaan anggota TIM kepada > Kementerian dan Lembaga terkait dan menyiapkan SK pembentukan TIM Penentuan > Harga Divestasi PT FI, yang terdiri dari: (a) KESDM, (b) Kemenko Bidang > Perekonomian, (c) Kemenko Bidang Kemaritiman, (d) Kemenkeu (Ditjen Kekayaan > Negara, BKF, Ditjen Pajak), (e) KemenBUMN, (f) BKPM, dan (g) BPKP > > > KEWAJIBAN DIVESTASI SAHAM > > 1 Dasar Hukum A. UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 112 “Setelah 5 (llima) tahun > berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh > asing wajib melakukan divestasi saham kepada Pemerintah, pemerintah daerah, > badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta > nasional”. B. PP No. 77/2014 : Pasal 97 ayat (1d) a.l menyebutkan bahwa > Kewajiban divestasi saham untuk kegiatan penambangan bawah tanah dan > penambangan terbuka sebesar 30%. Pasal 97 ayat (2) Penawaran divestasi > saham dilakukan secara berjenjang kepada: (a) Pemerintah, Pemprov, > Pemkab/Kota; (b) BUMN dan BUMD; dan (c) Badan usaha swasta nasional Pasal > 112D ayat (2) “Yang telah berpr
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
a malah kian > terperosok. > > Maka, di New York, tempat saham Freeport diperdagangkan di > bursa, beritanya negatif melulu. Tahun-tahun belakangan ini > judul-judul berita yang terkait dengan Freeport hanya serem > dan serem sekali: Freeport menuju kematian. Masih bisa > diselamatkankah Freeport? Atau, keuangan Freeport yang > mengerikan. Serem dan suram. Disebutkan bahwa seluruh aspek > usaha Freeport memburuk. "Multiple weakness in multiple > area": Omzet turun, laba memburuk, rasio-rasio keuangan > tidak lagi masuk akal. Bahkan cash flow pun menghadapi > kegawatan. > > Sampai kapan kondisi seperti itu berlangsung? > Bergantung. Pertama, bergantung jawaban pemerintah soal > tawaran Rp 20 triliun tadi. Kalau pemerintah mengabulkan, > cash flow Freeport sedikit tertolong. Sedikit. Kedua, > bergantung pemerintah memperpanjang kontrak Freeport atau > tidak. Kalau pemerintah mau memperpanjang, kondisi Freeport > bisa sedikit membaik. Setidaknya, outlook jangka panjang. > Apalagi kalau perpanjangan diizinkan sekarang. Wow! Harga > saham Freeport bisa sedikit naik. Kondisi Freeport bisa > seperti pasien yang dapat infus: belum tentu sembuh tapi > setidaknya belum segera mati. > > Ketiga, bergantung harga minyak mentah. Kalau harga minyak > mentah segera membaik, harga saham akan ikut naik. Ada napas > baru. Tapi, ada tapi tapinya. Di AS, baru ditemukan sumber > gas baru yang disebut shale gas. Harga gas menjadi sangat > murah: hanya USD 3/mmbtu. Kayaknya, sulit membayangkan harga > minyak mentah bisa segera naik drastis. Apalagi perusahaan > minyak yang dibeli tadi adalah perusahaan minyak dari Texas > juga. Freeport (nama ini diambil dari nama kota kecil di > Texas, di pantai Teluk Mexico) benar-benar dalam posisi > berat. Di Amerika. Dan di Indonesia. > > Kota Freeport sekarang berpenduduk 11 ribu jiwa dan masih > jaya. Namun, perusahaan yang awalnya tambang sulfur yang > didirikan di kota itu pada 1912 lagi berjuang melawan > kesulitan. Bahkan, Chairman-nya yang legendaris itu, James > Moffett, sampai menyerah. Meletakkan jabatan. Adapun > cadangan emas yang sangat besar di Papua, ditemukan seorang > pengelana Belanda pada 1950-an. Freeport mendengar temuan > itu. Dan berusaha menguasainya. Pada 1960, Freeport sepakat > dengan si Belanda. Pada 1965, Bung Karno yang anti-Amerika > jatuh. Soeharto naik. Atau dinaikkan. Pada 1967, resmilah > Freeport mulai melakukan drilling. Pada 1988, mulai > menghasilkan emas dan tembaga. > > Luar biasa hebatnya. Mudah mengerjakannya. > Tambang itu di permukaan tanah Papua. Tinggal mengeruk. > Bukan di perut bumi yang harus digali. Pada 2021, kontrak > dengan Freeport itu akan berakhir. Kalau tidak diperpanjang, > Freeport akan 100 persen milik Indonesia. Tidak perlu keluar > uang Rp 20 triliun hanya untuk memiliki saham 10 persen. > Akan menjadi serbaenak? Jangan dulu dibayangkan > serbaenaknya. Pertama, mungkin Amerika marah. Entah apa > bentuk kemarahan itu. Dan, entah kita mampu menanggungnya. > Kedua, mungkin saja sejak sekarang, Freeport tidak mau > keluar uang untuk pemeliharaan tambang. Toh, sudah akan > lepas dari tangan mereka. Kalau itu terjadi, kelak, tepat > pada saat tambang itu menjadi milik Indonesia, kondisinya > sudah tidak bagus lagi. Diperlukan puluhan triliun rupiah > untuk menghidupkan kembali. Apalagi, tambang yang di > permukaan tanah sudah habis. Sudah harus menggali di perut > bumi. Lebih mahal. Dengan harga jual nikel dan tembaga > seperti sekarang, belum tentu bisa menghasilkan uang seperti > yang kita bayangkan. Bisa-bisa kita harus mengundang > investor asing lagi untuk melanjutkannya. Mungkin Freeport > lagi. Atau Freeport yang lain kalau tidak kita disiapkan > mulai sekarang. (fel/k11) > > > > > > > > > > > > On Sun, 1/24/16, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id> > wrote: > > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > Simalakama To: iagi-net@iagi.or.id > Date: Sunday, January 24, 2016, 2:09 PM > > > Lucu juga pemerintah harus > bayar/membeli saham > Freeport yang kelewat mahal. Minta gratis saja, masa kalau > pejabat bisa dapat > gratis, malah pemerintah harus bayar. Hehee > RPK > > - Original Message - > > From: > Yanto R. Sumantri > - yrs_...@yahoo.com > > To: iagi-net@iagi.or.id > > Sent: Friday, January > 22, 2016 8:31 > AM > Subject: Re: > [iagi-net] Divestasi Saham > Freeport Bagai Buah Simalakama > > > > Betul pak > Ismail tapi saya baca dikoran > Pemerintah cq Dirjen Minerba sudah mengatakan bahwa harga > yang ditawarkan PT > Freeport Indonesia itu terlalu tinggi. > > > @ &
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Di mana sih di dunia ada negara yg bisa produksi 300 juta barrel/hari? Wah harga minyak bisa merosot sampai USD 1/ barrel, muka bumi tenggelam dalam banjir minyak. RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Mon, 25 Jan 2016 14:50:28 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama ( Harga mahal itu diterjang karena Plains memiliki produksi > minyak mentah hampir 300 juta barel per hari. Bahkan potensi > produksi bisa mencapai lebih 2 miliar barel per hari. ) > = Wah besar bener itu Perusahaan minyaknya sampai 300 juta barel per hari , bahkan bisa lbh besar lagi Bandingkan dg disini produksi semuanya sampai 1 juta barel saja sulit ISM > Pak Koesoema Yth. > > Bulan Mei 1998--sudah lama sekali-- keprihatinan saya > seputar cerita tambang tembaga ini telah dimuat dalam > majalah berita mingguan TEMPO. Ternyata berita dan > kontroversinya berlanjut sampai sekarang. Berikut adalah > tulisan pak DI, mantan Menteri BUMN. Semoga bermanfaat untuk > kita. > > Salam hangat, > Sugeng > > > Kawan-kawan, > > Bukan tidak mungkin masukan dan fakta yang disajikan Pak > Dahlan Iskan sudah ditangan pemerintah dalam hal ini > Kementerian ESDM. Apakah pemerintah memilih opsi tidak > memperpanjang kontrak karya yang akan berakhir tahun 2021? > Apakah kita menyadari konsekwensinya? Open pit mining sudah > habis, saatnya menggali gunung Grasberg -- ini perlu > investasi sedikitnya 18 milyard dollar. Ditambah membangun > instalasi smelter di Gresik guna menaati UU Minerba. > Ditambah meneruskan pasokan dana, termasuk ke Kabupaten > Timika dan Propinsi Papua Barat. > > Salam, > RM > -> > > Senin, 18 Januari 2016 09:38 > > Dahlan Iskan > Serbasulit untuk Freeport yang Serbaberat > > New Hope > Oleh Dahlan Iskan > > RELAKAH Anda bila saat ini negara kita mengeluarkan uang > sekitar Rp 20 triliun untuk membeli 10 persen saham Freeport > Indonesia (FI)? Mungkin, pertanyaan itu pertama-tama harus > dijawab oleh mereka yang selama ini mendesak pemerintah agar > memaksa Freeport mengurangi sahamnya di FI. Kini (minggu > lalu), justru Freeport yang secara resmi menawarkan kepada > pemerintah. Freeport minta pemerintah mengambil saham itu > dengan nilai USD 1,7 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. > > Hayo! Bagaimana pemerintah harus menjawab tawaran itu? > Sungguh serbasalah. Kalau saya sih jelas: tidak rela. Dengan > membayar Rp 20 triliun, ditambah saham lama, pemerintah baru > memiliki 20 persen FI. Masih sangat minoritas. Tidak punya > kekuasaan apa-apa di perusahaan itu. Di lain pihak, > laporan-laporan media di Amerika mengerikan. Dilaporkan, > kondisi keuangan Freeport tahun-tahun belakangan ini > sangat-sangat mengecewakan. Labanya terus memburuk. Tahun > 2014 tinggal USD 482 juta. Bahkan tahun lalu sudah rugi > besar: USD 1,8 miliar! Rugi lebih Rp 20 triliun. Ini berarti > kita dihadapkan kepada pertanyaan sepele: mengapa membeli > saham perusahaan rugi? Apalagi, kelihatannya Freeport masih > akan terus merugi beberapa tahun ke depan. > > Mengapa kondisi Freeport begitu buruk? Mengapa tidak seperti > yang dibayangkan umumnya orang Indonesia? Mengapa tidak > makmur seperti gambaran video emas yang dicurahkan dari > perut bumi Papua? Itu sama sekali tidak ada hubungannya > dengan kian ditinggalkannya koteka oleh pria-pria jantan > Papua. Itu lebih karena Freeport terbelit oleh ambisi > sendiri. Ambisi Freeport luar biasa. Pada 2013 lalu, > Freeport ingin tidak hanya menjadi raja tembaga dan emas. Ia > ingin juga menjadi raja minyak. Dengan cara yang afdruk > kilat. Sebuah perusahaan minyak terbesar ke-4 di California, > Plains Company, dibeli. Dengan harga USD 16,3 miliar atau > sekitar Rp 200 triliun. Itu termasuk untuk mengambil alih > utang Plains sebesar USD 9,7 miliar. > > Harga mahal itu diterjang karena Plains memiliki produksi > minyak mentah hampir 300 juta barel per hari. Bahkan potensi > produksi bisa mencapai lebih 2 miliar barel per hari. > > Sial. Sial sekali. > Begitu transaksi ditandatangani, harga minyak mentah terjun > bebas. Dari USD 80 menjadi USD 40-an. Sial. > Begitu sialnya. Perut siapa yang tidak mulas. > Begitu pandainya pemilik Plains: menjual perusahaan ketika > nilainya masih tinggi. Begitu sialnya atau cerobohnya > Freeport: membeli perusahaan minyak raksasa yang sedang di > bibir jurang. Rupanya Freeport salah perhitungan. Atau > terlalu banyak berharap. > > Memang, harga komoditas tambang seperti tembaga dan nikel > yang menja
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
arga saham Freeport bisa sedikit naik. Kondisi Freeport bisa seperti pasien yang dapat infus: belum tentu sembuh tapi setidaknya belum segera mati. Ketiga, bergantung harga minyak mentah. Kalau harga minyak mentah segera membaik, harga saham akan ikut naik. Ada napas baru. Tapi, ada tapi tapinya. Di AS, baru ditemukan sumber gas baru yang disebut shale gas. Harga gas menjadi sangat murah: hanya USD 3/mmbtu. Kayaknya, sulit membayangkan harga minyak mentah bisa segera naik drastis. Apalagi perusahaan minyak yang dibeli tadi adalah perusahaan minyak dari Texas juga. Freeport (nama ini diambil dari nama kota kecil di Texas, di pantai Teluk Mexico) benar-benar dalam posisi berat. Di Amerika. Dan di Indonesia. Kota Freeport sekarang berpenduduk 11 ribu jiwa dan masih jaya. Namun, perusahaan yang awalnya tambang sulfur yang didirikan di kota itu pada 1912 lagi berjuang melawan kesulitan. Bahkan, Chairman-nya yang legendaris itu, James Moffett, sampai menyerah. Meletakkan jabatan. Adapun cadangan emas yang sangat besar di Papua, ditemukan seorang pengelana Belanda pada 1950-an. Freeport mendengar temuan itu. Dan berusaha menguasainya. Pada 1960, Freeport sepakat dengan si Belanda. Pada 1965, Bung Karno yang anti-Amerika jatuh. Soeharto naik. Atau dinaikkan. Pada 1967, resmilah Freeport mulai melakukan drilling. Pada 1988, mulai menghasilkan emas dan tembaga. Luar biasa hebatnya. Mudah mengerjakannya. Tambang itu di permukaan tanah Papua. Tinggal mengeruk. Bukan di perut bumi yang harus digali. Pada 2021, kontrak dengan Freeport itu akan berakhir. Kalau tidak diperpanjang, Freeport akan 100 persen milik Indonesia. Tidak perlu keluar uang Rp 20 triliun hanya untuk memiliki saham 10 persen. Akan menjadi serbaenak? Jangan dulu dibayangkan serbaenaknya. Pertama, mungkin Amerika marah. Entah apa bentuk kemarahan itu. Dan, entah kita mampu menanggungnya. Kedua, mungkin saja sejak sekarang, Freeport tidak mau keluar uang untuk pemeliharaan tambang. Toh, sudah akan lepas dari tangan mereka. Kalau itu terjadi, kelak, tepat pada saat tambang itu menjadi milik Indonesia, kondisinya sudah tidak bagus lagi. Diperlukan puluhan triliun rupiah untuk menghidupkan kembali. Apalagi, tambang yang di permukaan tanah sudah habis. Sudah harus menggali di perut bumi. Lebih mahal. Dengan harga jual nikel dan tembaga seperti sekarang, belum tentu bisa menghasilkan uang seperti yang kita bayangkan. Bisa-bisa kita harus mengundang investor asing lagi untuk melanjutkannya. Mungkin Freeport lagi. Atau Freeport yang lain kalau tidak kita disiapkan mulai sekarang. (fel/k11) On Sun, 1/24/16, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id> wrote: Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama To: iagi-net@iagi.or.id Date: Sunday, January 24, 2016, 2:09 PM Lucu juga pemerintah harus bayar/membeli saham Freeport yang kelewat mahal. Minta gratis saja, masa kalau pejabat bisa dapat gratis, malah pemerintah harus bayar. Hehee RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, January 22, 2016 8:31 AM Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Betul pak Ismail tapi saya baca dikoran Pemerintah cq Dirjen Minerba sudah mengatakan bahwa harga yang ditawarkan PT Freeport Indonesia itu terlalu tinggi. @ Pak Ong . Mengapa saya berpendapat kita harus investasi di PT FI , saya berpendapat kalau kita ada "didalam" , kita masih bisa melakukan kontrol atas kebijakan2 PT FI. Oleh karena itu kita harus menempatkan staf kita yg kredibel dari sisi teknis dan MORAL dijajaran manajemen PT FI. Bagaimana memperjuangkan ini , tentu Pemerintah lah yang harus mampu membuat klausa ini dalam Kontrak Perpanjangan. Jalan kearah itu sangat panjang dan memerlukan stamina tinggi dari para negosiator kita.Tapi kalau mau pasti bisa . Semoga ... si Abah On Friday, January 22, 2016 6:35 AM, Dandy Hidayat <dandy.hidayat@gmail.com> wrote: Dari Meja Pak Mentri ... Divestasi dan Izin Ekspor Bahan Pegangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Indonesia Jakarta, 20 Januari 2016 Tata Cara Divestasi Saham 1. Kepemilikan saham dalam PT Freeport Indonesia adalah: a. Pemerintah Indonesia : 9,36% b. Freeport McMoran Gold & Cupper : 81,28% c. PT Indocupper Investama : 9,36% (Milik Freeport McMoran) 2. Kewajiban divestasi PT FI sesuai PP Nomor 77 Tahun 2014 adalah sebesar 20%, namun karena Pemerintah Indonesia (Peserta Indonesia) telah memiliki saham sebesar 9,36% maka divestasi yang wajib dilakukan PT FI adalah sebesar 10,64% 3. Mekanisme penawaran h
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Saya sih hanya tidak mengerti saja, kok pemerintah suruh beli saham, pejabat saja berani minta saham gratis. Yang penting pemerintah/rakyat harus dapat hasilnya yg masuk akal, tanpa harus bayar, apakah namanya royalti apakah apa lah. Itu saja. RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com"
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Kalau melihat artikel Pak DI itu, sepertinya pemerintah cuekin aja Freeport, sampai tutup, gak usah dibuka kalau harga tambang memang gak ekonomis dan FI sendiri sepertinya mengharapkan pembelian saham sebagai upaya penyelamatan. Nanti kalau harga tambang naik, baru Grasberg dibuka lagi dibawah Indonesia seutuhnya. Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
dul berita yang terkait dengan Freeport hanya serem > dan serem sekali: Freeport menuju kematian. Masih bisa > diselamatkankah Freeport? Atau, keuangan Freeport yang > mengerikan. Serem dan suram. Disebutkan bahwa seluruh aspek > usaha Freeport memburuk. "Multiple weakness in multiple > area": Omzet turun, laba memburuk, rasio-rasio keuangan > tidak lagi masuk akal. Bahkan cash flow pun menghadapi > kegawatan. > > Sampai kapan kondisi seperti itu berlangsung? > Bergantung. Pertama, bergantung jawaban pemerintah soal > tawaran Rp 20 triliun tadi. Kalau pemerintah mengabulkan, > cash flow Freeport sedikit tertolong. Sedikit. Kedua, > bergantung pemerintah memperpanjang kontrak Freeport atau > tidak. Kalau pemerintah mau memperpanjang, kondisi Freeport > bisa sedikit membaik. Setidaknya, outlook jangka panjang. > Apalagi kalau perpanjangan diizinkan sekarang. Wow! Harga > saham Freeport bisa sedikit naik. Kondisi Freeport bisa > seperti pasien yang dapat infus: belum tentu sembuh tapi > setidaknya belum segera mati. > > Ketiga, bergantung harga minyak mentah. Kalau harga minyak > mentah segera membaik, harga saham akan ikut naik. Ada napas > baru. Tapi, ada tapi tapinya. Di AS, baru ditemukan sumber > gas baru yang disebut shale gas. Harga gas menjadi sangat > murah: hanya USD 3/mmbtu. Kayaknya, sulit membayangkan harga > minyak mentah bisa segera naik drastis. Apalagi perusahaan > minyak yang dibeli tadi adalah perusahaan minyak dari Texas > juga. Freeport (nama ini diambil dari nama kota kecil di > Texas, di pantai Teluk Mexico) benar-benar dalam posisi > berat. Di Amerika. Dan di Indonesia. > > Kota Freeport sekarang berpenduduk 11 ribu jiwa dan masih > jaya. Namun, perusahaan yang awalnya tambang sulfur yang > didirikan di kota itu pada 1912 lagi berjuang melawan > kesulitan. Bahkan, Chairman-nya yang legendaris itu, James > Moffett, sampai menyerah. Meletakkan jabatan. Adapun > cadangan emas yang sangat besar di Papua, ditemukan seorang > pengelana Belanda pada 1950-an. Freeport mendengar temuan > itu. Dan berusaha menguasainya. Pada 1960, Freeport sepakat > dengan si Belanda. Pada 1965, Bung Karno yang anti-Amerika > jatuh. Soeharto naik. Atau dinaikkan. Pada 1967, resmilah > Freeport mulai melakukan drilling. Pada 1988, mulai > menghasilkan emas dan tembaga. > > Luar biasa hebatnya. Mudah mengerjakannya. > Tambang itu di permukaan tanah Papua. Tinggal mengeruk. > Bukan di perut bumi yang harus digali. Pada 2021, kontrak > dengan Freeport itu akan berakhir. Kalau tidak diperpanjang, > Freeport akan 100 persen milik Indonesia. Tidak perlu keluar > uang Rp 20 triliun hanya untuk memiliki saham 10 persen. > Akan menjadi serbaenak? Jangan dulu dibayangkan > serbaenaknya. Pertama, mungkin Amerika marah. Entah apa > bentuk kemarahan itu. Dan, entah kita mampu menanggungnya. > Kedua, mungkin saja sejak sekarang, Freeport tidak mau > keluar uang untuk pemeliharaan tambang. Toh, sudah akan > lepas dari tangan mereka. Kalau itu terjadi, kelak, tepat > pada saat tambang itu menjadi milik Indonesia, kondisinya > sudah tidak bagus lagi. Diperlukan puluhan triliun rupiah > untuk menghidupkan kembali. Apalagi, tambang yang di > permukaan tanah sudah habis. Sudah harus menggali di perut > bumi. Lebih mahal. Dengan harga jual nikel dan tembaga > seperti sekarang, belum tentu bisa menghasilkan uang seperti > yang kita bayangkan. Bisa-bisa kita harus mengundang > investor asing lagi untuk melanjutkannya. Mungkin Freeport > lagi. Atau Freeport yang lain kalau tidak kita disiapkan > mulai sekarang. (fel/k11) > > > > > > > > > > > > On Sun, 1/24/16, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id> > wrote: > > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > Simalakama To: iagi-net@iagi.or.id > Date: Sunday, January 24, 2016, 2:09 PM > > > Lucu juga pemerintah harus > bayar/membeli saham > Freeport yang kelewat mahal. Minta gratis saja, masa kalau > pejabat bisa dapat > gratis, malah pemerintah harus bayar. Hehee > RPK > > - Original Message - > > From: > Yanto R. Sumantri > - yrs_...@yahoo.com > > To: iagi-net@iagi.or.id > > Sent: Friday, January > 22, 2016 8:31 > AM > Subject: Re: > [iagi-net] Divestasi Saham > Freeport Bagai Buah Simalakama > > > > Betul pak > Ismail tapi saya baca dikoran > Pemerintah cq Dirjen Minerba sudah mengatakan bahwa harga > yang ditawarkan PT > Freeport Indonesia itu terlalu tinggi. > > > @ > Pak Ong . > Mengapa > saya berpendapat kita harus > Â investasi di PT FI , saya berpendapat kalau kita ada > "didalam" , kita &g
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Lucu juga pemerintah harus bayar/membeli saham Freeport yang kelewat mahal. Minta gratis saja, masa kalau pejabat bisa dapat gratis, malah pemerintah harus bayar. Hehee RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, January 22, 2016 8:31 AM Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Betul pak Ismail tapi saya baca dikoran Pemerintah cq Dirjen Minerba sudah mengatakan bahwa harga yang ditawarkan PT Freeport Indonesia itu terlalu tinggi. @ Pak Ong . Mengapa saya berpendapat kita harus investasi di PT FI , saya berpendapat kalau kita ada "didalam" , kita masih bisa melakukan kontrol atas kebijakan2 PT FI. Oleh karena itu kita harus menempatkan staf kita yg kredibel dari sisi teknis dan MORAL dijajaran manajemen PT FI. Bagaimana memperjuangkan ini , tentu Pemerintah lah yang harus mampu membuat klausa ini dalam Kontrak Perpanjangan. Jalan kearah itu sangat panjang dan memerlukan stamina tinggi dari para negosiator kita.Tapi kalau mau pasti bisa . Semoga ... si Abah On Friday, January 22, 2016 6:35 AM, Dandy Hidayat <dandy.hidayat@gmail.com> wrote: Dari Meja Pak Mentri ... Divestasi dan Izin Ekspor Bahan Pegangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Indonesia Jakarta, 20 Januari 2016 Tata Cara Divestasi Saham 1. Kepemilikan saham dalam PT Freeport Indonesia adalah: a. Pemerintah Indonesia : 9,36% b. Freeport McMoran Gold & Cupper : 81,28% c. PT Indocupper Investama : 9,36% (Milik Freeport McMoran) 2. Kewajiban divestasi PT FI sesuai PP Nomor 77 Tahun 2014 adalah sebesar 20%, namun karena Pemerintah Indonesia (Peserta Indonesia) telah memiliki saham sebesar 9,36% maka divestasi yang wajib dilakukan PT FI adalah sebesar 10,64% 3. Mekanisme penawaran harga saham PT FI: a. PT FI wajib menawarkan divestasi saham sebesar 20% kepada Peserta Indonesia 1 (satu) tahun sejak terbitnya PP No 77 Tahun 2014 yaitu tanggal 14 Oktober 2015, dengan jangka waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari b. Penawaran divestasi kepada Peserta Indonesia dilakukan secara berjenjang yaitu Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota c. Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus menyatakan minatnya paling lambat 60 hari setelah tanggal penawaran, berdasarkan kesepakatan harga. d. Apabila dalam jangka waktu 60 hari tidak menyatakan minatnya maka saham akan ditawarkan kepada BUMN/BUMD. 4. PT FI telah menawarkan divestasi saham sebesar 10,64% pada tanggal 14 Januari 2016, dengan harga US$ 1.7 Millyar dari harga 100% yaitu US$ 16.2 Milyar, dengan makanisme Fair Market Value. 5. Pemerintah harus segera melakukan evaluasi harga. Pemerintah dapat menunjuk Independent Valuer dan dilakukan beauty contest terhadap independent valuer. 6. Ditjen Minerba sedang menyiapkan surat permintaan anggota TIM kepada Kementerian dan Lembaga terkait dan menyiapkan SK pembentukan TIM Penentuan Harga Divestasi PT FI, yang terdiri dari: (a) KESDM, (b) Kemenko Bidang Perekonomian, (c) Kemenko Bidang Kemaritiman, (d) Kemenkeu (Ditjen Kekayaan Negara, BKF, Ditjen Pajak), (e) KemenBUMN, (f) BKPM, dan (g) BPKP KEWAJIBAN DIVESTASI SAHAM 1 Dasar Hukum A. UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 112 “Setelah 5 (llima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham kepada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional”. B. PP No. 77/2014 : Pasal 97 ayat (1d) a.l menyebutkan bahwa Kewajiban divestasi saham untuk kegiatan penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka sebesar 30%. Pasal 97 ayat (2) Penawaran divestasi saham dilakukan secara berjenjang kepada: (a) Pemerintah, Pemprov, Pemkab/Kota; (b) BUMN dan BUMD; dan (c) Badan usaha swasta nasional Pasal 112D ayat (2) “Yang telah berproduksi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebelum diundangkan peraturan pemerintah ini wajib melaksanakan ketentuan divestasi saham”: a. Sebesar 20% (dua puluh persen) paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan; dan b. Sebesar persentase pada tahun berjalan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini paling lambat 5 (lima) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan 2 Kewajiban divestasi PT FI sesuai PP No 77/2014 adalah sebesar 20%, namun karena Pemerintah (Peserta Indonesia) telah memiliki saham 9,36% maka divestasi yang wajib dilakukan PT FI adalah sebesar 10,64% 3. Mekanisme: a. Tanggal 14 Oktober 2014 PP No 77/2014 diterbitkan b. PT FI wajib menawarkan divestasi saham sebesar 20% kepada Peserta Indonesia 1 (satu) tahun sejak terbitnya PP Nomor 77 Tahun 2014 yaitu tanggal 14 Oktober 2015, dengan jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari c. Penawar
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Saya itu tidak mengerti, mengapa pemerintah ingin/harus membeli saham Freeport dalam rangka divestasi saham Freeport, pemerintah itu kan regulator dari industri pertambangan mana mungkin menjadi pemegang saham yg dia regulate? Pasti terjadi conflick of interest, sebagai regulator dia harus menegakkan kepentingan rakyat (misalnya tdk diperpanjang kontraknya), sebagai pemegang saham tentu dia ingin kontraknya diperpanjang supaya saham yg begitu mahal dibeli itu tidk sia2. Dan ini sudah mulai terjadi (si buah malakana). Barangkali ada yg menjelaskan. Selain mengharapkan divident sebagai minority shareholder tdk banyak yg dia tentukan jalannya perusahaan. Barangkali ada yg mau menjelaskan. Nah ini juga yg lain di industri migas, disini kita tdk bicara saham, tetapi participating interest (PI) yg beda dg saham, dan yg terjadi adalah farm-in dan farm-out. PI tidak perlu dibeli karena sifatnya seperti urunan antara 2 atau lebih perusahaan. Hanya pada setiap cash call (tiap tahun) setiap peserta menyetor uang untuk budged operating company. Peserta tidak masuk dalam direksi operating company seperti pemegang saham, tapi ikut mengontrol dengan adanya technical team dan setiap decision harus ada persetujuan dalam suatu technical meeting. Bahkan kalau ada suatu project yg terlalu risiko baginya bisa tidak ikut, tetapi jika berhasil tdk ikut menikmatinya. Disini pemerintah (diwakili oleh BUMN atau BUMD) dapat ikut mempunyai kontrol. Mohon correct me if I am wrong. Wass. RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" - yrs_...@yahoo.com
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Pak SarwantoDalam kontrak karya,.kalau kontrak.selesai.maka asset itu tetap.menjadi milik.kontraktor,.berlainan dengan kontrak.migas. si.Abah Sent from Yahoo Mail on Android On Sat, 23 Jan, 2016 at 12:53, Yanto R. Sumantriwrote: Memang kalauesai.maka dilihat sekilas aneh juga pemeridenganntah.memiliki saham !.Tapi harussset dgiingat bahwa dlm.kontrak.karya pertambangan.mining right berada ditangan pemegang kontraktor,.pemerintah hanya memegang mineral right.Artinya pengusahaan tambang ada ditangan kontraktor. Nah ,.dengan memiliki saham.maka pemerintah juga mempunyai.hak untuk.mengarahkan perusahaan,.karena ada didalam manajemen kontraktor.Hal ini.sangat berbeda dengan.migas dimana mineral.maupun.mining right berada ditangan pemerintah.Jadi , posisi pemerintah sbg pemegang saham.dan regulator berbeda.Tentu saja bisa diatur agar personil/badan hukumnya berbeda , umpamanya dgn.menugaskan.bumn.Ini dapat diatur.dalam.kontrak perpan si.AbahSent from Yahoo Mail on Android On Fri, 22 Jan, 2016 at 20:36, Sarwanto Sutightaanann Alamsyah wrote:ikinsantah ham Sebaiknya pemerintah jangan beli ssahanm Selesaikan saja kontrak karyanya sampai 2021. Kontrak Karya habis, semuanya kemntah bali ke Pemerintah. Semuanya jadi milik negara termasuk infra struktur tambang dan semua peralatannya. Terserah mau dikelola sendiriatau dikelola oleh Freeport lagiatau di alihkan ke perusahaan lain...itu sepenuhnya wewenang pemerintah. Yang jelas kalau kontrak karya habis semua kewenangan ada di pemerintah. Salam geologi Sarwanto On 22 Jan 2016 08:31, "Yanto R. Sumantri"
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Memang kalau dilihat sekilas aneh juga pemerintah.memiliki saham !.Tapi harus diingat bahwa dlm.kontrak.karya pertambangan.mining right berada ditangan pemegang kontraktor,.pemerintah hanya memegang mineral right.Artinya pengusahaan tambang ada ditangan kontraktor. Nah ,.dengan memiliki saham.maka pemerintah juga mempunyai.hak untuk.mengarahkan perusahaan,.karena ada didalam manajemen kontraktor.Hal ini.sangat berbeda dengan.migas dimana mineral.maupun.mining right berada ditangan pemerintah.Jadi , posisi pemerintah sbg pemegang saham.dan regulator berbeda.Tentu saja bisa diatur agar personil/badan hukumnya berbeda , umpamanya dgn.menugaskan.bumn.Ini dapat diatur.dalam.kontrak perpan si.AbahSent from Yahoo Mail on Android On Fri, 22 Jan, 2016 at 20:36, Sarwanto Sutightaanann Alamsyah wrote:ikinsantah ham Sebaiknya pemerintah jangan beli ssahanm Selesaikan saja kontrak karyanya sampai 2021. Kontrak Karya habis, semuanya kemntah bali ke Pemerintah. Semuanya jadi milik negara termasuk infra struktur tambang dan semua peralatannya. Terserah mau dikelola sendiriatau dikelola oleh Freeport lagiatau di alihkan ke perusahaan lain...itu sepenuhnya wewenang pemerintah. Yang jelas kalau kontrak karya habis semua kewenangan ada di pemerintah. Salam geologi Sarwanto On 22 Jan 2016 08:31, "Yanto R. Sumantri"
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Sebaiknya pemerintah jangan beli saham. Selesaikan saja kontrak karyanya sampai 2021. Kontrak Karya habis, semuanya kembali ke Pemerintah. Semuanya jadi milik negara termasuk infra struktur tambang dan semua peralatannya. Terserah mau dikelola sendiriatau dikelola oleh Freeport lagiatau di alihkan ke perusahaan lain...itu sepenuhnya wewenang pemerintah. Yang jelas kalau kontrak karya habis semua kewenangan ada di pemerintah. Salam geologi Sarwanto On 22 Jan 2016 08:31, "Yanto R. Sumantri"
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
isi Pemerintah dalam >>> > masaperpanjangan ? Hal ini saya sampaikan diatas yaitu >>> > dengan “besaranroyality danaturan lainnya “berpihak” >>> > ke Pemerintah.Yang juga menjadi kunci adalah harga saham >>> > yang ditawarkan ,harus diteliti dengan baik , jangan2 mereka >>> > melakukan inside trading agar hargasaham pada saat negosiasi >>> > dg Pemrintah terbang hehehe.Secara pribadi saya berpendapat >>> > bahwa mengambil saham dan memperpanjang kontrakadalah jalan >>> > terbaik , walaupun tidak paling sempurna.Saya sependat bahwa >>> > opsi manapun yang akan diambil , pak Jokowi harussiap >>> > “diserang”. >>> > >>> > Si Abah >>> > >>> > >>> > >>> > >>> > >>> >On Wednesday, January 20, 2016 11:00 AM, Ong Han Ling >>> ><wim...@singnet.com.sg> wrote: >>> > >>> > >>> > Pembelian saham Freeport, Pemerintah jangan beli. Titik. >>> > >>> > Serahakan kepada swasta dan paling2 BUMN. Namun BUMN jangan >>> > disuru ataupun dipaksa, terserah kekuatannya mereka >>> > sendiri-sendiri. Dalam hal BUMN adalah Aneka Tambang. Hanya >>> > Aneka Tambang yang betul-betul memahami Freeport. >>> > >>> > Saham bisa naik turun luar biasa, tidak seperti deposito >>> > atau bond. Jadi risikonya sangat tinggi. Naik turunnya saham >>> > seperti judi. Maka itu investor selalu naro uangnya >>> > dibeberapa saham atau diversifikasi. Kalau satu jeblok, >>> > moga-moga yang lain bagus hingga seimbang.Kalu kita taro >>> > uang rakyat sampai 10% di Freeport dan jeblok lagi, siapa >>> > yang bertanggung jawab. >>> > >>> > Sebagai Pemerintah, kita tidak perlu gambling. Masih banyak >>> > jalan uyang bisa ditempuh. Salah satu yang paling aman >>> > adalah menarik pajak yang efisien dan merata tanpa risiko. >>> > >>> > >>> > Kita juga harus belajar dari sejarah. Waktu harga tembaga >>> > naik, Departement keuangan beli saham Newmont dan bangga >>> > karena dapat discount 5%. Beberapa koran memuji tindakannya. >>> > Sekarang harga tembaga yang jeblok, menyebabkan saham >>> > Newmont ikut ceblok. Departemen keuangan gigit jari. Uang >>> > rakyat dipakai untuk gambling. >>> > >>> > Selain itu, kita lewat Penanaman Modal Asing atau PMA >>> > mengeluarkan banyak biaya untuk menarik investor baru asing. >>> > Negara diseluruh dunia termasuk Amerika, berkompetisi untuk >>> > menarik modal asing. Kenapa sekarang kita harus pakai modal >>> > Pemerintah untuk saham Newmont dan Freeport, yaitu saham >>> > yang dimiliki asing? Kebalikan dari tujuan PMA. >>> > >>> > Selain itu keadaan Freeport sekarang sangat semerawut. Harga >>> > tembaga dan emas anjlok. Masuk investor baru, Icahn, yang >>> > terkenal sangat agresif dan sangat keras dan terkenal >>> > membeli saham-saham yang bermasalah (distress), kalau tidak >>> > salah beli sampai 8%. GM Freeport yang berkedudukan di >>> > Louisiana yang sangat pro-Indonesia sejak tahun 70-an >>> > mengundurkan diri dua minggu yang lalu. GM Freeport >>> > Indonesia mengundurkan diri seminggu kemudian. >>> > >>> > >>> > Salam, >>> > >>> > HL Ong >>> > >>> > -Original Message- >>> > From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On >>> > Behalf Of lia...@indo.net.id >>> > Sent: Tuesday, January 19, 2016 6:58 PM >>> > To: iagi-net@iagi.or.id >>> > Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah >>> > Simalakama >>> > >>> > Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan >>> > dg >>> > akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok >>> > Mahakam yg lalu >>> > >>> > ISM >>> > >>> > Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat >>> > Pemerintah RI >>> > Michael Agustinus - detikfinance >>> > Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB >>> > >>> > >>> > Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang >>> > sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat >>> > pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah >>> > Indonesia, apakah mengambil atau
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
gosiasi > dg Pemrintah terbang hehehe.Secara pribadi saya berpendapat > bahwa mengambil saham dan memperpanjang kontrakadalah jalan > terbaik , walaupun tidak paling sempurna.Saya sependat bahwa > opsi manapun yang akan diambil , pak Jokowi harussiap > “diserang”. > > Si Abah > > > > > > On Wednesday, January 20, 2016 11:00 AM, Ong Han Ling > <wim...@singnet.com.sg> wrote: > > > Pembelian saham Freeport, Pemerintah jangan beli. Titik. > > Serahakan kepada swasta dan paling2 BUMN. Namun BUMN jangan > disuru ataupun dipaksa, terserah kekuatannya mereka > sendiri-sendiri. Dalam hal BUMN adalah Aneka Tambang. Hanya > Aneka Tambang yang betul-betul memahami Freeport. > > Saham bisa naik turun luar biasa, tidak seperti deposito > atau bond. Jadi risikonya sangat tinggi. Naik turunnya saham > seperti judi. Maka itu investor selalu naro uangnya > dibeberapa saham atau diversifikasi. Kalau satu jeblok, > moga-moga yang lain bagus hingga seimbang.Kalu kita taro > uang rakyat sampai 10% di Freeport dan jeblok lagi, siapa > yang bertanggung jawab. > > Sebagai Pemerintah, kita tidak perlu gambling. Masih banyak > jalan uyang bisa ditempuh. Salah satu yang paling aman > adalah menarik pajak yang efisien dan merata tanpa risiko. > > > Kita juga harus belajar dari sejarah. Waktu harga tembaga > naik, Departement keuangan beli saham Newmont dan bangga > karena dapat discount 5%. Beberapa koran memuji tindakannya. > Sekarang harga tembaga yang jeblok, menyebabkan saham > Newmont ikut ceblok. Departemen keuangan gigit jari. Uang > rakyat dipakai untuk gambling. > > Selain itu, kita lewat Penanaman Modal Asing atau PMA > mengeluarkan banyak biaya untuk menarik investor baru asing. > Negara diseluruh dunia termasuk Amerika, berkompetisi untuk > menarik modal asing. Kenapa sekarang kita harus pakai modal > Pemerintah untuk saham Newmont dan Freeport, yaitu saham > yang dimiliki asing? Kebalikan dari tujuan PMA. > > Selain itu keadaan Freeport sekarang sangat semerawut. Harga > tembaga dan emas anjlok. Masuk investor baru, Icahn, yang > terkenal sangat agresif dan sangat keras dan terkenal > membeli saham-saham yang bermasalah (distress), kalau tidak > salah beli sampai 8%. GM Freeport yang berkedudukan di > Louisiana yang sangat pro-Indonesia sejak tahun 70-an > mengundurkan diri dua minggu yang lalu. GM Freeport > Indonesia mengundurkan diri seminggu kemudian. > > > Salam, > > HL Ong > > -Original Message- > From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On > Behalf Of lia...@indo.net.id > Sent: Tuesday, January 19, 2016 6:58 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > Simalakama > > Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan > dg > akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok > Mahakam yg lalu > > ISM > > Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat > Pemerintah RI > Michael Agustinus - detikfinance > Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB > > > Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang > sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat > pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah > Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang > telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. > "Semua keputusan, mengambil atau tidak mengambil saham > Freeport, semua ada risikonya, jadi seperti buah > simalakama," > kata Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance > di > Jakarta, Selasa (19/1/2016). > Said menuturkan, pemerintah akan dihujat jika membeli 10,64% > saham Freeport dengan harga mahal, tetapi kemudian ternyata > kontrak Freeport di Tambang Grasberg, Papua, tidak > diperpanjang. Seperti diketahui, harga 10,64% saham Freeport > adalah US$ 1,7 miliar, atau setara Rp 23 triliun. > "Kalau dibeli, lalu ternyata kontrak Freeport tidak > diperpanjang pada 2021, nanti orang akan bilang ngapain > dibeli?" ucapnya. > Tetapi, bila pemerintah tidak membeli saham tersebut lantas > kontrak Freeport diperpanjang sampai 2041, masyarakat akan > mempertanyakan mengapa pemerintah tidak membeli saham > Freeport > selagi ada kesempatan. > "Kalau tidak dibeli lalu kontrak Freeport ternyata > diperpanjang, orang protes juga kenapa nggak dibeli waktu > itu," > ujarnya. > Menurut Said, persoalan utama yang dihadapi pemerintah saat > ini > bukanlah soal harga saham yang ditawarkan Freeport, > melainkan > kejelasan sikap pemerintah apakah mau membeli saham tersebut > atau tidak. > "Masalah sebenarnya bukan harga saham yang ditawarkan > Freeport > mahal atau tidak, tapi bagaimana sikap pemerintah, beli
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Begini cerita sejarahnya, Pak Liamsi: PSC itu dicetuskan oleh Ibnu Sutowo waktu masih pada zaman Soekarno, yang menolak investasi asing, bahkan perusahaan asingpun terutama kepunyaan Belanda dinasionalisasi dijadikan BUMN. Investasi asing diharamkan dianggap itu penjajahan kapitalist-imperialist. Namun demi kepentingan politik keberadaan Caltex dan Stanvac masih ditolerir. Juga Shell, karena separoh kepunyaan Inggris, tapi kemudian seluruh assetnya dibeli oleh Pertamina dengan menyicil dari produksi minyaknya. Disini letak kelihayan Ibnu Sutowo, dia menyadari bahwa kita tidak punya modal sama sekali dan sumberdaya manusia. Maka diciptakannya konsep Production Sharing Kontrak, di mana perusahaan asing disewa sebagai kontraktor semata-mata, bukan sebagai investor, tidak banyak berbeda seperti service company seperti Schlumberger, kecuali dia harus pre-financing dan fee-nya dibayar dengan split-minyak hasil produksi, jika gagalmenemukan minyak tidak dibayar. Kontraktor tidak berinvestasi di Indonesia, peralatan yang dia bawa begitu tiba di Indonesia menjadi milik Pertamina. Pada waktu itu semua fasilitas diberikan Pertamina, termasuk pembebasan tanah dsb.Juga kontraktor tidak punya "entitlement" terhadap cadangan yang diketemukan. Apa-apa yang ditemukan tetap milik negara/Pertamina, baru dibagi hasilkan setelah keluar ke permukaan. Kontraktor hanya kerja saja. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan UUD-45 sebagaimana ditafsirkan pada zaman itu. Jangka waktu produksi ditentukan, dan setelah itu harus hengkang. Jadi sifatnya sementara, makanya tidak perlu berbadan hukum di Indonesia (masih berlaku sampai sekarang). Dengan berlangsungnya zaman maka terjadi perubahan, dari kontraktor menjadi mitra, dan apalagi setelah reformasi disebut-sebut sebagai investor Kontrak Karya (COW) diciptakan sesudah G35 S, zaman Soeharto, dalam rangka undang-undangan Penanaman Modal Asing, dan kontrak karya adalah investor, menanamkan modal di Indonesia, jadi jelas dia mempunyai asset di Indonesia, sebagaimana investor lainnya, seperti pabrik, peralatan kendaraan, bangunan dan juga cadangan yang ditemukan dapat dijadikan assetnya. Investor tidak diharamkan lagi, malah dirayu-rayu supaya datang. Pada permulaan zaman Soeharto itu PT Caltex dan PT Stanvac juga pernah dijadikan kontrak karya sampai berakhirnya dan kemudian dijadikan PSC juga. Pada kontrak karya itu Stanvac dan Caltex punya rig sendiri, laboratorium micropaleontologi sendiri, peralatan seismik sendiri, kemudian dibubarkan setelah jadi PSC Itulah ceritanya perbedaan PSC dab COW (contract of works) Maka pelajarilah sejarah, hehehe. Wassalamn RPK - Original Message - From: <koeso...@melsa.net.id> To: <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Thursday, January 21, 2016 8:00 AM Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Itu bedanya PSC dan Kontrak Karya. PSC betul2 'kontraktor' tidak boleh punya asset di Indonesia, sehingga tidk perlu PT, boleh terdaftar di Vanuatu atau di manapun didunia, kalau Kontrak Karya itu 'investor" dalam rangka PMA, dan harus berbadan hukum di Indonesia, alias PT. Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Thu, 21 Jan 2016 06:27:09 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama ( Persoalannya adalah , (apa iya ini benar?) , dalam kontrak karya pertambangan maka seluruh asset itu milik Pemegang Kontraktor , berbeda dengan migas dimana seluruh asset yang sudah masuk Pabean RI adalah milik negara.arus di"beli"Kalau ini terjadi , maka seluruh sarana dan prasarana akan diangkut oleh PT Freeport Indonesia , atau harus dibel ?? = Abah , kalau benar refot juga ya , nanti kalau nggak diperpanjang KK nya operator baru harus menyediakan semua fasilitas produksinya memulai dari awal semuanya. dan kalau tahu tidak diperpanjang tentunya operator lama juga akan mengurangi bahkan meniadakan biaya maintenen nya ( tdk ada investasi baru ) kalau kontrak sdh akan habis tdk diperpanjang. yg jelas jangan sampai jadi "Monumen" saja nantinya setelah selesai Tentunya KK ini juga harus berganti baju dg IUP karena dlm UU Minerba yg baru tdk ada lagi KK, jadi bukan perpanjangan kontrak tapi pemberian IUP baru ISM ( yg awam dalam soal mBang- Tambangan ) Pak Ismail dkkMengenai divestasi PT.Freeport Indonesia  dimana Pemerintah berniat untuk membeli sahamPT Freeport  , mungkin bisa kitabandingkan dengan bentuk JOB zaman pertamina dulu.JOB/JOA dalam Pertamina memandang PERTAMINA saat itu adalahmewakili Pemerintah sebagai satu2 nya nya badan usaha dibidang migas (dan panasbumi) satu2 nya di NKRI ( UU no 8 /1971.Pada bentuk JOB maka posisi Pertamina ada dua yaitu sebagaibadan usaha (mitra perusahaan investor ) dan sebagai Pemerintah.Se
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Boleh nambahin ya, dalam valuasi perusahaan maka yg akan dinilai adalah CA (current asset)- NCA (Non Current Asset ) - liabilities dan Equity. Nilai cadangan bijih masuk dalam NCA dan bukan CA. Penilaian NCA bisa berbeda-beda tergantung penilaian masing2. Contohnya kasus FI dimana dinyatakan mining lisence sampai 2021 dan "bisa diperpanjang" sampai 2041 . FI menilai cadangan dia sampai 2041 padahal pemerintah bisa menghentikan KK di 2021 dimana nilai cadangannya bisa sangat berbeda. Artinya bisa saja cadangan FI di akhir 2021 adalah 0 (krn mining lisencenya sdh berakhir). Jadi kalau dikatakan cadangan bisa sebagai aset maka harus jelas cadangan yg mana . Nuhun - im Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Thu, 21 Jan 2016 09:04:10 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Begini cerita sejarahnya, Pak Liamsi: PSC itu dicetuskan oleh Ibnu Sutowo waktu masih pada zaman Soekarno, yang menolak investasi asing, bahkan perusahaan asingpun terutama kepunyaan Belanda dinasionalisasi dijadikan BUMN. Investasi asing diharamkan dianggap itu penjajahan kapitalist-imperialist. Namun demi kepentingan politik keberadaan Caltex dan Stanvac masih ditolerir. Juga Shell, karena separoh kepunyaan Inggris, tapi kemudian seluruh assetnya dibeli oleh Pertamina dengan menyicil dari produksi minyaknya. Disini letak kelihayan Ibnu Sutowo, dia menyadari bahwa kita tidak punya modal sama sekali dan sumberdaya manusia. Maka diciptakannya konsep Production Sharing Kontrak, di mana perusahaan asing disewa sebagai kontraktor semata-mata, bukan sebagai investor, tidak banyak berbeda seperti service company seperti Schlumberger, kecuali dia harus pre-financing dan fee-nya dibayar dengan split-minyak hasil produksi, jika gagalmenemukan minyak tidak dibayar. Kontraktor tidak berinvestasi di Indonesia, peralatan yang dia bawa begitu tiba di Indonesia menjadi milik Pertamina. Pada waktu itu semua fasilitas diberikan Pertamina, termasuk pembebasan tanah dsb.Juga kontraktor tidak punya "entitlement" terhadap cadangan yang diketemukan. Apa-apa yang ditemukan tetap milik negara/Pertamina, baru dibagi hasilkan setelah keluar ke permukaan. Kontraktor hanya kerja saja. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan UUD-45 sebagaimana ditafsirkan pada zaman itu. Jangka waktu produksi ditentukan, dan setelah itu harus hengkang. Jadi sifatnya sementara, makanya tidak perlu berbadan hukum di Indonesia (masih berlaku sampai sekarang). Dengan berlangsungnya zaman maka terjadi perubahan, dari kontraktor menjadi mitra, dan apalagi setelah reformasi disebut-sebut sebagai investor Kontrak Karya (COW) diciptakan sesudah G35 S, zaman Soeharto, dalam rangka undang-undangan Penanaman Modal Asing, dan kontrak karya adalah investor, menanamkan modal di Indonesia, jadi jelas dia mempunyai asset di Indonesia, sebagaimana investor lainnya, seperti pabrik, peralatan kendaraan, bangunan dan juga cadangan yang ditemukan dapat dijadikan assetnya. Investor tidak diharamkan lagi, malah dirayu-rayu supaya datang. Pada permulaan zaman Soeharto itu PT Caltex dan PT Stanvac juga pernah dijadikan kontrak karya sampai berakhirnya dan kemudian dijadikan PSC juga. Pada kontrak karya itu Stanvac dan Caltex punya rig sendiri, laboratorium micropaleontologi sendiri, peralatan seismik sendiri, kemudian dibubarkan setelah jadi PSC Itulah ceritanya perbedaan PSC dab COW (contract of works) Maka pelajarilah sejarah, hehehe. Wassalamn RPK - Original Message - From: <koeso...@melsa.net.id> To: <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Thursday, January 21, 2016 8:00 AM Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama > Itu bedanya PSC dan Kontrak Karya. PSC betul2 'kontraktor' tidak boleh > punya asset di Indonesia, sehingga tidk perlu PT, boleh terdaftar di > Vanuatu atau di manapun didunia, kalau Kontrak Karya itu 'investor" dalam > rangka PMA, dan harus berbadan hukum di Indonesia, alias PT. > Hehe > RPK > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: lia...@indo.net.id > Sender: <iagi-net@iagi.or.id> > Date: Thu, 21 Jan 2016 06:27:09 > To: <iagi-net@iagi.or.id> > Reply-To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama > > ( Persoalannya adalah , (apa iya ini benar?) , dalam kontrak > karya pertambangan maka seluruh asset itu milik Pemegang > Kontraktor , berbeda dengan migas dimana seluruh asset yang > sudah masuk Pabean RI adalah milik negara.arus di"beli"Kalau ini terjadi > , maka seluruh sarana dan prasarana akan > diangkut oleh PT Freeport Indonesia , atau harus dibel ?? > = >
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Trima kasih Pak Kusuma atas pencerahan sejarahnya ( Jadi Jasmerah "jangan meninggalkan sejarah") dan juga Kangimung atas pencerahannya , Kalau misalnya nggak diperpanjang Kontraknya artinya NCA bisa drop ( nilai cadangan nya bisa drop karena mining licencenya sdh barakhir ) ini secara otomatis CA nya juga turun , Jadi kalau misalnya kontraknya tdk diperpanjang maka NCA maupun CA nya akan turun nilai , jadi tinggal dibeli "murah" ( ? ) ISM > Boleh nambahin ya, dalam valuasi perusahaan maka yg akan > dinilai adalah CA (current asset)- NCA (Non Current Asset ) > - liabilities dan Equity. Nilai cadangan bijih masuk dalam > NCA dan bukan CA. Penilaian NCA bisa berbeda-beda tergantung > penilaian masing2. Contohnya kasus FI dimana dinyatakan > mining lisence sampai 2021 dan "bisa diperpanjang" sampai > 2041 . FI menilai cadangan dia sampai 2041 padahal > pemerintah bisa menghentikan KK di 2021 dimana nilai > cadangannya bisa sangat berbeda. Artinya bisa saja cadangan > FI di akhir 2021 adalah 0 (krn mining lisencenya sdh > berakhir). Jadi kalau dikatakan cadangan bisa sebagai aset > maka harus jelas cadangan yg mana . Nuhun - im > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> > Sender: <iagi-net@iagi.or.id> > Date: Thu, 21 Jan 2016 09:04:10 > To: <iagi-net@iagi.or.id> > Reply-To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > Simalakama > Begini cerita sejarahnya, Pak Liamsi: > PSC itu dicetuskan oleh Ibnu Sutowo waktu masih pada zaman > Soekarno, yang menolak investasi asing, bahkan perusahaan > asingpun terutama kepunyaan Belanda dinasionalisasi > dijadikan BUMN. Investasi asing diharamkan dianggap itu > penjajahan kapitalist-imperialist. Namun demi kepentingan > politik keberadaan Caltex dan Stanvac masih ditolerir. > Juga Shell, karena separoh kepunyaan Inggris, tapi > kemudian seluruh assetnya dibeli oleh Pertamina dengan > menyicil dari produksi minyaknya. > Disini letak kelihayan Ibnu Sutowo, dia menyadari bahwa kita > tidak punya modal sama sekali dan sumberdaya manusia. Maka > diciptakannya konsep Production Sharing Kontrak, di mana > perusahaan asing disewa sebagai kontraktor semata-mata, > bukan sebagai investor, tidak banyak berbeda seperti > service company seperti Schlumberger, kecuali dia harus > pre-financing dan fee-nya dibayar dengan split-minyak > hasil produksi, jika gagalmenemukan minyak tidak dibayar. > Kontraktor tidak berinvestasi di Indonesia, peralatan yang > dia bawa begitu tiba di Indonesia menjadi milik Pertamina. > Pada waktu itu semua fasilitas diberikan Pertamina, > termasuk pembebasan tanah dsb.Juga kontraktor tidak punya > "entitlement" terhadap cadangan yang diketemukan. Apa-apa > yang ditemukan tetap milik negara/Pertamina, baru dibagi > hasilkan setelah keluar ke permukaan. Kontraktor hanya > kerja saja. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan > UUD-45 sebagaimana ditafsirkan pada zaman itu. Jangka > waktu produksi ditentukan, dan setelah itu harus hengkang. > Jadi sifatnya sementara, makanya tidak perlu berbadan > hukum di Indonesia (masih berlaku sampai sekarang). Dengan > berlangsungnya zaman maka terjadi perubahan, dari > kontraktor menjadi mitra, dan apalagi setelah reformasi > disebut-sebut sebagai investor > > Kontrak Karya (COW) diciptakan sesudah G35 S, zaman > Soeharto, dalam rangka undang-undangan Penanaman Modal > Asing, dan kontrak karya adalah investor, menanamkan modal > di Indonesia, jadi jelas dia mempunyai asset di Indonesia, > sebagaimana investor lainnya, seperti pabrik, peralatan > kendaraan, bangunan dan juga cadangan yang ditemukan dapat > dijadikan assetnya. Investor tidak diharamkan lagi, malah > dirayu-rayu supaya datang. > Pada permulaan zaman Soeharto itu PT Caltex dan PT Stanvac > juga pernah dijadikan kontrak karya sampai berakhirnya dan > kemudian dijadikan PSC juga. Pada kontrak karya itu > Stanvac dan Caltex punya rig sendiri, laboratorium > micropaleontologi sendiri, peralatan seismik sendiri, > kemudian dibubarkan setelah jadi PSC > Itulah ceritanya perbedaan PSC dab COW (contract of works) > Maka pelajarilah sejarah, hehehe. > > Wassalamn > RPK > - Original Message - > From: <koeso...@melsa.net.id> > To: <iagi-net@iagi.or.id> > Sent: Thursday, January 21, 2016 8:00 AM > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > Simalakama > >> Itu bedanya PSC dan Kontrak Karya. PSC betul2 'kontraktor' >> tidak boleh punya asset di Indonesia, sehingga tidk perlu >> PT, boleh terdaftar di Vanuatu atau di manapun didunia, >&g
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Kalaupun Freeport mengancam membawa semua aset mereka, bisa gak pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan izin pembongkaran? 2016-01-21 11:08 GMT+08:00 <lia...@indo.net.id>: > Trima kasih Pak Kusuma atas pencerahan sejarahnya ( Jadi > Jasmerah "jangan meninggalkan sejarah") dan juga Kangimung atas > pencerahannya , > Kalau misalnya nggak diperpanjang Kontraknya artinya NCA bisa > drop ( nilai cadangan nya bisa drop karena mining licencenya > sdh barakhir ) ini secara otomatis CA nya juga turun , Jadi > kalau misalnya kontraknya tdk diperpanjang maka NCA maupun CA > nya akan turun nilai , jadi tinggal dibeli "murah" ( ? ) > > > ISM > > > > > Boleh nambahin ya, dalam valuasi perusahaan maka yg akan > > dinilai adalah CA (current asset)- NCA (Non Current Asset ) > > - liabilities dan Equity. Nilai cadangan bijih masuk dalam > > NCA dan bukan CA. Penilaian NCA bisa berbeda-beda tergantung > > penilaian masing2. Contohnya kasus FI dimana dinyatakan > > mining lisence sampai 2021 dan "bisa diperpanjang" sampai > > 2041 . FI menilai cadangan dia sampai 2041 padahal > > pemerintah bisa menghentikan KK di 2021 dimana nilai > > cadangannya bisa sangat berbeda. Artinya bisa saja cadangan > > FI di akhir 2021 adalah 0 (krn mining lisencenya sdh > > berakhir). Jadi kalau dikatakan cadangan bisa sebagai aset > > maka harus jelas cadangan yg mana . > Nuhun - im > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > -Original Message- > > From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> > > Sender: <iagi-net@iagi.or.id> > > Date: Thu, 21 Jan 2016 09:04:10 > > To: <iagi-net@iagi.or.id> > > Reply-To: iagi-net@iagi.or.id > > Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > > Simalakama > > > Begini cerita sejarahnya, Pak Liamsi: > > PSC itu dicetuskan oleh Ibnu Sutowo waktu masih pada zaman > > Soekarno, yang > menolak investasi asing, bahkan perusahaan > > asingpun terutama kepunyaan > Belanda dinasionalisasi > > dijadikan BUMN. Investasi asing diharamkan dianggap > itu > > penjajahan kapitalist-imperialist. Namun demi kepentingan > > politik > keberadaan Caltex dan Stanvac masih ditolerir. > > Juga Shell, karena separoh > kepunyaan Inggris, tapi > > kemudian seluruh assetnya dibeli oleh Pertamina > dengan > > menyicil dari produksi minyaknya. > > Disini letak kelihayan Ibnu Sutowo, dia menyadari bahwa kita > > tidak punya > modal sama sekali dan sumberdaya manusia. Maka > > diciptakannya konsep > Production Sharing Kontrak, di mana > > perusahaan asing disewa sebagai > kontraktor semata-mata, > > bukan sebagai investor, tidak banyak berbeda seperti > > service company seperti Schlumberger, kecuali dia harus > > pre-financing dan > fee-nya dibayar dengan split-minyak > > hasil produksi, jika gagalmenemukan > minyak tidak dibayar. > > Kontraktor tidak berinvestasi di Indonesia, peralatan > yang > > dia bawa begitu tiba di Indonesia menjadi milik Pertamina. > > Pada waktu > itu semua fasilitas diberikan Pertamina, > > termasuk pembebasan tanah dsb.Juga > kontraktor tidak punya > > "entitlement" terhadap cadangan yang diketemukan. > Apa-apa > > yang ditemukan tetap milik negara/Pertamina, baru dibagi > > hasilkan > setelah keluar ke permukaan. Kontraktor hanya > > kerja saja. Hal ini dianggap > tidak bertentangan dengan > > UUD-45 sebagaimana ditafsirkan pada zaman itu. > Jangka > > waktu produksi ditentukan, dan setelah itu harus hengkang. > > Jadi > sifatnya sementara, makanya tidak perlu berbadan > > hukum di Indonesia (masih > berlaku sampai sekarang). Dengan > > berlangsungnya zaman maka terjadi > perubahan, dari > > kontraktor menjadi mitra, dan apalagi setelah reformasi > > disebut-sebut sebagai investor > > > > Kontrak Karya (COW) diciptakan sesudah G35 S, zaman > > Soeharto, dalam rangka > undang-undangan Penanaman Modal > > Asing, dan kontrak karya adalah investor, > menanamkan modal > > di Indonesia, jadi jelas dia mempunyai asset di Indonesia, > > sebagaimana investor lainnya, seperti pabrik, peralatan > > kendaraan, bangunan > dan juga cadangan yang ditemukan dapat > > dijadikan assetnya. Investor tidak > diharamkan lagi, malah > > dirayu-rayu supaya datang. > > Pada permulaan zaman Soeharto itu PT Caltex dan PT Stanvac > > juga pernah > dijadikan kontrak karya sampai berakhirnya dan > > kemudian dijadikan PSC juga. > Pada kontrak karya itu > > Stan
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
arana >> > dan prasarana akan diangkut oleh PT Freeport Indonesia , >> > atau harus dibel ??? Dengan demikian Kontraktor baru akan >> > memerlukan investasi tambahan yang jumlahnya sangat >> > besar.Bagaimana memperkuat posisi Pemerintah dalam >> > masaperpanjangan ? Hal ini saya sampaikan diatas yaitu >> > dengan “besaranroyality danaturan lainnya “berpihak” >> > ke Pemerintah.Yang juga menjadi kunci adalah harga saham >> > yang ditawarkan ,harus diteliti dengan baik , jangan2 mereka >> > melakukan inside trading agar hargasaham pada saat negosiasi >> > dg Pemrintah terbang hehehe.Secara pribadi saya berpendapat >> > bahwa mengambil saham dan memperpanjang kontrakadalah jalan >> > terbaik , walaupun tidak paling sempurna.Saya sependat bahwa >> > opsi manapun yang akan diambil , pak Jokowi harussiap >> > “diserang”. >> > >> > Si Abah >> > >> > >> > >> > >> > >> >On Wednesday, January 20, 2016 11:00 AM, Ong Han Ling >> ><wim...@singnet.com.sg> wrote: >> > >> > >> > Pembelian saham Freeport, Pemerintah jangan beli. Titik. >> > >> > Serahakan kepada swasta dan paling2 BUMN. Namun BUMN jangan >> > disuru ataupun dipaksa, terserah kekuatannya mereka >> > sendiri-sendiri. Dalam hal BUMN adalah Aneka Tambang. Hanya >> > Aneka Tambang yang betul-betul memahami Freeport. >> > >> > Saham bisa naik turun luar biasa, tidak seperti deposito >> > atau bond. Jadi risikonya sangat tinggi. Naik turunnya saham >> > seperti judi. Maka itu investor selalu naro uangnya >> > dibeberapa saham atau diversifikasi. Kalau satu jeblok, >> > moga-moga yang lain bagus hingga seimbang.Kalu kita taro >> > uang rakyat sampai 10% di Freeport dan jeblok lagi, siapa >> > yang bertanggung jawab. >> > >> > Sebagai Pemerintah, kita tidak perlu gambling. Masih banyak >> > jalan uyang bisa ditempuh. Salah satu yang paling aman >> > adalah menarik pajak yang efisien dan merata tanpa risiko. >> > >> > >> > Kita juga harus belajar dari sejarah. Waktu harga tembaga >> > naik, Departement keuangan beli saham Newmont dan bangga >> > karena dapat discount 5%. Beberapa koran memuji tindakannya. >> > Sekarang harga tembaga yang jeblok, menyebabkan saham >> > Newmont ikut ceblok. Departemen keuangan gigit jari. Uang >> > rakyat dipakai untuk gambling. >> > >> > Selain itu, kita lewat Penanaman Modal Asing atau PMA >> > mengeluarkan banyak biaya untuk menarik investor baru asing. >> > Negara diseluruh dunia termasuk Amerika, berkompetisi untuk >> > menarik modal asing. Kenapa sekarang kita harus pakai modal >> > Pemerintah untuk saham Newmont dan Freeport, yaitu saham >> > yang dimiliki asing? Kebalikan dari tujuan PMA. >> > >> > Selain itu keadaan Freeport sekarang sangat semerawut. Harga >> > tembaga dan emas anjlok. Masuk investor baru, Icahn, yang >> > terkenal sangat agresif dan sangat keras dan terkenal >> > membeli saham-saham yang bermasalah (distress), kalau tidak >> > salah beli sampai 8%. GM Freeport yang berkedudukan di >> > Louisiana yang sangat pro-Indonesia sejak tahun 70-an >> > mengundurkan diri dua minggu yang lalu. GM Freeport >> > Indonesia mengundurkan diri seminggu kemudian. >> > >> > >> > Salam, >> > >> > HL Ong >> > >> > -Original Message- >> > From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On >> > Behalf Of lia...@indo.net.id >> > Sent: Tuesday, January 19, 2016 6:58 PM >> > To: iagi-net@iagi.or.id >> > Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah >> > Simalakama >> > >> > Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan >> > dg >> > akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok >> > Mahakam yg lalu >> > >> > ISM >> > >> > Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat >> > Pemerintah RI >> > Michael Agustinus - detikfinance >> > Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB >> > >> > >> > Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang >> > sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat >> > pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah >> > Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang >> > telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. >> > "Semua
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Itu bedanya PSC dan Kontrak Karya. PSC betul2 'kontraktor' tidak boleh punya asset di Indonesia, sehingga tidk perlu PT, boleh terdaftar di Vanuatu atau di manapun didunia, kalau Kontrak Karya itu 'investor" dalam rangka PMA, dan harus berbadan hukum di Indonesia, alias PT. Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: <iagi-net@iagi.or.id> Date: Thu, 21 Jan 2016 06:27:09 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama ( Persoalannya adalah , (apa iya ini benar?) , dalam kontrak karya pertambangan maka seluruh asset itu milik Pemegang Kontraktor , berbeda dengan migas dimana seluruh asset yang sudah masuk Pabean RI adalah milik negara.arus di"beli"Kalau ini terjadi , maka seluruh sarana dan prasarana akan diangkut oleh PT Freeport Indonesia , atau harus dibel ?? = Abah , kalau benar refot juga ya , nanti kalau nggak diperpanjang KK nya operator baru harus menyediakan semua fasilitas produksinya memulai dari awal semuanya. dan kalau tahu tidak diperpanjang tentunya operator lama juga akan mengurangi bahkan meniadakan biaya maintenen nya ( tdk ada investasi baru ) kalau kontrak sdh akan habis tdk diperpanjang. yg jelas jangan sampai jadi "Monumen" saja nantinya setelah selesai Tentunya KK ini juga harus berganti baju dg IUP karena dlm UU Minerba yg baru tdk ada lagi KK, jadi bukan perpanjangan kontrak tapi pemberian IUP baru ISM ( yg awam dalam soal mBang- Tambangan ) > Pak Ismail dkkMengenai divestasi PT.Freeport Indonesia >  dimana Pemerintah berniat untuk membeli sahamPT Freeport >  , mungkin bisa kitabandingkan dengan bentuk JOB zaman > pertamina dulu.JOB/JOA dalam Pertamina memandang PERTAMINA > saat itu adalahmewakili Pemerintah sebagai satu2 nya nya > badan usaha dibidang migas (dan panasbumi) satu2 nya di NKRI > ( UU no 8 /1971.Pada bentuk JOB maka posisi Pertamina ada > dua yaitu sebagaibadan usaha (mitra perusahaan investor ) > dan sebagai Pemerintah.Sehingga Pembagian pendapatannya > dibagi dengan dua sistimyang berbeda.Kalau PTM dan > Perusahaan investor itu pembagiannya 50/50 ,maka 50 % dari > hasll usaha (net) diperhitungkan antara PTM  dengan sistim > PSC umpamanya 85/15.Sedangkan PTM sebagai mitra usaha >  akan mendapatkan 50 %dari hasil usaha (Net).Nah , apabil > dalam kasus PT Freeport Indonesia , Pemerintahmengambil > saham , maka Pemerinah akan bertindak sebagai mitra bisnis > dari PTFreeport  Indonesia.Apakah posisi Pemerintah lemah , > apabila menjadi minorityshare holder ?Kalau tidak majoritas > jelas akan lemah dalam PT FREEPORTINDONESIA , apalagi bukan > kalau posisi posis strategis dikuasai "orang mereka".Kalau > Kontrak diperpanjang mungkin tidak ada persoalanapabila > dalam Kontrak perpanjangan besaran royality dan aturan2 > lainnya memberikan “keuntunganâ€� yang lebih > dibandingkan dengan kontrak sekarang.Dan ini akan dinikmati > oleh Pemerintah sebagai wakilNegara dan sebagai pemegang > "mineral right".Kalau Kontrak tidak diperpanjang , jelas > aset tersebut akankembali lagi kepada Pemerintah dan akan > diusahakan oleh Pemegang Kontrak yangbaru. Jadi kita harus > memperhitungkan  benar dan teliti apa “IYAâ€� kalau > tidakdiperpanjang kita akan sulit  pada saatre-enter > ?Persoalannya adalah , (apa  iya  inibenar?) , dalam > kontrak karya pertambangan maka seluruh asset itu > milikPemegang Kontraktor , berbeda dengan migas dimana > seluruh asset yang sudah masuk Pabean RI adalah  milik > negara.arus di"beli"Kalau ini terjadi , maka seluruh sarana > dan prasarana akan diangkut oleh PT Freeport Indonesia , > atau harus dibel ??? Dengan demikian Kontraktor baru akan > memerlukan investasi tambahan yang jumlahnya sangat > besar.Bagaimana memperkuat posisi Pemerintah dalam > masaperpanjangan ? Hal ini saya sampaikan diatas yaitu > dengan “besaranroyality danaturan lainnya “berpihakâ€� > ke Pemerintah.Yang juga menjadi kunci adalah harga saham > yang ditawarkan ,harus diteliti dengan baik , jangan2 mereka > melakukan inside trading agar hargasaham pada saat negosiasi > dg Pemrintah terbang hehehe.Secara pribadi saya berpendapat > bahwa mengambil saham dan memperpanjang kontrakadalah jalan > terbaik , walaupun tidak paling sempurna.Saya sependat bahwa > opsi  manapun yang akan diambil , pak Jokowi harussiap > “diserangâ€�. > > Si Abah >  > >  > > >On Wednesday, January 20, 2016 11:00 AM, Ong Han Ling ><wim...@singnet.com.sg> wrote: > > > Pembelian saham Freeport, Pemerintah jangan beli. Titik. > > Serahakan kepada swasta dan paling2 BUMN. Namun BUMN jangan > disuru ataupun dipaksa, terserah kekuatannya mere
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
mbling. Masih banyak > jalan uyang bisa ditempuh. Salah satu yang paling aman > adalah menarik pajak yang efisien dan merata tanpa risiko. >   > > Kita juga harus belajar dari sejarah. Waktu harga tembaga > naik, Departement keuangan beli saham Newmont dan bangga > karena dapat discount 5%. Beberapa koran memuji tindakannya. > Sekarang harga tembaga yang jeblok, menyebabkan saham > Newmont ikut ceblok. Departemen keuangan gigit jari. Uang > rakyat dipakai untuk gambling. > > Selain itu, kita lewat Penanaman Modal Asing atau PMA > mengeluarkan banyak biaya untuk menarik investor baru asing. > Negara diseluruh dunia termasuk Amerika, berkompetisi untuk > menarik modal asing. Kenapa sekarang kita harus pakai modal > Pemerintah untuk saham Newmont dan Freeport, yaitu saham > yang dimiliki asing? Kebalikan dari tujuan PMA. > > Selain itu keadaan Freeport sekarang sangat semerawut. Harga > tembaga dan emas anjlok. Masuk investor baru, Icahn, yang > terkenal sangat agresif dan sangat keras dan terkenal > membeli saham-saham yang bermasalah (distress), kalau tidak > salah beli sampai 8%. GM Freeport yang berkedudukan di > Louisiana yang sangat pro-Indonesia sejak tahun 70-an > mengundurkan diri dua minggu yang lalu. GM Freeport > Indonesia mengundurkan diri seminggu kemudian. > > > Salam, > > HL Ong > > -Original Message- > From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On > Behalf Of lia...@indo.net.id > Sent: Tuesday, January 19, 2016 6:58 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > Simalakama > > Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan > dg > akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok > Mahakam yg lalu > > ISM > > Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat > Pemerintah RI > Michael Agustinus - detikfinance > Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB > > > Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang > sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat > pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah > Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang > telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. > "Semua keputusan, mengambil atau tidak mengambil saham > Freeport, semua ada risikonya, jadi seperti buah > simalakama," > kata Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance > di > Jakarta, Selasa (19/1/2016). > Said menuturkan, pemerintah akan dihujat jika membeli 10,64% > saham Freeport dengan harga mahal, tetapi kemudian ternyata > kontrak Freeport di Tambang Grasberg, Papua, tidak > diperpanjang. Seperti diketahui, harga 10,64% saham Freeport > adalah US$ 1,7 miliar, atau setara Rp 23 triliun. > "Kalau dibeli, lalu ternyata kontrak Freeport tidak > diperpanjang pada 2021, nanti orang akan bilang ngapain > dibeli?" ucapnya. > Tetapi, bila pemerintah tidak membeli saham tersebut lantas > kontrak Freeport diperpanjang sampai 2041, masyarakat akan > mempertanyakan mengapa pemerintah tidak membeli saham > Freeport > selagi ada kesempatan. > "Kalau tidak dibeli lalu kontrak Freeport ternyata > diperpanjang, orang protes juga kenapa nggak dibeli waktu > itu," > ujarnya. > Menurut Said, persoalan utama yang dihadapi pemerintah saat > ini > bukanlah soal harga saham yang ditawarkan Freeport, > melainkan > kejelasan sikap pemerintah apakah mau membeli saham tersebut > atau tidak. > "Masalah sebenarnya bukan harga saham yang ditawarkan > Freeport > mahal atau tidak, tapi bagaimana sikap pemerintah, beli atau > tidak," tandasnya. > Karena itu, Said meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) > memberi > arahan yang tegas terkait divestasi saham Freeport ini. > Semua > keputusan tentu akan mendapat protes, dan pemerintah harus > siap > dengan segala konsekuensi ketika mengambil keputusan. "Di > sini > lah perlu kearifan seorang pemimpin. Semua pasti ada > risikonya," pungkasnya. > Sebagai informasi, penawaran 10,64% saham PT Freeport > Indonesia > ini merupakan bagian dari kewajiban divestasi 30% saham yang > diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 > tentang > Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral dan Batubara (PP > 77/2014). > PT Freeport Indonesia wajib mendivestasikan 30% sahamnya > kepada > pemerintah Indonesia hingga 2019. Saat ini sebanyak 9,36% > saham > PT Freeport Indonesia sudah dimiliki oleh pemerintah > Indonesia. > Kini 10,64% saham ditawarkan oleh Freeport. Adapun 10% saham > lagi harus ditawarkan sebelum 2019. > > > > ___ > indomail - Your ev
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
anapun yang akan diambil , pak Jokowi harussiap > > “diserang”. > > > > Si Abah > > > > > > > > > > > >On Wednesday, January 20, 2016 11:00 AM, Ong Han Ling > ><wim...@singnet.com.sg <javascript:;>> wrote: > > > > > > Pembelian saham Freeport, Pemerintah jangan beli. Titik. > > > > Serahakan kepada swasta dan paling2 BUMN. Namun BUMN jangan > > disuru ataupun dipaksa, terserah kekuatannya mereka > > sendiri-sendiri. Dalam hal BUMN adalah Aneka Tambang. Hanya > > Aneka Tambang yang betul-betul memahami Freeport. > > > > Saham bisa naik turun luar biasa, tidak seperti deposito > > atau bond. Jadi risikonya sangat tinggi. Naik turunnya saham > > seperti judi. Maka itu investor selalu naro uangnya > > dibeberapa saham atau diversifikasi. Kalau satu jeblok, > > moga-moga yang lain bagus hingga seimbang.Kalu kita taro > > uang rakyat sampai 10% di Freeport dan jeblok lagi, siapa > > yang bertanggung jawab. > > > > Sebagai Pemerintah, kita tidak perlu gambling. Masih banyak > > jalan uyang bisa ditempuh. Salah satu yang paling aman > > adalah menarik pajak yang efisien dan merata tanpa risiko. > > > > > > Kita juga harus belajar dari sejarah. Waktu harga tembaga > > naik, Departement keuangan beli saham Newmont dan bangga > > karena dapat discount 5%. Beberapa koran memuji tindakannya. > > Sekarang harga tembaga yang jeblok, menyebabkan saham > > Newmont ikut ceblok. Departemen keuangan gigit jari. Uang > > rakyat dipakai untuk gambling. > > > > Selain itu, kita lewat Penanaman Modal Asing atau PMA > > mengeluarkan banyak biaya untuk menarik investor baru asing. > > Negara diseluruh dunia termasuk Amerika, berkompetisi untuk > > menarik modal asing. Kenapa sekarang kita harus pakai modal > > Pemerintah untuk saham Newmont dan Freeport, yaitu saham > > yang dimiliki asing? Kebalikan dari tujuan PMA. > > > > Selain itu keadaan Freeport sekarang sangat semerawut. Harga > > tembaga dan emas anjlok. Masuk investor baru, Icahn, yang > > terkenal sangat agresif dan sangat keras dan terkenal > > membeli saham-saham yang bermasalah (distress), kalau tidak > > salah beli sampai 8%. GM Freeport yang berkedudukan di > > Louisiana yang sangat pro-Indonesia sejak tahun 70-an > > mengundurkan diri dua minggu yang lalu. GM Freeport > > Indonesia mengundurkan diri seminggu kemudian. > > > > > > Salam, > > > > HL Ong > > > > -Original Message- > > From: iagi-net@iagi.or.id <javascript:;> [mailto:iagi-net@iagi.or.id > <javascript:;>] On > > Behalf Of lia...@indo.net.id <javascript:;> > > Sent: Tuesday, January 19, 2016 6:58 PM > > To: iagi-net@iagi.or.id <javascript:;> > > Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah > > Simalakama > > > > Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan > > dg > > akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok > > Mahakam yg lalu > > > > ISM > > > > Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat > > Pemerintah RI > > Michael Agustinus - detikfinance > > Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB > > > > > > Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang > > sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat > > pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah > > Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang > > telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. > > "Semua keputusan, mengambil atau tidak mengambil saham > > Freeport, semua ada risikonya, jadi seperti buah > > simalakama," > > kata Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance > > di > > Jakarta, Selasa (19/1/2016). > > Said menuturkan, pemerintah akan dihujat jika membeli 10,64% > > saham Freeport dengan harga mahal, tetapi kemudian ternyata > > kontrak Freeport di Tambang Grasberg, Papua, tidak > > diperpanjang. Seperti diketahui, harga 10,64% saham Freeport > > adalah US$ 1,7 miliar, atau setara Rp 23 triliun. > > "Kalau dibeli, lalu ternyata kontrak Freeport tidak > > diperpanjang pada 2021, nanti orang akan bilang ngapain > > dibeli?" ucapnya. > > Tetapi, bila pemerintah tidak membeli saham tersebut lantas > > kontrak Freeport diperpanjang sampai 2041, masyarakat akan > > mempertanyakan mengapa pemerintah tidak membeli saham > > Freeport > > selagi ada kesempatan. > > "Kalau tidak dibeli lalu kontrak Freeport ternyata > > diperpanjang, orang protes
Re: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
anuary 19, 2016 6:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan dg akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok Mahakam yg lalu ISM Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat Pemerintah RI Michael Agustinus - detikfinance Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. "Semua keputusan, mengambil atau tidak mengambil saham Freeport, semua ada risikonya, jadi seperti buah simalakama," kata Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (19/1/2016). Said menuturkan, pemerintah akan dihujat jika membeli 10,64% saham Freeport dengan harga mahal, tetapi kemudian ternyata kontrak Freeport di Tambang Grasberg, Papua, tidak diperpanjang. Seperti diketahui, harga 10,64% saham Freeport adalah US$ 1,7 miliar, atau setara Rp 23 triliun. "Kalau dibeli, lalu ternyata kontrak Freeport tidak diperpanjang pada 2021, nanti orang akan bilang ngapain dibeli?" ucapnya. Tetapi, bila pemerintah tidak membeli saham tersebut lantas kontrak Freeport diperpanjang sampai 2041, masyarakat akan mempertanyakan mengapa pemerintah tidak membeli saham Freeport selagi ada kesempatan. "Kalau tidak dibeli lalu kontrak Freeport ternyata diperpanjang, orang protes juga kenapa nggak dibeli waktu itu," ujarnya. Menurut Said, persoalan utama yang dihadapi pemerintah saat ini bukanlah soal harga saham yang ditawarkan Freeport, melainkan kejelasan sikap pemerintah apakah mau membeli saham tersebut atau tidak. "Masalah sebenarnya bukan harga saham yang ditawarkan Freeport mahal atau tidak, tapi bagaimana sikap pemerintah, beli atau tidak," tandasnya. Karena itu, Said meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi arahan yang tegas terkait divestasi saham Freeport ini. Semua keputusan tentu akan mendapat protes, dan pemerintah harus siap dengan segala konsekuensi ketika mengambil keputusan. "Di sini lah perlu kearifan seorang pemimpin. Semua pasti ada risikonya," pungkasnya. Sebagai informasi, penawaran 10,64% saham PT Freeport Indonesia ini merupakan bagian dari kewajiban divestasi 30% saham yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral dan Batubara (PP 77/2014). PT Freeport Indonesia wajib mendivestasikan 30% sahamnya kepada pemerintah Indonesia hingga 2019. Saat ini sebanyak 9,36% saham PT Freeport Indonesia sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kini 10,64% saham ditawarkan oleh Freeport. Adapun 10% saham lagi harus ditawarkan sebelum 2019. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liabl
[iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan dg akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok Mahakam yg lalu ISM Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat Pemerintah RI Michael Agustinus - detikfinance Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. "Semua keputusan, mengambil atau tidak mengambil saham Freeport, semua ada risikonya, jadi seperti buah simalakama," kata Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (19/1/2016). Said menuturkan, pemerintah akan dihujat jika membeli 10,64% saham Freeport dengan harga mahal, tetapi kemudian ternyata kontrak Freeport di Tambang Grasberg, Papua, tidak diperpanjang. Seperti diketahui, harga 10,64% saham Freeport adalah US$ 1,7 miliar, atau setara Rp 23 triliun. "Kalau dibeli, lalu ternyata kontrak Freeport tidak diperpanjang pada 2021, nanti orang akan bilang ngapain dibeli?" ucapnya. Tetapi, bila pemerintah tidak membeli saham tersebut lantas kontrak Freeport diperpanjang sampai 2041, masyarakat akan mempertanyakan mengapa pemerintah tidak membeli saham Freeport selagi ada kesempatan. "Kalau tidak dibeli lalu kontrak Freeport ternyata diperpanjang, orang protes juga kenapa nggak dibeli waktu itu," ujarnya. Menurut Said, persoalan utama yang dihadapi pemerintah saat ini bukanlah soal harga saham yang ditawarkan Freeport, melainkan kejelasan sikap pemerintah apakah mau membeli saham tersebut atau tidak. "Masalah sebenarnya bukan harga saham yang ditawarkan Freeport mahal atau tidak, tapi bagaimana sikap pemerintah, beli atau tidak," tandasnya. Karena itu, Said meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi arahan yang tegas terkait divestasi saham Freeport ini. Semua keputusan tentu akan mendapat protes, dan pemerintah harus siap dengan segala konsekuensi ketika mengambil keputusan. "Di sini lah perlu kearifan seorang pemimpin. Semua pasti ada risikonya," pungkasnya. Sebagai informasi, penawaran 10,64% saham PT Freeport Indonesia ini merupakan bagian dari kewajiban divestasi 30% saham yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral dan Batubara (PP 77/2014). PT Freeport Indonesia wajib mendivestasikan 30% sahamnya kepada pemerintah Indonesia hingga 2019. Saat ini sebanyak 9,36% saham PT Freeport Indonesia sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kini 10,64% saham ditawarkan oleh Freeport. Adapun 10% saham lagi harus ditawarkan sebelum 2019. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
RE: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama
Pembelian saham Freeport, Pemerintah jangan beli. Titik. Serahakan kepada swasta dan paling2 BUMN. Namun BUMN jangan disuru ataupun dipaksa, terserah kekuatannya mereka sendiri-sendiri. Dalam hal BUMN adalah Aneka Tambang. Hanya Aneka Tambang yang betul-betul memahami Freeport. Saham bisa naik turun luar biasa, tidak seperti deposito atau bond. Jadi risikonya sangat tinggi. Naik turunnya saham seperti judi. Maka itu investor selalu naro uangnya dibeberapa saham atau diversifikasi. Kalau satu jeblok, moga-moga yang lain bagus hingga seimbang.Kalu kita taro uang rakyat sampai 10% di Freeport dan jeblok lagi, siapa yang bertanggung jawab. Sebagai Pemerintah, kita tidak perlu gambling. Masih banyak jalan uyang bisa ditempuh. Salah satu yang paling aman adalah menarik pajak yang efisien dan merata tanpa risiko. Kita juga harus belajar dari sejarah. Waktu harga tembaga naik, Departement keuangan beli saham Newmont dan bangga karena dapat discount 5%. Beberapa koran memuji tindakannya. Sekarang harga tembaga yang jeblok, menyebabkan saham Newmont ikut ceblok. Departemen keuangan gigit jari. Uang rakyat dipakai untuk gambling. Selain itu, kita lewat Penanaman Modal Asing atau PMA mengeluarkan banyak biaya untuk menarik investor baru asing. Negara diseluruh dunia termasuk Amerika, berkompetisi untuk menarik modal asing. Kenapa sekarang kita harus pakai modal Pemerintah untuk saham Newmont dan Freeport, yaitu saham yang dimiliki asing? Kebalikan dari tujuan PMA. Selain itu keadaan Freeport sekarang sangat semerawut. Harga tembaga dan emas anjlok. Masuk investor baru, Icahn, yang terkenal sangat agresif dan sangat keras dan terkenal membeli saham-saham yang bermasalah (distress), kalau tidak salah beli sampai 8%. GM Freeport yang berkedudukan di Louisiana yang sangat pro-Indonesia sejak tahun 70-an mengundurkan diri dua minggu yang lalu. GM Freeport Indonesia mengundurkan diri seminggu kemudian. Salam, HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of lia...@indo.net.id Sent: Tuesday, January 19, 2016 6:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Kayaknya lebih rumit pengambilan keputusannya sehubungan dg akan berakhirnya kontrak Freeport daripada kontrak Blok Mahakam yg lalu ISM Divestasi Saham Freeport Bagai Buah Simalakama Buat Pemerintah RI Michael Agustinus - detikfinance Selasa, 19/01/2016 16:51 WIB Jakarta -Divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia yang sedang berjalan saat ini bagaikan buah simalakama buat pemerintah Indonesia. Kenapa? Apa pun keputusan pemerintah Indonesia, apakah mengambil atau tidak mengambil saham yang telah ditawarkan Freeport, semuanya serba salah. "Semua keputusan, mengambil atau tidak mengambil saham Freeport, semua ada risikonya, jadi seperti buah simalakama," kata Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (19/1/2016). Said menuturkan, pemerintah akan dihujat jika membeli 10,64% saham Freeport dengan harga mahal, tetapi kemudian ternyata kontrak Freeport di Tambang Grasberg, Papua, tidak diperpanjang. Seperti diketahui, harga 10,64% saham Freeport adalah US$ 1,7 miliar, atau setara Rp 23 triliun. "Kalau dibeli, lalu ternyata kontrak Freeport tidak diperpanjang pada 2021, nanti orang akan bilang ngapain dibeli?" ucapnya. Tetapi, bila pemerintah tidak membeli saham tersebut lantas kontrak Freeport diperpanjang sampai 2041, masyarakat akan mempertanyakan mengapa pemerintah tidak membeli saham Freeport selagi ada kesempatan. "Kalau tidak dibeli lalu kontrak Freeport ternyata diperpanjang, orang protes juga kenapa nggak dibeli waktu itu," ujarnya. Menurut Said, persoalan utama yang dihadapi pemerintah saat ini bukanlah soal harga saham yang ditawarkan Freeport, melainkan kejelasan sikap pemerintah apakah mau membeli saham tersebut atau tidak. "Masalah sebenarnya bukan harga saham yang ditawarkan Freeport mahal atau tidak, tapi bagaimana sikap pemerintah, beli atau tidak," tandasnya. Karena itu, Said meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi arahan yang tegas terkait divestasi saham Freeport ini. Semua keputusan tentu akan mendapat protes, dan pemerintah harus siap dengan segala konsekuensi ketika mengambil keputusan. "Di sini lah perlu kearifan seorang pemimpin. Semua pasti ada risikonya," pungkasnya. Sebagai informasi, penawaran 10,64% saham PT Freeport Indonesia ini merupakan bagian dari kewajiban divestasi 30% saham yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral dan Batubara (PP 77/2014). PT Freeport Indonesia wajib mendivestasikan 30% sahamnya kepada pemerintah Indonesia hingga 2019. Saat ini sebanyak 9,36% saham PT Freeport Indonesia sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kini 10,64% saham ditawarkan oleh Freeport. Adapun 10% saham lagi harus ditawarkan sebelum 2019. ___