[iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik Bandono Salim
Semoga sampai, dari milis sebelah.
-- Pesan Terusan--
Dari: Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo] itbs...@yahoogroups.com
Tanggal: 2 Nov 2014 04:10
Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
Kepada: itbs...@yahoogroups.com
Cc:



hebat!
nuwun, mas NHA

2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] 
itbs...@yahoogroups.com:



 Sugeng siyang sedoyo..
 Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.
 Salam,
 -akbar el82

 +++

 Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:

 *Pemuda pemimpin masa depan…*

 *Inilah sepenggal kisah dari saya,*

 *Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan
 untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2
 SMA.*

 *Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun
 perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai
 cleaning service.*

 *Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari
 segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah
 menyesalinya.*

 *Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”.
 Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada
 jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan
 jalan hidup yang dipilihnya.*

 *Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang,
 di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.*

 *Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi
 kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam
 menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak
 sesuai dengan yang kita rencanakan.*

 *Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu
 keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari
 tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.*

 *Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup
 adalah sebuah keyakinan.*

 *Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga
 akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang
 bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.*

 *Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster
 nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus
 membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar
 negeri.*

 *Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi.
 Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi
 dengan pesawat kecil ke Jakarta.*

 *Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani
 mengambil resiko.*

 *Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat
 kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus
 pesisir timur propinsi NAD.*

 *Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang
 bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya
 akhirnya bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.*

 *Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik
 saya.*

 *Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar
 biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu
 untuk orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk melakukannya.*

 *Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan
 menjadi seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus
 pedalaman, pelosok Indonesia.*

 *Pemimpin masa depan, saya tahu tidaklah mudah memulai sebuah usaha di
 negeri kita tercinta ini.*

 *Begitu banyak barikade yang harus kita hadapi, dari regulasi yang tidak
 fleksibel, paper work exercise yang berlapis yang mencekik kita, bahkan
 setelah kita menjadi sebesar sekarang.*

 *Tapi itulah tantangan kita, untuk membuat lingkungan usaha lebih kondusif
 bagi semua pihak, untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan untuk
 lebih banyak anak bangsa.*

 *Yang saya lakukan hanyalah sebagian dari tujuan kita untuk menjadi bagian
 Indonesia. Memudahkan, mendekatkan anak-anak bangsa dengan ibu kota, atau
 kabupaten dengan propinsi.*

 *Mengubah hari perjalanan menjadi hanya satu jam atau dua jam saja. Ikut
 berpartisipasi menjaga NKRI.*

 *Pesan saya untuk para pemimpin masa depan: mulailah ubah pola pikir kita,
 untuk selalu mau bekerja keras jangan berleha-leha.*

 *Sangatlah tidak pantas di negeri yang kaya raya; kita menjadi miskin.
 Seperti tikus mati di lumbung padi. Sumber daya apa yang kita tidak punyai
 di negeri ini?*

 *Saya tahu saya orang yang tidak mau diatur, diperintah atau disuruh untuk
 melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nurani, tapi itulah yang
 membuat saya menjadi manusia dengan pikiran merdeka.*

 *Pemimpin masa depan, yakinlah keberhasilan kita untuk masa depan bangsa
 kita hanya kita dapatkan 

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Salute dengan Bu Susi 
Namun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak penting. 
Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya kemungkinan 
jadi menteri lebih besar bila sekolah sampai S3. 
Selamat bekerja. 

Rdp

Sent from my iPhone

 On 2 Nov 2014, at 17.55, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:
 
 Semoga sampai, dari milis sebelah.
 
 -- Pesan Terusan--
 Dari: Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo] itbs...@yahoogroups.com
 Tanggal: 2 Nov 2014 04:10
 Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
 Kepada: itbs...@yahoogroups.com
 Cc: 
 
  
 hebat!
 nuwun, mas NHA
 
 2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] 
 itbs...@yahoogroups.com:
  
 Sugeng siyang sedoyo..
 Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.
 Salam,
 -akbar el82
 
 +++
 Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:
 
 Pemuda pemimpin masa depan…
 
 Inilah sepenggal kisah dari saya,
 
 Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan untuk 
 meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2 SMA.
 
 Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun perusahaan 
 yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai cleaning 
 service.
 
 Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari 
 segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah 
 menyesalinya.
 
 Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”. Saya 
 selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada jalan, 
 saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan 
 hidup yang dipilihnya.
 
 Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang, di 
 mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.
 
 Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi 
 kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam 
 menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak 
 sesuai dengan yang kita rencanakan.
 
 Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu 
 keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari 
 tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.
 
 Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup 
 adalah sebuah keyakinan.
 
 Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga 
 akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang 
 bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.
 
 Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster nelayan, 
 peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus membawa 
 Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.
 
 Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi. Hal 
 ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi dengan 
 pesawat kecil ke Jakarta.
 
 Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani mengambil 
 resiko.
 
 Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat kecil 
 saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus pesisir timur 
 propinsi NAD.
 
 Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang 
 bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya akhirnya 
 bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.
 
 Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik saya.
 
 Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar 
 biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuk 
 orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk melakukannya.
 
 Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan menjadi 
 seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus pedalaman, 
 pelosok Indonesia.
 
 Pemimpin masa depan, saya tahu tidaklah mudah memulai sebuah usaha di negeri 
 kita tercinta ini.
 
 Begitu banyak barikade yang harus kita hadapi, dari regulasi yang tidak 
 fleksibel, paper work exercise yang berlapis yang mencekik kita, bahkan 
 setelah kita menjadi sebesar sekarang.
 
 Tapi itulah tantangan kita, untuk membuat lingkungan usaha lebih kondusif 
 bagi semua pihak, untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan untuk 
 lebih banyak anak bangsa.
 
 Yang saya lakukan hanyalah sebagian dari tujuan kita untuk menjadi bagian 
 Indonesia. Memudahkan, mendekatkan anak-anak bangsa dengan ibu kota, atau 
 kabupaten dengan propinsi.
 
 Mengubah hari perjalanan menjadi hanya satu jam atau dua jam saja. Ikut 
 berpartisipasi menjaga NKRI.
 
 Pesan saya untuk para pemimpin masa depan: mulailah ubah pola pikir kita, 
 untuk selalu mau bekerja keras jangan berleha-leha.
 
 Sangatlah tidak pantas di negeri yang kaya raya; kita menjadi miskin. 
 Seperti tikus mati di lumbung 

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik liamsi
Kebalikannya Kalau yg jadi Presiden lbh banyak yg bukan S3 jadi artinya 
kemungkinan  jadi Presiden lbh besar kalau tidak   S3

Kita tunggu mana menteri mentri yg bisa merubah sektor yg dipimpinya berbeda dg 
sebelumnya  shg manfaatnya  diarasakan langsung  oleh masarakat 

 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 2 Nov 2014 19:26:57 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
Salute dengan Bu Susi 
Namun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak penting. 
Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya kemungkinan 
jadi menteri lebih besar bila sekolah sampai S3. 
Selamat bekerja. 

Rdp

Sent from my iPhone

 On 2 Nov 2014, at 17.55, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:
 
 Semoga sampai, dari milis sebelah.
 
 -- Pesan Terusan--
 Dari: Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo] itbs...@yahoogroups.com
 Tanggal: 2 Nov 2014 04:10
 Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
 Kepada: itbs...@yahoogroups.com
 Cc: 
 
  
 hebat!
 nuwun, mas NHA
 
 2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] 
 itbs...@yahoogroups.com:
  
 Sugeng siyang sedoyo..
 Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.
 Salam,
 -akbar el82
 
 +++
 Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:
 
 Pemuda pemimpin masa depan…
 
 Inilah sepenggal kisah dari saya,
 
 Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan untuk 
 meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2 SMA.
 
 Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun perusahaan 
 yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai cleaning 
 service.
 
 Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari 
 segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah 
 menyesalinya.
 
 Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”. Saya 
 selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada jalan, 
 saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan 
 hidup yang dipilihnya.
 
 Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang, di 
 mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.
 
 Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi 
 kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam 
 menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak 
 sesuai dengan yang kita rencanakan.
 
 Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu 
 keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari 
 tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.
 
 Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup 
 adalah sebuah keyakinan.
 
 Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga 
 akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang 
 bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.
 
 Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster nelayan, 
 peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus membawa 
 Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.
 
 Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi. Hal 
 ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi dengan 
 pesawat kecil ke Jakarta.
 
 Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani mengambil 
 resiko.
 
 Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat kecil 
 saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus pesisir timur 
 propinsi NAD.
 
 Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang 
 bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya akhirnya 
 bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.
 
 Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik saya.
 
 Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar 
 biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuk 
 orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk melakukannya.
 
 Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan menjadi 
 seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus pedalaman, 
 pelosok Indonesia.
 
 Pemimpin masa depan, saya tahu tidaklah mudah memulai sebuah usaha di negeri 
 kita tercinta ini.
 
 Begitu banyak barikade yang harus kita hadapi, dari regulasi yang tidak 
 fleksibel, paper work exercise yang berlapis yang mencekik kita, bahkan 
 setelah kita menjadi sebesar sekarang.
 
 Tapi itulah tantangan kita, untuk membuat lingkungan usaha lebih kondusif 
 bagi semua pihak, untuk menciptakan lapangan kerja

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik Ashadi Cahyadi
http://m.detik.com/finance/read/2014/11/02/180756/2736722/1034/atasi-kendala-birokrasi-di-hari-libur-menteri-esdm-selesaikan-krisis-listrik-sumsel
Paling tidak sudah ada sedikit gambaran kerja dr menteri ESDM Memang tidak mudah memperbaiki semuanya secara langsung... Semua butuh waktu...
Praktisi kebumian juga banyak yang cuma S1 tp bisa memegang posisi puncak di tempat masing2... Pada akhirnya bukan pendidikan reguler yang menentukan tp tetap penting...
Regards,
Adie
Sent using CAT phone
On Sun, Nov 02, 2014 at 8:50 PM,  lia...@indo.net.id wrote:Kebalikannya Kalau yg jadi Presiden lbh banyak yg bukan S3 jadi artinya kemungkinan  jadi Presiden lbh besar kalau tidak   S3Kita tunggu mana menteri mentri yg bisa merubah sektor yg dipimpinya berbeda dg sebelumnya  shg manfaatnya  diarasakan langsung  oleh masarakat  Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Sender:  iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 2 Nov 2014 19:26:57 +0700To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.idReplyTo:  iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu SusiSalute dengan Bu SusiNamun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak penting. Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya kemungkinan jadi menteri lebih besar bila sekolah sampai S3.Selamat bekerja.RdpSent from my iPhoneOn 2 Nov 2014, at 17.55, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:Semoga sampai, dari milis sebelah.
-- Pesan Terusan-- Dari: "Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo]" itbs...@yahoogroups.comTanggal: 2 Nov 2014 04:10Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu SusiKepada:  itbs...@yahoogroups.comCc: 












 





  



  
  
  hebat!nuwun, mas NHA2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] itbs...@yahoogroups.com:












 





  



  
  
  Sugeng siyang sedoyo..Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.Salam,-akbar el82+++Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:Pemuda pemimpin masa depan…Inilah sepenggal kisah dari saya,Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2 SMA.Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai cleaning service.Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah menyesalinya.Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”. Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan hidup yang dipilihnya.Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang, di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup adalah sebuah keyakinan.Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi. Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi dengan pesawat kecil ke Jakarta.Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani mengambil resiko.Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus pesisir timur propinsi NAD.Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya akhirnya bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik saya.Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuk orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk melakukannya.Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan menjadi seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus pedalaman, pelosok 

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik ssoenarwi
Betul, ibu Susi termasuk anomali, special dia sudah mengakui bhw pendidikan 
formal kurang pas utk beliau, tetapi dia tidak menyatakan bhw pendidikan formal 
kita kurang bagus, hanya kurang pas utk pribadi dia yg mempunyai cita2  
harapan luar biasa sejak usia smp-sma...dan kasus spt dia hanya 1 or 2 org 
saja, krn beliau mmg mempunyai bakat  kelebihan khusus yg tidak ditemui didlm 
kebanyakan manusia...




Sent from Samsung Mobile

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik Bandono Salim
Bagaimana suratan tangan ya. Yang usaha sdh dekat saja dapat batal. Sdh
pake seragam disetop.
Gitu ya Pak?
Salam hormat.bdn.
Pada 2 Nov 2014 19:27, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:

 Salute dengan Bu Susi
 Namun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak
 penting. Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya
 kemungkinan jadi menteri lebih besar bila sekolah sampai S3.
 Selamat bekerja.

 Rdp

 Sent from my iPhone

 On 2 Nov 2014, at 17.55, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:

 Semoga sampai, dari milis sebelah.
 -- Pesan Terusan--
 Dari: Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo] 
 itbs...@yahoogroups.com
 Tanggal: 2 Nov 2014 04:10
 Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
 Kepada: itbs...@yahoogroups.com
 Cc:



 hebat!
 nuwun, mas NHA

 2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] 
 itbs...@yahoogroups.com:



 Sugeng siyang sedoyo..
 Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.
 Salam,
 -akbar el82

 +++

 Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:

 *Pemuda pemimpin masa depan…*

 *Inilah sepenggal kisah dari saya,*

 *Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan
 untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2
 SMA.*

 *Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun
 perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai
 cleaning service.*

 *Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari
 segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah
 menyesalinya.*

 *Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”.
 Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada
 jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan
 jalan hidup yang dipilihnya.*

 *Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang,
 di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.*

 *Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi
 kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam
 menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak
 sesuai dengan yang kita rencanakan.*

 *Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu
 keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari
 tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.*

 *Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup
 adalah sebuah keyakinan.*

 *Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh,
 hingga akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa
 saja yang bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.*

 *Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster
 nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus
 membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar
 negeri.*

 *Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi.
 Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi
 dengan pesawat kecil ke Jakarta.*

 *Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani
 mengambil resiko.*

 *Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat
 kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus
 pesisir timur propinsi NAD.*

 *Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang
 bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya
 akhirnya bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.*

 *Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik
 saya.*

 *Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar
 biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu
 untuk orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk melakukannya.*

 *Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan
 menjadi seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus
 pedalaman, pelosok Indonesia.*

 *Pemimpin masa depan, saya tahu tidaklah mudah memulai sebuah usaha di
 negeri kita tercinta ini.*

 *Begitu banyak barikade yang harus kita hadapi, dari regulasi yang tidak
 fleksibel, paper work exercise yang berlapis yang mencekik kita, bahkan
 setelah kita menjadi sebesar sekarang.*

 *Tapi itulah tantangan kita, untuk membuat lingkungan usaha lebih
 kondusif bagi semua pihak, untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
 untuk lebih banyak anak bangsa.*

 *Yang saya lakukan hanyalah sebagian dari tujuan kita untuk menjadi
 bagian Indonesia. Memudahkan, mendekatkan anak-anak bangsa dengan ibu kota,
 atau kabupaten dengan propinsi.*

 *Mengubah hari perjalanan menjadi hanya satu jam atau dua jam saja. Ikut
 berpartisipasi menjaga NKRI.*

 *Pesan saya untuk para pemimpin masa depan: 

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
S3 atau Ph.D is a research or teaching degree, certainly not a government 
leadership or management qualification degree.
Wassalam
RPK
  - Original Message - 
  From: lia...@indo.net.id 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Sunday, November 02, 2014 7:50 PM
  Subject: Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi


  Kebalikannya Kalau yg jadi Presiden lbh banyak yg bukan S3 jadi artinya 
kemungkinan jadi Presiden lbh besar kalau tidak S3

  Kita tunggu mana menteri mentri yg bisa merubah sektor yg dipimpinya berbeda 
dg sebelumnya shg manfaatnya diarasakan langsung oleh masarakat 


  Powered by Telkomsel BlackBerry®

--

  From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com 
  Sender: iagi-net@iagi.or.id 
  Date: Sun, 2 Nov 2014 19:26:57 +0700
  To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
  ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
  Subject: Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi


  Salute dengan Bu Susi 
  Namun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak penting. 
Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya kemungkinan 
jadi menteri lebih besar bila sekolah sampai S3. 
  Selamat bekerja. 


  Rdp

  Sent from my iPhone

  On 2 Nov 2014, at 17.55, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:


Semoga sampai, dari milis sebelah.

-- Pesan Terusan--
Dari: Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo] itbs...@yahoogroups.com
Tanggal: 2 Nov 2014 04:10
Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
Kepada: itbs...@yahoogroups.com
Cc: 


  

hebat!

nuwun, mas NHA



2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] 
itbs...@yahoogroups.com:



  Sugeng siyang sedoyo..
  Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.
  Salam,
  -akbar el82


  +++
  Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:

  Pemuda pemimpin masa depan…

  Inilah sepenggal kisah dari saya,

  Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan 
untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2 SMA.

  Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun 
perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai 
cleaning service.

  Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari 
segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah menyesalinya.

  Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”. 
Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada 
jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan 
hidup yang dipilihnya.

  Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang, 
di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.

  Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi 
kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam 
menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak sesuai 
dengan yang kita rencanakan.

  Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu 
keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari 
tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.

  Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup 
adalah sebuah keyakinan.

  Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga 
akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang bisa 
saya kerjakan akan saya kerjakan.

  Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster 
nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus 
membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.

  Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi. 
Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi dengan 
pesawat kecil ke Jakarta.

  Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani 
mengambil resiko.

  Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat 
kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus pesisir 
timur propinsi NAD.

  Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang 
bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya akhirnya 
bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.

  Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik 
saya.

  Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar 
biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuk 
orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk melakukannya.

  Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik Bandono Salim
Para ilmuwan biasanya tidak cepat mengambil putusan ya Prof.
Beda dengan praktisi, apalagi yang sudah jelas jadi.
Kalau Susi, JK, Jokowi biasa ambil putusan dan berani ambil resiko.
Salam.
Pada 3 Nov 2014 08:05, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id menulis:

  S3 atau Ph.D is a research or teaching degree, certainly not a
 government leadership or management qualification degree.
 Wassalam
 RPK

 - Original Message -
 *From:* lia...@indo.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, November 02, 2014 7:50 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

 Kebalikannya Kalau yg jadi Presiden lbh banyak yg bukan S3 jadi artinya
 kemungkinan jadi Presiden lbh besar kalau tidak S3

 Kita tunggu mana menteri mentri yg bisa merubah sektor yg dipimpinya
 berbeda dg sebelumnya shg manfaatnya diarasakan langsung oleh masarakat

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: *Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sun, 2 Nov 2014 19:26:57 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

 Salute dengan Bu Susi
 Namun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak
 penting. Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya
 kemungkinan jadi menteri lebih besar bila sekolah sampai S3.
 Selamat bekerja.

 Rdp

 Sent from my iPhone

 On 2 Nov 2014, at 17.55, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:

  Semoga sampai, dari milis sebelah.
 -- Pesan Terusan--
 Dari: Joko Riyanto jagade...@gmail.com [itbsolo] 
 itbs...@yahoogroups.com
 Tanggal: 2 Nov 2014 04:10
 Subjek: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi
 Kepada: itbs...@yahoogroups.com
 Cc:



  hebat!
 nuwun, mas NHA

 2014-11-01 9:24 GMT+07:00 Nurhasan Akbar nakba...@yahoo.com [itbsolo] 
 itbs...@yahoogroups.com:



  Sugeng siyang sedoyo..
 Berikut surat menarik dari Bu Susi menteri kita yang baru. Semoga manfaat.
 Salam,
 -akbar el82

 +++

 Berikut kutipan lengkap surat Menteri Susi untuk para pemuda Indonesia:

 *Pemuda pemimpin masa depan…*

 *Inilah sepenggal kisah dari saya,*

 *Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan
 untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2
 SMA.*

 *Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun
 perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai
 cleaning service.*

 *Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari
 segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah
 menyesalinya.*

 *Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”.
 Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada
 jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan
 jalan hidup yang dipilihnya.*

 *Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang,
 di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.*

 *Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi
 kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam
 menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak
 sesuai dengan yang kita rencanakan.*

 *Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu
 keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari
 tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.*

 *Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan  lebih mengerti makna hidup
 adalah sebuah keyakinan.*

 *Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh,
 hingga akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa
 saja yang bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.*

 *Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster
 nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus
 membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar
 negeri.*

 *Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi.
 Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi
 dengan pesawat kecil ke Jakarta.*

 *Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani
 mengambil resiko.*

 *Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat
 kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus
 pesisir timur propinsi NAD.*

 *Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang
 bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya
 akhirnya bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.*

 *Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik
 saya.*

 *Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar
 biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu
 untuk orang lain karena kita bisa  memutuskan untuk

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik Dandy Hidayat
   Presiden Jokowi Harus Berani Tindak Pengemplang Pajak
   
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/081032426/Presiden.Jokowi.Harus.Berani.Tindak.Pengemplang.Pajak?utm_campaign=popreadutm_medium=bputm_source=bisniskeuangan
- dibaca 8,758 kali
   - 4
   BPK dan BPKP Akan Disatukan?
   
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/090900826/BPK.dan.BPKP.Akan.Disatukan.?utm_campaign=popreadutm_medium=bputm_source=bisniskeuangan
- dibaca 3,704 kali
   - 5
   Proyeksi Rupiah, Harga BBM yang Belum Naik Munculkan Sentimen Negatif
   
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/080712526/Proyeksi.Rupiah.Harga.BBM.yang.Belum.Naik.Munculkan.Sentimen.Negatif.?utm_campaign=popreadutm_medium=bputm_source=bisniskeuangan-
   dibaca 3,595 kali

tutupto top
Artikel Sebelumnya
*Mentan Harus Jadi “Tukang Kebun” yang Jeli*
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/084000226/Mentan.Harus.Jadi.Tukang.Kebun.yang.Jeli?utm_source=bisniskeuanganutm_medium=cpcutm_campaign=artbox
Tweet http://twitter.com/share
[image: Kompas Cyber Media]
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/054500426/Mooryati.Soedibyo.Dian.Sastro.dan.Metakognisi.Susi.Pudjiastuti?utm_campaign=related_leftutm_medium=bputm_source=bisniskeuangan#

   - News http://news.kompas.com/
   - Nasional http://nasional.kompas.com/
   - Regional http://regional.kompas.com/
   - Megapolitan http://megapolitan.kompas.com/
   - Internasional http://internasional.kompas.com/


   - Olah Raga http://olahraga.kompas.com/
   - Sains http://sains.kompas.com/
   - Edukasi http://edukasi.kompas.com/
   - Infografis http://infografis.kompas.com/
   - Surat Pembaca http://inside.kompas.com/suratpembaca


   - Ekonomi http://bisniskeuangan.kompas.com/
   - Bola http://bola.kompas.com/
   - Tekno http://tekno.kompas.com/
   - Entertainment http://entertainment.kompas.com/
   - Otomotif http://otomotif.kompas.com/
   - Health http://health.kompas.com/


   - Female http://female.kompas.com/
   - Travel http://travel.kompas.com/
   - Properti http://properti.kompas.com/
   - Foto http://foto.kompas.com/
   - Video http://video.kompas.com/
   - Forum http://forum.kompas.com/


   - Indeks Berita http://indeks.kompas.com/
   - Indeks Headlines http://indeks.kompas.com/indeks/headline
   - Indeks Berita Pilihan http://indeks.kompas.com/indeks/berita_pilihan
   - Indeks Topik Pilihan http://indeks.kompas.com/indeks/topik_pilihan
   - Indeks Terpopuler http://indeks.kompas.com/terpopuler
   - Indeks Terkomentari http://indeks.kompas.com/terkomentari


   - Grazera http://www.grazera.com/
   - SCOOP http://www.getscoop.com/
   - Kompasiana http://www.kompasiana.com/
   - Urbanesia http://www.urbanesia.com/
   - KompasKarier.com http://www.kompaskarier.com/
   - MakeMac http://www.makemac.com/


   - About Us http://inside.kompas.com/about-us -
   - Advertise http://apps.kompas.com/ratecard/ -
   - Policy http://inside.kompas.com/policy -
   - Pedoman Media Siber http://inside.kompas.com/pedoman -
   - Career http://inside.kompas.com/karir -
   - Contact Us http://inside.kompas.com/contact-us -
   - Site Map http://inside.kompas.com/sitemap

©2008 - 2014 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group)
http://www.kompasgramedia.com/. All Rights Reserved.

   - http://www.facebook.com/kompascom
   - http://instagram.com/kompascom
   - http://linkedin.com/kompascom
   - http://www.twitter.com/kompascom
   - http://www.youtube.com/kompascom
   - http://plus.google.com/+kompascom
   - http://pinterest.com/kompascom/

CloseX http://bisniskeuangan.kompas.com/


2014-11-03 13:12 GMT+08:00 Bandono Salim bandon...@gmail.com:


 Para ilmuwan biasanya tidak cepat mengambil putusan ya Prof.
 Beda dengan praktisi, apalagi yang sudah jelas jadi.
 Kalau Susi, JK, Jokowi biasa ambil putusan dan berani ambil resiko.
 Salam.
 Pada 3 Nov 2014 08:05, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id
 menulis:

  S3 atau Ph.D is a research or teaching degree, certainly not a
 government leadership or management qualification degree.
 Wassalam
 RPK

 - Original Message -
 *From:* lia...@indo.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, November 02, 2014 7:50 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

 Kebalikannya Kalau yg jadi Presiden lbh banyak yg bukan S3 jadi artinya
 kemungkinan jadi Presiden lbh besar kalau tidak S3

 Kita tunggu mana menteri mentri yg bisa merubah sektor yg dipimpinya
 berbeda dg sebelumnya shg manfaatnya diarasakan langsung oleh masarakat

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: *Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sun, 2 Nov 2014 19:26:57 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

 Salute dengan Bu Susi
 Namun pbaca jangan sampai kepleset bahwa sekolah akasemik itu tidak
 penting. Bagaimanapun yang jadi menteri lebih banyak yg sudah S3. Artinya

Re: [iagi-net] Fwd: Re: [ITB-Solo] Surat Bu Susi

2014-11-02 Terurut Topik yustinus yuwono
Saya setuju dengan Pak RPK dan RDP
Memaknai pengalaman Bu susi jgn men judge sekolah formal tidak penting,
tetapi kita belajar dari tekad dan kemauan yang luar biasa kuat jauh di
atas rata2 orang kebanyakan dari Bu Menteri ini. Hanya sedikit sekali orang
yg demikian ini dan berhasil. Mungkin sudah diatur oleh yang di Atas? BTW,
sebagai penyambuk semangat kan bagus sekali, ya gak?
YSY
On Nov 3, 2014 6:22 AM, ssoenarwi ssoena...@gmail.com wrote:

 Betul, ibu Susi termasuk anomali, special dia sudah mengakui bhw
 pendidikan formal kurang pas utk beliau, tetapi dia tidak menyatakan bhw
 pendidikan formal kita kurang bagus, hanya kurang pas utk pribadi dia yg
 mempunyai cita2  harapan luar biasa sejak usia smp-sma...dan kasus spt dia
 hanya 1 or 2 org saja, krn beliau mmg mempunyai bakat  kelebihan khusus yg
 tidak ditemui didlm kebanyakan manusia...




 Sent from Samsung Mobile



Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.