Re: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers

2006-02-27 Terurut Topik lambok parulian
Wah pas sekali daerahnya nih, kebetulan sampelnya ada
yang bagus. Masalah oleanana kan asalnya dari tumbuhan
angiospermae, sy dapat klasifikasi BP Research (1991)
untuk kelas E (gymnosperm dominated, yang kriterianya
sangat sulit dibedakan dengan kelas D, karena sangat
mirip sekali. Bagaimana cara membedakannya? Saya
pernah denger kalau kelimpahan ol di marin coba dicek
di aromatnya. Kira2 pakai fragmentogram apa? dan apa
mesti dicek. Bagaimana penjelasannya ol yang muncul di
laut dalam?

salam,
lambok

--- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Lambok,

   Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk
 jadi model adalah South Sumatra Basin) memang
 menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di
 sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full
 non-marin. Mengapa, padahal oleanane adalah asal
 higher land plants yang angiospermae khususnya di
 delta top environment, kok malah banyak ke
 lingkungan marin ? Penyebabnya adalah bahwa
 kelimpahannya sangat sensitif terhadap kondisi2
 paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama
 sangat dipengaruhi oleh degree of marine influence.
 Lingkungan oksidaksi dan reduksi juga akan
 mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa
 lingkungan daratan lebih teroksidasi, pengawetannya
 lebih buruk). Coba cek : Murray et al. (1997) :
 Oleananes in oils and sediments : evidence of marine
 influence during early diagenesis ? - Geochim
 Cosmochim Acta. Dengan demikian, menggunakan
 sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita
 bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya
 oleanane atau tidak; subm
  erged
  delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan
 yang tidak pernah tenggelam.

   Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis
 oleanane yang justru kebalikannya, yaitu kaya ke
 arah daratan, yaitu A-ring contracted oleananes
 (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai
 produk diagenesis plant matter di bawah kondisi peat
 swamp. Biomarker ini semakin berkurang semakin
 tingginya marine influence. Analisis geokimia yang
 baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu.

   Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di
 samping rasio mortane/hopane dan oleanane/hopane.
 Precursor-nya mesti juga sensitif terhadap umur,
 misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis
 tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka,
 kalau memeriksa minyak Oseil di Seram yang asal
 Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada
 oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin
 (yang bisa kaya akan oleanane seperti diskusi di
 atas).

   Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari
 0.25 adalah diagnosa oil yang digenerasikan dari
 source Cretaceous atau Tersier (Holba et al., 1998 :
 Application of 24-cholestanes for constraining
 source age petroleum, Organic Geochemistry, v. 29,
 p. 1269-1283). Chung et al. (1992) pun pernah
 menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source
 oil. Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami
 pengayaan di 13 C sampel minyaknya baik untuk fraksi
 saturat maupun aromat (Chung et al., 1992, carbon
 isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull
 v. 76, p. 1000-1007).

   Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high
 ratios of oleanane, high 24-nordiacholestane, dan
 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu
 berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di
 bagian mana Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit,
 tetapi tak mustahil dilakukan. Beberapa biomarker
 sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja,
 misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene
 source rocks. Cross-plot antara oleanane ratio,
 bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan menunjukkan
 itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished).

   salam,
   awang
 
 lambok parulian [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan
 oleanana
 untuk penentuan umur relatif saya juga pernah
 menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn
 m/z
 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari
 batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop
 (0,1-0,3
 dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih
 tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya
 analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan
 setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2
 peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik.
 Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter
 jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak
 dipengaruhi
 kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di
 daerah
 darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2
 selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi
 yang
 mempengaruhinya. 
 
 salam,
 lambok
 
 --- Awang Satyana wrote:
 
  Pak Andang,
  
  Preferensi nomor atom ganjil terhadap nomor atom
  genap cukup dapat dilihat di GC scan untuk
  lingkungan manapun, dan jelas fingerprint
  merefleksikan sesuatu tentang deret ini, kalau
 tidak
  tak mungkin ada formulasi preferensi ini.
  
  Minyak Kangean, seperti posting2 saya sebelumnya,
  memang menunjukkan anomali, tetapi sekali lagi
 bukan
  

[iagi-net-l] kanRe: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers (was Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin)

2006-02-27 Terurut Topik yrsnki

   Awang ysh

   Kalau gas Kepodang dan gas Terangserasun dibuat gaschromatograf-nya
   kemudian disebandingkan , apa persamaan dan perbedaannya ya ?

   Si - Abah.

_



   Lambok,

   Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk jadi model adalah
 South Sumatra Basin) memang menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di
 sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full non-marin. Mengapa,
 padahal oleanane adalah asal higher land plants yang angiospermae
 khususnya di delta top environment, kok malah banyak ke lingkungan marin
 ? Penyebabnya adalah bahwa kelimpahannya sangat sensitif terhadap
 kondisi2 paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama sangat
 dipengaruhi oleh degree of marine influence. Lingkungan oksidaksi dan
 reduksi juga akan mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa lingkungan
 daratan lebih teroksidasi, pengawetannya lebih buruk). Coba cek : Murray
 et al. (1997) : Oleananes in oils and sediments : evidence of marine
 influence during early diagenesis ? - Geochim Cosmochim Acta. Dengan
 demikian, menggunakan sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita
 bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya oleanane atau tidak;
 subm
  erged
  delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan yang tidak pernah
 tenggelam.

   Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis oleanane yang justru
 kebalikannya, yaitu kaya ke arah daratan, yaitu A-ring contracted
 oleananes (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai produk
 diagenesis plant matter di bawah kondisi peat swamp. Biomarker ini
 semakin berkurang semakin tingginya marine influence. Analisis geokimia
 yang baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu.

   Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di samping rasio
 mortane/hopane dan oleanane/hopane. Precursor-nya mesti juga sensitif
 terhadap umur, misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis
 tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka, kalau memeriksa minyak
 Oseil di Seram yang asal Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada
 oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin (yang bisa kaya akan
 oleanane seperti diskusi di atas).

   Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari 0.25 adalah diagnosa oil
 yang digenerasikan dari source Cretaceous atau Tersier (Holba et al.,
 1998 : Application of 24-cholestanes for constraining source age
 petroleum, Organic Geochemistry, v. 29, p. 1269-1283). Chung et al.
 (1992) pun pernah menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source oil.
 Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami pengayaan di 13 C sampel
 minyaknya baik untuk fraksi saturat maupun aromat (Chung et al., 1992,
 carbon isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull v. 76, p.
 1000-1007).

   Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high ratios of oleanane, high
 24-nordiacholestane, dan 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu
 berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di bagian mana
 Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit, tetapi tak mustahil dilakukan.
 Beberapa biomarker sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja,
 misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene source rocks. Cross-plot
 antara oleanane ratio, bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan
 menunjukkan itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished).

   salam,
   awang

 lambok parulian [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan oleanana
 untuk penentuan umur relatif saya juga pernah
 menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn m/z
 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari
 batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop (0,1-0,3
 dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih
 tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya
 analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan
 setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2
 peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik.
 Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter
 jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak dipengaruhi
 kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di daerah
 darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2
 selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi yang
 mempengaruhinya.

 salam,
 lambok

 --- Awang Satyana wrote:

 Pak Andang,

 Preferensi nomor atom ganjil terhadap nomor atom
 genap cukup dapat dilihat di GC scan untuk
 lingkungan manapun, dan jelas fingerprint
 merefleksikan sesuatu tentang deret ini, kalau tidak
 tak mungkin ada formulasi preferensi ini.

 Minyak Kangean, seperti posting2 saya sebelumnya,
 memang menunjukkan anomali, tetapi sekali lagi bukan
 anomali marin seperti yang Anda sebutkan, tetapi
 anomali sangat khas dominasi terestrial. Marine oil
 dari type II kerogen di Indonesia akan punya average
 pr/ph 1.22, pris/nC17 0.85, dan C31/C19 (wax ratio)
 0.25. Dan nilai2 kisaran ini tak muncul untuk minyak
 Kangean. Intensitas atom2 nomor tinggi di minyak
 Kangean malah menggelembung (C24-C30), suatu hal
 yang tidak akan 

RE: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers

2006-02-27 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Kelas minyak E akan punya resin (produk metabolik tumbuhan tingkat tinggi yang 
disimpan sebagai fluid di jaringan daun dan kayu) tak sebanyak kelas D, dan 
contoh di dunia saat ini  hanya ada ditunjukkan oleh source rocks Latrobe Group 
di Gippsland Basin, Australia. Dan, Gymnospermae juga berkembang lebih dulu 
daripada Angiospermae, maka sebaran olenanane-nya pun tak akan sebanyak kelas 
D. Oleanane tetap di kelas fragmentogram m/z 191 triterpane.

Oleanane di deepwater tak masalah, sebab debris coal juga dibawa ke laut dalam 
oleh arus turbidit bersama pasir2 lowstand-nya. Saat menggenerasikan minyak di 
tempat barunya, minyak akan tetap menunjukkan oleanane dari transported delta 
top itu.

Salam,
awang

-Original Message-
From: lambok parulian [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 28, 2006 12:48 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers 

Wah pas sekali daerahnya nih, kebetulan sampelnya ada
yang bagus. Masalah oleanana kan asalnya dari tumbuhan
angiospermae, sy dapat klasifikasi BP Research (1991)
untuk kelas E (gymnosperm dominated, yang kriterianya
sangat sulit dibedakan dengan kelas D, karena sangat
mirip sekali. Bagaimana cara membedakannya? Saya
pernah denger kalau kelimpahan ol di marin coba dicek
di aromatnya. Kira2 pakai fragmentogram apa? dan apa
mesti dicek. Bagaimana penjelasannya ol yang muncul di
laut dalam?

salam,
lambok

--- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Lambok,

   Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk
 jadi model adalah South Sumatra Basin) memang
 menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di
 sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full
 non-marin. Mengapa, padahal oleanane adalah asal
 higher land plants yang angiospermae khususnya di
 delta top environment, kok malah banyak ke
 lingkungan marin ? Penyebabnya adalah bahwa
 kelimpahannya sangat sensitif terhadap kondisi2
 paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama
 sangat dipengaruhi oleh degree of marine influence.
 Lingkungan oksidaksi dan reduksi juga akan
 mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa
 lingkungan daratan lebih teroksidasi, pengawetannya
 lebih buruk). Coba cek : Murray et al. (1997) :
 Oleananes in oils and sediments : evidence of marine
 influence during early diagenesis ? - Geochim
 Cosmochim Acta. Dengan demikian, menggunakan
 sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita
 bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya
 oleanane atau tidak; subm
  erged
  delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan
 yang tidak pernah tenggelam.

   Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis
 oleanane yang justru kebalikannya, yaitu kaya ke
 arah daratan, yaitu A-ring contracted oleananes
 (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai
 produk diagenesis plant matter di bawah kondisi peat
 swamp. Biomarker ini semakin berkurang semakin
 tingginya marine influence. Analisis geokimia yang
 baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu.

   Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di
 samping rasio mortane/hopane dan oleanane/hopane.
 Precursor-nya mesti juga sensitif terhadap umur,
 misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis
 tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka,
 kalau memeriksa minyak Oseil di Seram yang asal
 Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada
 oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin
 (yang bisa kaya akan oleanane seperti diskusi di
 atas).

   Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari
 0.25 adalah diagnosa oil yang digenerasikan dari
 source Cretaceous atau Tersier (Holba et al., 1998 :
 Application of 24-cholestanes for constraining
 source age petroleum, Organic Geochemistry, v. 29,
 p. 1269-1283). Chung et al. (1992) pun pernah
 menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source
 oil. Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami
 pengayaan di 13 C sampel minyaknya baik untuk fraksi
 saturat maupun aromat (Chung et al., 1992, carbon
 isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull
 v. 76, p. 1000-1007).

   Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high
 ratios of oleanane, high 24-nordiacholestane, dan
 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu
 berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di
 bagian mana Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit,
 tetapi tak mustahil dilakukan. Beberapa biomarker
 sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja,
 misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene
 source rocks. Cross-plot antara oleanane ratio,
 bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan menunjukkan
 itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished).

   salam,
   awang
 
 

-- 
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.375 / Virus Database: 268.1.1/270 - Release Date: 2/27/2006
 

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website

RE: [iagi-net-l] kanRe: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers (was Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin)

2006-02-27 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Abah, sampel gas tak akan banyak memuat cerita pada GC (gas chromatograph)sebab 
gas adalah molekul sederhana tak sekompleks (makromolekul) seperti minyak. 
Apalagi, gas biogenik, yang didominasi C1  99 %. Tak akan berguna dilakukan 
GC. Lebih baik dilakukan analisis komposisi (C1, C2, dst) dan beberapa isotop 
karbon 13 dan deuterium pada atom C-nya untuk menaksir genetic gas type-nya dan 
source-nya.

Persamaan kedua gas itu : sama-sama biogenik, yang Kepodang sedikit tercampur 
termogenik. Perbedaannya : yang Terang Sirasun dibentuk oleh reduksi karbonat 
di lingkungan marin, yang Kepodang oleh methyl fermentation di lingkungan 
transisi (ini kesimpulan dari isotop deuterium), dan source Kepodang : middle 
Miocene Tawun, sedangkan Terang-Sirasun early Pliocene Paciran calcareous 
shales.

Salam,
awang 

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 28, 2006 12:54 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] kanRe: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers (was Re: 
[iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin)


   Awang ysh

   Kalau gas Kepodang dan gas Terangserasun dibuat gaschromatograf-nya
   kemudian disebandingkan , apa persamaan dan perbedaannya ya ?

   Si - Abah.

_



 

-- 
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.375 / Virus Database: 268.1.1/270 - Release Date: 2/27/2006
 

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-