Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Anggota milis ysh, Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa dinyatakan sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang. Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai foreshock sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian. Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut merupakan gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar, sesudah gempa besarnya terjadi. Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan berdasarkan data gempa foreshock. Begitu pula dengan gempa Aceh 2004, kini peneliti meyakini bahwa gempa Mw 7,3 di bagian utara pulau simeulue pada tanggal 7 Nov adalah foreshock dari gempa Aceh 2004. Yang menjadi masalah gempa simeulue itu terjadi tahun 2002 atau dua tahun sebelum mainshocknya. Sehingga saat itu sulit sekali melakukan antisipasi dengan dasar foreshock yaitu Mw7,3, tanggal 7 nov 2002. nuhun, irwan meilano 2011/3/20 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com: Pak Awang , tertarik dengan alinea berikut... bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw) yang merupakan foreshock dari gempa 11 Maret. Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa mengeluarkan early warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan selanjutnya yang lebih besar ? sehingga masyarakat bisa mengungsi dulu jauh dari pantai , kapal kapal bisa menyingkir dulu kearah selatan atau barat dan pengamanan tambahan untuk instalasi nuklir menghadapi kemacetan pendingin dsb 2 hari tentu bukan waktu yang sia sia Dan apakah sebelum tsunami di aceh juga didahului oleh gempa foreshock seperti di jepang ? -- Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian. -- Irwan Meilano, Dr.sc Lecturer Geodesy Research Group Faculty of Earth Science and Technology Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia irw...@gd.itb.ac.id irwan.meil...@gmail.com PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
By definition, foreshock: a small tremor that commonly precedes a larger earthquake or main shock by an interval ranging from seconds to weeks and that originates at or near the focus of the larger earthquake (Bates Jackson, 1987-Glossary of Geology). Definisi lain, foreshock: smaller quakes before major quake (Barnes-Svarney, 2007-When the Earth Moves). Para ahli bisa berdebat atas definisi-definisi ini untuk membuat batasan yang lebih jelas kapan gempa-gempa pendahulu bisa digolongkan sebagai foreshock atau bukan. Kalau gempa utara Simeulue 7,3 Mw pada 7 November 2002 dianggap sebagai foreshock gempa Aceh 9,1 Mw 26 Desember 2004, maka tak memenuhi definisi dari Bates dan Jackson (1987) sebab gempa pendahulunya terjadi dua tahun sebelum gempa utamanya. Yang sangat jelas sebagai foreshock adalah gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 sebagai pendahulu gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 karena: gempa hanya terjadi dua hari sebelum gempa utama, lokasi gempa berada di dekat episentrum gempa utama (hanya 40 km jaraknya), berada di segmen sesar yang sama, dan punya mekanisme penyesaran yang sama (thrust) dengan strike dan dip yang hampir sama. Tetapi, seperti kata Pak Irwan, siapa yang mengira bahwa gempa 7,2 Mw 9 Maret itu adalah sebuah foreshock, apalagi setelah gempa ini ada 34 kali gempa-gempa yang mengikutinya dengan magnitude yang lebih kecil. Siapa pun akan mengira bahwa gemp 7,2 Mw itu adalah gempa utama yang lalu diikuti 34x gempa susulan. Nyatanya, lalu terjadi gempa utamanya dua hari kemudian dengan magnitude 9,0 Mw. Maka kita baru paham bahwa 35 x gempa sebelumnya (gempa 7,2 Mw dan 34x gempa susulannya) adalah gempa-gempa pendahuluan. Enam hari sebelum gempa Aceh 26 Desember 2004, ada satu kali gempa dengan magnitude 4,4 Mb di ujung TL Pulau Nias terjadi pad 20 Desember 2004. Kelihatannya ini bukan foreshock gempa Aceh, selain terjadi pada segmen sesar yang berbeda, juga magnitudenya terlalu jauh dari mainshock-nya. Bedasarkan kasus-kasus yang jelas, foreshock utama biasanya berbeda sekitar 2 magnitude (lebih kecil) daripada mainshocknya. Kalau sebuah foreshock bisa dikenali dengan baik akan mendatangkan mainshock, tentu saja foreshock bisa dijadikan early warning - tetapi ini taruhan yang tidak main-main untuk seorang ahli gempa. Apa para ahli gempa berani memutuskan dan mengumumkan bahwa misalnya sebuah gempa yang baru terjadi adalah sebuah foreshock, dan mainshocknya akan datang dalam beberapa hari ke depan, sehingga diperlukan evakuasi segera dan masal? Kalau bisa dan berani, hebat.. Hal di atas pernah terjadi dalam sejarah. Pada tahun 1975 serangkaian gempa terjadi di Haicheng,Cina. Para ahli gempa memperhitungkan dan memprediksi bahwa gempa2 ini adalah serangkaian foreshocks. Gempa besarnya akan segera datang. Evaluasi ini diterima Pemerintah, dan diperintahkan bahwa penduduk Haicheng harus tidur di luar rumah beberapa malam. Benar saja, akhirnya sebuah gempa bermagnitude 7,3 datang melanda Haicheng beberapa hari kemudian, gempa tetap memakan korban, tetapi minimal, hanya 2000. Tetapi gempa besar tak selalu disertai foreshocks, atau para ahli sulit mengetahui bahwa sebuah gempa itu foreshock atau bukan. Sehingga kasus Haicheng jarang sekali terjadi. Setahun setelah gempa Haicheng, pada tahun 1976 kota Tangshan di Cina dilanda gempa yang lebih kuat, yang datang tanpa foreshock, dan menewaskan 240.000 orang -salah satu gempa terburuk dalam sejarah. salam, Awang --- Pada Ming, 20/3/11, Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com menulis: Dari: Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 20 Maret, 2011, 8:48 PM Anggota milis ysh, Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa dinyatakan sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang. Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai foreshock sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian. Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut merupakan gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar, sesudah gempa besarnya terjadi. Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan berdasarkan data gempa foreshock. Begitu pula dengan gempa Aceh 2004, kini peneliti meyakini bahwa gempa Mw 7,3 di bagian utara pulau simeulue pada tanggal 7 Nov adalah foreshock dari gempa Aceh 2004. Yang menjadi masalah gempa simeulue itu terjadi tahun 2002 atau dua tahun sebelum mainshocknya. Sehingga saat itu sulit sekali melakukan antisipasi dengan dasar foreshock yaitu Mw7,3, tanggal 7 nov 2002. nuhun, irwan meilano 2011/3/20 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com: Pak Awang , tertarik dengan alinea berikut... bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw) yang merupakan foreshock dari gempa 11 Maret. Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa mengeluarkan early warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan selanjutnya yang
Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Karena gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 merupakan gempa yang cukup besar juga dilihat dari magnitude-nya, apakah gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 tidak bisa dikategorikan sebagai gempa susulan dari gempa 9 Maret itu Pak Awang? Apakah karena gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 merupakan gempa terbesar dalam rangkaian tersebut sehingga dia disebut sebagai Mainshock? Padahal kalau dilihat posisi gempanya gempa2 susulan itu juga. Letaknya berbeda-beda satu sama lain termasuk berbeda dengan mainshock-nya ya Pak? Salam, Habash Sent via BlackBerry from Maxis -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Sun, 20 Mar 2011 23:45:16 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu By definition, foreshock: a small tremor that commonly precedes a larger earthquake or main shock by an interval ranging from seconds to weeks and that originates at or near the focus of the larger earthquake (Bates Jackson, 1987-Glossary of Geology). Definisi lain, foreshock: smaller quakes before major quake (Barnes-Svarney, 2007-When the Earth Moves). Para ahli bisa berdebat atas definisi-definisi ini untuk membuat batasan yang lebih jelas kapan gempa-gempa pendahulu bisa digolongkan sebagai foreshock atau bukan. Kalau gempa utara Simeulue 7,3 Mw pada 7 November 2002 dianggap sebagai foreshock gempa Aceh 9,1 Mw 26 Desember 2004, maka tak memenuhi definisi dari Bates dan Jackson (1987) sebab gempa pendahulunya terjadi dua tahun sebelum gempa utamanya. Yang sangat jelas sebagai foreshock adalah gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 sebagai pendahulu gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 karena: gempa hanya terjadi dua hari sebelum gempa utama, lokasi gempa berada di dekat episentrum gempa utama (hanya 40 km jaraknya), berada di segmen sesar yang sama, dan punya mekanisme penyesaran yang sama (thrust) dengan strike dan dip yang hampir sama. Tetapi, seperti kata Pak Irwan, siapa yang mengira bahwa gempa 7,2 Mw 9 Maret itu adalah sebuah foreshock, apalagi setelah gempa ini ada 34 kali gempa-gempa yang mengikutinya dengan magnitude yang lebih kecil. Siapa pun akan mengira bahwa gemp 7,2 Mw itu adalah gempa utama yang lalu diikuti 34x gempa susulan. Nyatanya, lalu terjadi gempa utamanya dua hari kemudian dengan magnitude 9,0 Mw. Maka kita baru paham bahwa 35 x gempa sebelumnya (gempa 7,2 Mw dan 34x gempa susulannya) adalah gempa-gempa pendahuluan. Enam hari sebelum gempa Aceh 26 Desember 2004, ada satu kali gempa dengan magnitude 4,4 Mb di ujung TL Pulau Nias terjadi pad 20 Desember 2004. Kelihatannya ini bukan foreshock gempa Aceh, selain terjadi pada segmen sesar yang berbeda, juga magnitudenya terlalu jauh dari mainshock-nya. Bedasarkan kasus-kasus yang jelas, foreshock utama biasanya berbeda sekitar 2 magnitude (lebih kecil) daripada mainshocknya. Kalau sebuah foreshock bisa dikenali dengan baik akan mendatangkan mainshock, tentu saja foreshock bisa dijadikan early warning - tetapi ini taruhan yang tidak main-main untuk seorang ahli gempa. Apa para ahli gempa berani memutuskan dan mengumumkan bahwa misalnya sebuah gempa yang baru terjadi adalah sebuah foreshock, dan mainshocknya akan datang dalam beberapa hari ke depan, sehingga diperlukan evakuasi segera dan masal? Kalau bisa dan berani, hebat.. Hal di atas pernah terjadi dalam sejarah. Pada tahun 1975 serangkaian gempa terjadi di Haicheng,Cina. Para ahli gempa memperhitungkan dan memprediksi bahwa gempa2 ini adalah serangkaian foreshocks. Gempa besarnya akan segera datang. Evaluasi ini diterima Pemerintah, dan diperintahkan bahwa penduduk Haicheng harus tidur di luar rumah beberapa malam. Benar saja, akhirnya sebuah gempa bermagnitude 7,3 datang melanda Haicheng beberapa hari kemudian, gempa tetap memakan korban, tetapi minimal, hanya 2000. Tetapi gempa besar tak selalu disertai foreshocks, atau para ahli sulit mengetahui bahwa sebuah gempa itu foreshock atau bukan. Sehingga kasus Haicheng jarang sekali terjadi. Setahun setelah gempa Haicheng, pada tahun 1976 kota Tangshan di Cina dilanda gempa yang lebih kuat, yang datang tanpa foreshock, dan menewaskan 240.000 orang -salah satu gempa terburuk dalam sejarah. salam, Awang --- Pada Ming, 20/3/11, Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com menulis: Dari: Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 20 Maret, 2011, 8:48 PM Anggota milis ysh, Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa dinyatakan sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang. Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai foreshock sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian. Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut merupakan gempa awalan dan berpotensi
Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Pak Awang , tertarik dengan alinea berikut... bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw) yang merupakan foreshock dari gempa 11 Maret. Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa mengeluarkan early warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan selanjutnya yang lebih besar ? sehingga masyarakat bisa mengungsi dulu jauh dari pantai , kapal kapal bisa menyingkir dulu kearah selatan atau barat dan pengamanan tambahan untuk instalasi nuklir menghadapi kemacetan pendingin dsb 2 hari tentu bukan waktu yang sia sia Dan apakah sebelum tsunami di aceh juga didahului oleh gempa foreshock seperti di jepang ? -- Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian.
[iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Sampai sore ini, setelah seminggu sejak gempa dahsyat melanda Jepang (gempa Tohoku 11 Maret 2011 pukul 14:46:23 waktu setempat/pukul 12:46:23 WIB) dengan magnitude 9,0 Mw (moment magnitude, data terakhir USGS, dikoreksi dari 8,9 Mw), telah terjadi sebanyak 502 kali gempa susulan. Magnitude gempa susulan bervariasi dari 4,5 - 7,4 Mw, frekuensi gempa susulan makin menurun, dua hari terakhir kemarin frekuensinya rata-rata 30 gempa per hari, hari-hari pertama setelah gempa besar bisa mencapai frekuensi 80-100 gempa per hari. Magnitude juga semakin menurun, yang saat ini di antara 4,0-5,5 Mw. Lokasi episentrum gempa2 susulan masih dominan di area sekitar lokasi gempa utamanya dalam sebaran area sekitar 300 x 500 km2. Sekitar 75 % gempa susulan adalah gempa dangkal (kedalaman sumber gempa 33 km), sisanya dengan kedalaman 33-70 km. Gempa Tohoku berasal dari penyesaran naik di dekat batas antara kerak akresi Lempeng Eurasia yang ditempati busur kepulauan Jepang dengan slab (kerak samudera) Pasifik, berasal dari kedalaman 32 km (data terakhir USGS, dikoreksi dari 10 km). Berdasarkan pemodelan subduction zone geometry analysis, penyesaran naik ini punya strike = 194.89 deg NE , dip = 14.94 deg, meskipun berdasarkan momen tensornya, sesar naik ini punya strike 187 deg NE dan dip 14 deg. Modeling zona rupture ('robekan') gempa ini mengindikasi bahwa gempa telah menyebabkan sesar dengan loncatan (throw) 30-40 meter, bergeser sepanjang sesarnya sepanjang kira-kira 300 km (along-strike) dan 150 km (sepanjang dip/down-dip). Berdasarkan sebaran gempa-gempa susulan, dengan asumsi bahwa gempa-gempa susulan selalu berlokasi di rupture zone yang sama atau maksimal pindah ke dua jalur sesar di dekatnya, panjang wilayah robekan gempa ini sekitar 400-500 km. Analisis menggunakan sekitar 500 stasiun GPS di area pantai Honshu menemukan bahwa pantai telah tergeser sampai 27 meter dan pergeseran tegak sampai tujuh meter akibat gempa ini. Semua pergeseran vertikal di area dekat hiposentrum/episentrum (30-40 meter) dan di pantai (tujuh meter) telah mengganggu kolom air laut Samudera Pasifik di sebelah timur Pulau Honshu yang telah menyebabkan tsunami skala besar dengan run up (tinggi gelombang) sampai 10 meter dan menelan banyak korban. Semua syarat tsunami-genic earthquake sangat dipenuhi oleh gempa Tohoku ini: pusat gempa di laut, sesar penyebab gempa bersifat dip-slip (sesar naik dalam hal ini), sumber gempa dangkal (32 km) dan magnitude gempa besar (9,0 Mw). Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian. Gempa Tohoku 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dan terkuat bagi Jepang sampai saat ini, yang juga menyebabkan rangkaian beruntun berupa tsunami dan krisis meledaknya beberapa PLTN di Fukushima, Pulau Honshu. Krisis ledakan PLTN masih terjadi sampai saat ini, seiring dengan rentetan gempa-gempa susulan yang terus terjadi, dan bahaya radiasi radioaktif akibat dugaan telah melelehnya sebagian bahan bakar inti radioaktif akibat kegagalan sistem pendingin PLTN dan ledakan serta kebakaran. Saat ini, penduduk sekitar Tokyo-Fukushima panik dan melakukan eksodus karena kekuatiran bahaya radiasi radioaktif yang makin meluas. Radius berbahaya makin meningkat dari semula 20 km, lalu 30 km, dan kini 80 km. Beberapa negara telah menghimbau warga negaranya untuk tidak bepergian ke Jepang, sementara warga negara asing yang sudah berada di Jepang sedang diusahakan untuk dipulangkan oleh negaranya masing2. Gempa Tohoku yang mencapai magnitude 9,0 M adalah record tertinggi gempa terkuat bagi Jepang. Untuk skala dunia pun, bisa dibilang masuk ke lima besar setelah gempa Chile 9,5 SR, gempa Alaska 9,2 SR dan gempa Aceh Indonesia 9,1 Mw. Gempa2 sebelumnya yang dialami Jepang yang berasal dari patahan akibat konvergensi slab Pasifik dan kerak akresi Eurasia adalah: gempa 7,7 M (Juni, 1978), gempa M 7.8 (Desember 1994), gempa M 7.6 (1896) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 38 meter dan memakan korban sebanyak 27.000, dan gempa M 8.6 (1933) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 29 meter dan menewaskan 3000 korban. Laut di sebelah timur Pulau Honshu mempunyai topografi dasar laut embayment (pertelukan) yang akan membahayakan bila menimbulkan tsunami. Embayment yang terbuka ke arah datangnya gelombang, yang lalu menyempit ke arah daratan (seperti corong) akan mengumpulkan massa air laut menjadi tsunami dengan run up yang tinggi. Gempa-gempa susulan
[iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Sampai sore ini, setelah seminggu sejak gempa dahsyat melanda Jepang (gempa Tohoku 11 Maret 2011 pukul 14:46:23 waktu setempat/pukul 12:46:23 WIB) dengan magnitude 9,0 Mw (moment magnitude, data terakhir USGS, dikoreksi dari 8,9 Mw), telah terjadi sebanyak 502 kali gempa susulan. Magnitude gempa susulan bervariasi dari 4,5 – 7,4 Mw, frekuensi gempa susulan makin menurun, dua hari terakhir kemarin frekuensinya rata-rata 30 gempa per hari, hari-hari pertama setelah gempa besar bisa mencapai frekuensi 80-100 gempa per hari. Magnitude juga semakin menurun, yang saat ini di antara 4,0-5,5 Mw. Lokasi episentrum gempa2 susulan masih dominan di area sekitar lokasi gempa utamanya dalam sebaran area sekitar 300 x 500 km2. Sekitar 75 % gempa susulan adalah gempa dangkal (kedalaman sumber gempa 33 km), sisanya dengan kedalaman 33-70 km. Gempa Tohoku berasal dari penyesaran naik di dekat batas antara kerak akresi Lempeng Eurasia yang ditempati busur kepulauan Jepang dengan slab (kerak samudera) Pasifik, berasal dari kedalaman 32 km (data terakhir USGS, dikoreksi dari 10 km). Berdasarkan pemodelan subduction zone geometry analysis, penyesaran naik ini punya strike = 194.89 deg NE , dip = 14.94 deg, meskipun berdasarkan momen tensornya, sesar naik ini punya strike 187 deg NE dan dip 14 deg. Modeling zona rupture (‘robekan’) gempa ini mengindikasi bahwa gempa telah menyebabkan sesar dengan loncatan (throw) 30-40 meter, bergeser sepanjang sesarnya sepanjang kira-kira 300 km (along-strike) dan 150 km (sepanjang dip/down-dip). Berdasarkan sebaran gempa-gempa susulan, dengan asumsi bahwa gempa-gempa susulan selalu berlokasi di rupture zone yang sama atau maksimal pindah ke dua jalur sesar di dekatnya, panjang wilayah robekan gempa ini sekitar 400-500 km. Analisis menggunakan sekitar 500 stasiun GPS di area pantai Honshu menemukan bahwa pantai telah tergeser sampai 27 meter dan pergeseran tegak sampai tujuh meter akibat gempa ini. Semua pergeseran vertikal di area dekat hiposentrum/episentrum (30-40 meter) dan di pantai (tujuh meter) telah mengganggu kolom air laut Samudera Pasifik di sebelah timur Pulau Honshu yang telah menyebabkan tsunami skala besar dengan run up (tinggi gelombang) sampai 10 meter dan menelan banyak korban. Semua syarat tsunami-genic earthquake sangat dipenuhi oleh gempa Tohoku ini: pusat gempa di laut, sesar penyebab gempa bersifat dip-slip (sesar naik dalam hal ini), sumber gempa dangkal (32 km) dan magnitude gempa besar (9,0 Mw). Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian. Gempa Tohoku 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dan terkuat bagi Jepang sampai saat ini, yang juga menyebabkan rangkaian beruntun berupa tsunami dan krisis meledaknya beberapa PLTN di Fukushima, Pulau Honshu. Krisis ledakan PLTN masih terjadi sampai saat ini, seiring dengan rentetan gempa-gempa susulan yang terus terjadi, dan bahaya radiasi radioaktif akibat dugaan telah melelehnya sebagian bahan bakar inti radioaktif akibat kegagalan sistem pendingin PLTN dan ledakan serta kebakaran. Saat ini, penduduk sekitar Tokyo-Fukushima panik dan melakukan eksodus karena kekuatiran bahaya radiasi radioaktif yang makin meluas. Radius berbahaya makin meningkat dari semula 20 km, lalu 30 km, dan kini 80 km. Beberapa negara telah menghimbau warga negaranya untuk tidak bepergian ke Jepang, sementara warga negara asing yang sudah berada di Jepang sedang diusahakan untuk dipulangkan oleh negaranya masing2. Gempa Tohoku yang mencapai magnitude 9,0 M adalah record tertinggi gempa terkuat bagi Jepang. Untuk skala dunia pun, bisa dibilang masuk ke lima besar setelah gempa Chile 9,5 SR, gempa Alaska 9,2 SR dan gempa Aceh Indonesia 9,1 Mw. Gempa2 sebelumnya yang dialami Jepang yang berasal dari patahan akibat konvergensi slab Pasifik dan kerak akresi Eurasia adalah: gempa 7,7 M (Juni, 1978), gempa M 7.8 (Desember 1994), gempa M 7.6 (1896) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 38 meter dan memakan korban sebanyak 27.000, dan gempa M 8.6 (1933) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 29 meter dan menewaskan 3000 korban. Laut di sebelah timur Pulau Honshu mempunyai topografi dasar laut embayment (pertelukan) yang akan membahayakan bila menimbulkan tsunami. Embayment yang terbuka ke arah datangnya gelombang, yang lalu menyempit ke arah daratan (seperti corong) akan mengumpulkan massa air laut menjadi tsunami dengan run up yang tinggi. Gempa-gempa