Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu

2011-03-20 Terurut Topik Irwan Meilano
Anggota milis ysh,

Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa dinyatakan
sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang.

Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai foreshock
sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian.
Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut merupakan
gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar,
sesudah gempa besarnya terjadi.

Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan berdasarkan
data gempa foreshock.

Begitu pula dengan gempa Aceh 2004, kini peneliti  meyakini
bahwa gempa Mw 7,3 di bagian utara pulau simeulue pada tanggal
7 Nov adalah foreshock dari gempa Aceh 2004. Yang menjadi masalah
gempa simeulue itu terjadi tahun 2002 atau dua tahun sebelum
mainshocknya. Sehingga saat itu sulit sekali melakukan antisipasi
dengan dasar foreshock yaitu Mw7,3, tanggal 7 nov 2002.

nuhun,
irwan meilano

2011/3/20 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com:
 Pak Awang ,

 tertarik dengan alinea berikut...
 bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw)  yang merupakan foreshock
 dari gempa 11 Maret.

 Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa mengeluarkan early
 warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan selanjutnya yang lebih
 besar  ? sehingga masyarakat bisa mengungsi dulu jauh dari pantai , kapal
 kapal bisa menyingkir dulu kearah selatan atau barat dan pengamanan tambahan
 untuk  instalasi nuklir menghadapi kemacetan pendingin dsb
 2 hari tentu bukan waktu yang sia sia

 Dan apakah sebelum tsunami di aceh juga didahului oleh gempa foreshock
 seperti di jepang ?

 --

 Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa
 besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum
 gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi
 episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar
 naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa
 susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat
 mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama
 (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian.





-- 
Irwan Meilano, Dr.sc
Lecturer
Geodesy Research Group
Faculty of Earth Science and Technology
Institut Teknologi Bandung (ITB)
Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia
irw...@gd.itb.ac.id
irwan.meil...@gmail.com


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu

2011-03-20 Terurut Topik Awang Satyana
By definition, foreshock: a small tremor that commonly precedes a larger 
earthquake or main shock by an interval ranging from seconds to weeks and that 
originates at or near the focus of the larger earthquake (Bates  Jackson, 
1987-Glossary of Geology). Definisi lain, foreshock: smaller quakes before 
major quake (Barnes-Svarney, 2007-When the Earth Moves). 

Para ahli bisa berdebat atas definisi-definisi ini untuk membuat batasan yang 
lebih jelas kapan gempa-gempa pendahulu bisa digolongkan sebagai foreshock atau 
bukan. Kalau gempa utara Simeulue 7,3 Mw pada 7 November 2002 dianggap sebagai 
foreshock gempa Aceh 9,1 Mw 26 Desember 2004, maka tak memenuhi definisi dari 
Bates dan Jackson (1987) sebab gempa pendahulunya terjadi dua tahun sebelum 
gempa utamanya.

Yang sangat jelas sebagai foreshock adalah gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 
sebagai pendahulu gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 karena: gempa hanya terjadi 
dua hari sebelum gempa utama, lokasi gempa berada di dekat episentrum gempa 
utama (hanya 40 km jaraknya), berada di segmen sesar yang sama, dan punya 
mekanisme penyesaran yang sama (thrust) dengan strike dan dip yang hampir sama.

Tetapi, seperti kata Pak Irwan, siapa yang mengira bahwa gempa 7,2 Mw 9 Maret 
itu adalah sebuah foreshock, apalagi setelah gempa ini ada 34 kali gempa-gempa 
yang mengikutinya dengan magnitude yang lebih kecil. Siapa pun akan mengira 
bahwa gemp 7,2 Mw itu adalah gempa utama yang lalu diikuti 34x gempa susulan. 
Nyatanya, lalu terjadi gempa utamanya dua hari kemudian dengan magnitude 9,0 
Mw. Maka kita baru paham bahwa 35 x gempa sebelumnya (gempa 7,2 Mw dan 34x 
gempa susulannya) adalah gempa-gempa pendahuluan.

Enam hari sebelum gempa Aceh 26 Desember 2004, ada satu kali gempa dengan 
magnitude 4,4 Mb di ujung TL Pulau Nias terjadi pad 20 Desember 2004. 
Kelihatannya ini bukan foreshock gempa Aceh, selain terjadi pada segmen sesar 
yang berbeda, juga magnitudenya terlalu jauh dari mainshock-nya. Bedasarkan 
kasus-kasus yang jelas, foreshock utama biasanya berbeda sekitar 2 magnitude 
(lebih kecil) daripada mainshocknya.

Kalau sebuah foreshock bisa dikenali dengan baik akan mendatangkan mainshock, 
tentu saja foreshock bisa dijadikan early warning - tetapi ini taruhan yang 
tidak main-main untuk seorang ahli gempa. Apa para ahli gempa berani memutuskan 
dan mengumumkan bahwa misalnya sebuah gempa yang baru terjadi adalah sebuah 
foreshock, dan mainshocknya akan datang dalam beberapa hari ke depan, sehingga 
diperlukan evakuasi segera dan masal? Kalau bisa dan berani, hebat..

Hal di atas pernah terjadi dalam sejarah. Pada tahun 1975 serangkaian gempa 
terjadi di Haicheng,Cina. Para ahli gempa memperhitungkan dan memprediksi bahwa 
gempa2 ini adalah serangkaian foreshocks. Gempa besarnya akan segera datang. 
Evaluasi ini diterima Pemerintah, dan diperintahkan bahwa penduduk Haicheng 
harus tidur di luar rumah beberapa malam. Benar saja, akhirnya sebuah gempa 
bermagnitude 7,3 datang melanda Haicheng beberapa hari kemudian, gempa tetap 
memakan korban, tetapi minimal, hanya 2000. Tetapi gempa besar tak selalu 
disertai foreshocks, atau para ahli sulit mengetahui bahwa sebuah gempa itu 
foreshock atau bukan. Sehingga kasus Haicheng jarang sekali terjadi. Setahun 
setelah gempa Haicheng, pada tahun 1976 kota Tangshan di Cina dilanda gempa 
yang lebih kuat, yang datang tanpa foreshock, dan menewaskan 240.000 orang 
-salah satu gempa terburuk dalam sejarah.

salam,
Awang

--- Pada Ming, 20/3/11, Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com menulis:

 Dari: Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Minggu, 20 Maret, 2011, 8:48 PM
 Anggota milis ysh,
 
 Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa
 dinyatakan
 sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang.
 
 Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai
 foreshock
 sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian.
 Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut
 merupakan
 gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar,
 sesudah gempa besarnya terjadi.
 
 Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan
 berdasarkan
 data gempa foreshock.
 
 Begitu pula dengan gempa Aceh 2004, kini peneliti 
 meyakini
 bahwa gempa Mw 7,3 di bagian utara pulau simeulue pada
 tanggal
 7 Nov adalah foreshock dari gempa Aceh 2004. Yang menjadi
 masalah
 gempa simeulue itu terjadi tahun 2002 atau dua tahun
 sebelum
 mainshocknya. Sehingga saat itu sulit sekali melakukan
 antisipasi
 dengan dasar foreshock yaitu Mw7,3, tanggal 7 nov 2002.
 
 nuhun,
 irwan meilano
 
 2011/3/20 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com:
  Pak Awang ,
 
  tertarik dengan alinea berikut...
  bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw) 
 yang merupakan foreshock
  dari gempa 11 Maret.
 
  Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa
 mengeluarkan early
  warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan
 selanjutnya yang

Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu

2011-03-20 Terurut Topik hsemim
Karena  gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 merupakan gempa yang cukup besar juga 
dilihat dari magnitude-nya, apakah gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 tidak bisa 
dikategorikan sebagai gempa susulan dari gempa 9 Maret itu Pak Awang?   Apakah  
karena gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 merupakan gempa terbesar dalam 
rangkaian tersebut sehingga dia disebut sebagai Mainshock? Padahal kalau 
dilihat posisi gempanya gempa2 susulan itu juga. Letaknya berbeda-beda satu 
sama lain termasuk berbeda dengan mainshock-nya ya Pak?
Salam,
Habash
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Date: Sun, 20 Mar 2011 23:45:16 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Eksplorasi 
BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo 
Unpadgeo_un...@yahoogroups.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
By definition, foreshock: a small tremor that commonly precedes a larger 
earthquake or main shock by an interval ranging from seconds to weeks and that 
originates at or near the focus of the larger earthquake (Bates  Jackson, 
1987-Glossary of Geology). Definisi lain, foreshock: smaller quakes before 
major quake (Barnes-Svarney, 2007-When the Earth Moves). 

Para ahli bisa berdebat atas definisi-definisi ini untuk membuat batasan yang 
lebih jelas kapan gempa-gempa pendahulu bisa digolongkan sebagai foreshock atau 
bukan. Kalau gempa utara Simeulue 7,3 Mw pada 7 November 2002 dianggap sebagai 
foreshock gempa Aceh 9,1 Mw 26 Desember 2004, maka tak memenuhi definisi dari 
Bates dan Jackson (1987) sebab gempa pendahulunya terjadi dua tahun sebelum 
gempa utamanya.

Yang sangat jelas sebagai foreshock adalah gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 
sebagai pendahulu gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 karena: gempa hanya terjadi 
dua hari sebelum gempa utama, lokasi gempa berada di dekat episentrum gempa 
utama (hanya 40 km jaraknya), berada di segmen sesar yang sama, dan punya 
mekanisme penyesaran yang sama (thrust) dengan strike dan dip yang hampir sama.

Tetapi, seperti kata Pak Irwan, siapa yang mengira bahwa gempa 7,2 Mw 9 Maret 
itu adalah sebuah foreshock, apalagi setelah gempa ini ada 34 kali gempa-gempa 
yang mengikutinya dengan magnitude yang lebih kecil. Siapa pun akan mengira 
bahwa gemp 7,2 Mw itu adalah gempa utama yang lalu diikuti 34x gempa susulan. 
Nyatanya, lalu terjadi gempa utamanya dua hari kemudian dengan magnitude 9,0 
Mw. Maka kita baru paham bahwa 35 x gempa sebelumnya (gempa 7,2 Mw dan 34x 
gempa susulannya) adalah gempa-gempa pendahuluan.

Enam hari sebelum gempa Aceh 26 Desember 2004, ada satu kali gempa dengan 
magnitude 4,4 Mb di ujung TL Pulau Nias terjadi pad 20 Desember 2004. 
Kelihatannya ini bukan foreshock gempa Aceh, selain terjadi pada segmen sesar 
yang berbeda, juga magnitudenya terlalu jauh dari mainshock-nya. Bedasarkan 
kasus-kasus yang jelas, foreshock utama biasanya berbeda sekitar 2 magnitude 
(lebih kecil) daripada mainshocknya.

Kalau sebuah foreshock bisa dikenali dengan baik akan mendatangkan mainshock, 
tentu saja foreshock bisa dijadikan early warning - tetapi ini taruhan yang 
tidak main-main untuk seorang ahli gempa. Apa para ahli gempa berani memutuskan 
dan mengumumkan bahwa misalnya sebuah gempa yang baru terjadi adalah sebuah 
foreshock, dan mainshocknya akan datang dalam beberapa hari ke depan, sehingga 
diperlukan evakuasi segera dan masal? Kalau bisa dan berani, hebat..

Hal di atas pernah terjadi dalam sejarah. Pada tahun 1975 serangkaian gempa 
terjadi di Haicheng,Cina. Para ahli gempa memperhitungkan dan memprediksi bahwa 
gempa2 ini adalah serangkaian foreshocks. Gempa besarnya akan segera datang. 
Evaluasi ini diterima Pemerintah, dan diperintahkan bahwa penduduk Haicheng 
harus tidur di luar rumah beberapa malam. Benar saja, akhirnya sebuah gempa 
bermagnitude 7,3 datang melanda Haicheng beberapa hari kemudian, gempa tetap 
memakan korban, tetapi minimal, hanya 2000. Tetapi gempa besar tak selalu 
disertai foreshocks, atau para ahli sulit mengetahui bahwa sebuah gempa itu 
foreshock atau bukan. Sehingga kasus Haicheng jarang sekali terjadi. Setahun 
setelah gempa Haicheng, pada tahun 1976 kota Tangshan di Cina dilanda gempa 
yang lebih kuat, yang datang tanpa foreshock, dan menewaskan 240.000 orang 
-salah satu gempa terburuk dalam sejarah.

salam,
Awang

--- Pada Ming, 20/3/11, Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com menulis:

 Dari: Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Minggu, 20 Maret, 2011, 8:48 PM
 Anggota milis ysh,
 
 Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa
 dinyatakan
 sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang.
 
 Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai
 foreshock
 sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian.
 Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut
 merupakan
 gempa awalan dan berpotensi

Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu

2011-03-19 Terurut Topik kartiko samodro
Pak Awang ,

tertarik dengan alinea berikut...
bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw)  yang merupakan foreshock
dari gempa 11 Maret.

Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa mengeluarkan early
warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan selanjutnya yang lebih
besar  ? sehingga masyarakat bisa mengungsi dulu jauh dari pantai , kapal
kapal bisa menyingkir dulu kearah selatan atau barat dan pengamanan tambahan
untuk  instalasi nuklir menghadapi kemacetan pendingin dsb
2 hari tentu bukan waktu yang sia sia

Dan apakah sebelum tsunami di aceh juga didahului oleh gempa foreshock
seperti di jepang ?

--

 Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa
 besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum
 gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi
 episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar
 naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa
 susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat
 mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama
 (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian.




[iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu

2011-03-18 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Sampai sore ini, setelah seminggu sejak gempa dahsyat melanda Jepang (gempa 
Tohoku 11 Maret 2011 pukul 14:46:23 waktu setempat/pukul 12:46:23 WIB) dengan 
magnitude 9,0 Mw (moment magnitude, data terakhir USGS, dikoreksi dari 8,9 Mw), 
telah terjadi sebanyak 502 kali gempa susulan. Magnitude gempa susulan 
bervariasi dari 4,5 - 7,4 Mw, frekuensi gempa susulan makin menurun, dua hari 
terakhir kemarin frekuensinya rata-rata 30 gempa per hari, hari-hari pertama 
setelah gempa besar bisa mencapai frekuensi 80-100 gempa per hari. Magnitude 
juga semakin menurun, yang saat ini di antara 4,0-5,5 Mw. Lokasi episentrum 
gempa2 susulan masih dominan di area sekitar lokasi gempa utamanya dalam 
sebaran area sekitar 300 x 500 km2. Sekitar 75 % gempa susulan adalah gempa 
dangkal (kedalaman sumber gempa  33 km), sisanya dengan kedalaman 33-70 km. 
Gempa Tohoku berasal dari penyesaran naik di dekat batas antara kerak akresi 
Lempeng Eurasia yang ditempati busur kepulauan Jepang dengan slab (kerak 
samudera) Pasifik, berasal dari kedalaman 32 km (data terakhir USGS, dikoreksi 
dari 10 km). Berdasarkan pemodelan subduction zone geometry analysis, 
penyesaran naik ini punya strike = 194.89 deg NE , dip = 14.94 deg, meskipun 
berdasarkan momen tensornya, sesar naik ini punya strike 187 deg NE dan dip 14 
deg.

Modeling zona rupture ('robekan') gempa ini mengindikasi bahwa gempa telah 
menyebabkan sesar dengan loncatan (throw) 30-40 meter, bergeser sepanjang 
sesarnya sepanjang kira-kira 300 km (along-strike) dan 150 km (sepanjang 
dip/down-dip).  Berdasarkan sebaran gempa-gempa susulan, dengan asumsi bahwa 
gempa-gempa susulan selalu berlokasi di rupture zone yang sama atau maksimal 
pindah ke dua jalur sesar di dekatnya, panjang wilayah robekan gempa ini 
sekitar 400-500 km.  Analisis menggunakan sekitar 500 stasiun  GPS  di area 
pantai Honshu menemukan bahwa pantai telah tergeser sampai 27 meter dan 
pergeseran tegak sampai tujuh meter akibat gempa ini.  Semua pergeseran 
vertikal di area dekat hiposentrum/episentrum (30-40 meter) dan di pantai 
(tujuh meter) telah mengganggu kolom air laut Samudera Pasifik  di sebelah 
timur Pulau Honshu yang telah menyebabkan tsunami skala besar dengan run up 
(tinggi gelombang) sampai 10 meter dan menelan banyak korban. Semua syarat 
tsunami-genic earthquake sangat dipenuhi oleh gempa Tohoku ini: pusat gempa di 
laut, sesar penyebab gempa bersifat dip-slip (sesar naik dalam hal ini), sumber 
gempa dangkal (32 km) dan magnitude gempa besar (9,0 Mw).

Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar 
pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini 
berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa 
Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg 
NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di 
antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan 
gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang 
terjadi dua hari kemudian.

Gempa Tohoku 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dan terkuat bagi Jepang sampai 
saat ini, yang juga menyebabkan rangkaian beruntun berupa tsunami dan krisis 
meledaknya beberapa PLTN di Fukushima, Pulau Honshu. Krisis ledakan PLTN masih 
terjadi sampai saat ini, seiring dengan rentetan gempa-gempa susulan yang terus 
terjadi, dan bahaya radiasi radioaktif akibat dugaan telah melelehnya sebagian 
bahan bakar inti radioaktif akibat kegagalan sistem pendingin PLTN dan ledakan 
serta kebakaran. Saat ini, penduduk sekitar Tokyo-Fukushima panik dan melakukan 
eksodus karena kekuatiran bahaya radiasi radioaktif yang makin meluas. Radius 
berbahaya makin meningkat dari semula 20 km, lalu 30 km, dan kini 80 km. 
Beberapa negara telah menghimbau warga negaranya untuk tidak bepergian ke 
Jepang, sementara warga negara asing yang sudah berada di Jepang sedang 
diusahakan untuk dipulangkan oleh negaranya masing2.

Gempa Tohoku yang mencapai magnitude 9,0 M adalah record tertinggi gempa 
terkuat bagi Jepang. Untuk skala dunia pun, bisa dibilang masuk ke lima besar 
setelah gempa Chile 9,5 SR, gempa Alaska 9,2 SR dan gempa Aceh Indonesia 9,1 
Mw. Gempa2 sebelumnya yang dialami Jepang yang berasal dari patahan akibat 
konvergensi slab Pasifik dan kerak akresi Eurasia adalah: gempa 7,7 M (Juni, 
1978),  gempa M 7.8 (Desember 1994), gempa M 7.6 (1896) yang dilaporkan 
menimbulkan tsunami setinggi 38 meter dan memakan korban sebanyak 27.000, dan 
gempa M 8.6 (1933) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 29 meter dan 
menewaskan 3000 korban. Laut di sebelah timur Pulau Honshu mempunyai topografi 
dasar laut embayment (pertelukan) yang akan membahayakan bila menimbulkan 
tsunami. Embayment yang terbuka ke arah datangnya gelombang, yang lalu 
menyempit ke arah daratan (seperti corong) akan mengumpulkan massa air laut 
menjadi tsunami dengan run up yang tinggi.

Gempa-gempa susulan 

[iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu

2011-03-18 Terurut Topik Awang Satyana
Sampai sore ini, setelah seminggu sejak gempa dahsyat melanda Jepang (gempa 
Tohoku 11 Maret 2011 pukul 14:46:23 waktu setempat/pukul 12:46:23 WIB) dengan 
magnitude 9,0 Mw (moment magnitude, data terakhir USGS, dikoreksi dari 8,9 Mw), 
telah terjadi sebanyak 502 kali gempa susulan. Magnitude gempa susulan 
bervariasi dari 4,5 – 7,4 Mw, frekuensi gempa susulan makin menurun, dua hari 
terakhir kemarin frekuensinya rata-rata 30 gempa per hari, hari-hari pertama 
setelah gempa besar bisa mencapai frekuensi 80-100 gempa per hari. Magnitude 
juga semakin menurun, yang saat ini di antara 4,0-5,5 Mw. Lokasi episentrum 
gempa2 susulan masih dominan di area sekitar lokasi gempa utamanya dalam 
sebaran area sekitar 300 x 500 km2. Sekitar 75 % gempa susulan adalah gempa 
dangkal (kedalaman sumber gempa  33 km), sisanya dengan kedalaman 33-70 km. 
Gempa Tohoku berasal dari penyesaran naik di dekat batas antara kerak akresi 
Lempeng Eurasia yang ditempati busur kepulauan
 Jepang dengan slab (kerak samudera) Pasifik, berasal dari kedalaman 32 km 
(data terakhir USGS, dikoreksi dari 10 km). Berdasarkan pemodelan subduction 
zone geometry analysis, penyesaran naik ini punya strike = 194.89 deg NE , dip 
= 14.94 deg, meskipun berdasarkan momen tensornya, sesar naik ini punya strike 
187 deg NE dan dip 14 deg.

Modeling zona rupture (‘robekan’) gempa ini mengindikasi bahwa gempa telah 
menyebabkan sesar dengan loncatan (throw) 30-40 meter, bergeser sepanjang 
sesarnya sepanjang kira-kira 300 km (along-strike) dan 150 km (sepanjang 
dip/down-dip).  Berdasarkan sebaran gempa-gempa susulan, dengan asumsi bahwa 
gempa-gempa susulan selalu berlokasi di rupture zone yang sama atau maksimal 
pindah ke dua jalur sesar di dekatnya, panjang wilayah robekan gempa ini 
sekitar 400-500 km.  Analisis menggunakan sekitar 500 stasiun  GPS  di area 
pantai Honshu menemukan bahwa pantai telah tergeser sampai 27 meter dan 
pergeseran tegak sampai tujuh meter akibat gempa ini.  Semua pergeseran 
vertikal di area dekat hiposentrum/episentrum (30-40 meter) dan di pantai 
(tujuh meter) telah mengganggu kolom air laut Samudera Pasifik  di sebelah 
timur Pulau Honshu yang telah menyebabkan tsunami skala besar dengan run up 
(tinggi gelombang) sampai 10 meter dan menelan banyak korban. Semua
 syarat tsunami-genic earthquake sangat dipenuhi oleh gempa Tohoku ini: pusat 
gempa di laut, sesar penyebab gempa bersifat dip-slip (sesar naik dalam hal 
ini), sumber gempa dangkal (32 km) dan magnitude gempa besar (9,0 Mw). 

Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar 
pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini 
berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa 
Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg 
NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di 
antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan 
gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang 
terjadi dua hari kemudian.

Gempa Tohoku 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dan terkuat bagi Jepang sampai 
saat ini, yang juga menyebabkan rangkaian beruntun berupa tsunami dan krisis 
meledaknya beberapa PLTN di Fukushima, Pulau Honshu. Krisis ledakan PLTN masih 
terjadi sampai saat ini, seiring dengan rentetan gempa-gempa susulan yang terus 
terjadi, dan bahaya radiasi radioaktif akibat dugaan telah melelehnya sebagian 
bahan bakar inti radioaktif akibat kegagalan sistem pendingin PLTN dan ledakan 
serta kebakaran. Saat ini, penduduk sekitar Tokyo-Fukushima panik dan melakukan 
eksodus karena kekuatiran bahaya radiasi radioaktif yang makin meluas. Radius 
berbahaya makin meningkat dari semula 20 km, lalu 30 km, dan kini 80 km. 
Beberapa negara telah menghimbau warga negaranya untuk tidak bepergian ke 
Jepang, sementara warga negara asing yang sudah berada di Jepang sedang 
diusahakan untuk dipulangkan oleh negaranya masing2. 

Gempa Tohoku yang mencapai magnitude 9,0 M adalah record tertinggi gempa 
terkuat bagi Jepang. Untuk skala dunia pun, bisa dibilang masuk ke lima besar 
setelah gempa Chile 9,5 SR, gempa Alaska 9,2 SR dan gempa Aceh Indonesia 9,1 
Mw. Gempa2 sebelumnya yang dialami Jepang yang berasal dari patahan akibat 
konvergensi slab Pasifik dan kerak akresi Eurasia adalah: gempa 7,7 M (Juni, 
1978),  gempa M 7.8 (Desember 1994), gempa M 7.6 (1896) yang dilaporkan 
menimbulkan tsunami setinggi 38 meter dan memakan korban sebanyak 27.000, dan 
gempa M 8.6 (1933) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 29 meter dan 
menewaskan 3000 korban. Laut di sebelah timur Pulau Honshu mempunyai topografi 
dasar laut embayment (pertelukan) yang akan membahayakan bila menimbulkan 
tsunami. Embayment yang terbuka ke arah datangnya gelombang, yang lalu 
menyempit ke arah daratan (seperti corong) akan mengumpulkan massa air laut 
menjadi tsunami dengan run up yang tinggi.

Gempa-gempa