Re: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme

2004-08-06 Terurut Topik Taufik Manan
Menurut saya, setiap profesi itu ada kode etik-nya dan
seharusnya ada pihak atau badan yang bertugas
mengawasi setiap aktifitas profesi-nya.

Masalahnya sekarang adalah setiap insan profesi itu
tahu tapi merasa tidak tahu. Atau tidak tahu tapi
tidak mencoba untuk mencari tahu.

Badan pengawas yang seharusnya diisi oleh orang yang
yang ahli atau punya pengalaman luas, umumnya
bertindak setelah ada kejadian. Harusnya sudah ada
tindakan preventifnya yang bisa diprediksikan
sebelumnya. Ini yang seharusnya menjadikan suatu
masalah profesi itu obyektif dan adil sehingga tidak
ada nuansa politis atau kelihatannya pro terhadap satu
kelompok.

Marilah kita mulai benar-benar bersikap profesional
dan obyektif serta adil, mulai pada diri kita dulu,
mulai dari hal kecil dan mulai saat ini.

Demikian dan wassalam.

TAM



--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi
 kebumian, yang 
 berbenturan 
 antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan
 perusahaan.
 Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan
 ,memasukan tenaga kerja asing 
 dengan 'menyuap', 
 membuang limbah sembarangan, memark-up reserve,
 melakukan ekplorasi 
 setengah hati,
 dll.
 
 Terkadang posisi profesional menjadi
 dilematis.Kemana harus berpihak? 
 Dan sampai kapan kita musti tutup mulut?
 
 Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka
 rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap
 penyakit pasiennya sampai mati. Maka  etika/
 kewajiban  profesional 
 (geologist) juga 
 mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan
 sampai mati?
 
 (Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis
 IAGI.)
 
 =
 AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO 
 TOTAL EP INDONESIE
 BALIKPAPAN
 0542-533765 - 0811592902
 =
 




__
Do you Yahoo!?
New and Improved Yahoo! Mail - Send 10MB messages!
http://promotions.yahoo.com/new_mail 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme

2004-08-06 Terurut Topik O.K Taufik
Bung Amir, 
Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?.
Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah
ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu
karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg
jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di
mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena
mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang
sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di
Indonesia, kaltim almost same-lah.
Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di
papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal
menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu
pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan
dllnya jelek sekali.
Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut.

Ini kepentingan nasional mir..
-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 06, 2004 12:24 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme


Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang 
berbenturan 
antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan.
Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja
asing 
dengan 'menyuap', 
membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi 
setengah hati,
dll.

Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? 
Dan sampai kapan kita musti tutup mulut?

Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka
rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap
penyakit pasiennya sampai mati. Maka  etika/ kewajiban  profesional 
(geologist) juga 
mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati?

(Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.)

=
AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO 
TOTAL EP INDONESIE
BALIKPAPAN
0542-533765 - 0811592902
=

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme

2004-08-06 Terurut Topik arissetiawan

1. banyaknya permasalahan di dunia migas indonesia merupakan salah satu
dampak negatif dari kontrak psc yang hanya melibatkan pemerintah dan
kontraktor, dengan mengatasnamakan pasal 33 uud 45. alasannya hanya
pemerintah yang maju adalah karena bumi air dan kekayaan lainnya adalah
milik negara dan dikuasai untuk kesejahteraan orang banyak. dengan
demikian, para pemilik tanah yang notabene tinggal disekitar proyek2 migas
tersebut hanya bisa gigit jari, karena tidak ada sepeser pun hasil yang
bisa didapatkan, kecuali dengan bluff dari lsm.

coba dibandingkan dengan us dengan sistem royalty-nya untuk onshore, setiap
orang yang punya tanah mendapatkan bagian dari produksi migas yang berasal
dari subsurface. dengan begitu, pemilik tanah (petani dan peternak) malah
senang kalau ada survei untuk eksplorasi migas, seperti seismic atau pun
kegiatan pemboran. karena mereka akan mendapatkan manfaatnya. sedangkan
dengan sistem psc, rakyat pemilik tanah (tanah adat atau pun tanah lainnya)
tidak mendapatkan apa pun, kecuali kalau kebagian tanahnya dibeli untuk
proyek tersebut. itu pun terbatas untuk drilling dan facility site saja

2. faktor yang kedua adalah tidak adanya partisipasi rakyat indonesia untuk
menanamkan saham dalam investasi migas atau pun tambang. sehingga otomatis,
rakyat tidak bisa mencicipi hasil investasi yang menggiurkan tersebut. coba
bandingkan dengan canada yang rakyatnya begitu antusias untuk berinvestasi
di pasar modal untuk kegiatan pertambangan.

penyebab kurangnya investasi rakyat ada dua, yaitu:
a. tidak adanya sosialisasi investasi migas, sehingga rakyat selalu mengira
bahwa investasi migas adalah sesuatu yang mahal dan tidak mungkin dilakukan
oleh rakyat indonesia. hanya orang2 kaya dari luar negeri yang mampu
melakukan itu.
b. tidak adanya suatu sistem yang memudahkan perusahaan migas untuk
menjual-belikan sahamnya di bursa efek jakarta. hampir semua perusahaan
migas hanya mendaftarkan sahamnya di bursa nyse atau nasdaq. yang terdaftar
di bej hanyalah medco, energi mega persada (kondur petroleum dan lapindo
brantas+pagerungan), dan bumi resources.

kalau saya boleh mengusulkan, alangkah baiknya bila semua kontraktor psc di
indonesia yang sudah berproduksi harus mendaftarkan perusahaannya di bej,
dengan menjual sahamnya antara 10-20%. dengan demikian, rakyat indonesia
mempunyai kesempatan untuk berinvestasi di bidang migas dengan mudah, dan
bisa turut menikmati hasil investasi petro-dollarnya.

best regards -





   
 
  O.K Taufik 
 
  [EMAIL PROTECTED] To:  [EMAIL PROTECTED]  
 
  co.id   cc: 
 
   Subject: RE: [iagi-net-l] 
Professionalisme vs Nasionalisme   
  06/08/2004 03:58 
 
  PM   
 
  Please respond   
 
  to iagi-net  
 
   
 
   
 



Bung Amir,
Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?.
Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah
ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu
karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg
jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di
mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena
mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang
sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di
Indonesia, kaltim almost same-lah.
Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di
papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal
menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu
pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan
dllnya jelek sekali.
Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut.

Ini kepentingan nasional mir..








-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F

RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme

2004-08-06 Terurut Topik Amir . AL-AMIN
Kalau masalah masyarakat sekitar yang tetap terpuruk,
itu urusan Pemerintah yang tidak adil, Pak Taufik.

Tapi yang menjadi perhatian itu , misalnya :
Sebagai geologist, menghitung reserve, kemudian si bos minta dibuat 
hasilnya besar,
karena bersikap profesional, si geologist mengikuti apa kata bos dong, dia 
yang membayar kok, maka dibuat pembenaran ilmiah,
atau sebagai profesional malah menolak melakukan, karena tidak bisa 
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Contoh lain, kasus Buyat, ada kandungan merkuri dalam darah. Tetapi masih 
dibawah ambang.
Maka sebagai dokter dia bisa bilang , kalau pasien tidak teracuni, (kan 
masih 'aman')
Atau malah sebaliknya, karena ada penyimpangan dari orang normal, berarti 
sudah teracuni.

Dalam kasus KBC misalnya, pemerintah diharuskan membayar 290 juta dollar 
sebagai ganti
rugi investasi, potensi keuntungan dan bunga. Potensi keuntungan, dihitung 
dari antara lain
reserve.  Tetapi apakah benar klaim reserve perusahaan tersebut? Bisakah 
laporan
cadangannya , yang dibuat si geologist/ reservoir eng. diuji, misal oleh 
iagi atau iatmi?






O.K Taufik [EMAIL PROTECTED]
06/08/2004 03:58 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme


Bung Amir, 
Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?.
Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah
ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu
karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg
jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di
mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena
mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang
sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di
Indonesia, kaltim almost same-lah.
Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di
papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal
menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu
pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan
dllnya jelek sekali.
Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut.

Ini kepentingan nasional mir..
-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 06, 2004 12:24 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme


Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang 
berbenturan 
antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan.
Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja
asing 
dengan 'menyuap', 
membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi 
setengah hati,
dll.

Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? 
Dan sampai kapan kita musti tutup mulut?

Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka
rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap
penyakit pasiennya sampai mati. Maka  etika/ kewajiban  profesional 
(geologist) juga 
mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati?

(Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.)

=
AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO 
TOTAL EP INDONESIE
BALIKPAPAN
0542-533765 - 0811592902
=

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-





RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme

2004-08-06 Terurut Topik O.K Taufik
Normatifnya begitu, setiap profesi seperti di ulas Pak TAM sudah punya
etika, susahnya kalau tak ada implementasi regulasi..semestinya apa yg
diulas Pak Aris itu-lah yang bisa memberi peluang transparansi kebijakan
dan dampak pertambangan dan Migas, klau rakyat/warga punya share
langsung, coorparated bersama staf ahlinya-kan tak bisa menghayal
kotor, karena semuanya ada beban feenya, secara ekonomisnya dan aspek
soseknya. 

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 06, 2004 3:42 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme


Kalau masalah masyarakat sekitar yang tetap terpuruk,
itu urusan Pemerintah yang tidak adil, Pak Taufik.

Tapi yang menjadi perhatian itu , misalnya :
Sebagai geologist, menghitung reserve, kemudian si bos minta dibuat 
hasilnya besar,
karena bersikap profesional, si geologist mengikuti apa kata bos dong,
dia 
yang membayar kok, maka dibuat pembenaran ilmiah,
atau sebagai profesional malah menolak melakukan, karena tidak bisa 
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Contoh lain, kasus Buyat, ada kandungan merkuri dalam darah. Tetapi
masih 
dibawah ambang.
Maka sebagai dokter dia bisa bilang , kalau pasien tidak teracuni, (kan 
masih 'aman')
Atau malah sebaliknya, karena ada penyimpangan dari orang normal,
berarti 
sudah teracuni.

Dalam kasus KBC misalnya, pemerintah diharuskan membayar 290 juta dollar

sebagai ganti
rugi investasi, potensi keuntungan dan bunga. Potensi keuntungan,
dihitung 
dari antara lain
reserve.  Tetapi apakah benar klaim reserve perusahaan tersebut? Bisakah

laporan
cadangannya , yang dibuat si geologist/ reservoir eng. diuji, misal oleh

iagi atau iatmi?






O.K Taufik [EMAIL PROTECTED]
06/08/2004 03:58 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs
Nasionalisme


Bung Amir, 
Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?.
Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah
ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu
karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg
jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di
mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena
mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang
sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di
Indonesia, kaltim almost same-lah.
Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di
papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal
menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu
pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan
dllnya jelek sekali.
Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut.

Ini kepentingan nasional mir..
-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 06, 2004 12:24 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme


Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang 
berbenturan 
antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan.
Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja
asing 
dengan 'menyuap', 
membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi 
setengah hati,
dll.

Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? 
Dan sampai kapan kita musti tutup mulut?

Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka
rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap
penyakit pasiennya sampai mati. Maka  etika/ kewajiban  profesional 
(geologist) juga 
mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati?

(Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.)

=
AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO 
TOTAL EP INDONESIE
BALIKPAPAN
0542-533765 - 0811592902
=

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net