Re: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme
Menurut saya, setiap profesi itu ada kode etik-nya dan seharusnya ada pihak atau badan yang bertugas mengawasi setiap aktifitas profesi-nya. Masalahnya sekarang adalah setiap insan profesi itu tahu tapi merasa tidak tahu. Atau tidak tahu tapi tidak mencoba untuk mencari tahu. Badan pengawas yang seharusnya diisi oleh orang yang yang ahli atau punya pengalaman luas, umumnya bertindak setelah ada kejadian. Harusnya sudah ada tindakan preventifnya yang bisa diprediksikan sebelumnya. Ini yang seharusnya menjadikan suatu masalah profesi itu obyektif dan adil sehingga tidak ada nuansa politis atau kelihatannya pro terhadap satu kelompok. Marilah kita mulai benar-benar bersikap profesional dan obyektif serta adil, mulai pada diri kita dulu, mulai dari hal kecil dan mulai saat ini. Demikian dan wassalam. TAM --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang berbenturan antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan. Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja asing dengan 'menyuap', membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi setengah hati, dll. Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? Dan sampai kapan kita musti tutup mulut? Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap penyakit pasiennya sampai mati. Maka etika/ kewajiban profesional (geologist) juga mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati? (Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.) = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = __ Do you Yahoo!? New and Improved Yahoo! Mail - Send 10MB messages! http://promotions.yahoo.com/new_mail - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme
Bung Amir, Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?. Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di Indonesia, kaltim almost same-lah. Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan dllnya jelek sekali. Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut. Ini kepentingan nasional mir.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 06, 2004 12:24 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang berbenturan antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan. Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja asing dengan 'menyuap', membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi setengah hati, dll. Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? Dan sampai kapan kita musti tutup mulut? Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap penyakit pasiennya sampai mati. Maka etika/ kewajiban profesional (geologist) juga mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati? (Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.) = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme
1. banyaknya permasalahan di dunia migas indonesia merupakan salah satu dampak negatif dari kontrak psc yang hanya melibatkan pemerintah dan kontraktor, dengan mengatasnamakan pasal 33 uud 45. alasannya hanya pemerintah yang maju adalah karena bumi air dan kekayaan lainnya adalah milik negara dan dikuasai untuk kesejahteraan orang banyak. dengan demikian, para pemilik tanah yang notabene tinggal disekitar proyek2 migas tersebut hanya bisa gigit jari, karena tidak ada sepeser pun hasil yang bisa didapatkan, kecuali dengan bluff dari lsm. coba dibandingkan dengan us dengan sistem royalty-nya untuk onshore, setiap orang yang punya tanah mendapatkan bagian dari produksi migas yang berasal dari subsurface. dengan begitu, pemilik tanah (petani dan peternak) malah senang kalau ada survei untuk eksplorasi migas, seperti seismic atau pun kegiatan pemboran. karena mereka akan mendapatkan manfaatnya. sedangkan dengan sistem psc, rakyat pemilik tanah (tanah adat atau pun tanah lainnya) tidak mendapatkan apa pun, kecuali kalau kebagian tanahnya dibeli untuk proyek tersebut. itu pun terbatas untuk drilling dan facility site saja 2. faktor yang kedua adalah tidak adanya partisipasi rakyat indonesia untuk menanamkan saham dalam investasi migas atau pun tambang. sehingga otomatis, rakyat tidak bisa mencicipi hasil investasi yang menggiurkan tersebut. coba bandingkan dengan canada yang rakyatnya begitu antusias untuk berinvestasi di pasar modal untuk kegiatan pertambangan. penyebab kurangnya investasi rakyat ada dua, yaitu: a. tidak adanya sosialisasi investasi migas, sehingga rakyat selalu mengira bahwa investasi migas adalah sesuatu yang mahal dan tidak mungkin dilakukan oleh rakyat indonesia. hanya orang2 kaya dari luar negeri yang mampu melakukan itu. b. tidak adanya suatu sistem yang memudahkan perusahaan migas untuk menjual-belikan sahamnya di bursa efek jakarta. hampir semua perusahaan migas hanya mendaftarkan sahamnya di bursa nyse atau nasdaq. yang terdaftar di bej hanyalah medco, energi mega persada (kondur petroleum dan lapindo brantas+pagerungan), dan bumi resources. kalau saya boleh mengusulkan, alangkah baiknya bila semua kontraktor psc di indonesia yang sudah berproduksi harus mendaftarkan perusahaannya di bej, dengan menjual sahamnya antara 10-20%. dengan demikian, rakyat indonesia mempunyai kesempatan untuk berinvestasi di bidang migas dengan mudah, dan bisa turut menikmati hasil investasi petro-dollarnya. best regards - O.K Taufik [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] co.id cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme 06/08/2004 03:58 PM Please respond to iagi-net Bung Amir, Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?. Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di Indonesia, kaltim almost same-lah. Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan dllnya jelek sekali. Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut. Ini kepentingan nasional mir.. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F
RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme
Kalau masalah masyarakat sekitar yang tetap terpuruk, itu urusan Pemerintah yang tidak adil, Pak Taufik. Tapi yang menjadi perhatian itu , misalnya : Sebagai geologist, menghitung reserve, kemudian si bos minta dibuat hasilnya besar, karena bersikap profesional, si geologist mengikuti apa kata bos dong, dia yang membayar kok, maka dibuat pembenaran ilmiah, atau sebagai profesional malah menolak melakukan, karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Contoh lain, kasus Buyat, ada kandungan merkuri dalam darah. Tetapi masih dibawah ambang. Maka sebagai dokter dia bisa bilang , kalau pasien tidak teracuni, (kan masih 'aman') Atau malah sebaliknya, karena ada penyimpangan dari orang normal, berarti sudah teracuni. Dalam kasus KBC misalnya, pemerintah diharuskan membayar 290 juta dollar sebagai ganti rugi investasi, potensi keuntungan dan bunga. Potensi keuntungan, dihitung dari antara lain reserve. Tetapi apakah benar klaim reserve perusahaan tersebut? Bisakah laporan cadangannya , yang dibuat si geologist/ reservoir eng. diuji, misal oleh iagi atau iatmi? O.K Taufik [EMAIL PROTECTED] 06/08/2004 03:58 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme Bung Amir, Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?. Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di Indonesia, kaltim almost same-lah. Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan dllnya jelek sekali. Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut. Ini kepentingan nasional mir.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 06, 2004 12:24 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang berbenturan antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan. Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja asing dengan 'menyuap', membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi setengah hati, dll. Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? Dan sampai kapan kita musti tutup mulut? Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap penyakit pasiennya sampai mati. Maka etika/ kewajiban profesional (geologist) juga mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati? (Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.) = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme
Normatifnya begitu, setiap profesi seperti di ulas Pak TAM sudah punya etika, susahnya kalau tak ada implementasi regulasi..semestinya apa yg diulas Pak Aris itu-lah yang bisa memberi peluang transparansi kebijakan dan dampak pertambangan dan Migas, klau rakyat/warga punya share langsung, coorparated bersama staf ahlinya-kan tak bisa menghayal kotor, karena semuanya ada beban feenya, secara ekonomisnya dan aspek soseknya. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 06, 2004 3:42 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme Kalau masalah masyarakat sekitar yang tetap terpuruk, itu urusan Pemerintah yang tidak adil, Pak Taufik. Tapi yang menjadi perhatian itu , misalnya : Sebagai geologist, menghitung reserve, kemudian si bos minta dibuat hasilnya besar, karena bersikap profesional, si geologist mengikuti apa kata bos dong, dia yang membayar kok, maka dibuat pembenaran ilmiah, atau sebagai profesional malah menolak melakukan, karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Contoh lain, kasus Buyat, ada kandungan merkuri dalam darah. Tetapi masih dibawah ambang. Maka sebagai dokter dia bisa bilang , kalau pasien tidak teracuni, (kan masih 'aman') Atau malah sebaliknya, karena ada penyimpangan dari orang normal, berarti sudah teracuni. Dalam kasus KBC misalnya, pemerintah diharuskan membayar 290 juta dollar sebagai ganti rugi investasi, potensi keuntungan dan bunga. Potensi keuntungan, dihitung dari antara lain reserve. Tetapi apakah benar klaim reserve perusahaan tersebut? Bisakah laporan cadangannya , yang dibuat si geologist/ reservoir eng. diuji, misal oleh iagi atau iatmi? O.K Taufik [EMAIL PROTECTED] 06/08/2004 03:58 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme Bung Amir, Mengkaitkan dengan Nasionalisme karena sudah dekat 17an Agustuskah?. Tapi mungkin kasus-kasus itu kelihatanya nyata, Kalau di Migas lihatlah ketimpangannya, Mobil oil itu, jaya karena gas Aceh, caltex Juga begitu karena limpahnya Oil di riau, Huffco itu apalagi..seorang pekerja yg jadi pengusaha Migas, berjaya karena berhasil eksploitasi migas di mutiara, nilam, badak sekitarnya. Total juga menjadi besar, karena mahakam delta. Bandingkan apa yg dapat rakyat lokal. Aceh terkebelakang sekali, masyarakat di Riau adalah terburuk taraf pendidikannya di Indonesia, kaltim almost same-lah. Di tambag mineral sama saja, freeport itu besarnya karena tambang di papua, hasilnya bagi lokal sama saja, orang sudah complain soal menciutnya lapisan salju di puncak soekarno, limbah tailingnya dulu pernah juga diributkan, bagaimana buat Papua..sama saja, mutu pendidikan dllnya jelek sekali. Skala nasionalnya, pemerintah banyak hutang menuju bangkrut. Ini kepentingan nasional mir.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 06, 2004 12:24 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Professionalisme vs Nasionalisme Kalau melihat kasus-kasus di Perusahaan ekstrasi kebumian, yang berbenturan antara kepentingan negara (rakyat) dan kepentingan perusahaan. Contohnya , perusahaan melakukan pemborosan ,memasukan tenaga kerja asing dengan 'menyuap', membuang limbah sembarangan, memark-up reserve, melakukan ekplorasi setengah hati, dll. Terkadang posisi profesional menjadi dilematis.Kemana harus berpihak? Dan sampai kapan kita musti tutup mulut? Kalau sumpah prajurit, berjanji tidak membuka rahasia negara atau dokter tidak boleh mengungkap penyakit pasiennya sampai mati. Maka etika/ kewajiban profesional (geologist) juga mengharuskan kita tidak membuka 'aib' perusahaan sampai mati? (Maaf kalau masalah ini pernah dibahas di milis IAGI.) = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net