[keluarga-islam] IHYA' ULUMIDDIN KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15)
- Original Message - From: Arland To: mencintai-islam@yahoogroups.com ; keluarga-islam@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 25, 2006 9:15 AM Subject: "IHYA' ULUMIDDIN" KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15) INTISARI KITAB Mau'izhatul Mu'minin min "IHYA' ULUMIDDIN" ==Hujjatul Islam Al Imam Al Ghazali== (Bimbingan Mu'min dari Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) Bismillah, Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Washohbihie Waman Walaahamma ba'du... KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15) Hak persaudaraan dan persahabatanKetahuilah bahwasanya saudaramu itu mempunyai bermacam-macam hak iaitu: (1) Hak di bidang harta (2) Hak memberikan bantuan dengan jiwa dan raga. (3) Hak memelihara lidah dan hati (4) Hak memelihara ucapan (5) Hak pengampunan (6) Hak mendoakan (7) Hak menepati janji dan ikhlas diri (8) Hak memberi kemudahan, meninggalkan bersusah payah atau menyusahkan. Hak-hak saudara ini berjumlah delapan kesemuanya. Berikut keterangan satu persatu: (1) HAK DI BIDANG HARTA: Diriwayatkan dalam sebuah Hadis berbunyi: Perumpamaan kedua saudara itu adalah seperti kedua tangan; yang satu membersihkan yang lainnya. Amat tepat sekali, perumpamaan itu, kerana memanglah tugas kedua tangan itu saling bantu-membantu antara satu sama lain atas maksud yang satu. Demikian pulalah hendaknya keadaan kedua saudara itu, tiada akan sempurna persaudaraannya, melainkan bila kedua-duanya bersatu dalam satu tujuan, seolah-olah bila dipandang keduanya seperti orang yang satu. Kesatuan tujuan keduanya mestilah dalam keadaan senang dan susah, dan saling tolong-menolong dalam masa akan datang dan sekarang, dengan menjauhkan segala kepentingan diri atau melebihkan satu atas yang lain. Adapun perihal bantu-membantu dalam soal kewangan terhadap saudara ada tiga peringkat : Pertama: Tingkat yang paling rendah sekali ialah dengan mengganggap sebagai seorang khadam kepadamu. Jadi lebih dulu, anda penuhkan semua keperluan anda dari harta kekayaan anda. Kemudian sekiranya ada lebih lagi, sedangkan saudaramu memerlukan pula kepada pertolongan, maka barulah anda berikan pertolongan kepadanya. Tetapi jangan pula anda menunggu sampai ia meminta dulu baru diberikan, tetapi hendaklah anda menawarkan terlebih dulu. Jika anda berdiam diri sehingga ia terpaksa meminta, maka sikap itu adalah suatu kecuaian dalam soal persaudaraan. Kedua: Tingkat kedua ialah dengan menganggap saudaramu seperti dirimu sendiri. Anda redha berkongsi dengannya dalam harta kekayaan dan segala milik anda, sehingga anda sanggup membahagi dua harta benda dan kekayaan anda bersamanya. Ketiga: Tingkat yang paling tinggi sekali, iaitu dengan mendahulukan hajat dan keperluannya atas hajat dan keperluan anda sendiri. Sifat seumpama ini hanya ada pada orang-orang dalam tingkatan para siddiqin, dan ia merupakan tingkatan para pencinta. Dan puncak dari segala tingkatan-tingkatan ini, ialah melebihkan hak orang lain atas hak peribadi sendiri, maka sayugialah anda perhatikan semua tingkatan-tingkatan ini pada diri anda. Kiranya tidak ada satu pun dari ketiga-tiga tingkatan ini pada diri anda, maka ketahuilah, bahwasanya ikatan persaudaraan itu masih belum terikat lagi dalam batin anda. Adapun pergaulan yang berlaku sehari-hari dengan saudara mara itu, tiada lain melainkan semacam pergaulan yang rasmi saja, tidak ada kesan apa pun yang tertinggal di dalam akal atau agama. Berkata Maimum bin Mahran: Barangsiapa yang suka berkawan, tetapi tidak suka melebihkan kawan atas diri sendiri, maka lebih baik ia berkawan dengan ahli kubur. Setengah ahli agama masih belum dapat menerima darjat pertama dari tingkatan-tingkatan yang tiga tadi sebagai sifat yang diredhai oleh mereka. Diriwayatkan bahwa Utbah al-Ghulam rahimahullah mengunjungi rumah seorang kawan yang telah diakuinya sebagai saudara, lalu berkata: Aku perlukan dari hartamu sekadar 4,000 dirham. Jawab rakannya: Ambillah 2,000 saja! Utbah enggan menerimanya malah ia mencela orang itu, katanya: Sungguh tak kusangka bahwa anda telah memilih dunia dari Allah Taala. Tidakkah anda merasa malu mendakwakan persaudaraan kerana Allah, kemudian anda berkata semacam ini? Adapun tingkatan yang paling tinggi sekali dari tingkatan persaudaraan itu, maka Allah telah menjelaskan sifatnya sepertimana yang ditunjukkan kepada kaum Muminin yang berikut dalam firmanNya: Dan urusan mereka dipermusyawaratkannya antara sesama mereka, dan mereka sentiasa membelanjakan apa-apa yang Kami memberikan rezeki kepada mereka. (asy-Syura: 38) Yakni, kaum Muminin itu menjadi syarikat atau kongsi dalam harta benda sesama sendiri, tidak ada bedanya harta seorang dengan yang lainnya. Bahkan ada di antara mereka itu yang enggan mengaku kawan
[keluarga-islam] IHYA' ULUMIDDIN KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15)
INTISARI KITAB Mau'izhatul Mu'minin min "IHYA' ULUMIDDIN" ==Hujjatul Islam Al Imam Al Ghazali== (Bimbingan Mu'min dari Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) Bismillah, Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Washohbihie Waman Walaahamma ba'du... KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15) Hak persaudaraan dan persahabatanKetahuilah bahwasanya saudaramu itu mempunyai bermacam-macam hak iaitu: (1) Hak di bidang harta (2) Hak memberikan bantuan dengan jiwa dan raga. (3) Hak memelihara lidah dan hati (4) Hak memelihara ucapan (5) Hak pengampunan (6) Hak mendoakan (7) Hak menepati janji dan ikhlas diri (8) Hak memberi kemudahan, meninggalkan bersusah payah atau menyusahkan. Hak-hak saudara ini berjumlah delapan kesemuanya. Berikut keterangan satu persatu: (1) HAK DI BIDANG HARTA: Diriwayatkan dalam sebuah Hadis berbunyi: Perumpamaan kedua saudara itu adalah seperti kedua tangan; yang satu membersihkan yang lainnya. Amat tepat sekali, perumpamaan itu, kerana memanglah tugas kedua tangan itu saling bantu-membantu antara satu sama lain atas maksud yang satu. Demikian pulalah hendaknya keadaan kedua saudara itu, tiada akan sempurna persaudaraannya, melainkan bila kedua-duanya bersatu dalam satu tujuan, seolah-olah bila dipandang keduanya seperti orang yang satu. Kesatuan tujuan keduanya mestilah dalam keadaan senang dan susah, dan saling tolong-menolong dalam masa akan datang dan sekarang, dengan menjauhkan segala kepentingan diri atau melebihkan satu atas yang lain. Adapun perihal bantu-membantu dalam soal kewangan terhadap saudara ada tiga peringkat : Pertama: Tingkat yang paling rendah sekali ialah dengan mengganggap sebagai seorang khadam kepadamu. Jadi lebih dulu, anda penuhkan semua keperluan anda dari harta kekayaan anda. Kemudian sekiranya ada lebih lagi, sedangkan saudaramu memerlukan pula kepada pertolongan, maka barulah anda berikan pertolongan kepadanya. Tetapi jangan pula anda menunggu sampai ia meminta dulu baru diberikan, tetapi hendaklah anda menawarkan terlebih dulu. Jika anda berdiam diri sehingga ia terpaksa meminta, maka sikap itu adalah suatu kecuaian dalam soal persaudaraan. Kedua: Tingkat kedua ialah dengan menganggap saudaramu seperti dirimu sendiri. Anda redha berkongsi dengannya dalam harta kekayaan dan segala milik anda, sehingga anda sanggup membahagi dua harta benda dan kekayaan anda bersamanya. Ketiga: Tingkat yang paling tinggi sekali, iaitu dengan mendahulukan hajat dan keperluannya atas hajat dan keperluan anda sendiri. Sifat seumpama ini hanya ada pada orang-orang dalam tingkatan para siddiqin, dan ia merupakan tingkatan para pencinta. Dan puncak dari segala tingkatan-tingkatan ini, ialah melebihkan hak orang lain atas hak peribadi sendiri, maka sayugialah anda perhatikan semua tingkatan-tingkatan ini pada diri anda. Kiranya tidak ada satu pun dari ketiga-tiga tingkatan ini pada diri anda, maka ketahuilah, bahwasanya ikatan persaudaraan itu masih belum terikat lagi dalam batin anda. Adapun pergaulan yang berlaku sehari-hari dengan saudara mara itu, tiada lain melainkan semacam pergaulan yang rasmi saja, tidak ada kesan apa pun yang tertinggal di dalam akal atau agama. Berkata Maimum bin Mahran: Barangsiapa yang suka berkawan, tetapi tidak suka melebihkan kawan atas diri sendiri, maka lebih baik ia berkawan dengan ahli kubur. Setengah ahli agama masih belum dapat menerima darjat pertama dari tingkatan-tingkatan yang tiga tadi sebagai sifat yang diredhai oleh mereka. Diriwayatkan bahwa Utbah al-Ghulam rahimahullah mengunjungi rumah seorang kawan yang telah diakuinya sebagai saudara, lalu berkata: Aku perlukan dari hartamu sekadar 4,000 dirham. Jawab rakannya: Ambillah 2,000 saja! Utbah enggan menerimanya malah ia mencela orang itu, katanya: Sungguh tak kusangka bahwa anda telah memilih dunia dari Allah Taala. Tidakkah anda merasa malu mendakwakan persaudaraan kerana Allah, kemudian anda berkata semacam ini? Adapun tingkatan yang paling tinggi sekali dari tingkatan persaudaraan itu, maka Allah telah menjelaskan sifatnya sepertimana yang ditunjukkan kepada kaum Muminin yang berikut dalam firmanNya: Dan urusan mereka dipermusyawaratkannya antara sesama mereka, dan mereka sentiasa membelanjakan apa-apa yang Kami memberikan rezeki kepada mereka. (asy-Syura: 38) Yakni, kaum Muminin itu menjadi syarikat atau kongsi dalam harta benda sesama sendiri, tidak ada bedanya harta seorang dengan yang lainnya. Bahkan ada di antara mereka itu yang enggan mengaku kawan kepada orang yang berkata: Ini sandalku, yakni ia telah mementingkan dirinya sendiri bila mengatakan sandal itu miliknya. Ada di antara mereka itu yang terus memerdekakan hamba sahayanya disebabkan kedatangan seorang teman atau saudara ke rumahnya, lalu mengambil dari hartanya
[keluarga-islam] IHYA' ULUMIDDIN KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15)
- Original Message - From: Arland To: mencintai-islam@yahoogroups.com ; keluarga-islam@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 25, 2006 9:15 AMSubject: "IHYA' ULUMIDDIN" KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15)INTISARI KITABMau'izhatul Mu'minin min"IHYA' ULUMIDDIN"==Hujjatul Islam Al Imam Al Ghazali==(Bimbingan Mu'min dari Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama)Bismillah, Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Washohbihie Waman Walaahamma ba'du... KITAB ADAB PERGAULAN, PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN (4/15)Hak persaudaraan dan persahabatanKetahuilah bahwasanya saudaramu itu mempunyai bermacam-macam hak iaitu: (1) Hak di bidang harta (2) Hak memberikan bantuan dengan jiwa dan raga. (3) Hak memelihara lidah dan hati (4) Hak memelihara ucapan (5) Hak pengampunan (6) Hak mendoakan (7) Hak menepati janji dan ikhlas diri (8) Hak memberi kemudahan, meninggalkan bersusah payah atau menyusahkan. Hak-hak saudara ini berjumlah delapan kesemuanya. Berikut keterangan satu persatu: (1) HAK DI BIDANG HARTA: Diriwayatkan dalam sebuah Hadis berbunyi: "Perumpamaan kedua saudara itu adalah seperti kedua tangan; yang satu membersihkan yang lainnya." Amat tepat sekali, perumpamaan itu, kerana memanglah tugas kedua tangan itu saling bantu-membantu antara satu sama lain atas maksud yang satu. Demikian pulalah hendaknya keadaan kedua saudara itu, tiada akan sempurna persaudaraannya, melainkan bila kedua-duanya bersatu dalam satu tujuan, seolah-olah bila dipandang keduanya seperti orang yang satu. Kesatuan tujuan keduanya mestilah dalam keadaan senang dan susah, dan saling tolong-menolong dalam masa akan datang dan sekarang, dengan menjauhkan segala kepentingan diri atau melebihkan satu atas yang lain. Adapun perihal bantu-membantu dalam soal kewangan terhadap saudara ada tiga peringkat : Pertama: Tingkat yang paling rendah sekali ialah dengan mengganggap sebagai seorang khadam kepadamu. Jadi lebih dulu, anda penuhkan semua keperluan anda dari harta kekayaan anda. Kemudian sekiranya ada lebih lagi, sedangkan saudaramu memerlukan pula kepada pertolongan, maka barulah anda berikan pertolongan kepadanya. Tetapi jangan pula anda menunggu sampai ia meminta dulu baru diberikan, tetapi hendaklah anda menawarkan terlebih dulu. Jika anda berdiam diri sehingga ia terpaksa meminta, maka sikap itu adalah suatu kecuaian dalam soal persaudaraan. Kedua: Tingkat kedua ialah dengan menganggap saudaramu seperti dirimu sendiri. Anda redha berkongsi dengannya dalam harta kekayaan dan segala milik anda, sehingga anda sanggup membahagi dua harta benda dan kekayaan anda bersamanya. Ketiga: Tingkat yang paling tinggi sekali, iaitu dengan mendahulukan hajat dan keperluannya atas hajat dan keperluan anda sendiri. Sifat seumpama ini hanya ada pada orang-orang dalam tingkatan para siddiqin, dan ia merupakan tingkatan para pencinta. Dan puncak dari segala tingkatan-tingkatan ini, ialah melebihkan hak orang lain atas hak peribadi sendiri, maka sayugialah anda perhatikan semua tingkatan-tingkatan ini pada diri anda. Kiranya tidak ada satu pun dari ketiga-tiga tingkatan ini pada diri anda, maka ketahuilah, bahwasanya ikatan persaudaraan itu masih belum terikat lagi dalam batin anda. Adapun pergaulan yang berlaku sehari-hari dengan saudara mara itu, tiada lain melainkan semacam pergaulan yang rasmi saja, tidak ada kesan apa pun yang tertinggal di dalam akal atau agama. Berkata Maimum bin Mahran: Barangsiapa yang suka berkawan, tetapi tidak suka melebihkan kawan atas diri sendiri, maka lebih baik ia berkawan dengan ahli kubur. Setengah ahli agama masih belum dapat menerima darjat pertama dari tingkatan-tingkatan yang tiga tadi sebagai sifat yang diredhai oleh mereka. Diriwayatkan bahwa Utbah al-Ghulam rahimahullah mengunjungi rumah seorang kawan yang telah diakuinya sebagai saudara, lalu berkata: Aku perlukan dari hartamu sekadar 4,000 dirham. Jawab rakannya: Ambillah 2,000 saja! Utbah enggan menerimanya malah ia mencela orang itu, katanya: Sungguh tak kusangka bahwa anda telah memilih dunia dari Allah Ta'ala. Tidakkah anda merasa malu mendakwakan persaudaraan kerana Allah, kemudian anda berkata semacam ini? Adapun tingkatan yang paling tinggi sekali dari tingkatan persaudaraan itu, maka Allah telah menjelaskan sifatnya sepertimana yang ditunjukkan kepada kaum Mu'minin yang berikut dalam firmanNya: "Dan urusan mereka dipermusyawaratkannya antara sesama mereka, dan mereka sentiasa membelanjakan apa-apa yang Kami memberikan rezeki kepada mereka." (asy-Syura: 38) Yakni, kaum Mu'minin itu menjadi syarikat atau kongsi dalam harta benda sesama sendiri, tidak ada bedanya harta seorang dengan yang lainnya. Bahkan ada di antara mereka itu yang enggan mengaku kawan kepada orang yang berkata: Ini sandalku, yakni ia telah mementingkan dirinya sendiri bila mengatakan sandal itu miliknya. Ada di antara mereka itu yang terus