Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab ganti ke ananto mau ngeritik Rosulluloh
bukan kritik bos... tapi kritis... :)) saya mengkritisi... bukan mengkritik... salam, ananto On 10/16/06, Ade Sanjaya Aliyasa [EMAIL PROTECTED] wrote: Ini judulnya kan hasil tulisan orang lain , yang dimana didalam tulisan itu juga ngambil cuplikan cuplikan pendapat para pengagung JIL .. ( Coba baca balik tulisannya ), terus jadi momok berkempanjangan karena urutan diskusinya gak puguh rembuganya , sampai sampai Aqidah disamakan pelajaran SD.. he he joke . Jadi vonis dari para milister yang sekarang kayanya unlce anto yg baik ini kok jadi mau mengkritis Rosullulloh.? Baiknya kita tanyakan ama uncle anto betul gak didalam hatinnya mau mengkritik Nabi besar Muhammad Rosulluloh? Kalau betul coba ketengahkan dalam sisi apabagianRosulluloh ygmau di kritik ? Terus biasanya kan kalau mengeritik biasanya pakai jalan perbaikannya . ini sekali lagi kalau betul uncle anto mau mengeritik beliau?sok ah nanti saya dengarkan dan telaah kritikannya . Nanti setelah Uncle anto mengkritik Rosululloh bagian saya yang berpendapat okay ? . sok ah geura ngeritikna .. padung dung padung dung ... bagea uncle anto mudik mudik Ade Sanjaya Aliyasa Qapco.co.ltdPo.box 50155- Ummsaid QatarPhone : +974 4642335Mobile ; +974 5865068 __._,_.___ Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. SPONSORED LINKS Single family home Family home finance Family home mortgage Family home business Dan Your email settings: Individual Email|Traditional Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe __,_._,___
Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
Hm, kalau saya boleh meimilih nih yaa... sekali lagi, kalau boleh memilih sama Allah Azza Wajalla, maka niscaya saya ingin dilahirkan menjadi orang Arab di zaman Rasulullah dan hidup berdampingan dengan beliau spt para shahabat r.a ;-) Wassalam, Anto - Original Message From: Sumantri [EMAIL PROTECTED]To: keluarga-islam@yahoogroups.comSent: Friday, October 13, 2006 10:49:46 AMSubject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Assalmu'alaikum, Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsaArab sekarang adalah karena Agama Islam.Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah,Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batasmakanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlakKalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.Islam adalah rahmat bagi seluruh AlamAnda jangan menjadi agen pemecah belah muslim.. beristig hfarlah.. Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. Wassalam, -Original Message-From: Ananto pratikno.ananto@ gmail.comTo: keluarga-islam@ yahoogroups. comDate: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message --http://www.suaramer deka.com/Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah "kebetulan" sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam). Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. "Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan" (26: 194). "Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Alquran ke dalam hatimu dengan seizin Allah" (2: 97). Kedua ayat ini menyatakan bahwa Alquran diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad. Dengan demikian, tidak mungkin Alquran bersifat eksternal dari diri Nabi Muhammad sendiri. Dengan kata lain, Fazlur Rahman hendak mengatakan bahwa Alquran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang ditangkap oleh Nabi Muhammad Saw, sekaligus diekspresikan dalam batas intelek dan kemampuan linguistiknya. Nabi Muhammad Saw sebagai penerima wahyu diposisikan sebagai "pengarang" Alquran. Dengan basis hermeneutika, kandungan Alquran dapat dipilah dari partikularitas yang menjadi kerangkanya sehingga dapat ditangkap pesan universalnya. Menggapai UniversalitasNilai-nilai ajaran di dalamnya sesungguhnya adalah nilai-nilai ajaran yang bersifat universal. Tidak hanya terdapat dalam ayat-ayat yang bersifat perintah, tetapi juga dalam ayat-ayat cerita atau kisah masa lalu. Kisah-kisah tersebut tidak dimaksudkan untuk sekadar bercerita, melainkan memberikan pelajaran moral bahwa di masa lalu Tuhan telah memberikan balasan buruk kepada orang-orang yang berlaku jahat dan sebaliknya. Namun karena ia diturunkan kepada seorang Nabi yang tinggal di Arab, maka ajaran-ajaran Alquran mau tidak mau
Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
sayangnya Gusti Allah ga mengabulkan pilihan sampeyan... sampeyan ditakdirkan lahir di Indonesia... ngumpul dengan orang2 kayak kita... ada Inul, ada aa gym, ada Gus Dur, ada jepri al bukori, ada zainudin em-zet dll so, syukuri saja... jangan melamun terlalu jauh sampe ke arab... hehehe.. :)) bangunlah indonesia... bangunlah islam di keluarga sampeyan... di RT sampeyan... di RW sampeyan... di kecamatan sampeyan dan seterusnya... nah... insya allah, Gusti Allah akan melihat usaha sampeyan dalam memajukan islam di indonesia... islam arab, biar para shekh2 raja minyak sono yg ngurusin... gimana sepakat ga? kalo sepakat, selamat nunggu es kolak deh... salam, ananto On 10/13/06, Anto Sulistianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Hm, kalau saya boleh meimilih nih yaa... sekali lagi, kalau boleh memilih sama Allah Azza Wajalla, maka niscaya saya ingin dilahirkan menjadi orang Arab di zaman Rasulullah dan hidup berdampingan dengan beliau spt para shahabat r.a ;-) Wassalam, Anto - Original Message From: Sumantri [EMAIL PROTECTED]To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Friday, October 13, 2006 10:49:46 AMSubject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Assalmu'alaikum, Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsaArab sekarang adalah karena Agama Islam.Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah,Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batasmakanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlakKalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.Islam adalah rahmat bagi seluruh AlamAnda jangan menjadi agen pemecah belah muslim.. beristig hfarlah.. Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. Wassalam, -Original Message-From: Ananto pratikno.ananto@ gmail.comTo: keluarga-islam@ yahoogroups. comDate: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message -- http://www.suaramer deka.com/Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah kebetulan sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam). Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (26: 194). Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Alquran ke dalam hatimu dengan seizin Allah (2: 97). Kedua ayat ini menyatakan bahwa Alquran diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad. Dengan demikian, tidak mungkin Alquran bersifat eksternal dari diri Nabi Muhammad sendiri. Dengan kata lain, Fazlur Rahman hendak mengatakan bahwa Alquran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang ditangkap oleh Nabi Muhammad Saw, sekaligus diekspresikan dalam batas intelek dan kemampuan linguistiknya. Nabi Muhammad Saw sebagai penerima wahyu diposisikan sebagai pengarang Alquran. Dengan basis
Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
Yah memang kita hrs tunduk dgn qadha Allah dan nggak bisa memilih apa yg sudah menjadi ketentuann Nya. Yg bisa dilakukan adalah bersyukur dan be the good muslim Islam sih gak ada urusan sama Islam Arab, Islam Indonesia, atawa Islam daerah manapun. Yg penting satu akidah, kecuali kalau akidahnya udah melenceng kayak JIL itu yaa wajib dikritisi... Wassalam, Anto - Original Message From: Ananto [EMAIL PROTECTED]To: keluarga-islam@yahoogroups.comSent: Friday, October 13, 2006 2:18:05 PMSubject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab sayangnya Gusti Allah ga mengabulkan pilihan sampeyan... sampeyan ditakdirkan lahir di Indonesia... ngumpul dengan orang2 kayak kita... ada Inul, ada aa gym, ada Gus Dur, ada jepri al bukori, ada zainudin em-zet dll so, syukuri saja... jangan melamun terlalu jauh sampe ke arab... hehehe.. :)) bangunlah indonesia... bangunlah islam di keluarga sampeyan... di RT sampeyan... di RW sampeyan... di kecamatan sampeyan dan seterusnya.. . nah... insya allah, Gusti Allah akan melihat usaha sampeyan dalam memajukan islam di indonesia... islam arab, biar para shekh2 raja minyak sono yg ngurusin... gimana sepakat ga? kalo sepakat, selamat nunggu es kolak deh... salam, ananto On 10/13/06, Anto Sulistianto [EMAIL PROTECTED] com wrote: Hm, kalau saya boleh meimilih nih yaa... sekali lagi, kalau boleh memilih sama Allah Azza Wajalla, maka niscaya saya ingin dilahirkan menjadi orang Arab di zaman Rasulullah dan hidup berdampingan dengan beliau spt para shahabat r.a ;-) Wassalam, Anto - Original Message From: Sumantri [EMAIL PROTECTED] akarta.comTo: keluarga-islam@ yahoogroups. comSent: Friday, October 13, 2006 10:49:46 AMSubject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Assalmu'alaikum, Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsaArab sekarang adalah karena Agama Islam.Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah,Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batasmakanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlakKalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.Islam adalah rahmat bagi seluruh AlamAnda jangan menjadi agen pemecah belah muslim.. beristig hfarlah.. Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. Wassalam, -Original Message-From: Ananto pratikno.ananto@ gmail.comTo: keluarga-islam@ yahoogroups. comDate: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message --http://www.suaramer deka.com/Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah "kebetulan" sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam). Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. "Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan" (26: 194). "Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunka
Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
Masya Alloh . Ini ide yg sangat sangat jitu sekali .. sok ah diduakeun supaya maksudna si mang anto tercapai . sekalian saya juga ingin mengadopsi idenya . Tapi mang anto suka perang gak ? .. kalau saya mah penakut euy ? salam Ade Sanjaya Aliyasa Qapco.co.ltdPo.box 50155- Ummsaid QatarPhone : +974 4642335Mobile ; +974 5865068 - Original Message - From: Anto Sulistianto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Friday, October 13, 2006 9:54 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Hm, kalau saya boleh meimilih nih yaa... sekali lagi, kalau boleh memilih sama Allah Azza Wajalla, maka niscaya saya ingin dilahirkan menjadi orang Arab di zaman Rasulullah dan hidup berdampingan dengan beliau spt para shahabat r.a ;-) Wassalam, Anto - Original Message From: Sumantri [EMAIL PROTECTED]akarta.comTo: keluarga-islam@yahoogroups.comSent: Friday, October 13, 2006 10:49:46 AMSubject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Assalmu'alaikum, Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsaArab sekarang adalah karena Agama Islam.Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah,Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batasmakanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlakKalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.Islam adalah rahmat bagi seluruh AlamAnda jangan menjadi agen pemecah belah muslim.. beristig hfarlah.. Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. Wassalam, -Original Message-From: Ananto pratikno.ananto@ gmail.comTo: keluarga-islam@ yahoogroups. comDate: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message --http://www.suaramer deka.com/Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah "kebetulan" sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam). Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. "Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan" (26: 194). "Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Alquran ke dalam hatimu dengan seizin Allah" (2: 97). Kedua ayat ini menyatakan bahwa Alquran diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad. Dengan demikian, tidak mungkin Alquran bersifat eksternal dari diri Nabi Muhammad sendiri. Dengan kata lain, Fazlur Rahman hendak mengatakan bahwa Alquran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan sp
Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
Saya salut idenya mang anto ini sangat dalam sekali maknanyacoba sesekali direnungkan terhadap ide murni seperti idenya mang anto ini ?.Mungkinkah kita akan mencapainya ? Insya Alloh kalau Alloh ridho dan menghendaki kita masih punya satu kesempatan lagi untuk duduk bersama sama Rosulluloh menjadi sahabat belaiu di yaumal akhir nanti . Semoga Alloh menghendaki dan meridhoi saya untuk mencapai ide dan cita cita yang dicetuskan oleh mang anto. Semoga Alloh menghendaki dan meridhoi mang anto mencapai ide dan cita citanya. Semoga Alloh menghendaki dan meridhoi seluruh milister KI akan ide dan cita cita ini. salam Ade Sanjaya Aliyasa Qapco.co.ltdPo.box 50155- Ummsaid QatarPhone : +974 4642335Mobile ; +974 5865068 - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Friday, October 13, 2006 10:18 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab sayangnya Gusti Allah ga mengabulkan pilihan sampeyan... sampeyan ditakdirkan lahir di Indonesia... ngumpul dengan orang2 kayak kita... ada Inul, ada aa gym, ada Gus Dur, ada jepri al bukori, ada zainudin em-zet dll so, syukuri saja... jangan melamun terlalu jauh sampe ke arab... hehehe.. :)) bangunlah indonesia... bangunlah islam di keluarga sampeyan... di RT sampeyan... di RW sampeyan... di kecamatan sampeyan dan seterusnya... nah... insya allah, Gusti Allah akan melihat usaha sampeyan dalam memajukan islam di indonesia... islam arab, biar para shekh2 raja minyak sono yg ngurusin... gimana sepakat ga? kalo sepakat, selamat nunggu es kolak deh... salam, ananto On 10/13/06, Anto Sulistianto [EMAIL PROTECTED]com wrote: Hm, kalau saya boleh meimilih nih yaa... sekali lagi, kalau boleh memilih sama Allah Azza Wajalla, maka niscaya saya ingin dilahirkan menjadi orang Arab di zaman Rasulullah dan hidup berdampingan dengan beliau spt para shahabat r.a ;-) Wassalam, Anto - Original Message From: Sumantri [EMAIL PROTECTED]akarta.comTo: keluarga-islam@yahoogroups.comSent: Friday, October 13, 2006 10:49:46 AMSubject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Assalmu'alaikum, Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsaArab sekarang adalah karena Agama Islam.Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah,Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batasmakanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlakKalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.Islam adalah rahmat bagi seluruh AlamAnda jangan menjadi agen pemecah belah muslim.. beristig hfarlah.. Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. Wassalam, -Original Message-From: Ananto pratikno.ananto@ gmail.comTo: keluarga-islam@ yahoogroups. comDate: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message --http://www.suaramer deka.com/Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah "kebetulan" sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk
Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
biarlah mas bambang... hanya Gusti Allah yang maha tahu... memang, kata2 seperti itu adalah senjata andalan dia jika tidak bisa berargumen dengan santun... padahal kalau kita menunjuk seseorang, maka empat jarinya akan kembali kepada dirinya sendiri... salam, ananto On 10/13/06, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr.wb Ada apa sih,..kok jadi kelihatan merendahkan orang lain, bahkan sudahmenunjukan fitnah Anda jangan menjadi agen pemecah belah muslim..beristighfarlah..Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah.. Mudah-mudahan kata-kata ini jangan sampai terulang kepada siapa saja apalagi kepada saudara-saudaraku sesama muslim, apa bila ada pertentangan pendapat mendingan dibalas dengan pendapat bukan kepada obyek yang menyampaikanpendapat sukur ada dasar atau nasnya sehingga mempunyai pendapat yang berbobot, mohon ma'af kepada semuanya saja,.Bukankah sekarang pada puasa? Wassalam -Original Message-From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com]On Behalf Of Sumantri Sent: Friday, October 13, 2006 10:50 AMTo: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab Assalmu'alaikum, Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsaArab sekarang adalah karena Agama Islam.Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah,Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batasmakanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlakKalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.Islam adalah rahmat bagi seluruh AlamAnda jangan menjadi agen pemecah belah muslim..beristighfarlah..Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. Wassalam, -Original Message-From: Ananto [EMAIL PROTECTED]To: keluarga-islam@yahoogroups.comDate: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700 Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message --http://www.suaramerdeka.com/ Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah kebetulan sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam). Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (26: 194). Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Alquran ke dalam hatimu dengan seizin Allah (2: 97). Kedua ayat ini menyatakan bahwa Alquran diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad. Dengan demikian, tidak mungkin Alquran bersifat eksternal dari diri Nabi Muhammad sendiri. Dengan kata lain, Fazlur Rahman hendak mengatakan bahwa Alquran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang ditangkap oleh Nabi Muhammad Saw, sekaligus diekspresikan dalam batas intelek dan kemampuan linguistiknya. Nabi Muhammad Saw sebagai penerima wahyu diposisikan sebagai pengarang Alquran. Dengan basis
[keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab
h saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :)) salam, ananto-- Forwarded message --http://www.suaramerdeka.com/Membebaskan dari Budaya Araba.. Oleh Mohammad Nasih Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah kebetulan sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga. Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam). Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (26: 194). Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Alquran ke dalam hatimu dengan seizin Allah (2: 97). Kedua ayat ini menyatakan bahwa Alquran diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad. Dengan demikian, tidak mungkin Alquran bersifat eksternal dari diri Nabi Muhammad sendiri. Dengan kata lain, Fazlur Rahman hendak mengatakan bahwa Alquran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang ditangkap oleh Nabi Muhammad Saw, sekaligus diekspresikan dalam batas intelek dan kemampuan linguistiknya. Nabi Muhammad Saw sebagai penerima wahyu diposisikan sebagai pengarang Alquran. Dengan basis hermeneutika, kandungan Alquran dapat dipilah dari partikularitas yang menjadi kerangkanya sehingga dapat ditangkap pesan universalnya. Menggapai UniversalitasNilai-nilai ajaran di dalamnya sesungguhnya adalah nilai-nilai ajaran yang bersifat universal. Tidak hanya terdapat dalam ayat-ayat yang bersifat perintah, tetapi juga dalam ayat-ayat cerita atau kisah masa lalu. Kisah-kisah tersebut tidak dimaksudkan untuk sekadar bercerita, melainkan memberikan pelajaran moral bahwa di masa lalu Tuhan telah memberikan balasan buruk kepada orang-orang yang berlaku jahat dan sebaliknya. Namun karena ia diturunkan kepada seorang Nabi yang tinggal di Arab, maka ajaran-ajaran Alquran mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat Arab.Solusi yang ditawarkan oleh Alquran sebagian adalah solusi yang secara praktis hanya cocok untuk masyarakat Arab. Dalam konteks inilah universalitas pesan Alquran terperangkap dalam budaya lokal Arab. Keterperangkapan macam inilah, yang menurut Derrida, membuat tak ada teks yang dapat ditotalisasikan tanpa melibatkan signifikasi: selalu ada sesuatu yang terabaikan, sebuah aspek atau dimensi teks yang tereduksi, terlewatkan, terberangus, atau terdiamkan (Peter Beilharz, Social Theory: A Guide to Central Thinkers, hal. 78). Karena itu tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah kebetulan sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab. Banyak hal yang menjadi bukti telah terjadi proses Arabisasi dalam Alquran. Tidak hanya konteks yang telah membuatnya telah menjadi bernuansa Arab. Bahkan nama-nama nabi yang berasal dari luar Arab dan telah tertera dalam kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya juga mengalami Arabisasi. Nama-nama para nabi dalam Perjanjian Lama