Balasan: [keluarga-islam] Anda bertanya.... saya ambilkan jawaban

2006-09-18 Terurut Topik Achmad Munif



Assalaamu'alaikum ..   Maaf kang wandy saya nggak bisa membantu anda dalam hal ini, saya hanya berkesempatan untuk meng - copy paste - kan buat anda beberapa arsip diskusi tentang bolehnya bersolawat dengan awalan sayyidina, diantaranya kiriman mas Dodindra dan pak Nashir Akhmad.   Bila anda masih penasaran juga silahkan ditanyakan kepada ahlinya. Bertanyalah kepada yang hidup, janganlah bertanya kepada benda mati. Sekali lagi mohon dimaafkan bila tidak memuaskan anda.   Salam,      Achmad Munif   =   Dodindra wrote :   Om Fatih dan Om Nasir , serta saudaraku yang dirohmati Alloh,Mengawalkan kata "Sayyidina" dalam sholawat, baik di dalam maupun diluar shalat, bukanlah Bid'ah.Menurut Mahdzab Syafi'i, hukumnya mubah dan Sunnah, karena merupakanetika dalam memanggil dan menyebut nama Nabi SAW kekasih Alloh,pemimpin panutan Ummat, pemberi syafaat pertama di hari kiamat kelak.Hal ini dilakukan sesuai dengan cara Alloh ketika memberi gelaran padaNabi Muhammad SAW.Alloh SWT, dalam memanggil Nabi SAW, seringnya diberi gelaran pulayaitu Rosululloh, atau juga Nabiyyulloh, tidak hanya MAD saja, cobaingat lafal Syahadat.Hadits yang mensarankan agar membaca
 dengan yang baik ketikabersholawat dan ada kata-kata SAYYIDINA atau SAYYID,adalah :Ibnu Mas'ud berkata : " Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : Bila Inginmembaca sholawat kepadaku maka bacalah dengan baik, maka sesungguhnyakamu tidak tahu bahwa itu akan diperlihatkan kepadaku, maka katakanlah: Yaa Alloh, jadikanlah sholawatMU dan RohmatMU serta BErkahMU atasBAginda sebagai utusan (SAYYIDINA MURSALIN) dan Imam bagi orang yangtaqwa serta penutup para Nabi, sebagai hamba-MU dan utusanMU, panutankebaikan dan rosul pembawa rohmat. Ya Alloh, jadikanlah dan berikanlahkedudukan yang Mulia kepada orang yang membangunkan orang-orang yangpertama dan yang terakhir " ( HR. Dailamy )Juga, hadis dari Abi Hurairah berkata: nabi SAW bersabda : Saya adalahtuanya (Sayyidu) anak cucu Adam dihari Kiamat nanti, dan orang pertamayang dibangkitkan dari kubur, orang pertama yang memberikan syafa'atdan yang memberi mandat untuk memberi
 syafa'at ( HR. Imam Muslim )Ada hadits-hadits lainnya, namun cukuplah hadits diatas untuk menambahwawasan kita bersama, agar tidak gampang-gampang menebar kata Bid'ahbagi saudara kita seIman, sesama Muslim yang berbeda pengamalannyadengan kita.Semoga Alloh membimbing dan menetapkan kita dishirothol mustaqiimNYA,amiin.Wal'asri innal insaanalafii kusrin, illalladziina amannuwa'amilush-sholihati watawashoubilhaqqi watawashoubish-shobri.Wassalamualaykum warohmatullohi wabarokatuhu,dodi indra   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com http://id.f556.mail.yahoo.com/ym/[EMAIL PROTECTED]YY=91554order=downsort=datepos=4view=ahead=b, "Nashir Ahmad M."  mk_mtwf02@ wrote:   [Q.S. 24.An-Nuur 63]. "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu
 seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."wandysulastra [EMAIL PROTECTED] menulis:   ---Sampai disini saya setuju sekali pak Munif.. Justru yang sedang kita diskusikan ini adalah masalah hujjah atau landasan tersebut. Jika memang ada diantara Kitab Fiqh Ulama2 salaf yang mengajarkan pembacaan sholawat dengan penambahan "Sayyidina", mungkin permasalahan ini tidak akan ada. Namun sepanjang yang saya ketahui, tidak ada satu pun kitab Ulama Salaf yang menyebutkan penambahan
 tersebut. Selain tersebut di dalam Hadits2 yang Shahih, diantara Kitab2 yang menjadi Referensi Bunyi sholawat tanpa penambahan 'sayyidina' adalah seperti yang disebutkan Pak Fatih yaitu Kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar, kemudian juga di dalam Kitab Al-Umm - Imam Syafi'i, kemudian juga disebutkan dalam kitab Majmu' karya Imam Nawawi dan Kitab Raudhah. Demikian juga menurut Wazir bin Hubairah Al-Hanbali dalam kitab Al-Ifshah yang dikutip oleh Ibnu Rajab dalam Kitab Dzailuth Thabaqat.Ulama Salaf di dalam kitab2nya kesemuanya mengajarkan bunyi Sholawat tanpa penambahan "Sayyidina" sebagaimana juga bunyi Syahadat yang diajarkan oleh Rasuulullah " Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Mungkin Pak Munif bisa bantu memberi informasi tentang Ulama yang telah berijtihad dengan penambahan kata "Sayyidina" tersebut?WnSAss.Wr.Wb. 
		Apakah Anda Yahoo!?Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
__._,_.___





Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu 

Re: Balasan: [keluarga-islam] Anda bertanya.... saya ambilkan jawaban

2006-09-18 Terurut Topik wandysulastra
Alhamdulillah, untuk saya pribadi mengenai masalah Teks Sholawat 
yang shahih ini telah saya tanyakan kepada mahluk hidup yang dalam 
pengajian saya disebut ustadz... :) Insya Allah saya telah bertanya 
kepada beberapa ustadz yang memang menguasai masalah ini (dalam hal 
ini ilmu fiqih dan ilmu hadits). Saya pun pernah menanyakan hal ini 
di beberapa forum konsultasi seperti di radio2 yang dalam kajian 
subuh suka mengadakan sesi tanya jawab untuk mengetahui apa pendapat 
mereka mengenai hal ini, dan alhamdulillah jawabannya adalah sama 
seperti yang tersebut dalam kitab2 Ulama Salaf.

Jadi Saya kutipkan keterangan2 tersebut hanya sebagai kroscek 
bahwasanya ustadz2 tersebut tidak asal ngomong tanpa mempelajari 
keterangan2 yang berasal dari Hadits2 yang shahih dan kitab2 ulama 
Salaf.

Wassalam
WnS
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Assalaamu'alaikum .. 
   Maaf kang wandy saya nggak bisa membantu anda dalam hal ini, 
saya hanya berkesempatan untuk meng - copy paste - kan buat anda 
beberapa arsip diskusi tentang bolehnya bersolawat dengan awalan 
sayyidina, diantaranya kiriman mas Dodindra dan pak Nashir Akhmad. 
   Bila anda masih penasaran juga silahkan ditanyakan kepada 
ahlinya. Bertanyalah kepada yang hidup, janganlah bertanya kepada 
benda mati. Sekali lagi mohon dimaafkan bila tidak memuaskan anda. 
   Salam, 
    
   Achmad Munif 
   = 
   Dodindra wrote : 
   Om Fatih dan Om Nasir , serta saudaraku yang dirohmati Alloh,
 
 Mengawalkan kata Sayyidina dalam sholawat, baik di dalam maupun 
di
 luar shalat, bukanlah Bid'ah.
 Menurut Mahdzab Syafi'i, hukumnya mubah dan Sunnah, karena 
merupakan
 etika dalam memanggil dan menyebut nama Nabi SAW kekasih Alloh,
 pemimpin panutan Ummat, pemberi syafaat pertama di hari kiamat 
kelak.
 
 






Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: Balasan: [keluarga-islam] Anda bertanya.... saya ambilkan jawaban

2006-09-18 Terurut Topik dodindra
Bismillahirrohmanirrohiim,
Ass.Wr.Wb.

Saudaraku semua yang dirohmati Alloh SWT, apa nggak sebaiknya masalah
ini kita tutup ? Bukankah akan lebih berfaedah jika kita lanjutkan
untuk berdiskusi atau bermusyawaroh tentang hal-hal yang lain ?
Semoga hal ini bisa diterima...

Sebagai tambahan wawasan, soal bunyi bacaan sholawat ini ( Baik yang
diyakini oleh Om Wandy, serta yang sejenis dengan yang saya sampaikan
ada), monggo ditelaah pada kitab berikut :

1. Iqamat Ash-Shalat wa As-Sunnah Fiha, Ibnu Majah.
2. Al Kabir, Ath-Thabarani
3. Jami'ush - Shoghir, As-Suyuthi

Agar ringkas, bisa pula dibaca buku terjemah berjudul : Keutamaan
Shalawat  Fadhilah Amal, Syaikh Abdul Aziz Asy-Syanawi, Penerjemah :
H.Anshori Umar S, penerbit Pustaka Al Kautsar, Jakarta.

Dibuku inipun kedua macam bacaan tadi juga ada, namun riwayatnya
berbeda dari yang pernah saya sampaikan.

Saudaraku, yang dirohmati Alloh, rasanya masalah ini, kita serahkan
sajalah kepada masing-masing untuk mengimani dan mengamalkannya.
Tidak perlu diperpanjang lagi.
Masih baik jika mau mengamalkan sholawat, apapun yang dibaca, dari
pada yang tidak mau bersholawat, bukankah demikian ?

Lebih baik, mari kita siapkan hati kita, wadah untuk menampung
maghfiroh Alloh SWT yang sebentar lagi akan dicurahkan bagi umat yang
mau menerimanya di bulan Romadhon nanti.

Wadah kita kita cuci dengan saling memaafkan, dan istighfar
sebanyak-banyaknya, dilapisi dengan lapisan sholawat, agar tidak bocor
ketika menerima curahan maghfiroh Alloh SWT nanti.

Saya mohon maaf atas segala kekeliruan, kesalahan, baik yang sengaja
maupun yang tidak saya ketahui kesengajaannya pada saudaraku semua.
Semoga Alloh menolong kita semua, agar masih sampai dibulan Romadhon
untuk menerima ampunanNYA, amiin.

wassalam,
dodi
In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Alhamdulillah, untuk saya pribadi mengenai masalah Teks Sholawat 
 yang shahih ini telah saya tanyakan kepada mahluk hidup yang dalam 
 pengajian saya disebut ustadz... :) Insya Allah saya telah bertanya 
 kepada beberapa ustadz yang memang menguasai masalah ini (dalam hal 
 ini ilmu fiqih dan ilmu hadits). Saya pun pernah menanyakan hal ini 
 di beberapa forum konsultasi seperti di radio2 yang dalam kajian 
 subuh suka mengadakan sesi tanya jawab untuk mengetahui apa pendapat 
 mereka mengenai hal ini, dan alhamdulillah jawabannya adalah sama 
 seperti yang tersebut dalam kitab2 Ulama Salaf.
 
 Jadi Saya kutipkan keterangan2 tersebut hanya sebagai kroscek 
 bahwasanya ustadz2 tersebut tidak asal ngomong tanpa mempelajari 
 keterangan2 yang berasal dari Hadits2 yang shahih dan kitab2 ulama 
 Salaf.
 
 Wassalam
 WnS
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif munif2006@ 
 wrote:
 
  Assalaamu'alaikum .. 
Maaf kang wandy saya nggak bisa membantu anda dalam hal ini, 
 saya hanya berkesempatan untuk meng - copy paste - kan buat anda 
 beberapa arsip diskusi tentang bolehnya bersolawat dengan awalan 
 sayyidina, diantaranya kiriman mas Dodindra dan pak Nashir Akhmad. 
Bila anda masih penasaran juga silahkan ditanyakan kepada 
 ahlinya. Bertanyalah kepada yang hidup, janganlah bertanya kepada 
 benda mati. Sekali lagi mohon dimaafkan bila tidak memuaskan anda. 
Salam, 
 
Achmad Munif 
= 
Dodindra wrote : 
Om Fatih dan Om Nasir , serta saudaraku yang dirohmati Alloh,
  
  Mengawalkan kata Sayyidina dalam sholawat, baik di dalam maupun 
 di
  luar shalat, bukanlah Bid'ah.
  Menurut Mahdzab Syafi'i, hukumnya mubah dan Sunnah, karena 
 merupakan
  etika dalam memanggil dan menyebut nama Nabi SAW kekasih Alloh,
  pemimpin panutan Ummat, pemberi syafaat pertama di hari kiamat 
 kelak.
  
  







Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: Balasan: [keluarga-islam] Anda bertanya.... saya ambilkan jawaban

2006-09-18 Terurut Topik wandysulastra
Baiklah, untuk menutup diskusi ini, berikut saya kutipkan penjelasan 
dari seorang ULAMA yang layak untuk kita dengarkan penjelasannya 
mengenai larangan ghuluw (berlebihan) dalam memuji Nabi Muhammad 
saw. Termasuk dalam masalah ini adalah penambahan lafaz 'Sayyidina' 
dalam sholawat yang sesungguhnya tidak pernah ada diajarkan oleh 
Rasulullah dalam hadits-hadits yang shahih. Mudah-mudahan dapat 
bermanfaat untuk rekan-rekan lainnya. Jikapun ada yang tidak setuju 
dan masih ingin mengagungkan Rasulullah secara berlebih, itu adalah 
hak anda. Apakah anda lebih mengikuti Keterangan dari Nash yang 
menyebutkan hal tersebut dengan sangat jelas, atau mengikuti logika 
sebagian orang yang ingin berlebih-lebihan dalam beribadah.. 
Semuanya terserah anda, kewajiban kita hanyalah sekedar mengingatkan 
dan menasehati...  :)

--

Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi Muhammad saw
Oleh :  Yazid bin Abdul Qadir jawas
 
Ghuluw artinya melampaui batas.
Dikatakan: gholaa, yaghluu, ghuluw  jika ia melampaui batas dalam 
ukuran. 
Allah azza wa jall berfirman:
 Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS. An-Nisaa': 171)
 
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, 
karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang 
sebelum kalian. [1]
 
Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap 
ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, 
maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan 
berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih lebihan) dalam 
memuji serta berbohong karenanya. 

Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi 
wa sallam adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga 
mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasul (utusan) 
Allah Subhaanahu wa ta'ala, menisbatkan kepada-nya sebagian dan 
sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan memohon dan meminta 
pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau tawassul 
dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama 
beliau, sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain Allah Subhaanahu wa 
ta'ala, perbuatan ini  adalah syirik.

Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi 
wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau 
telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-
orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji Isa putera Maryam. Aku 
hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah,  'Abdullaah wa Rasuuluhu' 
(hamba Allah dan Rasul-Nya). [2]
 
Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan 
janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu 
sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap 
Isa 'alaihis salam sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat 
Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagai mana Rabb-ku memberi 
sifat kepadaku, maka atakanlah:
Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya. [3]
 
Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu berkata, Ketika aku 
pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui Rasulullah 
shallallaahu 'alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau, Engkau 
adalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen) Spontan Nabi 
shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab:
Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta 'aala!
Lalu kami berkata, Dan engkau adalah orang yang paling utama dan 
paling agung kebaikannya. Serta merta beliau shallallaahu 'alaihi 
wa sallam mengatakan:
Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, 
atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian 
terseret oleh syaitan. [4]
 
Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata,'Sebagian orang berkata 
kepada beliau, Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara 
kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami 
(sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami! Maka seketika itu juga 
Nabi shallallaahu #145;alaihi wa sallam bersabda:
 
Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! 
Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah 
Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian 
mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah 
Allah berikan kepadaku. [5]
 
Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika orang-orang 
memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: Engkau adalah sayyidku, 
engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang 
yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling 
agung di antara kami. Padahal sesungguhnya beliau shallallaahu 
alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia 
secara mutlak. Meskipun demikian, beliau shallallaahu alaihi wa 
sallam melarang mereka agar menjauhkan mereka dan sikap melampaui 
batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau shallallaahu 

Re: Balasan: [keluarga-islam] Anda bertanya.... saya ambilkan jawaban

2006-09-18 Terurut Topik Anto Sulistianto
Hm... excellent closing..

Wassalam,
Anto


--- wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Baiklah, untuk menutup diskusi ini, berikut saya
 kutipkan penjelasan 
 dari seorang ULAMA yang layak untuk kita dengarkan
 penjelasannya 
 mengenai larangan ghuluw (berlebihan) dalam memuji
 Nabi Muhammad 
 saw. Termasuk dalam masalah ini adalah penambahan
 lafaz 'Sayyidina' 
 dalam sholawat yang sesungguhnya tidak pernah ada
 diajarkan oleh 
 Rasulullah dalam hadits-hadits yang shahih.
 Mudah-mudahan dapat 
 bermanfaat untuk rekan-rekan lainnya. Jikapun ada
 yang tidak setuju 
 dan masih ingin mengagungkan Rasulullah secara
 berlebih, itu adalah 
 hak anda. Apakah anda lebih mengikuti Keterangan
 dari Nash yang 
 menyebutkan hal tersebut dengan sangat jelas, atau
 mengikuti logika 
 sebagian orang yang ingin berlebih-lebihan dalam
 beribadah.. 
 Semuanya terserah anda, kewajiban kita hanyalah
 sekedar mengingatkan 
 dan menasehati...  :)
 
 --
 
 Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi
 Muhammad saw
 Oleh :  Yazid bin Abdul Qadir jawas
  
 Ghuluw artinya melampaui batas.
 Dikatakan: gholaa, yaghluu, ghuluw  jika ia
 melampaui batas dalam 
 ukuran. 
 Allah azza wa jall berfirman:
  Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS.
 An-Nisaa': 171)
  
 Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw
 (berlebih-lebihan) dalam agama, 
 karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah
 membinasakan orang-orang 
 sebelum kalian. [1]
  
 Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi
 kufur adalah sikap 
 ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau
 dianggap wali, 
 maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga
 mereka minta dan 
 berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan
 syirik akbar.
 Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih
 lebihan) dalam 
 memuji serta berbohong karenanya. 
 
 Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi
 shallallaahu 'alaihi 
 wa sallam adalah melampaui batas dalam
 menyanjungnya, sehingga 
 mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan
 Rasul (utusan) 
 Allah Subhaanahu wa ta'ala, menisbatkan kepada-nya
 sebagian dan 
 sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan
 memohon dan meminta 
 pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau,
 atau tawassul 
 dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah
 dengan nama 
 beliau, sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain
 Allah Subhaanahu wa 
 ta'ala, perbuatan ini  adalah syirik.
 
 Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi
 shallallaahu 'alaihi 
 wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya,
 padahal beliau 
 telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:
 Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku,
 sebagaimana orang-
 orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji Isa
 putera Maryam. Aku 
 hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah,  'Abdullaah wa
 Rasuuluhu' 
 (hamba Allah dan Rasul-Nya). [2]
  
 Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara
 bathil dan 
 janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku.
 Hal itu 
 sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang
 Nasrani terhadap 
 Isa 'alaihis salam sehingga mereka menganggapnya
 memiliki sifat 
 Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagai mana
 Rabb-ku memberi 
 sifat kepadaku, maka atakanlah:
 Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya. [3]
  
 Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu
 berkata, Ketika aku 
 pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui
 Rasulullah 
 shallallaahu 'alaihi wa sallam , kami berkata kepada
 beliau, Engkau 
 adalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen)
 Spontan Nabi 
 shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab:
 Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta
 'aala!
 Lalu kami berkata, Dan engkau adalah orang yang
 paling utama dan 
 paling agung kebaikannya. Serta merta beliau
 shallallaahu 'alaihi 
 wa sallam mengatakan:
 Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar)
 kalian katakan, 
 atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah
 sampai kalian 
 terseret oleh syaitan. [4]
  
 Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata,'Sebagian
 orang berkata 
 kepada beliau, Wahai Rasulullah, wahai orang yang
 terbaik antara 
 kami dan putera orang yang terbaik di antara kami!
 Wahai sayyid kami 
 (sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami! Maka
 seketika itu juga 
 Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
  
 Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar)
 kalian ucapkan! 
 Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak
 lebih) adalah 
 Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka
 kalian 
 mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi)
 kedudukan yang telah 
 Allah berikan kepadaku. [5]
  
 Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika
 orang-orang 
 memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: Engkau
 adalah sayyidku, 
 engkau adalah orang yang terbaik di antara kami,
 engkau adalah orang 
 yang paling utama di antara kami, engkau adalah
 orang yang paling 
 agung di antara kami. Padahal sesungguhnya beliau
 shallallaahu 
 alaihi wa sallam 

Balasan: Re: Balasan: [keluarga-islam] Anda bertanya.... saya ambilkan jawaban

2006-09-18 Terurut Topik Achmad Munif



  Terima kasih kang Wandy sudah bersedia menutup pintu "Anda bertanya saya ambilkan jawaban" yang saya bukakan kemarin, tetapi rupanya anda lupa menguncinya. Makanya sekarang saya ambilkan kuncinya biar lebih aman dan terkendali. Buat mas Anto Sulistianto jangan hanya tepuk tangan saja, silahkan buruan masuk sebelum pintunya benar-benar dikunci, nanti kedinginan di luar lhoo. udah sekarang saya gembok yach.kang  Silahkan anda berpanjang-panjang argumen untuk sekedar menyimpulkan bahwa kami yang bersholawat dengan diawali "sayyidina" dengan sebutan "berlebihan" "ghuluw" atau yang lainnya .. biarkanlah kami memahami setiap informasi yang ada dengan bekal akal dan logika yang telah Allah SWT karuniakan kepada kami.   Saya mencoba menelusuri bacaan yang anda kutipkan di bawah yang isinya
 nggak beda jauh dengan posting yang sudah dikirimkan sebelumnya, dan rekan kita pak Nashir  mas dodindra pun sudah mengirimkan HR maupun ayat Qur'an yang isinya anjuran untuk memuliakan Muhammad sebagai RosuluLLoh dan penghulu para Nabi yang telah Allah karuniakan kepada Beliau SAW.   Ketahuilah saudaraku kamibersolawat dengan didahului kata "sayyidina" tidak ada setitik niatpun dari hati kami untuk mengagungkan Beliau SAW di atas keagungan Allah SWT, Beliau tetaplah makhluq Allah SWT yang paling mulia diantara seluruh makhluq yang telah Allah ciptakan.Oh... ya saya jadi teringat dengan reposting anda sebelumnya . bahwa setiap amal ibadah haruslah sesuai dengan yang telah dicontohkan RosuluLLoh SAW. Misalkan ada HR begini "Sholluuu kama ro aitumuuni usholliy", terus Beliau SAW sholat di atas pasir dengan diberi tikar seadanya.
 kemudian kita melakukan sholat diatas lantai masjid yang bermarmer+sajadah dari kain wool yang mahaldan ada pendingin udara..apakah kita sudah berlebihan ...? atau misalkan kita menjalankan kewajiban mencari 'ilmu dengan mendengarkan ceramah melalui radio / televisi apakah kita sudah berlebihan ...? (kan rosuluLLoh SAW belum pernah mencontohkan yang demikian bukan.?). Ini permisalan saya saja dengan akal dan logika yang telah Allah SWT karuniakan, nggak usah ditanggapi serius yach. karena memang tidak ada nash yang menjelaskan demikian.Mungkin baru seperti itu 'ilmu yang saya dapatkan dari sekian milyar khazanah informasi yang telah Allah SWT tebarkan di muka bumi-Nya, untuk itu kamipun cukup berhati-hati untuk tidak merasa benar dengan apa yang kebetulan telah Allah SWT karuniakan tersebut. Sekali lagi. silahkan anda
 amalkan semua 'ilmu yang telah anda yakini, dan biarkanlah kami menjalankan amal ibadah sesuai dengan keyakinan kami.Mohon dimaafkan bila ternyata ada kata atau kalimat yang kurang berkenan.. selamat menyongsong bulan mulia yang insya Allah dikaruniakan kepada kita di tahun ini. Marhaban yaa Romadlon. Allohumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa khusni 'ibaadatika amien...Salam,  _  Achmad Munifwandysulastra [EMAIL PROTECTED] menulis:  Baiklah, untuk menutup diskusi ini, berikut saya kutipkan penjelasan dari seorang ULAMA yang layak untuk kita dengarkan penjelasannya mengenai larangan ghuluw (berlebihan) dalam memuji Nabi Muhammad saw. Termasuk dalam masalah ini
 adalah penambahan lafaz 'Sayyidina' dalam sholawat yang sesungguhnya tidak pernah ada diajarkan oleh Rasulullah dalam hadits-hadits yang shahih. Mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk rekan-rekan lainnya. Jikapun ada yang tidak setuju dan masih ingin mengagungkan Rasulullah secara berlebih, itu adalah hak anda. Apakah anda lebih mengikuti Keterangan dari Nash yang menyebutkan hal tersebut dengan sangat jelas, atau mengikuti logika sebagian orang yang ingin berlebih-lebihan dalam beribadah.. Semuanya terserah anda, kewajiban kita hanyalah sekedar mengingatkan dan menasehati... :)--Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi Muhammad sawOleh : Yazid bin Abdul Qadir jawasGhuluw artinya melampaui batas.Dikatakan: "gholaa, yaghluu, ghuluw " jika ia melampaui batas dalam ukuran. Allah azza wa jall berfirman:"Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu" (QS. An-Nisaa':
 171)Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian." [1]Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih lebihan) dalam memuji serta berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasul (utusan) Allah Subhaanahu wa ta'ala, menisbatkan kepada-nya sebagian dan sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya