Ranting Kayu dan Sampah Kayu untuk Atasi Kerusakan Lingkungan ?

2000-05-04 Terurut Topik Nasrullah Idris

Rekan-Rekan Yth :
 Dalam mengatasi kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan, saya
ingin mengusulkan sesuatu. Meskipun mungkin realisasinya baru akan tercapai
dalam waktu lama, malah mugkin pasca generasi kita, namun tidak salah bila
kita jajaki sejak dini
 Usulan tersebut adalah sebagai berikut :
 Menggencarkan industri kayu balok dengan memanfaatkan "sampah kayu" dan
"ranting kayu". Jadi kedua bahan ini diolah sedemikian rupa, sehingga
menjadi bagian "sekecil mungkin/setipis mungkin" untuk kemudian pada volume
tententu menjalani "pres" sehingga terebentuklah kayu balok.
 Tentu saja harus diperhitungkan, agar produk itu bisa mengggantikan
berbagai fungsi yang terkandung pada kayu balok yang sering kita lihat
sekarang.
 Kalau cara ini kelak sudah menjadi peradaban manusia di muka bumi ini
berarti untuk memanfaatkan kayu tidak lagi dengan menebang pohon. Cukup
dengan mengambil ranting demi rantingnya saja.
 Ini baru usulan. Masalah kelebihan, peluang, tantangan, dan
kekurangannya masih perlu dikaji lebih lanjut melalui berbagai metode
pengambilan keputusan.



Salam,

Nasrullah Idris
--
Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi
http://bdg.centrin.net.id/~acu

Sumber Inspirasi : Sigit Purwanto



Hasil survey milis PERMIAS sampai saat ini.

2000-05-04 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Sambil menunggu partisipasi aktif rekan2 lainnya,
saya coba informasikan saja yg sudah terkumpul.

Bagi yg belum turut berpartisipasi menyumbangkan
pendapatnya, bisa mengikutnya melalui alamat
berikut ini:
http://forms.flashbase.com/forms/surveypermias001

Sampai hari ini (baru satu hari sih), sudah terkumpul
15 responder.

Ada 14 (93%) yg sepakat mengatakan bahwa topik
politik mendominasi milis ini.

Terhadap topik yg mendominasi milis, 73% sepakat
bahwa pembahasan dalam topik tersebut tidak perlu
dikurangi, tapi sebagai penyeimbangnya topik lain
perlu ditingkatkan.

Topik yg perlu ditingkatkan menurut 47% suara yg
telah masuk adalah bisnis/ekonomi. Sementara
topik teknologi dan info/kegiatan permias memperoleh
masing2 20% suara.

Yang cukup mengejutkan adalah sekitar 73% responder
mengaku menghapus paling sedikit 30% posting yg masuk
tanpa membacanya terlebih dahulu.

Alasan yg paling dominan untuk melakukan hal tersebut
adalah karena penulisnya tidak menarik (47%) sementara
27% lainnya mengaku karena topiknya yang tidak menarik.

Memperhatikan hal ini, tampaknya 93% responder
mengakui bahwa milis ini belum memenuhi harapan mereka.

Sementara itu, siapakah penulis yg paling digemari di milis ini?
Dari 15 suara yang masuk pembagian suaranya adalah sbb:
Yang memperoleh masing2 dua suara ada 4 orang (urut abjad);
Jeffrey Anjasmara, Marianus Datubara, Notrida Mandica,
Yusuf Wibisono
Yang mendapat masing2 satu suara ada 5 orang (urut abjad);
Ahmad Syamil, Faransyah Jaya, Irwan Ariston Napitupulu,
Moko Darjatmoko, Ramadhan Pohan.
Sementara, 2 suara lagi tampaknya memilih untuk tidak
menjawab (mungkin ngga ada yg pas dengan pemilihnya).

Siapa pula penulis yang paling tidak disukai di milis ini?
Sampai dengan saat ini (15 suara), di dapat hasil sbb:
Nasrullah Idris, 6 suara
Irwan Ariston Napitupulu, 3 suara
Mardhika Wisesa, 2 suara
Ali Simplido, 1 suara
Jeffrey Anjasmara, 1 suara
Yuni Wilcox, 1 suara
Yang tidak memberi jawaban ada 1 suara.

Yang cukup menarik diperhatikan lebih jauh lagi,
ternyata dua suara yang memilih rekan Yusuf Wibisono
sebagai penulis kegemarannya semuanya datang
dari wanita:)
Dua wanita lainnya memilih masing2 Ahmad Syamil
dan Notrida Mandika sebagai penulis yg digemarinya.

Berikut ini adalah data pemilih:
Jumlah pemilih sampai saat ini 15.
Laki-laki, 11
Wanita, 4

Usia:
25, 5
25-35, 9
35, 1

14 responder berlokasi di AS.
1 responder bukan di Indonesia maupun di AS.

Hanya 20% yg menghabiskan waktunya membaca
email lebih dari 5 jam per hari. Umumnya antara 1-5 jam (53%).

Yang cukup mengejutkan dari data responder adalah
40% mengaku belum pernah menulis di milis, sementara
33% adalah pernah mengirim posting dalam 30 hari terakhir.

Admin milis permias boleh cukup lega mengingat 87%
responder mengaku tahu cara signoff dari milis ini.

Sementara untuk pertanyaan apakah mereka tahu milis
ini punya arsip di egroups.com yg bisa diakses dengan bebas,
ternyata hanya 7% yang tahu dan hapal alamatnya,
sementara 67% tahu tapi tidak hapal alamatnya.
Tampaknya tidak mudah menghapalkan alamat:
http://www.egroups.com/message/diskusi-permias
hehehehhe.

Demikianlah hasil sementara dari survey milis PERMIAS.
Angka ini tentunya akan terus berubah sesuai dengan
masuknya suara dari rekan2 yg belum berpartisipasi.
Mudah2an bisa terkumpul 100 suara agar bisa
lebih dilihat keinginan milis ini.

Bagi yang belum berpartisipasi aktif, silahkan berikan
pendapat anda di:
http://forms.flashbase.com/forms/surveypermias001

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Possible bias (Re: Hasil survey ...)

2000-05-04 Terurut Topik Budi Haryanto

Rekan Irwan dan teman-teman lain,

Saya mendukung adanya 'survey' ini. Hanya saja masih ada yang mengganjal
untuk bisa sampai kepada 'reliability' hasil yang diharapkan.
Terutama terhadap dua pertanyaan sensitive:
1. Penulis yang paling digemari, dan
2. Penulis yang paling tidak disukai.

Dengan cara anonim dan setiap saat ditayangkan hasil sementaranya, maka
ada 'bias possibility' yang akan terjadi, terutama terhadap dua
pertanyaan sensitive di atas (bias ini biasa terjadi dalam
'self-reported' survey seperti ini), yaitu:
1. Seseorang bisa saja mengisi kuesioner online ini beberapa kali bahkan
berpuluh kali, apalagi kalau namanya disebut sebagai paling tidak
disukai. Sudah dipikirkankah 'screening' untuk hal ini?
2. Adalah sulit memisahkan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap
orangnya dan tulisannya. Bagaimanapun, sikap dan watak seseorang bisa
tertangkap lewat tulisan-tulisannya. Sebagus apapun tulisannya, kalau
sudah pernah mendapat 'label' kurang baik, tentu akan sangat berpengaruh
terhadap pengisian di kuesioner.
3. Setiap orang punya standard tersendiri dalam menilai suatu tulisan,
bergantung kepada basic interest-nya. Ada yang senang dengan puisi, ada
yang senang dengan politik, dll. Sehingga, tulisan yang diluar bidang
interest-nya akan mendapatkan nilai kurang.

Untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias-bias tsb, sebaiknya dua
pertanyaan 'sensitive' tersebut dihilangkan saja. Lagian, saya lihat kok
nggak ada urgensinya untuk 'lesson learned' maupun perbaikan milis
permias itu sendiri.

Selamat berkarya.

Salam,
Budi

Irwan Ariston Napitupulu wrote:

---dihapus-

 Sementara itu, siapakah penulis yg paling digemari di milis ini?
 Dari 15 suara yang masuk pembagian suaranya adalah sbb:
 Yang memperoleh masing2 dua suara ada 4 orang (urut abjad);
 Jeffrey Anjasmara, Marianus Datubara, Notrida Mandica,
 Yusuf Wibisono
 Yang mendapat masing2 satu suara ada 5 orang (urut abjad);
 Ahmad Syamil, Faransyah Jaya, Irwan Ariston Napitupulu,
 Moko Darjatmoko, Ramadhan Pohan.
 Sementara, 2 suara lagi tampaknya memilih untuk tidak
 menjawab (mungkin ngga ada yg pas dengan pemilihnya).

 Siapa pula penulis yang paling tidak disukai di milis ini?
 Sampai dengan saat ini (15 suara), di dapat hasil sbb:
 Nasrullah Idris, 6 suara
 Irwan Ariston Napitupulu, 3 suara
 Mardhika Wisesa, 2 suara
 Ali Simplido, 1 suara
 Jeffrey Anjasmara, 1 suara
 Yuni Wilcox, 1 suara
 Yang tidak memberi jawaban ada 1 suara.

---dihapus-



virus !

2000-05-04 Terurut Topik Faransyah Jaya

Virus Baru !

"I Love You" virus. check this homepage. And DO NOT open any attachement !

http://www.msnbc.com/news/403350.asp?bt=pubtu=http://www.msnbc.com/m/olk2k/msnbc_o_install.asp

Faran






Happy Spring Time  from the staff at DCEmail.com
http://www.dcemail.com -  FREE Email for the Community



Re: Pemberakan II [Re: [Sipadan]

2000-05-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Wah, udah nggak sehat nih. Bye...


From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Pemberakan II [Re: [Sipadan]
Date: Wed, 3 May 2000 14:36:06 EDT

Ahh penakut amatPreman amat anda ini Bung Jaya,
kok bisa seenak dewek asal ngomong, Sok Jenggo kalau
kalau orang tua bilang. Jenggo-jenggo sih boleh tapi
kalau ngibrit pas ditantang balik seperti TNI waktu di
Timor-timur baru nyaho anda.

Belajar Berdewasalah sebelum sok jago seperti ini,
kata orang "Kencing saja belum lurus" sudah ngajarin
seperti bak seorang guru.

Lantas kalau AS banyak yang tidak senang kenapa Indonesia
bisa kena embargo senjata?? Pendidikan militer bagi
perwira Indonesia dicabut karena ulah kita di Timor oleh
para anggota Kongres di Washington, terus yang bukan
perwira baru calon, di Norwich kena ikut-ikutan getahnya
Ini menunjukan apa coba? Bahwa Amerika adalah Powerful
country, kita ngga bisa menyanggah, buktinya anda pun
dikirim instansi ke AMERIKA juga. Enteng sekali ngomong
anda.

Penyelesaian terbaik? hahaha anda kan sekolah di Rochester
Institute of Tech, gimana menurut anda tuh...?

makanya Deplu harus perbaiki cara mereka berdiplomat,
jangan asal ngambil gembel-gembel dari TNI atau Golkar yang
hanya bisa mokon "modal kontol" :maaf, ngga bisa ngapa-
ngapain asal duduk pamer gigi, bahasa indonesia aja
masih belepotan apalagi bahasa inggris. Malu-maluin
diplomat indonesia.

Perbaiki dulu Departmen Luar Negeri kita, baru bisa selesaikan
kasus-kasus sengketa seperti Sipandan/linggitan dan Aceh.

Mardhika Wisesa




Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote:
Alaaahhh, penakut amat. Pesawat Australia dicegat juga enggak ada tuh
pasukan AS jalan-jalan ke Monas. Yang enggak seneng dengan AS juga banyak.
Emangnya anda pikir AS dengan enteng mau memerangi Indonesia? Coba sebutkan
apa hanya karena SEATO lalu mereka berani mengancam Indonesia? Ya itu sih
pemikiran pengecut (sekali lagi no offense, kalau tetap mau diambil silakan
saja).

Sebetulnya kalau kita mau mengekang sifat penakut itu, maka kita dapat
berpikir bagaimana memainkan dadu Sipadan ini. Malaysia sudah memainkan
dadunya. Nah, bagaimana sekarang Indonesia memainkannya. Apakah tekanan
dengan ucapan Shihab cukup? Itu yg perlu kita pikirkan. Bukan menjadi Nice
Ho atau apa kek. Kita harus belajar bahwa dengan ucapan, Malaysia
mengabaikan, maka langkah selanjutnya apa suapaya Malayisa mendengar apa yg
kita mau. Itu lho oom:) Wah, kalau ngikut cara anda sih bener-bener
1000
tahun Siapadan selesai. Itupun setelah Sipadan tenggelam oleh naiknya air
laut oom...:)

Kalau anda mau menyimak sedikit, seharusnya pelajaran yg dapat kita ambil
dari Uncle Ho itu adalah tekadnya untuk memperjuangkan sampai mendapatkan
apa yg dicita-citakan. Bukan diambil ucapan 1000 tahun secara literal,
yaitu
sabar menunggu. Itu sih namanya salah mengartikan ucapan si oom Ho itu. Iya
enggak? Hayoo ngaku.

Nah, apa anda tahu gimana penyelesaian yg baik menurut anda itu? Apakah
menunggu setelah dunia internasional mengasosiasikan Siapdan dan Ligitan
adalah wilayah Malaysia? Tolong search di Internet kata "Sipadan" ya. Nanti
kan anda akan dapat impression demikian. Kalau ini yg terjadi, maka lembaga
arbitrari internasional bisa terpengaruh.


Anjasmara




Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1


Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com



Re: Possible bias (Re: Hasil survey ...)

2000-05-04 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Rekan Budi, terima kasih atas masukannya.
Memang survey ini tidak berharap terlalu banyak.
Kemungkinan bias memang besar.
Tapi dengan niat baik dari masing2 anggota milis ini,
saya harapkan kuisoner ini bisa memberikan masukan
yang berarti bagi kita semua.

Kuisoner ini adalah kuisoner pembuka dari kuisoner2
berikutnya nanti. Untuk kuisoner berikutnya, ada yg
menyarankan ke saya agar topik yg mau di survey nantinya
dilemparkan dulu ke milis ini agar nantinya sama2 disusun
pertanyaan2 untuk kuisoner tersebut. Suatu masukan
yg baik.

Mengenai dua pertanyaan yg rekan Budi saran untuk dihapus,
menurut saya biarkanlah seperti itu. Subyektivitas dari jawaban
yang diberikan tentunya tidak bisa dilarang bahkan malah
diharapkan...:)
Karena memang kuisoner ini sedang mencoba menggali apa
yg ada dibenak rekan2. Sengaja tidak memuat identitas
agar responder lebih bebas mengeluarkan apa yang ada
dibenaknya. Soalnya, nanti kalau diminta identitas, kecenderungannya
malah jadi ngga mau ikutan kuisoner ini.


Mengenai hasil sementara, juga saya harapkan rekan2 ngga
langsung menjatuhkan vonis satu sama lain. Tapi cermati saja
hasil tersebut dan terimalah hal tersebut sebagai masukan.

Sedikit soal hasil sementara yg sudah saya posting sebelumnya,
kalau diperhatikan, ada hal yg cukup menarik dari hasil sementara
yg masuk khususnya dari dua pertanyaan yg disarankan oleh rekan
Budi.

Kita lihat rekan Nasrulllah Idris sampai saat saya postingkan
hasil sementara mendapat suara tertinggi (6 suara) sebagai pemosting
yg paling tidak sukai di milis ini. Sementara, untuk topik yg
menurut responder (14 dari 15 suara) mendominasi milis ini adalah topik
politik. Seperti kita ketahui, posting dari rekan Nasrullah Idris
kecenderungannya adalah bukan politik melainkan aplikasi
matematik. Bukankah ini suatu hasil yang menarik untuk dicermati?...:)

Lebih jauh lagi kalau diperhatikan, ternyata dari rekan2 yg suka
menghapus langsung posting yg masuk, 47% responder memberikan
alasan utamanya adalah karena penulisnya tidak menarik.
Kalau kita perhatikan, khan biasanya orang menghapus email tanpa
membaca terlebih dahulu bila melihat sender, atau topik, atau pas
dibuka dilihat emailnya berantakan susunannya (biasanya email
forwardan yg ngga dirapiin terlebih dahulu).
Dari hasil yg 47% mengatakan menghapus langsung karena
pengirimnya tidak menarik. Bukankah ini bisa menjadi masukan
buat kita dan juga pengirim posting. Ternyata, siapa yg bicara
atau menulis ternyata masih menjadi faktor utama untuk
menentukan tulisan itu dibaca atau tidak.
Hal ini kalau diperhatikan ke situasi Indonesia atau kebiasaan
di Indonesia, tampaknya ngga jauh berbeda. Umumnya kita
cenderung untuk melihat dulu siapa yang ngomong ketimbang
apa yg diomongkan. Atau, bisa juga sebelum orang itu ngomong,
kita sudah bisa mengira2 apa yg bakalan dia omongin
berdasarkan dari kebiasaan sebelumnya.
Bukankah ini suatu hal yg menarik yg perlu dicermati:)

Walau demikian, kita tunggu saja sampai ada sekitar 50 responder
(mudah2an nyampe), nanti akan saya coba tuliskan dan ulas
hasil survey ini. Lalu kita bahas sama2 baik kelemahan ataupun
poin yg bisa kita ambil dari survey ini.

Setelah itu nanti kalau diperlukan survey lanjutan, kita juga
bikin sama2. Intinya, saya hanya mencoba untuk menggali
potensi milis ini yg tampaknya menurut perkiraan saya belum
tergali secara maksimal. Paling tidak hal ini senada dengan
14 responder (dari 15 yg masuk tadi) mengatakan bahwa milis
ini belum memenuhi harapan mereka.
Apa saja harapan mereka atau anggota milis ini?
Mungkin perlu dibuat survey berikutnya. Paling tidak salah
satunya tampaknya topik pembicaraan mengenai bisnis/ekonomi
perlu ditingkatkan di milis ini. Mungkin ini ada kaitannya
dengan krismon ya:)

Kira2 begitu saja tambahan penjelasan dari saya.
Walau masih ada kekurangan2, tidak ada salahnya toh kalau
dicoba. Tentunya, karena kita dari awal menyadari bahwa
terbuka kemungkinan hasilnya ada kekurangan, tapi setidaknya
kita coba dulu dan nanti kita bahas sama2.

Oh ya, bagi yang belum berpartisipasi dan ingin turut
membantu milis ini dengan memberikan pendapat anda,
silahkan partisipasi aktif anda disalurkan melalui:
http://forms.flashbase.com/forms/surveypermias001

Sampai saat ini sudah ada 18 responder, nambah 3 dari
sebelumnya. Nanti, bila sudah mencapai 50 (mudah2an
bisa nyampe), maka akan saya buat summary nya
dan kesimpulan yg bisa saya dapat. Lalu kita bahas
bersama di milis ini.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Fidel Anjasmara

2000-05-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Wah, oom Mardhika 'chicks' Wisesawati, mau nggak saya kirimin certificate
gift untuk belanja ke Victoria Secret...? Hehehe

Sebelum nuduh orang, jangan-jangan anda yg nggak lurus mikirnya. Saya kan
berkali-kali nanya ke anda lalu apa yg dapat "anda-anda" lakukan untuk
Sipadan? Anda orang Indo atau orang Malaysia sih? Kok defensif banget. Apa
mau nunggu godot seperti sekarang ini? Atau menyerahkan saja ke Malaysia?
Atau mau dihibahkan ke Aussie kayak Timtim? Saya kan cuman mau jawaban yg
kayak itu dari anda. Bukannya serapah doang. Gitu aja kok repot.

Tahu nggak sih kalau tipe-tipe penakut yg bikin Indonesia yg harusnya punya
suara untuk Sabah dan Serawak menjadi seolah-olah agresor bagi kedaulatan
Malaysia! Supaya anda sedikit tahu, Serawak dan Sabah dijual oleh para raja
putih Sarawak (yg sangat KEBETULAN sekali adalah orang Inggris) dan
memasukannya ke dalam Federasi Malaysia. Itulah yg ditentang oleh Sukarno.
Sekarang mereka mau berbuat hal yg sama thd Sipadan dan Ligitan. Baca
sejarah lalu diolah dulu my man. Bukan cuman percaya dengan buku atau
omongan rejim berikutnya (ORBA).

Oya, dikibulin sama AS tentang Bay Pig kok mau saja. Kalau perbandingan
pasukan elite AS dg pasukan orang-orang Cuba pelarian mau dijadikan excuse
kegagalan AS, bagaimana dengan perbandingan pasukan AS dan Vietnam Selatan
di jaman Perang Vietnam? Kalau kalah bilang saja kalah kan? Kok banyak amat
alasannya...:)

Untuk kasus Gutteres, saya ingatkan bahwa sejarah itu ditulis oleh pemenang.
Tentunya kita dapat mengkoreksinya. Yang kita butuhkan cuman clarity dari
pemikiran kita, bukan asal percaya dengan pendapat mainstream saja yg akan
membuat kita ya terbawa arus besar. Wah, nggak kreatif mas. Sekarang anda
mau ikut-ikutan mengutuki para putra Timtim yg menetapkan pilihan ikut
Indonesia. Shame on you...:) Kita-kita ini yg ikut menjadikan Gutteres dkk
para loser. Bukan mereka sendiri.

Yang juga perlu dibutuhkan Indonesia adalah defender untuk kepentingan
Indonesia, bukan loser yg sibuk cari kambing hitam kayak yg sekarang terjadi
di Indonesia, atau para oknum-oknum yg sibuk cari pengaruh dengan cara
memecah belah Indonesia. ORBA dulu berbuat kotor terhadap Sukarno dg
peredaman kasus Ganyang Malaysia. Sekarang ORREFORMASI mau berbuat yg sama
dalam kasus Timtim. Shame on you guys:)


Jeffrey Anjasmara

NB: Sekotor-kotor omongan saya nggak pernah sejauh  ucapan anda di email
sebelum ini. Gimana kalau anda revisi saja?

'
From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Fidel Anjasmara
Date: Wed, 3 May 2000 14:52:59 EDT

Gendeng-gendeng memang anda ini, sulit saya berpikir Indonesia
kalau mempunyai menlu seperti anda ini, bisa-bisa keriput
semua bos anda (presiden) kalau mempunyai menlu seperti anda
yang sok jago.

Memang anda kira anda ini ketua Kamra/Wanra yang perang
hanya dengan mahasiswa atau demo buruh, belajar sana
deh sama Eurico Guteres " The Looser of Indonesian Timor"
malu-maluin si Wiranto bangga-banggain gembel-gembel
tengik seperti ini yang akhirnya hanya berakhir sebagai
pencopet dan penodong, digamparin sama pasukan australia
sebagai perampok dan pemerkosa. Come on man, masa di
Indonesia ngga ada sih otak yang bisa normal-normal amat.
Otak itu digunakan untuk berpikir, bukan jidat!

Dulu waktu di SMA saya ingat akan adanya pengiriman
ke pulau sipadan, tapi bukan TNI, awal-awal tahun 1990-an
pengiriman tukang protes lah saya lupa.

Soal Fidel castro dengan Bay of Pig invasion,
tolong dicerna yahpasukan yang menginvasi lebih
banyak terdiri dari Cuban exiles "Orang-orang cuba yang
mengungsi dari Cuba setelah Fidel memegang kekuasaan.
Salah satunya adalah Ayah dari penyanyi terkenal Gloria
Estefan.

Mardhika Wisesa


Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote:
Perasaan pasukan TNI cuman 250,000 orang. Makanya saya heran kalau anda
sebut "tak lebih" dengan pasukan AS+Inggris. Kesannya kok hampir setaraf.
Apa anda nambahin dengan pasukan jin-nya Gus Dur ya?

Soal penempatan pasukan Malaysia di sana, sudah saya baca bertahun silam.
Tentu mereka juga cukup pintar bahwa mereka tidak perlu bawa senjata
lengkap. Istilahnya itu hanya "numpang nampang" saja. Perasaan Indonesia
juga punya perwakilan di situ juga. Ini yg saya baca dulu lho ya. Tidak
tahu
juga kalau segelintir pasukan TNI itu sudah ditarik atau gimana. Mungkin
bosan disuruh numpang nampang doang atau enggak tahan disuruh lihat orang
pada telanjang di pantai.

Sekali lagi, point saya adalah pemberian statement yg lebih keras dari
sekedar statement seorang Menlu. Itu yg perlu dipikirkan. Tentu saja
pengerahan pasukan jadi pilihan terakhir. Tapi kalau ternyata tidak mempan,
apa boleh buat...:) SOrry lho ya, kesannya anda ini ingin suapay Indonesia
nuntut doang. Masalah dikasih atau enggak yah monggo kerso...:) Wah, ke
laut
mas...:)

Anjasmara


Note:
(1) Dapat belajar dari mana kalau perang terbuka tidak mungkin lagi? Selama
manusia 

Re: Possible bias (Re: Hasil survey ...)

2000-05-04 Terurut Topik Nasrullah Idris

Saya sih menganggap anggota Permias-Net ini sebagai tukang sulap.
Kalau mereka sudah memberikan trik sulapnya, yang kemudian setelah saya
praktekkan memang benar, ya untuk apalagi mempersoalkan pribadinya. Apakah
dengan perubahan sikap mereka kepada saya/sikap saya terhadao mereka  "dari
suka ke tidak suka" atau "dari tidak suka ke suka" akan mengubah trik
sulapnya itu? kan Tidak !
 Soalnya saya di sini tidak berbicara masalah "pemikir". Tetapi
"pemikiran".




Salam,

Nasrullah Idris
--
Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi
http://bdg.centrin.net.id/~acu



-Original Message-
From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, May 05, 2000 00:35
Subject: Possible bias (Re: Hasil survey ...)


Rekan Irwan dan teman-teman lain,

Saya mendukung adanya 'survey' ini. Hanya saja masih ada yang mengganjal
untuk bisa sampai kepada 'reliability' hasil yang diharapkan.
Terutama terhadap dua pertanyaan sensitive:
1. Penulis yang paling digemari, dan
2. Penulis yang paling tidak disukai.

Dengan cara anonim dan setiap saat ditayangkan hasil sementaranya, maka
ada 'bias possibility' yang akan terjadi, terutama terhadap dua
pertanyaan sensitive di atas (bias ini biasa terjadi dalam
'self-reported' survey seperti ini), yaitu:
1. Seseorang bisa saja mengisi kuesioner online ini beberapa kali bahkan
berpuluh kali, apalagi kalau namanya disebut sebagai paling tidak
disukai. Sudah dipikirkankah 'screening' untuk hal ini?
2. Adalah sulit memisahkan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap
orangnya dan tulisannya. Bagaimanapun, sikap dan watak seseorang bisa
tertangkap lewat tulisan-tulisannya. Sebagus apapun tulisannya, kalau
sudah pernah mendapat 'label' kurang baik, tentu akan sangat berpengaruh
terhadap pengisian di kuesioner.
3. Setiap orang punya standard tersendiri dalam menilai suatu tulisan,
bergantung kepada basic interest-nya. Ada yang senang dengan puisi, ada
yang senang dengan politik, dll. Sehingga, tulisan yang diluar bidang
interest-nya akan mendapatkan nilai kurang.

Untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias-bias tsb, sebaiknya dua
pertanyaan 'sensitive' tersebut dihilangkan saja. Lagian, saya lihat kok
nggak ada urgensinya untuk 'lesson learned' maupun perbaikan milis
permias itu sendiri.

Selamat berkarya.

Salam,
Budi



Re: Possible bias (Re: Hasil survey ...)

2000-05-04 Terurut Topik Nasrullah Idris

Mas Budi ...
Kali ini tulisan/analisa anda  anda bagus.
Apalagi tampaknya terhindar dari kalimat2 gaya preman.
Terima kasih

Salam,



Nasrullah Idris
--
Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi
http://bdg.centrin.net.id/~acu



From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, May 05, 2000 00:35
Subject: Possible bias (Re: Hasil survey ...)


Rekan Irwan dan teman-teman lain,

Saya mendukung adanya 'survey' ini. Hanya saja masih ada yang mengganjal
untuk bisa sampai kepada 'reliability' hasil yang diharapkan.
Terutama terhadap dua pertanyaan sensitive:
1. Penulis yang paling digemari, dan
2. Penulis yang paling tidak disukai.

Dengan cara anonim dan setiap saat ditayangkan hasil sementaranya, maka
ada 'bias possibility' yang akan terjadi, terutama terhadap dua
pertanyaan sensitive di atas (bias ini biasa terjadi dalam
'self-reported' survey seperti ini), yaitu:
1. Seseorang bisa saja mengisi kuesioner online ini beberapa kali bahkan
berpuluh kali, apalagi kalau namanya disebut sebagai paling tidak
disukai. Sudah dipikirkankah 'screening' untuk hal ini?
2. Adalah sulit memisahkan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap
orangnya dan tulisannya. Bagaimanapun, sikap dan watak seseorang bisa
tertangkap lewat tulisan-tulisannya. Sebagus apapun tulisannya, kalau
sudah pernah mendapat 'label' kurang baik, tentu akan sangat berpengaruh
terhadap pengisian di kuesioner.
3. Setiap orang punya standard tersendiri dalam menilai suatu tulisan,
bergantung kepada basic interest-nya. Ada yang senang dengan puisi, ada
yang senang dengan politik, dll. Sehingga, tulisan yang diluar bidang
interest-nya akan mendapatkan nilai kurang.

Untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias-bias tsb, sebaiknya dua
pertanyaan 'sensitive' tersebut dihilangkan saja. Lagian, saya lihat kok
nggak ada urgensinya untuk 'lesson learned' maupun perbaikan milis
permias itu sendiri.

Selamat berkarya.

Salam,
Budi



TUTEK alias Datuk Ketek --- Datuk Kecil

2000-05-04 Terurut Topik Nasrullah Idris

 Saya mempunyai keponakan perempuan. Jarak usianya dengan saya sangat
dekat. Soalnya jarak usia ayahnya kakak saya dengan usia saya jauh sekali.
 Keponakan saya itu sudah nikah serta punya bayi.
 Menurut adat Minangkabau ... seharusnya bayi memanggil saya dengan
sebutan "Datuk" Kakek.
 Tetapi saya nggak mau.
 Akhirnya saya minta agar keponakan saya itu melatih bayinya untuk
menyebut saya dengan sebutan "Tutek" (singkat dari Datuk Ketek  Datuk
Kecil
 Pokoknya kalau dipanggil "Datuk" ... saya nggak mau.
 Saya nggak tahu : apakah bisa dijadikan kata resmi dalam "Bahasa
Indonesia" ?

Salam,



Nasrullah Idris
--
Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi
http://bdg.centrin.net.id/~acu