Ranting Kayu dan Sampah Kayu untuk Atasi Kerusakan Lingkungan ?
Rekan-Rekan Yth : Dalam mengatasi kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan, saya ingin mengusulkan sesuatu. Meskipun mungkin realisasinya baru akan tercapai dalam waktu lama, malah mugkin pasca generasi kita, namun tidak salah bila kita jajaki sejak dini Usulan tersebut adalah sebagai berikut : Menggencarkan industri kayu balok dengan memanfaatkan "sampah kayu" dan "ranting kayu". Jadi kedua bahan ini diolah sedemikian rupa, sehingga menjadi bagian "sekecil mungkin/setipis mungkin" untuk kemudian pada volume tententu menjalani "pres" sehingga terebentuklah kayu balok. Tentu saja harus diperhitungkan, agar produk itu bisa mengggantikan berbagai fungsi yang terkandung pada kayu balok yang sering kita lihat sekarang. Kalau cara ini kelak sudah menjadi peradaban manusia di muka bumi ini berarti untuk memanfaatkan kayu tidak lagi dengan menebang pohon. Cukup dengan mengambil ranting demi rantingnya saja. Ini baru usulan. Masalah kelebihan, peluang, tantangan, dan kekurangannya masih perlu dikaji lebih lanjut melalui berbagai metode pengambilan keputusan. Salam, Nasrullah Idris -- Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi http://bdg.centrin.net.id/~acu Sumber Inspirasi : Sigit Purwanto
Hasil survey milis PERMIAS sampai saat ini.
Sambil menunggu partisipasi aktif rekan2 lainnya, saya coba informasikan saja yg sudah terkumpul. Bagi yg belum turut berpartisipasi menyumbangkan pendapatnya, bisa mengikutnya melalui alamat berikut ini: http://forms.flashbase.com/forms/surveypermias001 Sampai hari ini (baru satu hari sih), sudah terkumpul 15 responder. Ada 14 (93%) yg sepakat mengatakan bahwa topik politik mendominasi milis ini. Terhadap topik yg mendominasi milis, 73% sepakat bahwa pembahasan dalam topik tersebut tidak perlu dikurangi, tapi sebagai penyeimbangnya topik lain perlu ditingkatkan. Topik yg perlu ditingkatkan menurut 47% suara yg telah masuk adalah bisnis/ekonomi. Sementara topik teknologi dan info/kegiatan permias memperoleh masing2 20% suara. Yang cukup mengejutkan adalah sekitar 73% responder mengaku menghapus paling sedikit 30% posting yg masuk tanpa membacanya terlebih dahulu. Alasan yg paling dominan untuk melakukan hal tersebut adalah karena penulisnya tidak menarik (47%) sementara 27% lainnya mengaku karena topiknya yang tidak menarik. Memperhatikan hal ini, tampaknya 93% responder mengakui bahwa milis ini belum memenuhi harapan mereka. Sementara itu, siapakah penulis yg paling digemari di milis ini? Dari 15 suara yang masuk pembagian suaranya adalah sbb: Yang memperoleh masing2 dua suara ada 4 orang (urut abjad); Jeffrey Anjasmara, Marianus Datubara, Notrida Mandica, Yusuf Wibisono Yang mendapat masing2 satu suara ada 5 orang (urut abjad); Ahmad Syamil, Faransyah Jaya, Irwan Ariston Napitupulu, Moko Darjatmoko, Ramadhan Pohan. Sementara, 2 suara lagi tampaknya memilih untuk tidak menjawab (mungkin ngga ada yg pas dengan pemilihnya). Siapa pula penulis yang paling tidak disukai di milis ini? Sampai dengan saat ini (15 suara), di dapat hasil sbb: Nasrullah Idris, 6 suara Irwan Ariston Napitupulu, 3 suara Mardhika Wisesa, 2 suara Ali Simplido, 1 suara Jeffrey Anjasmara, 1 suara Yuni Wilcox, 1 suara Yang tidak memberi jawaban ada 1 suara. Yang cukup menarik diperhatikan lebih jauh lagi, ternyata dua suara yang memilih rekan Yusuf Wibisono sebagai penulis kegemarannya semuanya datang dari wanita:) Dua wanita lainnya memilih masing2 Ahmad Syamil dan Notrida Mandika sebagai penulis yg digemarinya. Berikut ini adalah data pemilih: Jumlah pemilih sampai saat ini 15. Laki-laki, 11 Wanita, 4 Usia: 25, 5 25-35, 9 35, 1 14 responder berlokasi di AS. 1 responder bukan di Indonesia maupun di AS. Hanya 20% yg menghabiskan waktunya membaca email lebih dari 5 jam per hari. Umumnya antara 1-5 jam (53%). Yang cukup mengejutkan dari data responder adalah 40% mengaku belum pernah menulis di milis, sementara 33% adalah pernah mengirim posting dalam 30 hari terakhir. Admin milis permias boleh cukup lega mengingat 87% responder mengaku tahu cara signoff dari milis ini. Sementara untuk pertanyaan apakah mereka tahu milis ini punya arsip di egroups.com yg bisa diakses dengan bebas, ternyata hanya 7% yang tahu dan hapal alamatnya, sementara 67% tahu tapi tidak hapal alamatnya. Tampaknya tidak mudah menghapalkan alamat: http://www.egroups.com/message/diskusi-permias hehehehhe. Demikianlah hasil sementara dari survey milis PERMIAS. Angka ini tentunya akan terus berubah sesuai dengan masuknya suara dari rekan2 yg belum berpartisipasi. Mudah2an bisa terkumpul 100 suara agar bisa lebih dilihat keinginan milis ini. Bagi yang belum berpartisipasi aktif, silahkan berikan pendapat anda di: http://forms.flashbase.com/forms/surveypermias001 jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Possible bias (Re: Hasil survey ...)
Rekan Irwan dan teman-teman lain, Saya mendukung adanya 'survey' ini. Hanya saja masih ada yang mengganjal untuk bisa sampai kepada 'reliability' hasil yang diharapkan. Terutama terhadap dua pertanyaan sensitive: 1. Penulis yang paling digemari, dan 2. Penulis yang paling tidak disukai. Dengan cara anonim dan setiap saat ditayangkan hasil sementaranya, maka ada 'bias possibility' yang akan terjadi, terutama terhadap dua pertanyaan sensitive di atas (bias ini biasa terjadi dalam 'self-reported' survey seperti ini), yaitu: 1. Seseorang bisa saja mengisi kuesioner online ini beberapa kali bahkan berpuluh kali, apalagi kalau namanya disebut sebagai paling tidak disukai. Sudah dipikirkankah 'screening' untuk hal ini? 2. Adalah sulit memisahkan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap orangnya dan tulisannya. Bagaimanapun, sikap dan watak seseorang bisa tertangkap lewat tulisan-tulisannya. Sebagus apapun tulisannya, kalau sudah pernah mendapat 'label' kurang baik, tentu akan sangat berpengaruh terhadap pengisian di kuesioner. 3. Setiap orang punya standard tersendiri dalam menilai suatu tulisan, bergantung kepada basic interest-nya. Ada yang senang dengan puisi, ada yang senang dengan politik, dll. Sehingga, tulisan yang diluar bidang interest-nya akan mendapatkan nilai kurang. Untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias-bias tsb, sebaiknya dua pertanyaan 'sensitive' tersebut dihilangkan saja. Lagian, saya lihat kok nggak ada urgensinya untuk 'lesson learned' maupun perbaikan milis permias itu sendiri. Selamat berkarya. Salam, Budi Irwan Ariston Napitupulu wrote: ---dihapus- Sementara itu, siapakah penulis yg paling digemari di milis ini? Dari 15 suara yang masuk pembagian suaranya adalah sbb: Yang memperoleh masing2 dua suara ada 4 orang (urut abjad); Jeffrey Anjasmara, Marianus Datubara, Notrida Mandica, Yusuf Wibisono Yang mendapat masing2 satu suara ada 5 orang (urut abjad); Ahmad Syamil, Faransyah Jaya, Irwan Ariston Napitupulu, Moko Darjatmoko, Ramadhan Pohan. Sementara, 2 suara lagi tampaknya memilih untuk tidak menjawab (mungkin ngga ada yg pas dengan pemilihnya). Siapa pula penulis yang paling tidak disukai di milis ini? Sampai dengan saat ini (15 suara), di dapat hasil sbb: Nasrullah Idris, 6 suara Irwan Ariston Napitupulu, 3 suara Mardhika Wisesa, 2 suara Ali Simplido, 1 suara Jeffrey Anjasmara, 1 suara Yuni Wilcox, 1 suara Yang tidak memberi jawaban ada 1 suara. ---dihapus-
virus !
Virus Baru ! "I Love You" virus. check this homepage. And DO NOT open any attachement ! http://www.msnbc.com/news/403350.asp?bt=pubtu=http://www.msnbc.com/m/olk2k/msnbc_o_install.asp Faran Happy Spring Time from the staff at DCEmail.com http://www.dcemail.com - FREE Email for the Community
Re: Pemberakan II [Re: [Sipadan]
Wah, udah nggak sehat nih. Bye... From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Pemberakan II [Re: [Sipadan] Date: Wed, 3 May 2000 14:36:06 EDT Ahh penakut amatPreman amat anda ini Bung Jaya, kok bisa seenak dewek asal ngomong, Sok Jenggo kalau kalau orang tua bilang. Jenggo-jenggo sih boleh tapi kalau ngibrit pas ditantang balik seperti TNI waktu di Timor-timur baru nyaho anda. Belajar Berdewasalah sebelum sok jago seperti ini, kata orang "Kencing saja belum lurus" sudah ngajarin seperti bak seorang guru. Lantas kalau AS banyak yang tidak senang kenapa Indonesia bisa kena embargo senjata?? Pendidikan militer bagi perwira Indonesia dicabut karena ulah kita di Timor oleh para anggota Kongres di Washington, terus yang bukan perwira baru calon, di Norwich kena ikut-ikutan getahnya Ini menunjukan apa coba? Bahwa Amerika adalah Powerful country, kita ngga bisa menyanggah, buktinya anda pun dikirim instansi ke AMERIKA juga. Enteng sekali ngomong anda. Penyelesaian terbaik? hahaha anda kan sekolah di Rochester Institute of Tech, gimana menurut anda tuh...? makanya Deplu harus perbaiki cara mereka berdiplomat, jangan asal ngambil gembel-gembel dari TNI atau Golkar yang hanya bisa mokon "modal kontol" :maaf, ngga bisa ngapa- ngapain asal duduk pamer gigi, bahasa indonesia aja masih belepotan apalagi bahasa inggris. Malu-maluin diplomat indonesia. Perbaiki dulu Departmen Luar Negeri kita, baru bisa selesaikan kasus-kasus sengketa seperti Sipandan/linggitan dan Aceh. Mardhika Wisesa Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Alaaahhh, penakut amat. Pesawat Australia dicegat juga enggak ada tuh pasukan AS jalan-jalan ke Monas. Yang enggak seneng dengan AS juga banyak. Emangnya anda pikir AS dengan enteng mau memerangi Indonesia? Coba sebutkan apa hanya karena SEATO lalu mereka berani mengancam Indonesia? Ya itu sih pemikiran pengecut (sekali lagi no offense, kalau tetap mau diambil silakan saja). Sebetulnya kalau kita mau mengekang sifat penakut itu, maka kita dapat berpikir bagaimana memainkan dadu Sipadan ini. Malaysia sudah memainkan dadunya. Nah, bagaimana sekarang Indonesia memainkannya. Apakah tekanan dengan ucapan Shihab cukup? Itu yg perlu kita pikirkan. Bukan menjadi Nice Ho atau apa kek. Kita harus belajar bahwa dengan ucapan, Malaysia mengabaikan, maka langkah selanjutnya apa suapaya Malayisa mendengar apa yg kita mau. Itu lho oom:) Wah, kalau ngikut cara anda sih bener-bener 1000 tahun Siapadan selesai. Itupun setelah Sipadan tenggelam oleh naiknya air laut oom...:) Kalau anda mau menyimak sedikit, seharusnya pelajaran yg dapat kita ambil dari Uncle Ho itu adalah tekadnya untuk memperjuangkan sampai mendapatkan apa yg dicita-citakan. Bukan diambil ucapan 1000 tahun secara literal, yaitu sabar menunggu. Itu sih namanya salah mengartikan ucapan si oom Ho itu. Iya enggak? Hayoo ngaku. Nah, apa anda tahu gimana penyelesaian yg baik menurut anda itu? Apakah menunggu setelah dunia internasional mengasosiasikan Siapdan dan Ligitan adalah wilayah Malaysia? Tolong search di Internet kata "Sipadan" ya. Nanti kan anda akan dapat impression demikian. Kalau ini yg terjadi, maka lembaga arbitrari internasional bisa terpengaruh. Anjasmara Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1 Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com
Re: Possible bias (Re: Hasil survey ...)
Rekan Budi, terima kasih atas masukannya. Memang survey ini tidak berharap terlalu banyak. Kemungkinan bias memang besar. Tapi dengan niat baik dari masing2 anggota milis ini, saya harapkan kuisoner ini bisa memberikan masukan yang berarti bagi kita semua. Kuisoner ini adalah kuisoner pembuka dari kuisoner2 berikutnya nanti. Untuk kuisoner berikutnya, ada yg menyarankan ke saya agar topik yg mau di survey nantinya dilemparkan dulu ke milis ini agar nantinya sama2 disusun pertanyaan2 untuk kuisoner tersebut. Suatu masukan yg baik. Mengenai dua pertanyaan yg rekan Budi saran untuk dihapus, menurut saya biarkanlah seperti itu. Subyektivitas dari jawaban yang diberikan tentunya tidak bisa dilarang bahkan malah diharapkan...:) Karena memang kuisoner ini sedang mencoba menggali apa yg ada dibenak rekan2. Sengaja tidak memuat identitas agar responder lebih bebas mengeluarkan apa yang ada dibenaknya. Soalnya, nanti kalau diminta identitas, kecenderungannya malah jadi ngga mau ikutan kuisoner ini. Mengenai hasil sementara, juga saya harapkan rekan2 ngga langsung menjatuhkan vonis satu sama lain. Tapi cermati saja hasil tersebut dan terimalah hal tersebut sebagai masukan. Sedikit soal hasil sementara yg sudah saya posting sebelumnya, kalau diperhatikan, ada hal yg cukup menarik dari hasil sementara yg masuk khususnya dari dua pertanyaan yg disarankan oleh rekan Budi. Kita lihat rekan Nasrulllah Idris sampai saat saya postingkan hasil sementara mendapat suara tertinggi (6 suara) sebagai pemosting yg paling tidak sukai di milis ini. Sementara, untuk topik yg menurut responder (14 dari 15 suara) mendominasi milis ini adalah topik politik. Seperti kita ketahui, posting dari rekan Nasrullah Idris kecenderungannya adalah bukan politik melainkan aplikasi matematik. Bukankah ini suatu hasil yang menarik untuk dicermati?...:) Lebih jauh lagi kalau diperhatikan, ternyata dari rekan2 yg suka menghapus langsung posting yg masuk, 47% responder memberikan alasan utamanya adalah karena penulisnya tidak menarik. Kalau kita perhatikan, khan biasanya orang menghapus email tanpa membaca terlebih dahulu bila melihat sender, atau topik, atau pas dibuka dilihat emailnya berantakan susunannya (biasanya email forwardan yg ngga dirapiin terlebih dahulu). Dari hasil yg 47% mengatakan menghapus langsung karena pengirimnya tidak menarik. Bukankah ini bisa menjadi masukan buat kita dan juga pengirim posting. Ternyata, siapa yg bicara atau menulis ternyata masih menjadi faktor utama untuk menentukan tulisan itu dibaca atau tidak. Hal ini kalau diperhatikan ke situasi Indonesia atau kebiasaan di Indonesia, tampaknya ngga jauh berbeda. Umumnya kita cenderung untuk melihat dulu siapa yang ngomong ketimbang apa yg diomongkan. Atau, bisa juga sebelum orang itu ngomong, kita sudah bisa mengira2 apa yg bakalan dia omongin berdasarkan dari kebiasaan sebelumnya. Bukankah ini suatu hal yg menarik yg perlu dicermati:) Walau demikian, kita tunggu saja sampai ada sekitar 50 responder (mudah2an nyampe), nanti akan saya coba tuliskan dan ulas hasil survey ini. Lalu kita bahas sama2 baik kelemahan ataupun poin yg bisa kita ambil dari survey ini. Setelah itu nanti kalau diperlukan survey lanjutan, kita juga bikin sama2. Intinya, saya hanya mencoba untuk menggali potensi milis ini yg tampaknya menurut perkiraan saya belum tergali secara maksimal. Paling tidak hal ini senada dengan 14 responder (dari 15 yg masuk tadi) mengatakan bahwa milis ini belum memenuhi harapan mereka. Apa saja harapan mereka atau anggota milis ini? Mungkin perlu dibuat survey berikutnya. Paling tidak salah satunya tampaknya topik pembicaraan mengenai bisnis/ekonomi perlu ditingkatkan di milis ini. Mungkin ini ada kaitannya dengan krismon ya:) Kira2 begitu saja tambahan penjelasan dari saya. Walau masih ada kekurangan2, tidak ada salahnya toh kalau dicoba. Tentunya, karena kita dari awal menyadari bahwa terbuka kemungkinan hasilnya ada kekurangan, tapi setidaknya kita coba dulu dan nanti kita bahas sama2. Oh ya, bagi yang belum berpartisipasi dan ingin turut membantu milis ini dengan memberikan pendapat anda, silahkan partisipasi aktif anda disalurkan melalui: http://forms.flashbase.com/forms/surveypermias001 Sampai saat ini sudah ada 18 responder, nambah 3 dari sebelumnya. Nanti, bila sudah mencapai 50 (mudah2an bisa nyampe), maka akan saya buat summary nya dan kesimpulan yg bisa saya dapat. Lalu kita bahas bersama di milis ini. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Fidel Anjasmara
Wah, oom Mardhika 'chicks' Wisesawati, mau nggak saya kirimin certificate gift untuk belanja ke Victoria Secret...? Hehehe Sebelum nuduh orang, jangan-jangan anda yg nggak lurus mikirnya. Saya kan berkali-kali nanya ke anda lalu apa yg dapat "anda-anda" lakukan untuk Sipadan? Anda orang Indo atau orang Malaysia sih? Kok defensif banget. Apa mau nunggu godot seperti sekarang ini? Atau menyerahkan saja ke Malaysia? Atau mau dihibahkan ke Aussie kayak Timtim? Saya kan cuman mau jawaban yg kayak itu dari anda. Bukannya serapah doang. Gitu aja kok repot. Tahu nggak sih kalau tipe-tipe penakut yg bikin Indonesia yg harusnya punya suara untuk Sabah dan Serawak menjadi seolah-olah agresor bagi kedaulatan Malaysia! Supaya anda sedikit tahu, Serawak dan Sabah dijual oleh para raja putih Sarawak (yg sangat KEBETULAN sekali adalah orang Inggris) dan memasukannya ke dalam Federasi Malaysia. Itulah yg ditentang oleh Sukarno. Sekarang mereka mau berbuat hal yg sama thd Sipadan dan Ligitan. Baca sejarah lalu diolah dulu my man. Bukan cuman percaya dengan buku atau omongan rejim berikutnya (ORBA). Oya, dikibulin sama AS tentang Bay Pig kok mau saja. Kalau perbandingan pasukan elite AS dg pasukan orang-orang Cuba pelarian mau dijadikan excuse kegagalan AS, bagaimana dengan perbandingan pasukan AS dan Vietnam Selatan di jaman Perang Vietnam? Kalau kalah bilang saja kalah kan? Kok banyak amat alasannya...:) Untuk kasus Gutteres, saya ingatkan bahwa sejarah itu ditulis oleh pemenang. Tentunya kita dapat mengkoreksinya. Yang kita butuhkan cuman clarity dari pemikiran kita, bukan asal percaya dengan pendapat mainstream saja yg akan membuat kita ya terbawa arus besar. Wah, nggak kreatif mas. Sekarang anda mau ikut-ikutan mengutuki para putra Timtim yg menetapkan pilihan ikut Indonesia. Shame on you...:) Kita-kita ini yg ikut menjadikan Gutteres dkk para loser. Bukan mereka sendiri. Yang juga perlu dibutuhkan Indonesia adalah defender untuk kepentingan Indonesia, bukan loser yg sibuk cari kambing hitam kayak yg sekarang terjadi di Indonesia, atau para oknum-oknum yg sibuk cari pengaruh dengan cara memecah belah Indonesia. ORBA dulu berbuat kotor terhadap Sukarno dg peredaman kasus Ganyang Malaysia. Sekarang ORREFORMASI mau berbuat yg sama dalam kasus Timtim. Shame on you guys:) Jeffrey Anjasmara NB: Sekotor-kotor omongan saya nggak pernah sejauh ucapan anda di email sebelum ini. Gimana kalau anda revisi saja? ' From: Mardhika Wisesa [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Fidel Anjasmara Date: Wed, 3 May 2000 14:52:59 EDT Gendeng-gendeng memang anda ini, sulit saya berpikir Indonesia kalau mempunyai menlu seperti anda ini, bisa-bisa keriput semua bos anda (presiden) kalau mempunyai menlu seperti anda yang sok jago. Memang anda kira anda ini ketua Kamra/Wanra yang perang hanya dengan mahasiswa atau demo buruh, belajar sana deh sama Eurico Guteres " The Looser of Indonesian Timor" malu-maluin si Wiranto bangga-banggain gembel-gembel tengik seperti ini yang akhirnya hanya berakhir sebagai pencopet dan penodong, digamparin sama pasukan australia sebagai perampok dan pemerkosa. Come on man, masa di Indonesia ngga ada sih otak yang bisa normal-normal amat. Otak itu digunakan untuk berpikir, bukan jidat! Dulu waktu di SMA saya ingat akan adanya pengiriman ke pulau sipadan, tapi bukan TNI, awal-awal tahun 1990-an pengiriman tukang protes lah saya lupa. Soal Fidel castro dengan Bay of Pig invasion, tolong dicerna yahpasukan yang menginvasi lebih banyak terdiri dari Cuban exiles "Orang-orang cuba yang mengungsi dari Cuba setelah Fidel memegang kekuasaan. Salah satunya adalah Ayah dari penyanyi terkenal Gloria Estefan. Mardhika Wisesa Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Perasaan pasukan TNI cuman 250,000 orang. Makanya saya heran kalau anda sebut "tak lebih" dengan pasukan AS+Inggris. Kesannya kok hampir setaraf. Apa anda nambahin dengan pasukan jin-nya Gus Dur ya? Soal penempatan pasukan Malaysia di sana, sudah saya baca bertahun silam. Tentu mereka juga cukup pintar bahwa mereka tidak perlu bawa senjata lengkap. Istilahnya itu hanya "numpang nampang" saja. Perasaan Indonesia juga punya perwakilan di situ juga. Ini yg saya baca dulu lho ya. Tidak tahu juga kalau segelintir pasukan TNI itu sudah ditarik atau gimana. Mungkin bosan disuruh numpang nampang doang atau enggak tahan disuruh lihat orang pada telanjang di pantai. Sekali lagi, point saya adalah pemberian statement yg lebih keras dari sekedar statement seorang Menlu. Itu yg perlu dipikirkan. Tentu saja pengerahan pasukan jadi pilihan terakhir. Tapi kalau ternyata tidak mempan, apa boleh buat...:) SOrry lho ya, kesannya anda ini ingin suapay Indonesia nuntut doang. Masalah dikasih atau enggak yah monggo kerso...:) Wah, ke laut mas...:) Anjasmara Note: (1) Dapat belajar dari mana kalau perang terbuka tidak mungkin lagi? Selama manusia
Re: Possible bias (Re: Hasil survey ...)
Saya sih menganggap anggota Permias-Net ini sebagai tukang sulap. Kalau mereka sudah memberikan trik sulapnya, yang kemudian setelah saya praktekkan memang benar, ya untuk apalagi mempersoalkan pribadinya. Apakah dengan perubahan sikap mereka kepada saya/sikap saya terhadao mereka "dari suka ke tidak suka" atau "dari tidak suka ke suka" akan mengubah trik sulapnya itu? kan Tidak ! Soalnya saya di sini tidak berbicara masalah "pemikir". Tetapi "pemikiran". Salam, Nasrullah Idris -- Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi http://bdg.centrin.net.id/~acu -Original Message- From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, May 05, 2000 00:35 Subject: Possible bias (Re: Hasil survey ...) Rekan Irwan dan teman-teman lain, Saya mendukung adanya 'survey' ini. Hanya saja masih ada yang mengganjal untuk bisa sampai kepada 'reliability' hasil yang diharapkan. Terutama terhadap dua pertanyaan sensitive: 1. Penulis yang paling digemari, dan 2. Penulis yang paling tidak disukai. Dengan cara anonim dan setiap saat ditayangkan hasil sementaranya, maka ada 'bias possibility' yang akan terjadi, terutama terhadap dua pertanyaan sensitive di atas (bias ini biasa terjadi dalam 'self-reported' survey seperti ini), yaitu: 1. Seseorang bisa saja mengisi kuesioner online ini beberapa kali bahkan berpuluh kali, apalagi kalau namanya disebut sebagai paling tidak disukai. Sudah dipikirkankah 'screening' untuk hal ini? 2. Adalah sulit memisahkan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap orangnya dan tulisannya. Bagaimanapun, sikap dan watak seseorang bisa tertangkap lewat tulisan-tulisannya. Sebagus apapun tulisannya, kalau sudah pernah mendapat 'label' kurang baik, tentu akan sangat berpengaruh terhadap pengisian di kuesioner. 3. Setiap orang punya standard tersendiri dalam menilai suatu tulisan, bergantung kepada basic interest-nya. Ada yang senang dengan puisi, ada yang senang dengan politik, dll. Sehingga, tulisan yang diluar bidang interest-nya akan mendapatkan nilai kurang. Untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias-bias tsb, sebaiknya dua pertanyaan 'sensitive' tersebut dihilangkan saja. Lagian, saya lihat kok nggak ada urgensinya untuk 'lesson learned' maupun perbaikan milis permias itu sendiri. Selamat berkarya. Salam, Budi
Re: Possible bias (Re: Hasil survey ...)
Mas Budi ... Kali ini tulisan/analisa anda anda bagus. Apalagi tampaknya terhindar dari kalimat2 gaya preman. Terima kasih Salam, Nasrullah Idris -- Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi http://bdg.centrin.net.id/~acu From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, May 05, 2000 00:35 Subject: Possible bias (Re: Hasil survey ...) Rekan Irwan dan teman-teman lain, Saya mendukung adanya 'survey' ini. Hanya saja masih ada yang mengganjal untuk bisa sampai kepada 'reliability' hasil yang diharapkan. Terutama terhadap dua pertanyaan sensitive: 1. Penulis yang paling digemari, dan 2. Penulis yang paling tidak disukai. Dengan cara anonim dan setiap saat ditayangkan hasil sementaranya, maka ada 'bias possibility' yang akan terjadi, terutama terhadap dua pertanyaan sensitive di atas (bias ini biasa terjadi dalam 'self-reported' survey seperti ini), yaitu: 1. Seseorang bisa saja mengisi kuesioner online ini beberapa kali bahkan berpuluh kali, apalagi kalau namanya disebut sebagai paling tidak disukai. Sudah dipikirkankah 'screening' untuk hal ini? 2. Adalah sulit memisahkan antara kesukaan/ketidaksukaan terhadap orangnya dan tulisannya. Bagaimanapun, sikap dan watak seseorang bisa tertangkap lewat tulisan-tulisannya. Sebagus apapun tulisannya, kalau sudah pernah mendapat 'label' kurang baik, tentu akan sangat berpengaruh terhadap pengisian di kuesioner. 3. Setiap orang punya standard tersendiri dalam menilai suatu tulisan, bergantung kepada basic interest-nya. Ada yang senang dengan puisi, ada yang senang dengan politik, dll. Sehingga, tulisan yang diluar bidang interest-nya akan mendapatkan nilai kurang. Untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias-bias tsb, sebaiknya dua pertanyaan 'sensitive' tersebut dihilangkan saja. Lagian, saya lihat kok nggak ada urgensinya untuk 'lesson learned' maupun perbaikan milis permias itu sendiri. Selamat berkarya. Salam, Budi
TUTEK alias Datuk Ketek --- Datuk Kecil
Saya mempunyai keponakan perempuan. Jarak usianya dengan saya sangat dekat. Soalnya jarak usia ayahnya kakak saya dengan usia saya jauh sekali. Keponakan saya itu sudah nikah serta punya bayi. Menurut adat Minangkabau ... seharusnya bayi memanggil saya dengan sebutan "Datuk" Kakek. Tetapi saya nggak mau. Akhirnya saya minta agar keponakan saya itu melatih bayinya untuk menyebut saya dengan sebutan "Tutek" (singkat dari Datuk Ketek Datuk Kecil Pokoknya kalau dipanggil "Datuk" ... saya nggak mau. Saya nggak tahu : apakah bisa dijadikan kata resmi dalam "Bahasa Indonesia" ? Salam, Nasrullah Idris -- Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi http://bdg.centrin.net.id/~acu