[ppi-india] Tip Menulis (6) Membina Hubungan dg Media

2005-01-07 Terurut Topik Mario Gagho




Tips Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media"Oleh Mario Gagho

Salah satu kesalahan terbesar yg pernah saya lakukan sebagai mahasiswa India terjadi pada saat kedatangan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (GD) ke India pada 2001. Waktu itu, dia diikuti oleh sejumlah besar rombongan pebisnis dan --ini yg tak saya ketahui sebelumnya-- sejumlah pemimpin redaksi media cetak Indonesia. 

Waktu itu saya dan Julkifli Marbun, yg sekarang jadi wartawan GATRA, menjadi guide rombongan GD. Kami baru tahu kalau para pemred ikut sewaktu GD mengadakan audisi dg masyarakat Indonesia di KBRI New Delhi. Waktu itu seluruh pemred diminta oleh GD untuk memperkenalkan diri. Di situ baru saya terperanjat. Mengapa saya dan teman-teman PPI tidak tahu keberadaan mereka? Dan mengapa pihak KBRI tidak memberitahu? Tentu saja kesalahan terbesar ada pada PPI yg tidak menanyakan hal itu, walaupun seandainya pihak KBRI menginformasikan keikutsertaan para pemred itu tanpa ditanya akan lebih diapresiasi. 
Setelah acara pertemuan dg GD selesai dan rombongan pulang ke Tanah Air, kami baru merasakan hilangnya peluang emas sangat besar yg dapat mempengaruhi sepak terjang sejarah peran mahasiswa India di bidang penulisan/pemikiran di masa depan. Ini pelajaran berharga yg semoga tidak terulang di masa depan. Dan dari sini juga dapat dilihat betapa perlunya koordinasi antara PPI dan KBRI, khususnya dalam menginformasikan kedatangan tamu dari Tanah Air. Banyak cara penyampaian informasi kepada kami; termasuk antara lain melalui milis ini. Terutama menyangkut bakal kedatangan rekan-rekan jurnalis dari Tanah Air yg hal itu akan dapat kami manfaatkan semaksimal mungkin.
***
Membina hubungan personal dg kalangan media Tanah Air, dg para wartawan khususnya pemred-nya, sangatlah perlu. Dan itu menjadi salah satu trik yg tak kalah pentingnya agar tulisan kita dapat dimuat. Seperti yg saya singgung dalam tulisan sebelumnya, persaingan atau lebih tepatnya kompetisi dalam menulis sangatlah ketat. Rata-rata antara 20 sampai 50 tulisan masuk ke meja redaksi media setiap harinya. Sedang yg dapat dimuat cuma antara dua sampai empat tulisan. 

Apabila terdapat 20 tulisan saja yg masuk untuk dimuat besok harinya dan semuanya memenuhi syarat untuk dimuat dari segi relevansi tulisan dan kebaruan idenya, maka biasanya redaksi akan memprioritaskan tulisan yg, pertama, penulisnya sudah terkenal. Kedua, penulisnya sudah kenal pribadi (walaupun belum terkenal). Ketiga, penulisnya belum dikenal tapi tulisannya cukup bagus. Jadi, kita-kita sebagai penulis yg belum terkenal dan belum kenal pribadi dg tim redaksi hanya mendapat prioritas ketiga. Kesempatan dimuat adalah apabila kelompok pertama atau kedua sedang tidak mengirim tulisan atau tulisannya kurang bagus. Di sinilah relevansinya mengapa membina hubungan personal dg tim redaksi sebuah media itu perlu dan sangat penting. Dan itulah sebabnya, mengapa saya merasa melakukan kesalahan sangat besar karena melewatkan kesempatan emas kala para pemred itu datang ke New Delhi waktu itu. 

Namun demikian, kita hendaknya tidak kecil hati. Stay cool and relax. Tetaplah menulis dan mengirim ke media. Penulis baru yg "bandel" akan mendapat perhatian tersendiri dari redaksi. Dan itu sudah terbukti dari pengalaman rekan-rekan yg tidak kenal sama sekali dg redaksi tapi tulisan-tulisannya sudah dimuat di media seperti Qisai, Zamhasari Rizqon dan Tasar, dll. Ini terjadi karena penulis terkenal di kita kurang produktif dan di situ peluang penulis-penulis baru seperti kita untuk bisa masuk. Sekali tulisan kita dimuat, tulisan-tulisan berikutnya akan mudah diterima walaupun tidak otomatis dimuat.

Membina Relasi via Milis dan Chat Room

Internet telah merubah tatanan konvensional di berbagai lini kehidupan. Kalau dulu, untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dg individu di KBRI perlu datang ke rumahnya atau kantor, sekarang via milis inipun kita dapat "ngobrol" dg mereka; begitu pun mereka dg kita. Dulu, kita tidak pernah kenal dg mahasiswa Pune, Bangalore, Hyderabad, dll dan masyarakat KJRI Mumbai. Sekarang, kita dg mudah saling kenal via milis walaupun secara fisik belum bertemu. 
Dg demikian, milis dapat dijadikan sebagai ajang mendekatkan diri dg kalangan wartawan. Dari milis nasional ppi, saya banyak mengenal mereka yg aktif berdiskusi seperti Satrio Arismunandar dari TRANS TV, Heri Hendrayana alias Gola Gong dari RCTI, Sirikit Syah dari Media Centre, Ramadan Pohan dari Jawa Pos, Elok dan Edna dari Kompas, dll. Untuk lebih banyak lagi mengenal kalangan jurnalis ini silahkan bergabung dg milis mereka seperti [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], dll. 
Apabila kita sudah sering berdebat dg mereka di milis, biasanya hubungan itu bisa terus dilanjutkan via email pribadi dan bahkan dapat diteruskan via chatting atau YM (yahoo messenger). Kalau sudah demikian personal, tidak terlalu sulit tulisan kita dapat menembus media mereka. Irwansyah Yahya, umpamanya, yg sudah kenal dekat via online dg Rizal (wartawan 

Re: [ppi-india] Tip Menulis (6) Membina Hubungan dg Media

2005-01-07 Terurut Topik Fachim bin Ali Harharah




Saya sangat setuju dengan pendapat bung Mario, yah...menurut saya orang awam dan juga praktisi yang kurang ngerti itu semuasaya cuma tau syair "tak kenal maka tak sayang" jadi kalo mau dikenal baikjuga disayang,mestinya kita tunjukkan seperti apa baiknya. Karena bagaimana orang mau dikenal pintar atau berpendidikan atau yang lainnya bila cuma bengong aja di kamar. Ada teman yang bilang "Don't stay for waitingsomething happen, but go out and make it happen". 
Mario Gagho [EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Tips Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media" Oleh Mario Gagho  Salah satu kesalahan terbesar yg pernah saya lakukan sebagai mahasiswa India terjadi pada saat kedatangan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (GD) ke India pada 2001. Waktu itu, dia diikuti oleh sejumlah besar rombongan pebisnis dan --ini yg tak saya ketahui sebelumnya-- sejumlah pemimpin redaksi media cetak Indonesia.   Waktu itu saya dan Julkifli Marbun, yg sekarang jadi wartawan GATRA, menjadi guide rombongan GD. Kami baru tahu kalau para pemred ikut sewaktu GD mengadakan audisi dg masyarakat Indonesia di KBRI New Delhi. Waktu itu seluruh pemred diminta oleh GD untuk memperkenalkan diri. Di situ baru saya terperanjat. Mengapa saya dan teman-teman PPI
 tidak tahu keberadaan mereka? Dan mengapa pihak KBRI tidak memberitahu? Tentu saja kesalahan terbesar ada pada PPI yg tidak menanyakan hal itu, walaupun seandainya pihak KBRI menginformasikan keikutsertaan para pemred itu tanpa ditanya akan lebih diapresiasi.  Setelah acara pertemuan dg GD selesai dan rombongan pulang ke Tanah Air, kami baru merasakan hilangnya peluang emas sangat besar yg dapat mempengaruhi sepak terjang sejarah peran mahasiswa India di bidang penulisan/pemikiran di masa depan. Ini pelajaran berharga yg semoga tidak terulang di masa depan. Dan dari sini juga dapat dilihat betapa perlunya koordinasi antara PPI dan KBRI, khususnya dalam menginformasikan kedatangan tamu dari Tanah Air. Banyak cara penyampaian informasi kepada kami; termasuk antara lain melalui milis ini. Terutama menyangkut bakal kedatangan rekan-rekan
 jurnalis dari Tanah Air yg hal itu akan dapat kami manfaatkan semaksimal mungkin. *** Membina hubungan personal dg kalangan media Tanah Air, dg para wartawan khususnya pemred-nya, sangatlah perlu. Dan itu menjadi salah satu trik yg tak kalah pentingnya agar tulisan kita dapat dimuat. Seperti yg saya singgung dalam tulisan sebelumnya, persaingan atau lebih tepatnya kompetisi dalam menulis sangatlah ketat. Rata-rata antara 20 sampai 50 tulisan masuk ke meja redaksi media setiap harinya. Sedang yg dapat dimuat cuma antara dua sampai empat tulisan.   Apabila terdapat 20 tulisan saja yg masuk untuk dimuat besok harinya dan semuanya memenuhi syarat untuk dimuat dari segi relevansi tulisan dan kebaruan idenya, maka biasanya redaksi akan memprioritaskan tulisan yg, pertama, penulisnya sudah terkenal. Kedua, penulisnya sudah
 kenal pribadi (walaupun belum terkenal). Ketiga, penulisnya belum dikenal tapi tulisannya cukup bagus. Jadi, kita-kita sebagai penulis yg belum terkenal dan belum kenal pribadi dg tim redaksi hanya mendapat prioritas ketiga. Kesempatan dimuat adalah apabila kelompok pertama atau kedua sedang tidak mengirim tulisan atau tulisannya kurang bagus. Di sinilah relevansinya mengapa membina hubungan personal dg tim redaksi sebuah media itu perlu dan sangat penting. Dan itulah sebabnya, mengapa saya merasa melakukan kesalahan sangat besar karena melewatkan kesempatan emas kala para pemred itu datang ke New Delhi waktu itu.   Namun demikian, kita hendaknya tidak kecil hati. Stay cool and relax. Tetaplah menulis dan mengirim ke media. Penulis baru yg "bandel" akan mendapat perhatian tersendiri dari redaksi. Dan itu sudah terbukti dari
 pengalaman rekan-rekan yg tidak kenal sama sekali dg redaksi tapi tulisan-tulisannya sudah dimuat di media seperti Qisai, Zamhasari Rizqon dan Tasar, dll. Ini terjadi karena penulis terkenal di kita kurang produktif dan di situ peluang penulis-penulis baru seperti kita untuk bisa masuk. Sekali tulisan kita dimuat, tulisan-tulisan berikutnya akan mudah diterima walaupun tidak otomatis dimuat.  Membina Relasi via Milis dan Chat Room  Internet telah merubah tatanan konvensional di berbagai lini kehidupan. Kalau dulu, untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dg individu di KBRI perlu datang ke rumahnya atau kantor, sekarang via milis inipun kita dapat "ngobrol" dg mereka; begitu pun mereka dg kita. Dulu, kita tidak pernah kenal dg mahasiswa Pune, Bangalore, Hyderabad, dll dan masyarakat KJRI Mumbai. Sekarang, kita dg
 mudah saling kenal via milis walaupun secara fisik belum bertemu.  Dg demikian, milis dapat dijadikan sebagai ajang mendekatkan diri dg kalangan wartawan. Dari milis nasional ppi, saya banyak mengenal mereka yg aktif berdiskusi seperti Satrio Arismunandar dari TRANS TV, Heri Hendrayana alias Gola Gong dari RCTI, Sirikit Syah dari Media Centre, Ramadan Pohan dari Jawa Pos, Elok dan Edna dari Kompas, dll. Untuk 

[ppi-india] Buat Moderator Milis

2005-01-07 Terurut Topik Fachim bin Ali Harharah




Assalamualaikum!
Buat Saudara Moderator Mailing list PPI-India, ini ada permintaan untuk bergabung dari rekan-rekan siswa di IIT Roorkee. Semoga bisa lebih mempererat persahabatan di antara kita.

Berikut nama  alamat e-mailsementara :

Sdr Anggara = [EMAIL PROTECTED]
Sdr Endra= [EMAIL PROTECTED]
Sdr Ferdy = [EMAIL PROTECTED]
Sdr Heru = [EMAIL PROTECTED]
Sdr Roy = [EMAIL PROTECTED]
Sdr Shanti = [EMAIL PROTECTED]
Sdr Udien = [EMAIL PROTECTED]

Terima kasih  salam kompak!











F a c h i m
School of Computer  System Sciences
Jawaharlal Nehru University
New Delhi - INDIA 110067
www.jnu.ac.in
fachim.uni.cc

Tugasutama kita di dunia hanyalah berusaha meluruskan niat dan menyempurnakan ihtiar, itulah rezeki kita.__Do You Yahoo!?Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com 


_
Mhs/Masy. indoindia diharapkan untuk selalu melihat diskusi harian di http://www.ppi-india.da.ru dan situs resmi PPI http://www.ppi-india.uni.cc ==
Catatan penting:
1- Harap tdk. memposting berita, kecuali yg berkenaan dg masyarakat/mahasiswa/alumni India
2- Arsip milis: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india ; 
3- HP Ketua PPI (Jusman): 09810646659 ; Sekjen PPI(Mukhlis): 09897407326
4- KBRI Delhi(11)26110693;26118642; 26118647
5- KJRI Mumbai (022)3868678;3800940;3891255 








Yahoo! Groups Links

To visit your group on the web, go to:http://groups.yahoo.com/group/ppi-india/
To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.










[ppi-india] Bantuan Denmark utk Anak Yatim Aceh Mencari orang Aceh

2005-01-07 Terurut Topik Agus Partono


Rekan2 PPI-India,
Saya mendapat amanat dari salah seorang wanita Indonesia yang 
bersuamikan orang Denmark untuk menyampaikan kabar bahwa dia sedang 
mencari orang Aceh asli, atau sukarelawan yang bener-bener mengerti 
tentang musibah di Aceh dan mau bekerja tanpa pamrih utk Aceh.
Orang ini akan dijadikan sebagai penghubung dalam penyaluran dana yg 
dihimpun oleh LSM setempat, dia tidak mau bantuannya disalurkan lewat 
pemerintah ( biasa, takut ga nyampai ke yg berhak).
LSM ini bahkan ingin membuat sebuah panti asuhan berikut sarana 
pendidikannya untuk jangka panjang.
Melihat skalanya, yang dibutuhkan adalah kerja sama LSM to LSM, bukan 
perorangan lagi.

Sungguh, kebenarannya perlu ditindak lanjuti. 
Saya tahu di milis ini ada beberapa orang Aceh, silakan bagi yang 
mengetahuinya dapat mengirimkan email ke saya. Nanti akan saya forward 
ke beliaunya.

Wassalam,

Agus Partono
[EMAIL PROTECTED] YM 









 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/h8TXDC/6WnJAA/HwKMAA/igXolB/TM
~- 

_
Mhs/Masy. indoindia diharapkan untuk selalu melihat diskusi harian di 
http://www.ppi-india.da.ru dan situs resmi PPI http://www.ppi-india.uni.cc  
==
Catatan penting:
1- Harap tdk. memposting berita, kecuali yg  berkenaan dg 
masyarakat/mahasiswa/alumni India
2- Arsip milis: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india ; 
3- HP Ketua PPI (Jusman): 09810646659 ; Sekjen PPI(Mukhlis): 09897407326
4- KBRI Delhi(11)26110693;26118642; 26118647
5- KJRI Mumbai (022)3868678;3800940;3891255  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppi-india/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppi-india] Tip Menulis (6) Membina Hubungan dg Media

2005-01-07 Terurut Topik mujazin zin

 --- Mario Gagho [EMAIL PROTECTED] wrote:  

 lewat email saya sudah mbaca pesan mas fatih dan ini
saya kirimkan email cewek dari medan itu biar mereka
jadi anggota milis
1. [EMAIL PROTECTED]
2. [EMAIL PROTECTED]
 dan alkhamdulilah saya sudah di Hyderabad dalam
keadaan sehat. wassalm




 Tips Menulis (6) Membina Hubungan dg Media
 Oleh Mario Gagho
  
 Salah satu kesalahan terbesar yg pernah saya lakukan
 sebagai mahasiswa India terjadi pada saat kedatangan
 presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (GD) ke
 India pada 2001. Waktu itu, dia diikuti oleh
 sejumlah besar rombongan pebisnis dan --ini yg tak
 saya ketahui sebelumnya-- sejumlah pemimpin redaksi
 media cetak Indonesia. 
  
 Waktu itu saya dan Julkifli Marbun, yg sekarang jadi
 wartawan GATRA, menjadi guide rombongan GD. Kami
 baru tahu kalau para pemred ikut sewaktu GD
 mengadakan audisi dg masyarakat Indonesia di KBRI
 New Delhi. Waktu itu seluruh pemred diminta oleh GD
 untuk memperkenalkan diri. Di situ baru saya
 terperanjat. Mengapa saya dan teman-teman PPI tidak
 tahu keberadaan mereka? Dan mengapa pihak KBRI tidak
 memberitahu? Tentu saja kesalahan terbesar ada pada
 PPI yg tidak menanyakan hal itu, walaupun seandainya
 pihak KBRI menginformasikan keikutsertaan para
 pemred itu tanpa ditanya akan lebih diapresiasi. 
 Setelah acara pertemuan dg GD selesai dan rombongan
 pulang ke Tanah Air, kami baru merasakan hilangnya
 peluang emas sangat besar yg dapat mempengaruhi
 sepak terjang sejarah peran mahasiswa India di
 bidang penulisan/pemikiran di masa depan. Ini
 pelajaran berharga yg semoga tidak terulang di masa
 depan. Dan dari sini juga dapat dilihat betapa
 perlunya koordinasi antara PPI dan KBRI, khususnya
 dalam menginformasikan kedatangan tamu dari Tanah
 Air. Banyak cara penyampaian informasi kepada kami;
 termasuk antara lain melalui milis ini. Terutama
 menyangkut bakal kedatangan rekan-rekan jurnalis
 dari Tanah Air yg hal itu akan dapat kami manfaatkan
 semaksimal mungkin.
 ***
 Membina hubungan personal dg kalangan media Tanah
 Air, dg para wartawan khususnya pemred-nya,
 sangatlah perlu. Dan itu menjadi salah satu trik yg
 tak kalah pentingnya agar tulisan kita dapat dimuat.
 Seperti yg saya singgung dalam tulisan sebelumnya,
 persaingan atau lebih tepatnya kompetisi dalam
 menulis sangatlah ketat. Rata-rata antara 20 sampai
 50 tulisan masuk ke meja redaksi media setiap
 harinya. Sedang yg dapat dimuat cuma antara dua
 sampai empat tulisan. 
  
 Apabila terdapat 20 tulisan saja yg masuk untuk
 dimuat besok harinya dan semuanya memenuhi syarat
 untuk dimuat dari segi relevansi tulisan dan
 kebaruan idenya, maka biasanya redaksi akan
 memprioritaskan tulisan yg, pertama, penulisnya
 sudah terkenal. Kedua, penulisnya sudah kenal
 pribadi (walaupun belum terkenal). Ketiga,
 penulisnya belum dikenal tapi tulisannya cukup
 bagus. Jadi, kita-kita sebagai penulis yg belum
 terkenal dan belum kenal pribadi dg tim redaksi
 hanya mendapat prioritas ketiga. Kesempatan dimuat
 adalah apabila kelompok pertama atau kedua sedang
 tidak mengirim tulisan atau tulisannya kurang bagus.
 Di sinilah relevansinya mengapa membina hubungan
 personal dg tim redaksi sebuah media itu perlu dan
 sangat penting. Dan itulah sebabnya, mengapa saya
 merasa melakukan kesalahan sangat besar karena
 melewatkan kesempatan emas kala para pemred itu
 datang ke New Delhi waktu itu. 
  
 Namun demikian, kita hendaknya tidak kecil hati.
 Stay cool and relax. Tetaplah menulis dan mengirim
 ke media. Penulis baru yg bandel akan mendapat
 perhatian tersendiri dari redaksi. Dan itu sudah
 terbukti dari pengalaman rekan-rekan yg tidak kenal
 sama sekali dg redaksi tapi tulisan-tulisannya sudah
 dimuat di media seperti Qisai, Zamhasari Rizqon dan
 Tasar, dll. Ini terjadi karena penulis terkenal di
 kita kurang produktif dan di situ peluang
 penulis-penulis baru seperti kita untuk bisa masuk.
 Sekali tulisan kita dimuat, tulisan-tulisan
 berikutnya akan mudah diterima walaupun tidak
 otomatis dimuat.
  
 Membina Relasi via Milis dan Chat Room
  
 Internet telah merubah tatanan konvensional di
 berbagai lini kehidupan. Kalau dulu, untuk dapat
 berkomunikasi dan berinteraksi dg individu di KBRI
 perlu datang ke rumahnya atau kantor, sekarang via
 milis inipun kita dapat ngobrol dg mereka; begitu
 pun mereka dg kita. Dulu, kita tidak pernah kenal dg
 mahasiswa Pune, Bangalore, Hyderabad, dll dan
 masyarakat KJRI Mumbai. Sekarang, kita dg mudah
 saling kenal via milis walaupun secara fisik belum
 bertemu. 
 Dg demikian, milis dapat dijadikan sebagai ajang
 mendekatkan diri dg kalangan wartawan. Dari milis
 nasional ppi, saya banyak mengenal mereka yg aktif
 berdiskusi seperti Satrio Arismunandar dari TRANS
 TV, Heri Hendrayana alias Gola Gong dari RCTI,
 Sirikit Syah dari Media Centre, Ramadan Pohan dari
 Jawa Pos, Elok dan Edna dari Kompas, dll. Untuk
 lebih banyak lagi mengenal kalangan jurnalis ini
 silahkan bergabung dg milis mereka seperti
 [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL 

[ppi-india] INDONESIA MENANGIS ( ACEH )

2005-01-07 Terurut Topik abdul malik

OH ACEH! SUNGGUH BESAR KASIH ALLAH PADAMU

Oh, Aceh!
Berhari-hari saya menangis tanpa dapat saya tahan
melihat penderitaanmu. Bencana ini begitu dahsyat,
begitu singkat tapi meninggalkan korban yang begitu
besar. Rasanya belum pernah saya merasa begitu pilu
melihat nasib dan penderitaan yang begitu besar 
seperti yang kau alami ini,oh Aceh. Dalam sujudku, aku
hanya mampu mengucapkan kata-kata tuk berdo'a. Justru
protes yang terlontas dalam hatiku. Ya, Allah!

Aku tahu bahwa Engkau tak mungkin salah dengan
takdirMu. Karena Engkaulah Sang Maha Benar. Yang tak
pernah salah dalam menetapkan sesuatu, meski kami tak
mungkin paham dengan semua tindakanMu. Ya, Allah! Apa
gerangan kasih yang kau sembunyikan dibalik musibahMu
ini?. Berilah kami petunjukMu agar kami paham makna
dari semua derita yang Kau timpakan pada bangsa Aceh,
saudara kami ini, ya Allah!. Kurang besarkah
penderitaan mereka selama ini, ya Allah? Bukankah
bangsa Aceh berjuang tanpa henti selama tiga puluh
tahun melawan penjajah bangsa Belanda sebelum akhirnya
bergabung dengan republik ini, ya Allah? Tigapuluh
tahun berperang tanpa henti dengan segala 
penderitaannya, ya Allah!

Dan ketika mereka bergabung dengan kami mereka juga
tak pernah menikmati, nikmat dan berkah kemerdekaan
seperti saudara-saudara lainnya yang sebangsa dan
setanah air. Kali ini mereka diperangi oleh 
pemerintahnya sendiri yang tidak suka dengan cara
mereka mengekspresikan diri. DOM adalah balasan atas
protes mereka yang tak mampu berdiplomasi macam
saudara-saudaranya yang lain. Berpuluh2 tahun lagi
mereka harus menderita karena pemberontakan yang tak
perlu terjadi. Dan menderita karena diperlakukan
sebagai musuh, dan menyedot sumber daya alamnya.
Perang seolah-olah telah menjadi takdirnya tanpa
henti. Derita, demi derita seolah tak henti-hentinya
Kau timpakan pada bangsa Aceh. Dimanakah kasihMu bagi
mereka ya, Allah?

Oh, Aceh! Sungguh malang nasibmu.

Tapi hari ini, ketika telah lelah aku bertanya kepada
Tuhan, tiba-tiba seolah aku mendengar Tuhan
berkata-kata kepadaku; KasihKu pada Aceh melebihi
kasihKu pada yang lain. Pandanglah kesekelilingmu dan
akan engkau temui kasihKu pada Aceh memenuhi setiap
tempat di muka bumi ini. Dan ajaib! Tiba-tiba saya
melihat kebenaran tersebut.

Seluruh penjuru dunia tiba-tiba memalingkan matanya ke
Aceh dan turut berduka dengannya. Seluruh dunia
tiba-tiba menghentikan kegiatannya karena iba melihat
penderitaan Aceh. Aceh!...Aceh..! Aceh..! Tiba-tiba ia
sekarang menjadi begitu penting setelah sekian lama
tidak pernah dilihat dengan sebelah mata. Aceh
tiba-tiba menjadi tumpuan kasih sayang siapapun yang
iba padanya.

Tiba-tiba saya melihat betapa Tuhan telah mengubah
segalanya dalam sekejap. Tak satupun daerah di
Indonesia di Indonesia yang tidak turut berduka
dengannya. Tiba-tiba Aceh menjadi saudara yang paling 
patut dikasihi dan disayangi setelah sekian lama kita
perangi.

Aceh..! Aceh..! Beritahu kami cara terbaik untuk
menghibur hatimu! Kami adalah saudara-saudaramu yang
selama ini lalai menyayangimu.

Tahukah kau Aceh, bahwa semua orang yang kutemui,
kudengar, kulihat, turut merasakan penderitaanmu.
Mahasiswa, pengusaha, artis, pelawak, walikota, sopir
taksi, politisi, tentara, polisi, semuanya turut
bersedih dengan penderitaanmu. Semua orang disetiap
penjuru ingin menumpahkan kasih dan sayangnya padamu.
Belum pernah saya melihat ada bangsa yang begitu
dikasihi seperti engkau saat ini, Aceh! Bahkan seorang
tukang sapu jalanan di Balikpapan dengan tanpa ragu
merogoh sakunya dan mengeluarkan semua uang yang ada
disakunya ketika para mahasiswa secara spontan turun
ke jalan untuk mengumpulkan derma dari masyarakat yang
lalu lalang.  

Ia mungkin tidak sadar bahwa ia memerlukan uang
tersebut untuk ongkos pulangnya nanti. Bahkan aku baca
seorang anak berumur 10 tahun di mancanegara memecah
celengannya dan menyumbangkan isinya yang hanya 10
dolar sambil berkata; Maybe they really need the
money.  Ia bahkan tidak tahu dimana Aceh itu berada,
hanya mengetahui bahwa ada bangsa yang ditimpa bencana
yang begitu dahsyat dan memerlukan bantuan.  Lalu
hatinya jatuh mendengar penderitaanmu. George Bush
yang pongah itupun tak tahan untuk tidak
melipatgandakan dana bantuan untukmu sampai sepuluh
kali lipat. Ya, sepuluh kali lipat! Bahkan kepada 
bangsa Irak dan Afganistan yang ia sakiti ia tak
begitu dermawan.

Betapa ajaibnya kerja Tuhan! Aceh yang selama ini
diperangi berpuluh-puluh tahun tanpa seorangpun tahu
bagaimana cara mengasihinya tiba-tiba menjadi bangsa
yang paling dikasihi dimuka bumi ini. Semua ingin 
merangkulnya, memeluknya, menghiburnya, memberikan
hartanya, mengulurkan tangannya untuk menolong, bahkan
menumpahkan airmatanya, semua untuk Aceh yang selama
ini tidak pernah kita perdulikan.

Oh..Aceh! Sungguh besar kasih sayang Tuhan padamu.
Sesungguhnya mereka yang menjadi korban tidaklah
sia-sia. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa
umatnya yang mati tenggelam adalah mati syahid? 
Dan engkau memperoleh kehormatan dan kebahagiaan