Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-21 Terurut Topik Tanjuang Heri




Satuju jo cocok bana jo apo nan disabuik an dek sanak adrisman kelapangan dada dan keterbukaan masing masing kita umat islam dalam membahas masalah ke islaman diperlukan sekali...
Heri




adeer [EMAIL PROTECTED] wrote: 
Wa'alaikum salam wr.wb.Mak Basrihasan,honestly I am just trying to present my point of view, dalam rangkakepedulian terhadap terpuruknya Islam ditengah berpolarisasinya pemikiranIslam secara tekstual dan konstektualSebenarnya kalau kita mau membuka hati terhadap perbedaan penafsiran danfikiran yang jernih, maka diskusi2 agama dalam milis ini akan menjadibermanfaat.apapun juga kesimpulan dari pemikiran2 yang dibawa kesini, maka sebaiknyakita tetap memprioritaskan akhlaqul kharimah dan keikhlasan dalam berIslam,semata mata demi mencari ridho Allah swt.apalagi bagi kita yang secara individu sehari hari berinteraksi dalamkomunitas plural, sudah seharusnyalah kita juga bersikap adil dan tulusterhadap sesama manusia, menjauhkan sikap pre-judice (su'uzhon) atau apriori(zalim). Insya Allah dengan sikap ini individu2 muslim akan
 merasakanindahnya keimanan dan sejuknya berislam sehingga kita semua bisamerepresentasikan rahmatan lil alamin yang kita dambakan tersebut.Ichwan2 yang ada dimilis ini saya yakini datang dari berbagai lapisan umur,latar belakang pendidikan dan pengalaman yang bervariasi..., maka sungguhterlalu tinggi hati rasanya kalau kita menganggap orang lain lebih kurangpengetahuannya atau keislamannya dari kita.Yang bisa kita perbuat adalah berdiskusi dengan sikap saling mengisi, jikaada yang keliru kita perbaiki bersama, namun jangan sekali kali kita berniatmenggurui seseorang disini..., terlalu naive kalau punya fikiran sepertiitu.Label bisa dipasang dimana saja...sesuai dengan keinginan penjual, tidakbedanya dengan label terorisme yang dipasang oleh barat untuk umat islam...,namun ini cuma masalah siapa yang menggiring opini, tetap saja hati nuranidan fikiran kita masing masing yang akan menilai siapa yang teroris, siapayang
 fanatik, siapa yang taqlid membabi buta.wassalamAdrisman- Original Message - From: "basrihasan" <[EMAIL PROTECTED]>To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"<[EMAIL PROTECTED]>Sent: Thursday, February 19, 2004 10:29 PMSubject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi ) Assalamu'alaikum wr. wb. Menariksekali interpretasi sanak Adrisman tentang demokrasi dalam Islam, honestly there is no difference with me, konsekuensinya ialah kita ini di cap sebagai pandangan Islam Liberal, apa boleh buat. Karena demokrasi itu adalah kebaikan yang dihasilkan oleh ummat manusia, yang telah diridhoi Allah SWT, tentunya itu adalah sunatullah juga. Tinggal menjelaskan kepada ichwan yang masih bersikap skriptualis, rantaunet ini hakikatnya media untuk itu. Salam SBN - Original Message
 - From: adeer <[EMAIL PROTECTED]> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, February 20, 2004 7:42 AM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )  Wa'alaikum salam wr.wb.   uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan tepat,  memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah  kemana mana.  senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari  rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget, tapi  mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat  pemilu...heheh...:)  sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada Islam  dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan
 membicarakan aqidah atau  ketauhidan (let's keep it among ourself).   apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yangdidirikan  oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa nilai2  demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa  diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at  pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic  principle.  Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkankepada 3  principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan jawaban  yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita  bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah NO,  demokrasi tidak ada tempat dalam islam.,
 karena kaum fundamentalist  menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada ruang  untuk berkonsultatif.  Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai sejarah  hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.  Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit  lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut  segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.   Sekalipun banyak para pemikir2 Islam yang telah mengupas dan membuat  analysis tentang syaria'h Islam seperti Imam Shafi'i, Hanbali, 

Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-20 Terurut Topik basrihasan
Assalamu'alaikum wr. wb.

Menariksekali interpretasi sanak Adrisman tentang demokrasi dalam Islam,
honestly there is no difference with me, konsekuensinya ialah kita ini
di cap sebagai  pandangan Islam Liberal, apa boleh buat.
Karena demokrasi itu adalah kebaikan yang dihasilkan oleh ummat manusia,
yang telah diridhoi Allah SWT, tentunya itu adalah sunatullah juga.
Tinggal menjelaskan kepada ichwan yang masih bersikap skriptualis,
rantaunet ini hakikatnya media untuk itu.
Salam

SBN

- Original Message -
From: adeer [EMAIL PROTECTED]
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, February 20, 2004 7:42 AM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )


 Wa'alaikum salam wr.wb.

 uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan
tepat,
 memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah
 kemana mana.
 senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari
 rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget,
tapi
 mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat
 pemilu...heheh...:)
 sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada
Islam
 dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan membicarakan aqidah
atau
 ketauhidan (let's keep it among ourself).

 apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yang didirikan
 oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa
nilai2
 demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa
 diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at
 pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic
 principle.
 Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkan kepada
3
 principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan
jawaban
 yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita
 bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah
NO,
 demokrasi tidak ada tempat dalam islam., karena kaum fundamentalist
 menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada
ruang
 untuk berkonsultatif.
 Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai
sejarah
 hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.
 Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit
 lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut
 segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.

 Sekalipun banyak para pemikir2 Islam yang telah mengupas dan membuat
 analysis tentang syaria'h Islam seperti Imam Shafi'i, Hanbali, AlGhazali
dan
 masih banyak lagi yang lainnya, namun mereka2 ini lebih condong
menganalisa
 dan menulis terhadap aspek2 theologis dan sedikit sekali yang menyangkut
 dimensi politik. Sehingga sebenarnya tak ada political philosophy secara
 concrete yang pernah dikembangkan berdasarkan Syari'ah Islam sampai saat
ini
 (as far as I know...heheh...)., tidak salah kalau dikatakan Isalamic
 political thought masih tetap purely speculative.

 Maka benar juga kata uni kita tidak bakal menemukan nilai2 demokratis di
 negara2 Islam yang melaksanakan syari'ah Islam seperti negara2 timur
tengah
 saat ini, dari 46 negara yang tergabung kedalam negara2 Islam tersebut,
 mungkin cuma Republic Turki yang bisa mewakili negara demokrasi
berdasarkan
 pemahaman Barat.

 Lantas kalau begitu apakah tidak mungkin syaria'ah law sekaligus
demokratic
 diterapkan dinegara Indonesia ini...? Jawabannya adalah tergantung
seberapa
 banyak kaum fundamentalist atau islamist yang mengusung partai2 yang ikut
 pemilu nanti...?
 kalau banyakan fundamentalist, maka lihatlah negara2 timur tengah yang
jadi
 contohnya, satu yang mungkin berbeda adalah negara kita terlalu miskin
untuk
 bisa berbuat seperti negara saudagar minyak tersebut, salah2 negara kita
 akan jatuh lagi kedalam tangan militer seperti pakistan dan libya karena
 kemiskinan berpotensi untuk tidak berjalannya syari'ah law.

 Bila kaum islamist yang lebih banyak, mungkin kita masih bisa berharap
 seperti negara malaysia kelak..., walau juga masih tetap dibutuhkan  nyali
 yang besar dari pemimpin2 kita kelak untuk mengadili para koruptor.

 uni dan sanak semuanya, sudah menjelang sore disini..., insya Allah kita
 sambung lagi lain kali. Mungkin kita nanti bisa mengupas seperti apakah
 sebenarnya syari'ah law yang begitu ditakuti orang2 tersebut dan seperti
 apakah demokrasi yang begitu digandrungi manusia sejagad.

 wassalam.
 Adrisman

 nb: sanak Irdam atau sanak lainnya silahkan bergabung kalau tertarik dan
 nggak sibuk.
 .

 - Original Message -
 From:  -- (*o*) -- [EMAIL PROTECTED]
 To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
 [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, February 19, 2004 4:42 AM
 Subject: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )


 da ad, saya belum tahu benar apakah untuk melihat hubungan 

Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-19 Terurut Topik adeer
Wa'alaikum salam wr.wb.

uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan tepat,
memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah
kemana mana.
senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari
rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget, tapi
mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat
pemilu...heheh...:)
sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada Islam
dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan membicarakan aqidah atau
ketauhidan (let's keep it among ourself).

apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yang didirikan
oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa nilai2
demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa
diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at
pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic
principle.
Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkan kepada 3
principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan jawaban
yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita
bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah NO,
demokrasi tidak ada tempat dalam islam., karena kaum fundamentalist
menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada ruang
untuk berkonsultatif.
Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai sejarah
hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.
Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit
lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut
segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.

Sekalipun banyak para pemikir2 Islam yang telah mengupas dan membuat
analysis tentang syaria'h Islam seperti Imam Shafi'i, Hanbali, AlGhazali dan
masih banyak lagi yang lainnya, namun mereka2 ini lebih condong menganalisa
dan menulis terhadap aspek2 theologis dan sedikit sekali yang menyangkut
dimensi politik. Sehingga sebenarnya tak ada political philosophy secara
concrete yang pernah dikembangkan berdasarkan Syari'ah Islam sampai saat ini
(as far as I know...heheh...)., tidak salah kalau dikatakan Isalamic
political thought masih tetap purely speculative.

Maka benar juga kata uni kita tidak bakal menemukan nilai2 demokratis di
negara2 Islam yang melaksanakan syari'ah Islam seperti negara2 timur tengah
saat ini, dari 46 negara yang tergabung kedalam negara2 Islam tersebut,
mungkin cuma Republic Turki yang bisa mewakili negara demokrasi berdasarkan
pemahaman Barat.

Lantas kalau begitu apakah tidak mungkin syaria'ah law sekaligus demokratic
diterapkan dinegara Indonesia ini...? Jawabannya adalah tergantung seberapa
banyak kaum fundamentalist atau islamist yang mengusung partai2 yang ikut
pemilu nanti...?
kalau banyakan fundamentalist, maka lihatlah negara2 timur tengah yang jadi
contohnya, satu yang mungkin berbeda adalah negara kita terlalu miskin untuk
bisa berbuat seperti negara saudagar minyak tersebut, salah2 negara kita
akan jatuh lagi kedalam tangan militer seperti pakistan dan libya karena
kemiskinan berpotensi untuk tidak berjalannya syari'ah law.

Bila kaum islamist yang lebih banyak, mungkin kita masih bisa berharap
seperti negara malaysia kelak..., walau juga masih tetap dibutuhkan  nyali
yang besar dari pemimpin2 kita kelak untuk mengadili para koruptor.

uni dan sanak semuanya, sudah menjelang sore disini..., insya Allah kita
sambung lagi lain kali. Mungkin kita nanti bisa mengupas seperti apakah
sebenarnya syari'ah law yang begitu ditakuti orang2 tersebut dan seperti
apakah demokrasi yang begitu digandrungi manusia sejagad.

wassalam.
Adrisman

nb: sanak Irdam atau sanak lainnya silahkan bergabung kalau tertarik dan
nggak sibuk.
.

- Original Message - 
From:  -- (*o*) -- [EMAIL PROTECTED]
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 19, 2004 4:42 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )


da ad, saya belum tahu benar apakah untuk melihat hubungan islam dg negara
yg memiliki nilai2 demokratis atau tidak bisa dilihat pada negara2 Islam
moderen yg masih menjalankan tradisi otoritas raja seperti  yg dijalankan
oleh arab saudi maroko dan jordan spt sekarang.  menurut saya, yg paling pas
untuk melihat bahwa negara islam itu adalah negara teokratik yg demokratis,
mau atau tidak,  kita harus menengok pada negara kota madina yg didirikan
rasullullah. semasa rasul hidup negara madina dijalan berdasarkan prinsip
shura. meskipun ada perbedaan substansial antara dewan shura dg
parlementarisme seperti yg terdapat dalam negara2 moderen demokratis, secara
prinsip, shura ini bisa dianggap sebagai bukti pertama dari demokrasi islam.
bahkan setelah nabi wafat dikeluarkan lagi 2 prinsip kekuasaan islam yg
demokratis: ikhtiyar (seleksi) dan bay'a (sumpah