Re: [Urang Sunda] Basa Sunda Can Paeh.....

2005-10-07 Terurut Topik oman abdurahman



Bagea Abah Kasep, kang Sara, kang Kumi, oge sadayana,

Bungah kacida di sulteng aya anu ngagunakeun basa Sunda. Saprak maca posting jejer ieu anu kahiji, si kuring langsung sms sobat anu aya di Kendari, ngecek ti dituna mah. Enya, di wewengkon transmigrasi asal Jawa, aya hiji desa anu ngagunakeun basa Sunda, ceuk inyana kira-kira kitu dina sms. Bungah kacida.


Karena sakitu jeung ngarojong kana usulan ti Kang Sararaka, si kuring ngarojong kacida upa, aya pabukon di wewengkon Sindangkasih, Kendari. Keur anu ngurusna mah rek makumaha ka sobat tea, sugan daekeun nulungan mangnepikeun buku paket pabukon ka lokasi (Sindangkasih). Cikan, aya dulur-dulur anu bade nyumbang keur pabukon di Desa Sindangkasih, Sulawesi Tenggara?


baktos,
manAR
On 10/5/05, sara raka [EMAIL PROTECTED] wrote:

ih ning aya oge us di sulawesi tenggara teh... pikeun kuring hal ieu aneh jeung elmu anyar deuih...

kumaha atuh pami diadegkeun pabukon sunda di ieu wewengkon.

ah ari jaman internet kieu mah.. warga sindangkasih tiasa ngakses www.urang-sunda..

menarik oge nya carita2 kieu teh..

abdi ge kantos maca di harian PR... hal nu samodel kieu teh aya deui atawa kajadian di wewengkon/daratan Riau teu terang pastina mah... hilap deui... di wewengkon ieu aya 700 leuwih jalmian...

oge masih keneh seuer hal2 nu samodel kieu teh siganamah pan loba oge us nu transmigrasi ka kalimantan jeung sakuliah indonesia nu layak di trasmigrasian...

ah sing baragja atuh sakumna jalma2 ( sunda sareng non sunda) !! sing balener-balageur-.

budaya sunda mere kahirupan kana kahirupan dunya

ulah poho jaga di akherat bakal aya kahirupan deui... atuh dina sasih siam ieu mudah2an urang balarea sing dijadikeun jalmi nu berkwalitas... boh di Ts atawa di luar TS... amien..

mangga... hapunteun abdi !!..

wassalam ww.abah kasep [EMAIL PROTECTED] wrote:




ieu jigana rusiahna teh
Anak-anak di Sindangkasih rata-rata menguasai Bahasa Sunda, karena orang tua mereka secara turun menurun menggunakan Bahasa Sunda, Meskipun di sekolah mereka tidak diberikan mata pelajaran Bahasa Sunda, melainkan BahasaTolaki 



diangkod ti dieu yeu.

http://maylannychristin.blogspot.com/2005/09/bahasa-sunda-lestari-di-negeri-anoa_22.html


Thursday, September 22, 2005  BAHASA SUNDA LESTARI DI NEGERI ANOA  Berdasarkan sensus penduduk, masyarakat Sulawesi Tenggara berjumlah 2.251.135 juta jiwa dengan
 berbagai pekerjaan seperti petani, nelayan, maupun pedagang. Sebagai Wilayah Provinsi, Sulawesi Tenggara memiliki fasilitas yang dapat diakses oleh transportasi dari dalam maupun luar negeri berupa
 pelabuhan Kendari yang merupakan Pelabuhan internasional, juga transportasi darat, laut, maupun udara.  Pembangunan di Sulawesi Tenggara, terbilang cukup pesat daerah yang luasnya 
148.140 km2 dengan luas daratan 38.140 km2 dan luas lautan 110.000 km2. Dari keseluruhan penataan kota, tiba-tiba saya tertarik dengan salah satu daerah disini. Di sebuah desa yang terletak disebelah utara Pulau Sulawesi Tenggara
 ini, berbeda dengan daerah di Sulawesi Tenggara lainnya, di kecamatan Ranomeeto kelurahan Ranumeeto ini bermukim sekitar 350 kepala keluarga. Yang hampir keseluruhannya berbahasa Sunda.
  Sebagai Urang Sunda, tentu saja saya langsung tertarik dan bersemangat untuk mengetahui lebih jauh tentang tempat yang konon bernama Sindang Kasih. Hari minggu pagi saya langsung saja bersiap-siap
 menuju perkampungan tersebut, dengan mengendarai motor segera saya melaju kesana bersama suami.   Diperjalanan saya berpikir bagaimana mungkin orang Sunda bisa meninggalkan tempat tinggalnya sebegini
 jauhnya. Seperti halnya saya yang mau tidak mau harus mengikuti suami yang bertugas di pulau Selebes ini. asa araraneh sekaligus senang diperantauan menemukan teman senasib sepenanggungan walaupun saya
 belum mengenal mereka sama sekali. Namun, serasa memiliki saudara saja di Kendari.  Tiga puluh menit dari kota Kendari kami memasuki pintu gerbang perbatasan desa Ranumeeto dengan desa
 Sindangkasih rasanya saya sudah mengenal daerah ini sebelumnya. Rasanya sangat akrab dan familiar. Karena tempat Ini bernuansa seperti ketasik-tasikan, keciamis-ciamisan, atau kesumedang-sumedangan.
 Pohon-pohonnya rindang ada titik embun yang menempel di dedaunannya. Pagi yang indah nian, di Kendari.Pintu Gerbang menuju Desa Sindangkasih Suasananya semakin terasa ketika kicauan burung
 menyambut kedatangan kami, memasuki desa Sindangkasih, pandangan kami langsung tertumbuk pada sebuah bangunan Sekolah Dasar. Kemudian kami semakin masuk ke dalam Desa, rimbunnya pohon, menebarkan
 harum, layaknya hutan Jati. Udara segar dan sejuk rasanya mengusir kepenatan perjalanan menuju ke sini. Kemudian, kami menemukan sebuah kandang. Kandng sapi yang jarang kami temukan di
 kampung-kampung milik penduduk pribumi.  Pengalaman mengenai sapi yang diabur ini, membuat saya tersenyum geli, sendiri. Ketika mengingat suami saya yang bertugas menjadi dokter gigi di daerah
 yang bernama Labibia, Beliau terpental 

Re: [Urang Sunda] Basa Sunda Can Paeh.....

2005-10-05 Terurut Topik sara raka



ih ning aya oge us di sulawesi tenggara teh... pikeun kuring hal ieu aneh jeung elmu anyar deuih...

kumaha atuh pami diadegkeun pabukon sunda di ieu wewengkon.

ah ari jaman internet kieu mah.. warga sindangkasih tiasa ngakses www.urang-sunda..

menarik oge nya carita2 kieu teh..

abdi ge kantos maca di harian PR... hal nu samodel kieu teh aya deui atawa kajadian di wewengkon/daratan Riau teu terang pastina mah... hilap deui... di wewengkon ieu aya 700 leuwih jalmian...

oge masih keneh seuer hal2 nu samodel kieu teh siganamah pan loba oge us nu transmigrasi ka kalimantan jeung sakuliah indonesia nu layak di trasmigrasian...

ah sing baragja atuh sakumna jalma2 ( sunda sareng non sunda) !! sing balener-balageur-.

budaya sunda mere "kahirupan" kana kahirupan dunya

ulah poho jaga di akherat bakal aya kahirupan deui... atuh dina sasih siam ieu mudah2an urang balarea sing dijadikeun jalmi nu berkwalitas... boh di Ts atawa di luar TS... amien..

mangga... hapunteun abdi !!..

wassalam ww.abah kasep [EMAIL PROTECTED] wrote:


ieu jigana rusiahna teh
"Anak-anak di Sindangkasih rata-rata menguasai Bahasa Sunda, karena orang tua mereka secara turun menurun menggunakan Bahasa Sunda, Meskipun di sekolah mereka tidak diberikan mata pelajaran Bahasa Sunda, melainkan BahasaTolaki "


diangkod ti dieu yeu.

http://maylannychristin.blogspot.com/2005/09/bahasa-sunda-lestari-di-negeri-anoa_22.html

Thursday, September 22, 2005  BAHASA SUNDA LESTARI DI NEGERI ANOA  Berdasarkan sensus penduduk, masyarakat Sulawesi Tenggara berjumlah 2.251.135 juta jiwa dengan berbagai pekerjaan seperti petani, nelayan, maupun pedagang. Sebagai Wilayah Provinsi, Sulawesi Tenggara memiliki fasilitas yang dapat diakses oleh transportasi dari dalam maupun luar negeri berupa pelabuhan Kendari yang merupakan Pelabuhan internasional, juga transportasi darat, laut, maupun udara.  Pembangunan di Sulawesi Tenggara, terbilang cukup pesat daerah yang luasnya 148.140 km2 dengan luas daratan 38.140 km2 dan luas lautan 110.000 km2. Dari keseluruhan penataan kota, tiba-tiba saya tertarik dengan salah satu daerah disini. Di sebuah desa yang terletak disebelah utara Pulau Sulawesi Tenggara ini, berbeda dengan daerah
 di Sulawesi Tenggara lainnya, di kecamatan Ranomeeto kelurahan Ranumeeto ini bermukim sekitar 350 kepala keluarga. Yang hampir keseluruhannya berbahasa Sunda.  Sebagai Urang Sunda, tentu saja saya langsung tertarik dan bersemangat untuk mengetahui lebih jauh tentang tempat yang konon bernama Sindang Kasih. Hari minggu pagi saya langsung saja bersiap-siap menuju perkampungan tersebut, dengan mengendarai motor segera saya melaju kesana bersama suami.   Diperjalanan saya berpikir bagaimana mungkin orang Sunda bisa meninggalkan tempat tinggalnya sebegini jauhnya. Seperti halnya saya yang mau tidak mau harus mengikuti suami yang bertugas di pulau Selebes ini. "asa araraneh" sekaligus senang diperantauan menemukan teman senasib sepenanggungan walaupun saya belum mengenal mereka sama sekali. Namun, serasa memiliki saudara saja di
 Kendari.  Tiga puluh menit dari kota Kendari kami memasuki pintu gerbang perbatasan desa Ranumeeto dengan desa Sindangkasih rasanya saya sudah mengenal daerah ini sebelumnya. Rasanya sangat akrab dan familiar. Karena tempat Ini bernuansa seperti ketasik-tasikan, keciamis-ciamisan, atau kesumedang-sumedangan. Pohon-pohonnya rindang ada titik embun yang menempel di dedaunannya. Pagi yang indah nian, di Kendari.Pintu Gerbang menuju Desa Sindangkasih Suasananya semakin terasa ketika kicauan burung menyambut kedatangan kami, memasuki desa Sindangkasih, pandangan kami langsung tertumbuk pada sebuah bangunan Sekolah Dasar. Kemudian kami semakin masuk ke dalam Desa, rimbunnya pohon, menebarkan harum, layaknya hutan Jati. Udara segar dan sejuk rasanya mengusir kepenatan perjalanan menuju ke sini. Kemudian, kami menemukan sebuah
 kandang. Kandng sapi yang jarang kami temukan di kampung-kampung milik penduduk pribumi.  Pengalaman mengenai sapi yang "diabur" ini, membuat saya tersenyum geli, sendiri. Ketika mengingat suami saya yang bertugas menjadi dokter gigi di daerah yang bernama Labibia, Beliau terpental jatuh dari motornya ketika sedang asik-asiknya mengendarai motor. Sang Sapi melenggang tanpa lihat ke kiri dan ke kanan dengan santainya menyebrang. Karena itu kami tersenyum-senyum sendiri melihat kandang sapi itu.  Dibangunan yang berasal dari gedung  LMKD inilah murid-murid desa Sindang Kasih belajar. Perkampungan ini mungkin paling rapi dan teratur, dibandingkan dengan perkampungan-perkampungan lainnya. Mungkin sama halnya dengan perkampungan masyarakat Bali yaitu Perkampungan Jati Bali, yang terletak didekatnya. Penataannya sangat khas,
 yang pasti terdapat persawahannya.  Areal persawahan cukup luas disini Sebelum seluruh isi perkampungan, kami memutuskan untuk menemui kepala desanya terlebih dahulu. Dari sebuah warung kami mendapatkan informasi Kepala Desa Kampung Sindangkasih itu, 

[Urang Sunda] Basa Sunda Can Paeh.....

2005-10-04 Terurut Topik abah kasep




ieu jigana rusiahna teh
"Anak-anak di Sindangkasih rata-rata menguasai Bahasa Sunda, karena orang tua mereka secara turun menurun menggunakan Bahasa Sunda, Meskipun di sekolah mereka tidak diberikan mata pelajaran Bahasa Sunda, melainkan BahasaTolaki "


diangkod ti dieu yeu.

http://maylannychristin.blogspot.com/2005/09/bahasa-sunda-lestari-di-negeri-anoa_22.html

Thursday, September 22, 2005  BAHASA SUNDA LESTARI DI NEGERI ANOA  Berdasarkan sensus penduduk, masyarakat Sulawesi Tenggara berjumlah 2.251.135 juta jiwa dengan berbagai pekerjaan seperti petani, nelayan, maupun pedagang. Sebagai Wilayah Provinsi, Sulawesi Tenggara memiliki fasilitas yang dapat diakses oleh transportasi dari dalam maupun luar negeri berupa pelabuhan Kendari yang merupakan Pelabuhan internasional, juga transportasi darat, laut, maupun udara.  Pembangunan di Sulawesi Tenggara, terbilang cukup pesat daerah yang luasnya 148.140 km2 dengan luas daratan 38.140 km2 dan luas lautan 110.000 km2. Dari keseluruhan penataan kota, tiba-tiba saya tertarik dengan salah satu daerah disini. Di sebuah desa yang terletak disebelah utara Pulau Sulawesi Tenggara ini, berbeda dengan daerah
 di Sulawesi Tenggara lainnya, di kecamatan Ranomeeto kelurahan Ranumeeto ini bermukim sekitar 350 kepala keluarga. Yang hampir keseluruhannya berbahasa Sunda.  Sebagai Urang Sunda, tentu saja saya langsung tertarik dan bersemangat untuk mengetahui lebih jauh tentang tempat yang konon bernama Sindang Kasih. Hari minggu pagi saya langsung saja bersiap-siap menuju perkampungan tersebut, dengan mengendarai motor segera saya melaju kesana bersama suami.   Diperjalanan saya berpikir bagaimana mungkin orang Sunda bisa meninggalkan tempat tinggalnya sebegini jauhnya. Seperti halnya saya yang mau tidak mau harus mengikuti suami yang bertugas di pulau Selebes ini. "asa araraneh" sekaligus senang diperantauan menemukan teman senasib sepenanggungan walaupun saya belum mengenal mereka sama sekali. Namun, serasa memiliki saudara saja di
 Kendari.  Tiga puluh menit dari kota Kendari kami memasuki pintu gerbang perbatasan desa Ranumeeto dengan desa Sindangkasih rasanya saya sudah mengenal daerah ini sebelumnya. Rasanya sangat akrab dan familiar. Karena tempat Ini bernuansa seperti ketasik-tasikan, keciamis-ciamisan, atau kesumedang-sumedangan. Pohon-pohonnya rindang ada titik embun yang menempel di dedaunannya. Pagi yang indah nian, di Kendari.Pintu Gerbang menuju Desa Sindangkasih Suasananya semakin terasa ketika kicauan burung menyambut kedatangan kami, memasuki desa Sindangkasih, pandangan kami langsung tertumbuk pada sebuah bangunan Sekolah Dasar. Kemudian kami semakin masuk ke dalam Desa, rimbunnya pohon, menebarkan harum, layaknya hutan Jati. Udara segar dan sejuk rasanya mengusir kepenatan perjalanan menuju ke sini. Kemudian, kami menemukan sebuah
 kandang. Kandng sapi yang jarang kami temukan di kampung-kampung milik penduduk pribumi.  Pengalaman mengenai sapi yang "diabur" ini, membuat saya tersenyum geli, sendiri. Ketika mengingat suami saya yang bertugas menjadi dokter gigi di daerah yang bernama Labibia, Beliau terpental jatuh dari motornya ketika sedang asik-asiknya mengendarai motor. Sang Sapi melenggang tanpa lihat ke kiri dan ke kanan dengan santainya menyebrang. Karena itu kami tersenyum-senyum sendiri melihat kandang sapi itu.  Dibangunan yang berasal dari gedung  LMKD inilah murid-murid desa Sindang Kasih belajar. Perkampungan ini mungkin paling rapi dan teratur, dibandingkan dengan perkampungan-perkampungan lainnya. Mungkin sama halnya dengan perkampungan masyarakat Bali yaitu Perkampungan Jati Bali, yang terletak didekatnya. Penataannya sangat khas,
 yang pasti terdapat persawahannya.  Areal persawahan cukup luas disini Sebelum seluruh isi perkampungan, kami memutuskan untuk menemui kepala desanya terlebih dahulu. Dari sebuah warung kami mendapatkan informasi Kepala Desa Kampung Sindangkasih itu, bernama Bapak Kardiman. Dengan senang hati mereka menunjukkan arah nya. Ciri khas urang Sunda yang selalu ramah, terlihat juga disini. Dari Ni Nonah Perempuan berumur delapan puluh tahunan ini lah kami menemukan sebuah rumah milik Bapak Kardiman dengan tanaman cokelat dihalamannya. Pria yang sudah dua tahun menjabat sebagai Kepala Desa ini menerangkan bahawa dulunya, tahun 1968 jumlah penduduk Sindang kasih masih sekitar lima puluh kepala keluarga, sedangkan saat ini sudah mencapai 350 kepala keluarga.   Ni Nonoh Bersama anak cucunya Sebagai kepala kampung di Sindangkasih, Ia
 mengaku senang bisa memimpin warganya yang tenang dan damai dengan sistem kekeluargaan dan gotong royong. Dengan logat Sundanya yang kental pria yang lahir di Desa Sindangkasih, tiga puluh tujuh tahun yang lalu ini mengungkapkan alasannya berada di Sindangkasih adalah karena orang tuanya merantau sehinggga mau tidak mau Ia ikut ke Sulawesi.   Ketika saya bertanya," Mengapa Bapak Kardiman mahir sekali berbahasa Sunda padahal ke daerah priangan saja belum pernah karena