[wanita-muslimah] Beratnya Dakwah di Kota Injil
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_contenttask=viewid=167Itemid=1lang=id Foto-foto dapat dilihat di: http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_zoomItemid=21catid=24 Laporan Perjalanan Dakwah Majelis Rasulullah ke Wilayah Manokwari Papua, Irian Barat Selasa 7 Oktober 2008, Kami, tiga personil, Munzir almusawa, Sdr Saeful Zahri, dan Sdr Hamidi Sanusi. Selasa, 22.45 WIB kami meninggalkan Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Ujung Pandang untuk pindah pesawat, kami tiba di Ujung pandang pk 23.45 WITA (00.45 WIB), lalu meneruskan perjalanan menuju Manokwari Irian Barat, Pagi Rabu 8 oktober 2008, kami tiba di Manokwari pk 7.45 WIT (5.45 wib). Pelukan hangat dan haru dari KH Ahmad Baihaqy membuat saya bertanya tanya, beliau mendahului saya ke Manokwari ini hanya sekitar dua minggu, namun beliau memeluk saya seakan akan sudah bertahun tahun tak jumpa, firasat saya mengatakan bahwa beliau menemui medan dakwah yang sangat berat, dan memang ternyata firasat saya benar, ketika kami keluar dari Bandara kami melihat dari beberapa mobil yang diparkir (bandara disana sangat sepi), saya melihat ada dua buah mobil Land cruiser hijau dan merah yang menyolok dari mobil lainnya, kekar dan gagah dilengkapi lampu kabut dan lampu biru sirene diatasnya, dan memang mobil itulah yang kemudian mengantar kami ke medan dakwah yang sangat berat. Harga penyewaan mobil itu 4 juta rupiah per hari, maka dua mobil itu digunakan dua hari total 18 juta rupiah, dan memang tak ada mobil yang bisa melintas kewilayah wilayah itu kecuali mobil mobil tertentu karena medan yang demikian berat, dan memang mobil sangat sedikit pula, dan jarang yang mau menyewakan untuk jarak jauh kecuali dengan harga yang mahal. Kami dijamu makan pagi dirumah salah seorang tokoh muslim di Manokwari, lalu kami melanjutkan perjalanan ke wilayah Ransiki, yaitu kampung halaman puluhan santri KH Ahmad Baihaqi yang baru saja beliau asuh di kediaman beliau Jakarta selama dua tahun berselang. Jalan yang beraspal namun sangat sempit itu sangat jarang dilalui mobil, barangkali dalam 10-15 menit kita baru menemui motor atau mobil lain yang melintas, sepanjang jalan saya lebih banyak menangis daripada bicara, walau diselingi canda dan percakapan, namun airmata ini terus tak tertahan, hati bagaikan teriris iris melihat banyaknya gereja, besarnya lambang salib, dan papan papan pengumuman besar yang bertuliskan : MANOKWARI KOTA INJIL, dan tak ada iklan lain yang terpampang dihampir setiap tikungan jalan diperjalanan itu selain kalimat itu.., kalimat yang sangat menyesakkan hati.. Saya terus berharap dan berharap jika melihat ada beberapa rumah (disana yang disebut perkampungan adalah beberapa rumah saja), saya sangat berharap melihat masjid, dan ternyata setiap ada bangunan besar mestilah Gereja, walau ada beberapa masjid saja namun sungguh sangat terkucil dan sedikit, Ditengah tengah hutan atau kampung yang kita lewati jika tampak ada orang maka saya berharap harap dengan mata yang sibuk mencari cari ingin melihat seorang muslim, dengan pakaian peci putih atau peci hitam, atau wanita berjilbab, namun sepanjang jalan sekitar 3 jam perjalanan tak saya temukan pemandangan itu.. Saya terus membatin dan merintih.. Bumi ini milik Allah.. kenapa yang makmur adalah rumah rumah penyembahan pada selain Allah..?, bukankah Indonesia adalah negeri muslimin terbesar di dunia..?, lalu kemana muslimin di pulau terbesar ini..? Kupandangi wajah wajah mereka yang kita lewati, dan hati terus berdoa : Wahai Allah, jadikan orang ini muslim.., jadikan ia mengenal sujud.., jadikan ia ummat nabi Mu.., wahai Allah jangan matikan ia dalam agama ini.. doa ini tak habis habisnya terbersit dihati.., jika melihat anak anak yang bermain gembira di sekitar sekolah gereja maka aku menangis lagi, Rabbiy anak anak ini.. wahai tuhanku anak anak ini.., jangan kau jadikan mereka pastor pastor yang memerangi muslimin kelak.. hingga akan murtad ditangan mereka banyak muslimin.. Wahai Tuhanku.. jangan.. Ingin rasanya saya turun dari mobil dan bersujud dan menangis sekeras kerasnya dalam sujud.., Tidak saya melihat ada Baliho besar atau papan pengumuman kecuali bertuliskan MANOKWARI KOTA INJIL.., kiri kanan gereja dan gereja.. Ingin rasanya aku buta agar tak pernah melihat pemandangan yg mengiris hati seperti ini.., Setelah hampir tiga jam perjalanan dan sudah mendekati wilayah Ransiki, maka tiba tiba muncul pemandangan yang mengharukan.., beberapa pemuda dengan motor dan bendera bendera tampak parkir.. bendera apakah gerangan..?, sudut mata saya yang sedari tadi mencari muslim ke segenap penjuru dan selalu tak menemukan apa apa hanya memandang dengan
Re: [wanita-muslimah] Beratnya Dakwah di Kota Injil
Bukannya dilarang menyebarkan agama kepada orang yg sudah memeluk agama tertentu ? *euh, saya salah ya? :)). Heuheu* Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Sun, 19 Oct 2008 21:14:56 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Beratnya Dakwah di Kota Injil http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_contenttask=viewid=167Itemid=1lang=id Foto-foto dapat dilihat di: http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_zoomItemid=21catid=24 Laporan Perjalanan Dakwah Majelis Rasulullah ke Wilayah Manokwari Papua, Irian Barat Selasa 7 Oktober 2008, Kami, tiga personil, Munzir almusawa, Sdr Saeful Zahri, dan Sdr Hamidi Sanusi. Selasa, 22.45 WIB kami meninggalkan Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Ujung Pandang untuk pindah pesawat, kami tiba di Ujung pandang pk 23.45 WITA (00.45 WIB), lalu meneruskan perjalanan menuju Manokwari Irian Barat, Pagi Rabu 8 oktober 2008, kami tiba di Manokwari pk 7.45 WIT (5.45 wib). Pelukan hangat dan haru dari KH Ahmad Baihaqy membuat saya bertanya tanya, beliau mendahului saya ke Manokwari ini hanya sekitar dua minggu, namun beliau memeluk saya seakan akan sudah bertahun tahun tak jumpa, firasat saya mengatakan bahwa beliau menemui medan dakwah yang sangat berat, dan memang ternyata firasat saya benar, ketika kami keluar dari Bandara kami melihat dari beberapa mobil yang diparkir (bandara disana sangat sepi), saya melihat ada dua buah mobil Land cruiser hijau dan merah yang menyolok dari mobil lainnya, kekar dan gagah dilengkapi lampu kabut dan lampu biru sirene diatasnya, dan memang mobil itulah yang kemudian mengantar kami ke medan dakwah yang sangat berat. Harga penyewaan mobil itu 4 juta rupiah per hari, maka dua mobil itu digunakan dua hari total 18 juta rupiah, dan memang tak ada mobil yang bisa melintas kewilayah wilayah itu kecuali mobil mobil tertentu karena medan yang demikian berat, dan memang mobil sangat sedikit pula, dan jarang yang mau menyewakan untuk jarak jauh kecuali dengan harga yang mahal. Kami dijamu makan pagi dirumah salah seorang tokoh muslim di Manokwari, lalu kami melanjutkan perjalanan ke wilayah Ransiki, yaitu kampung halaman puluhan santri KH Ahmad Baihaqi yang baru saja beliau asuh di kediaman beliau Jakarta selama dua tahun berselang. Jalan yang beraspal namun sangat sempit itu sangat jarang dilalui mobil, barangkali dalam 10-15 menit kita baru menemui motor atau mobil lain yang melintas, sepanjang jalan saya lebih banyak menangis daripada bicara, walau diselingi canda dan percakapan, namun airmata ini terus tak tertahan, hati bagaikan teriris iris melihat banyaknya gereja, besarnya lambang salib, dan papan papan pengumuman besar yang bertuliskan : MANOKWARI KOTA INJIL, dan tak ada iklan lain yang terpampang dihampir setiap tikungan jalan diperjalanan itu selain kalimat itu.., kalimat yang sangat menyesakkan hati.. Saya terus berharap dan berharap jika melihat ada beberapa rumah (disana yang disebut perkampungan adalah beberapa rumah saja), saya sangat berharap melihat masjid, dan ternyata setiap ada bangunan besar mestilah Gereja, walau ada beberapa masjid saja namun sungguh sangat terkucil dan sedikit, Ditengah tengah hutan atau kampung yang kita lewati jika tampak ada orang maka saya berharap harap dengan mata yang sibuk mencari cari ingin melihat seorang muslim, dengan pakaian peci putih atau peci hitam, atau wanita berjilbab, namun sepanjang jalan sekitar 3 jam perjalanan tak saya temukan pemandangan itu.. Saya terus membatin dan merintih.. Bumi ini milik Allah.. kenapa yang makmur adalah rumah rumah penyembahan pada selain Allah..?, bukankah Indonesia adalah negeri muslimin terbesar di dunia..?, lalu kemana muslimin di pulau terbesar ini..? Kupandangi wajah wajah mereka yang kita lewati, dan hati terus berdoa : Wahai Allah, jadikan orang ini muslim.., jadikan ia mengenal sujud.., jadikan ia ummat nabi Mu.., wahai Allah jangan matikan ia dalam agama ini.. doa ini tak habis habisnya terbersit dihati.., jika melihat anak anak yang bermain gembira di sekitar sekolah gereja maka aku menangis lagi, Rabbiy anak anak ini.. wahai tuhanku anak anak ini.., jangan kau jadikan mereka pastor pastor yang memerangi muslimin kelak.. hingga akan murtad ditangan mereka banyak muslimin.. Wahai Tuhanku.. jangan.. Ingin rasanya saya turun dari mobil dan bersujud dan menangis sekeras kerasnya dalam sujud.., Tidak saya melihat ada Baliho besar atau papan pengumuman kecuali bertuliskan MANOKWARI KOTA INJIL.., kiri kanan gereja dan gereja.. Ingin rasanya aku buta agar tak pernah melihat