[wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-02 Terurut Topik syafei2002
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih
(Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Untuk yang di luar akal, ya pakai dalil naqli. Bukankah begitu
 seharusnya ? Banyak yang di luar jangkauan akal, mas. Allah, Surga,
 Neraka, dll.. Bagaimana mas bisa mengatakan saya sami'na wa atho'na pada
 hasil akal orang lain ? Saya tidak pernah bilang begitu. Saya sami'na wa
 atho'na pada syari'at,... Ya mungkin belum 100% sih, masih berusaha,
 tapi itu prinsip yang saya pegang.
 
Ikutan nimbrung bagian ini saja, karena bagian lain penjelasan Mas Ary
sudah lebih dari cukup.

Dalil naqli .. ujung-ujungnya akan kembali ke akal juga ..
Karena untuk bisa memahami dalil naqli dibutuhkan akal ..
Akal juga nanti yang akan bilang:
Oooo pemahamannya harus begini ..
atau
Oooo di luar jangkauan akal, jadi harus sami'na wa atha'na ..

Pada titik itu, apakah tidak boleh mengambil sikap menuruti akal
sendiri atau menyetujui akal orang lain untuk sami'na wa atha'na? 
Tentu sangat boleh, karena Tuhan nggak membebani manusia melebihi
kesanggupannya.

Yang berbahaya (bisa jadi syirik lho ..) jika kemudian memutlakkan
hasil olah pikiran (akal) dalam memahami dalil naqli itu, sembari
menutup semua kemungkinan kebenaran akal orang lain yang dengan
akalnya juga mengambil sikap atau pemahaman yang berbeda.

Oke .. ini saya posting ulang rengeng2 lama saya ..

--

Rengeng-Rengeng: Obrolan Tauhid

Obrolan di warung kopi antara Dul Kemplu(DK), Mat Kemin(MK) dan Kang
Sarjo(KS).

MK: Dul, tauhid itu makanan apa tho Dul?

DK: Tauhid itu bukan makanan, Min!

MK: Kalau bukan makanan, terus apa Dul?

DK: Tauhid itu ilmu. Ilmu buat nelusuri dan mengurai makanan, biar
kita bisa tahu bahan sejatinya makanan itu apa tho .. biar bisa ketemu
sumber dari segala sumber makanan itu.

MK: Oooo .. jadi tauhid itu ilmu tentang makanan tho?

DK: Sak tenan-nya bukan. Tapi berhubung 'dapurmu' udah telanjur bilang
makanan, ya terpaksa aku sebut makanan juga.

MK: Terus .. sak tenane tauhid itu apa?

DK: Sebenarnya .. tauhid itu ilmu tentang Gusti. Ilmu buat nelusuri
bahwa sejatinya Gusti itu 'mung siji', satu, tunggal, esa, ahad.

Kang Sarjo nimbrung ..

KS: Dul .. Gusti itu kan jelas-jelas satu. Kenapa harus pake
ditelusuri lagi?

DK: Soalnya .. pada kenyataannya Gusti itu banyak.

KS: Lho .. bukannya yang banyak itu cuman sebutan? Ada yang nyebut
Gusti, Allah, God, Tuhan dan seterusnya?

DK: Bukan cuman soal sebutan, tapi kenyataan. Kenyataannya Gusti itu
banyak.

KS: Sik .. sik .. sik .. Kenyataan itu kan 'sing sak tenane', faktanya
gitu kan?

DK: Iya ..

KS: Lah kalo gitu, kamu yang nggak beres. Tuhan kenyataannya itu satu
thok thil!

DK: Salah. Kenyataannya Tuhan itu banyak. Kenyataaannya, Gustimu sama
Gustiku itu beda. Dari dua orang saja Gusti itu sudah ada dua.
Ditambah Mat Kemin dengan Gustinya sendiri, akhirnya jadi tiga. Kalau
ada semilyar orang, Gustinya juga jadi semilyar.

KS: We .. ladhalah .. tambah ediiaan bocak iki. Nyebut Dul, nyebut.
Istighfar, bisa kualat kowe ngomong kayak gitu.

DK: Wong ngomong sing bener kok kualat. Apa mestinya ngomong itu yg
nggak bener, biar nggak kwalat?

KS: Bener gundulmu! Ngomong Gusti banyak kok bener ..

Dul Kemplu mesem ..

KS: Dul, kamu mesti tobat. Berani-beraninya kamu bilang Gusti itu
kenyataannya banyak!

Mat Kemin menimpali ..

MK: Iya Dul. Kamu itu pikirannya udah nggak beres! Lagian kamu
'mencla-mencle', tadinya bilang Gusti sejatinya satu, sekarang ngomong
kenyataannya banyak.

Dul Kemplu menjawab sambil mesam-mesem ..

DK: Gusti itu sejatinya emang satu, tapi kenyataannya banyak.
Kenyataan itu artinya ya kenyataan yang bisa dijumpai, sedang
sejatinya itu di atas kenyataan yang bisa dijumpai.

MK: Omonganmu kok mbulet tho Dul?

DK: Mbulet itu kan karena kamu belum nyambung. Kalau bahasanya
anak-anak sekolahan begini lho .. Tuhan itu kenyataannya hanyalah
persepsi tiap-tiap manusia tentang Tuhan yang sejati. Persepsi ini
juga bukan sesuatu yang 'mak bleg' langsung jadi. Persepsi-persepsi
itu terbentuk. Ada proses, ada sebab-akibat. Ada unsur-unsur luar
kayak orang tua, guru, buku, lingkungan dan lain sebagainya. Ada juga
unsur dalam, berupa kemauan dan kemampuan tiap-tiap orang dalam
menempuh proses itu. Hal-hal seperti itulah yang akhirnya membentuk
persepsi tentang Tuhan.

KS: Sik .. sik .. sik .. Dul, persepsi itu kan pikiran ya?

DK: Yap .. kurang lebih begitu.

KS: Lha, kalo begitu apa nggak syirik Dul?

DK: Yap .. kenyataannya memang begitu. Apa yang kita sebut Tuhan,
kenyataannya ya hanya pikiran kita tentang Tuhan.

KS: Waduh .. waduh .. syirik itu kan dosa besar, nggak terampuni lagi.
Wah, ini kamu udah ngelantur .. berarti kan semua orang itu syirik?

DK: Yap .. kenyataannya memang begitu.

KS: Memang begitu gundulmu! Kan sejak kecil kita udah diajarin supaya
menjauhi sifat syirik. Lha ini kamu kok bilang memang begitu .. memang
begitu ..

DK: Lha ya kenyataannya memang begitu kok, aku mesti bilang gimana?
Pada akhirnya toh larangan keras terhadap syirik itu 

[wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik syafei2002
itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan  
  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.  
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan  
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya.
 
  Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan
  perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung
  satu-satunya bagi dia?..
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Mohammad Rizal
Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, 
lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek 
tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau 
berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua 
agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis 
panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. 
Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka 
yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas 
Ulil.

Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? 
Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di 
kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan 
kejawen darmogandul itu.

Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di 
sini :-)


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim 
dengan perspektif liberal
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan 

  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung
saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.  
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang
menegaskan  
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya.
 
  Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau
melaksanakan
  perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung
  satu-satunya bagi dia?..
 
 



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Ari Condro

Ada yg merasa di hantam toh ?  :)). Puasa puasa gini ?  H 




Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal


Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, 
lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek 
tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau 
berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua 
agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis 
panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. 
Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka 
yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas 
Ulil.

Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? 
Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di 
kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan 
kejawen darmogandul itu.

Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di 
sini :-)


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim 
dengan perspektif liberal
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan 

  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung
saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.  
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang
menegaskan  
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya.
 
  Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau
melaksanakan
  perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung
  satu-satunya bagi dia?..
 
 



  

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Mohammad Rizal
Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D 
buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung.

Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau 
mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon 
malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam.

Ya sudahlah, namanya juga liberal :D 

mungkin memang cuma segitu kemampuannya.


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM

Ada yg merasa di hantam toh ?  :)). Puasa puasa gini ?  H 




Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib,
lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek
tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau
berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua
agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis
panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya.
Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka
yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan
pemikiran Mas Ulil.

Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam?
Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam?
Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan
kejawen darmogandul itu.

Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok,
curhat di sini :-)


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan


  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung
saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.  
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang
menegaskan  
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya.
 
  Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau
melaksanakan
  perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung
  satu-satunya bagi dia?..
 



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Ari Condro

Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau 
tanggapan doni.

Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok. 
Meresa tersinggung ya, oom.  Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ?  :))



Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal


Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D 
buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung.

Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau 
mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon 
malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam.

Ya sudahlah, namanya juga liberal :D 

mungkin memang cuma segitu kemampuannya.


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM

Ada yg merasa di hantam toh ?  :)). Puasa puasa gini ?  H 




Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib,
lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek
tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau
berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua
agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis
panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya.
Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka
yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan
pemikiran Mas Ulil.

Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam?
Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam?
Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan
kejawen darmogandul itu.

Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok,
curhat di sini :-)


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan


  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung
saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.  
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang
menegaskan  
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya.
 
  Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau
melaksanakan
  perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung
  satu-satunya bagi dia?..
 



  

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Mohammad Rizal
Dari sekian banyak kata, kenapa hanya kata hantam yang menarik arcon? 
Kayaknya arcon emang suka hantam-hantaman deh :D apalagi di milis, kerjanya 
menghantam orang terus. Jangan gitu con, dosa. Eh, dosa dalam perspektif 
liberal apa ya? Sudah didekonstruksi belum??

sudah ah con, kamu cetek banget sih...:))


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:37 AM

Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau
tanggapan doni.

Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok.
Meresa tersinggung ya, oom.  Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ?  :))



Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D
buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung.

Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau
mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah
lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam.

Ya sudahlah, namanya juga liberal :D 

mungkin memang cuma segitu kemampuannya.


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM

Ada yg merasa di hantam toh ?  :)). Puasa puasa gini ?  H 




Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib,
lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar
pendek
tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau
berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D,
semua
agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis
panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya.
Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka
yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan
pemikiran Mas Ulil.

Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam?
Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya
Islam?
Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan
kejawen darmogandul itu.

Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh
kok,
curhat di sini :-)


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan


  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung
saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.  
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang
menegaskan  
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya.
 
  Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau
melaksanakan
  perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung
  satu-satunya bagi dia?..
 



  

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text

Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Dwi W. Soegardi
untung gw ngga ikut hantam-hantaman.
batal lo puasanya :))

hehehe lanjt (puasanya atau hantam-hantamannya?)

On Mon, Sep 1, 2008 at 11:44 PM, Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dari sekian banyak kata, kenapa hanya kata hantam yang menarik arcon? 
 Kayaknya arcon emang suka hantam-hantaman deh :D apalagi di milis, kerjanya 
 menghantam orang terus. Jangan gitu con, dosa. Eh, dosa dalam perspektif 
 liberal apa ya? Sudah didekonstruksi belum??

 sudah ah con, kamu cetek banget sih...:))


 -Rizal-


 --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
 Muslim dengan perspektif liberal
 To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:37 AM

 Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora 
 atau
 tanggapan doni.

 Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok.
 Meresa tersinggung ya, oom.  Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ?  :))



 Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network

 -Original Message-
 From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

 Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
 Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


 Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe 
 :D
 buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung.

 Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau
 mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon 
 malah
 lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam.

 Ya sudahlah, namanya juga liberal :D

 mungkin memang cuma segitu kemampuannya.


 -Rizal-


 --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
 Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
 To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM

 Ada yg merasa di hantam toh ?  :)). Puasa puasa gini ?  H 




 Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network

 -Original Message-
 From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

 Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
 Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


 Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib,
 lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar
 pendek
 tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau
 berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D,
 semua
 agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

 Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis
 panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya.
 Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka
 yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan
 pemikiran Mas Ulil.

 Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam?
 Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya
 Islam?
 Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan
 kejawen darmogandul itu.

 Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh
 kok,
 curhat di sini :-)


 -Rizal-


 --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
 Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

 itu analogi yg maksa ..
 capek deh ...

 Salam

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED]
 wrote:


 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu
 kandungnya adalah orang lain

 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).

 regards,
 D

 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:

  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan


  perintah
  ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung
 saya.
 
  Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam.
  Padahal
  di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang
 menegaskan
  Allah itu
  ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang
  mensyarikatkan-Nya

Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik Ari Condro

Hasil critical reviewnya sih begitu :)). Makanya saya ndak setuju kalau oom 
rizal main hantam hantaman di milis, apalagi selama bulan puasa.

Oom rizal, saya himbau untuk tidak berhantam hantam di milis yah.  Banyak hal 
lain yang lebih baik dilakukan, bukan ?

Salam,




Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:44:37 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal


Dari sekian banyak kata, kenapa hanya kata hantam yang menarik arcon? 
Kayaknya arcon emang suka hantam-hantaman deh :D apalagi di milis, kerjanya 
menghantam orang terus. Jangan gitu con, dosa. Eh, dosa dalam perspektif 
liberal apa ya? Sudah didekonstruksi belum??

sudah ah con, kamu cetek banget sih...:))


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi 
Muslim dengan perspektif liberal
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:37 AM

Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau
tanggapan doni.

Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok.
Meresa tersinggung ya, oom.  Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ?  :))



Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D
buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung.

Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau
mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah
lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam.

Ya sudahlah, namanya juga liberal :D 

mungkin memang cuma segitu kemampuannya.


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM

Ada yg merasa di hantam toh ?  :)). Puasa puasa gini ?  H 




Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal


Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib,
lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar
pendek
tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau
berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D,
semua
agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu?

Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis
panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya.
Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka
yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan
pemikiran Mas Ulil.

Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam?
Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya
Islam?
Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan
kejawen darmogandul itu.

Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh
kok,
curhat di sini :-)


-Rizal-


--- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re:
Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM

itu analogi yg maksa ..
capek deh ...

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 Logika yang aneh.
 Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan  
 tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya.
 Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu  
 kandungnya adalah orang lain
 
 Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu  
 kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya  
 anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai  
 ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu  
 biologisnya (tapi ini masalah yang lain).
 
 regards,
 D
 
 On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote:
 
  Contoh
 
  Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan

[wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal

2008-09-01 Terurut Topik syafei2002
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih
(Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:

  
 1. Ya, saya setuju dengan logika mas Ary ini. Saya rasa analogi ibu
 kandung itu memang cocok bukan ? 
 
Analogi itu hanya alat bantu untuk memudahkan penjelasan. Tapi analogi
bukanlah argumen itu sendiri. Kenapa?
Karena obyek yg dianalogikan dan yg dipakai sbg analogi -kebanyakan-
tidak memiliki atribut-atribut yang setara.

Memakai analogi untuk membenarkan argumen sendiri atau menyalahkan
argumen orang lain, namanya maksa ... capek deh ...

Salam