[wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Untuk yang di luar akal, ya pakai dalil naqli. Bukankah begitu seharusnya ? Banyak yang di luar jangkauan akal, mas. Allah, Surga, Neraka, dll.. Bagaimana mas bisa mengatakan saya sami'na wa atho'na pada hasil akal orang lain ? Saya tidak pernah bilang begitu. Saya sami'na wa atho'na pada syari'at,... Ya mungkin belum 100% sih, masih berusaha, tapi itu prinsip yang saya pegang. Ikutan nimbrung bagian ini saja, karena bagian lain penjelasan Mas Ary sudah lebih dari cukup. Dalil naqli .. ujung-ujungnya akan kembali ke akal juga .. Karena untuk bisa memahami dalil naqli dibutuhkan akal .. Akal juga nanti yang akan bilang: Oooo pemahamannya harus begini .. atau Oooo di luar jangkauan akal, jadi harus sami'na wa atha'na .. Pada titik itu, apakah tidak boleh mengambil sikap menuruti akal sendiri atau menyetujui akal orang lain untuk sami'na wa atha'na? Tentu sangat boleh, karena Tuhan nggak membebani manusia melebihi kesanggupannya. Yang berbahaya (bisa jadi syirik lho ..) jika kemudian memutlakkan hasil olah pikiran (akal) dalam memahami dalil naqli itu, sembari menutup semua kemungkinan kebenaran akal orang lain yang dengan akalnya juga mengambil sikap atau pemahaman yang berbeda. Oke .. ini saya posting ulang rengeng2 lama saya .. -- Rengeng-Rengeng: Obrolan Tauhid Obrolan di warung kopi antara Dul Kemplu(DK), Mat Kemin(MK) dan Kang Sarjo(KS). MK: Dul, tauhid itu makanan apa tho Dul? DK: Tauhid itu bukan makanan, Min! MK: Kalau bukan makanan, terus apa Dul? DK: Tauhid itu ilmu. Ilmu buat nelusuri dan mengurai makanan, biar kita bisa tahu bahan sejatinya makanan itu apa tho .. biar bisa ketemu sumber dari segala sumber makanan itu. MK: Oooo .. jadi tauhid itu ilmu tentang makanan tho? DK: Sak tenan-nya bukan. Tapi berhubung 'dapurmu' udah telanjur bilang makanan, ya terpaksa aku sebut makanan juga. MK: Terus .. sak tenane tauhid itu apa? DK: Sebenarnya .. tauhid itu ilmu tentang Gusti. Ilmu buat nelusuri bahwa sejatinya Gusti itu 'mung siji', satu, tunggal, esa, ahad. Kang Sarjo nimbrung .. KS: Dul .. Gusti itu kan jelas-jelas satu. Kenapa harus pake ditelusuri lagi? DK: Soalnya .. pada kenyataannya Gusti itu banyak. KS: Lho .. bukannya yang banyak itu cuman sebutan? Ada yang nyebut Gusti, Allah, God, Tuhan dan seterusnya? DK: Bukan cuman soal sebutan, tapi kenyataan. Kenyataannya Gusti itu banyak. KS: Sik .. sik .. sik .. Kenyataan itu kan 'sing sak tenane', faktanya gitu kan? DK: Iya .. KS: Lah kalo gitu, kamu yang nggak beres. Tuhan kenyataannya itu satu thok thil! DK: Salah. Kenyataannya Tuhan itu banyak. Kenyataaannya, Gustimu sama Gustiku itu beda. Dari dua orang saja Gusti itu sudah ada dua. Ditambah Mat Kemin dengan Gustinya sendiri, akhirnya jadi tiga. Kalau ada semilyar orang, Gustinya juga jadi semilyar. KS: We .. ladhalah .. tambah ediiaan bocak iki. Nyebut Dul, nyebut. Istighfar, bisa kualat kowe ngomong kayak gitu. DK: Wong ngomong sing bener kok kualat. Apa mestinya ngomong itu yg nggak bener, biar nggak kwalat? KS: Bener gundulmu! Ngomong Gusti banyak kok bener .. Dul Kemplu mesem .. KS: Dul, kamu mesti tobat. Berani-beraninya kamu bilang Gusti itu kenyataannya banyak! Mat Kemin menimpali .. MK: Iya Dul. Kamu itu pikirannya udah nggak beres! Lagian kamu 'mencla-mencle', tadinya bilang Gusti sejatinya satu, sekarang ngomong kenyataannya banyak. Dul Kemplu menjawab sambil mesam-mesem .. DK: Gusti itu sejatinya emang satu, tapi kenyataannya banyak. Kenyataan itu artinya ya kenyataan yang bisa dijumpai, sedang sejatinya itu di atas kenyataan yang bisa dijumpai. MK: Omonganmu kok mbulet tho Dul? DK: Mbulet itu kan karena kamu belum nyambung. Kalau bahasanya anak-anak sekolahan begini lho .. Tuhan itu kenyataannya hanyalah persepsi tiap-tiap manusia tentang Tuhan yang sejati. Persepsi ini juga bukan sesuatu yang 'mak bleg' langsung jadi. Persepsi-persepsi itu terbentuk. Ada proses, ada sebab-akibat. Ada unsur-unsur luar kayak orang tua, guru, buku, lingkungan dan lain sebagainya. Ada juga unsur dalam, berupa kemauan dan kemampuan tiap-tiap orang dalam menempuh proses itu. Hal-hal seperti itulah yang akhirnya membentuk persepsi tentang Tuhan. KS: Sik .. sik .. sik .. Dul, persepsi itu kan pikiran ya? DK: Yap .. kurang lebih begitu. KS: Lha, kalo begitu apa nggak syirik Dul? DK: Yap .. kenyataannya memang begitu. Apa yang kita sebut Tuhan, kenyataannya ya hanya pikiran kita tentang Tuhan. KS: Waduh .. waduh .. syirik itu kan dosa besar, nggak terampuni lagi. Wah, ini kamu udah ngelantur .. berarti kan semua orang itu syirik? DK: Yap .. kenyataannya memang begitu. KS: Memang begitu gundulmu! Kan sejak kecil kita udah diajarin supaya menjauhi sifat syirik. Lha ini kamu kok bilang memang begitu .. memang begitu .. DK: Lha ya kenyataannya memang begitu kok, aku mesti bilang gimana? Pada akhirnya toh larangan keras terhadap syirik itu
[wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya. Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung satu-satunya bagi dia?.. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya. Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung satu-satunya bagi dia?.. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
Ada yg merasa di hantam toh ? :)). Puasa puasa gini ? H Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya. Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung satu-satunya bagi dia?.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung. Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam. Ya sudahlah, namanya juga liberal :D mungkin memang cuma segitu kemampuannya. -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM Ada yg merasa di hantam toh ? :)). Puasa puasa gini ? H Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya. Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung satu-satunya bagi dia?.. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau tanggapan doni. Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok. Meresa tersinggung ya, oom. Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ? :)) Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung. Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam. Ya sudahlah, namanya juga liberal :D mungkin memang cuma segitu kemampuannya. -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM Ada yg merasa di hantam toh ? :)). Puasa puasa gini ? H Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya. Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung satu-satunya bagi dia?.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
Dari sekian banyak kata, kenapa hanya kata hantam yang menarik arcon? Kayaknya arcon emang suka hantam-hantaman deh :D apalagi di milis, kerjanya menghantam orang terus. Jangan gitu con, dosa. Eh, dosa dalam perspektif liberal apa ya? Sudah didekonstruksi belum?? sudah ah con, kamu cetek banget sih...:)) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:37 AM Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau tanggapan doni. Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok. Meresa tersinggung ya, oom. Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ? :)) Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung. Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam. Ya sudahlah, namanya juga liberal :D mungkin memang cuma segitu kemampuannya. -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM Ada yg merasa di hantam toh ? :)). Puasa puasa gini ? H Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya. Bagaimana bisa rela seorang ibu kalau anak kandungnya mau melaksanakan perintahnya, tapi tidak yakin bahwa ibunya itu sebagai ibu kandung satu-satunya bagi dia?.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
untung gw ngga ikut hantam-hantaman. batal lo puasanya :)) hehehe lanjt (puasanya atau hantam-hantamannya?) On Mon, Sep 1, 2008 at 11:44 PM, Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari sekian banyak kata, kenapa hanya kata hantam yang menarik arcon? Kayaknya arcon emang suka hantam-hantaman deh :D apalagi di milis, kerjanya menghantam orang terus. Jangan gitu con, dosa. Eh, dosa dalam perspektif liberal apa ya? Sudah didekonstruksi belum?? sudah ah con, kamu cetek banget sih...:)) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:37 AM Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau tanggapan doni. Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok. Meresa tersinggung ya, oom. Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ? :)) Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung. Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam. Ya sudahlah, namanya juga liberal :D mungkin memang cuma segitu kemampuannya. -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM Ada yg merasa di hantam toh ? :)). Puasa puasa gini ? H Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan perintah ibu, tapi maaf saya tidak meyakini ibu sebagai ibu kandung saya. Sebab menurut mas Ulil Tuhan itu bukan hanya Allah-nya umat Islam. Padahal di Qur'an dan hadits bertebaran keterangan qot'i yang menegaskan Allah itu ahad tidak boleh didua dan ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang mensyarikatkan-Nya
Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
Hasil critical reviewnya sih begitu :)). Makanya saya ndak setuju kalau oom rizal main hantam hantaman di milis, apalagi selama bulan puasa. Oom rizal, saya himbau untuk tidak berhantam hantam di milis yah. Banyak hal lain yang lebih baik dilakukan, bukan ? Salam, Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:44:37 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Dari sekian banyak kata, kenapa hanya kata hantam yang menarik arcon? Kayaknya arcon emang suka hantam-hantaman deh :D apalagi di milis, kerjanya menghantam orang terus. Jangan gitu con, dosa. Eh, dosa dalam perspektif liberal apa ya? Sudah didekonstruksi belum?? sudah ah con, kamu cetek banget sih...:)) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:37 AM Saya kan hanya hgomentarin rizal, bukan ngomentarin tulisan yg di fw flora atau tanggapan doni. Sepanjang pengamatan saya inti kalimat rizal memang hanya soal hantam ini kok. Meresa tersinggung ya, oom. Kok aliran rufaqa nggak dipuji puji ? :)) Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:32:01 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Saya kira yang berkomentar pertama kali adalah yang merasa terhantamhehe :D buktinya, langsung keluar logika aneh tentang anak dan ibu kandung. Tetap aja tidak bisa terlepas dari komentar pendek ya? Mengomentari atau mencari kelemahan hanya satu-dua alinea dari sebuah tulisan panjang? Arcon malah lebih parah, hanya mengomentari satu kata: hantam. Ya sudahlah, namanya juga liberal :D mungkin memang cuma segitu kemampuannya. -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 10:17 AM Ada yg merasa di hantam toh ? :)). Puasa puasa gini ? H Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 1 Sep 2008 20:14:14 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal Segitu aja komentarnya para punggawa liberalisme/pluralisme? Ayo dong Lib, lawan dengan tulisan panjang yang bermutu. Jangan cuma komentar-komentar pendek tidak jelas seperti ini. Apalagi logika Donnie itu, kacau berat...heheheh...kayaknya karena masih mencari mana tuhan yang betul :D, semua agama benar, tapi lho...kok...nyalah-nyalahin Islam melulu? Yang rada pinter nulis cuma Mas Ulil saja nampaknya. Buktinya, bisa nulis panjang dengan logika lumayan, tapi masih banyak sekali bumbu romannya. Maksudnya supaya logika pembaca terkaburkan dengan perasaan, sehingga mereka yang pernah mengalami romantisme sama akan berpihak pada jalan pemikiran Mas Ulil. Saya mau tambahkan satu lagi, mengapa islam liberal selalu menghantam Islam? Padahal, yang sangat suka dengan agamanya ini kan bukan hanya Islam? Di kristen juga ada. Di hindu juga ada. Di budha juga ada. Begitu juga dengan kejawen darmogandul itu. Apakah memang pesanan boss hanya untuk menghantam Islam? Boleh kok, curhat di sini :-) -Rizal- --- On Tue, 9/2/08, syafei2002 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: syafei2002 [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 2, 2008, 9:39 AM itu analogi yg maksa .. capek deh ... Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Logika yang aneh. Pertama tidak meyakini sebagai ibu kandung, tidak sama dengan dengan tidak yakin dengan ibu sebagai ibu kandung satu-satunya. Tidak meyakini ibunya sebagai ibu kandung berarti dia yakin ibu kandungnya adalah orang lain Dan menjadi ibu kandung seorang anak, tidak berarti menjadi ibu kandung satu-satunya bagi sang anak itu, karena dia juga bisa punya anak yang lain. Meskipun anak yang lain itu tidak mengakui sebagai ibu kandung, tidak melepas status ibu tersebut sebagai ibu biologisnya (tapi ini masalah yang lain). regards, D On Sep 2, 2008, at 7:10 AM, Floradianti Pamungkas wrote: Contoh Seorang anak berkata kepada ibu kandungnya; Ibu saya melakukan
[wanita-muslimah] Re: Namanya juga Liberal.... - re: Menjadi Muslim dengan perspektif liberal
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: 1. Ya, saya setuju dengan logika mas Ary ini. Saya rasa analogi ibu kandung itu memang cocok bukan ? Analogi itu hanya alat bantu untuk memudahkan penjelasan. Tapi analogi bukanlah argumen itu sendiri. Kenapa? Karena obyek yg dianalogikan dan yg dipakai sbg analogi -kebanyakan- tidak memiliki atribut-atribut yang setara. Memakai analogi untuk membenarkan argumen sendiri atau menyalahkan argumen orang lain, namanya maksa ... capek deh ... Salam