RE: Iman Yang Baik dan Yang Buruk, Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-22 Terurut Topik Wida . Kusuma
Komentar saya hanya satu : terimakasih pak Chodjim. Jawabannya biarlah 
kita simpan sendiri-sendiri. 8-)

Salam,



[EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
06/22/2006 12:47 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
RE: Iman Yang Baik dan Yang Buruk, Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan 
Umum-- Beragama






Kalau saya membaca uraian Mas Wida di bawah ini koq seperti membaca 
butir-butir Pancasila. :-)

 

Lha, katanya hanya kepada Dia dalam memohon pertolongan, tapi ketika mau 
menikah koq butuh pertolongan orang lain.. hayo, ngaku nggak. Ketika 
menjalankan tugas sehari-hari koq juga mohon pertolongan kepada orang 
lain., hehehe..

 

Jika mengimani bahwa seluruh nabi berasas tauhid dan bersumber dari Satu 
kesatuan sumber, mengapa kita perlu mengajak orang yang beragama lain 
masuk ke dalam agama kita? Hayo, ngaku nggak.. :-)

 

Bagaimana kita bisa mengakui Kanjeng Nabi Muhammad sebagai nabi akhir 
zaman bagi seluruh manusia pada satu sisi, tapi pada sisi yang lain justru 
kita beribadah dengan mengikuti ulama-ulama, sedangkan ulama-ulama itu 
sendiri tidak mendapatkan juklak dan juknis yang langsung dari Nabi tapi 
dari hasil ijtihad para ulama itu sendiri?

 

Lalu, apakah Gusti Allah perlu pembantu, bukankah Dia mahakuasa dan 
mahaperkasa?

 

Ini cuma guyon pari kena agar kita bisa berintrospeksi diri. Maka, Mas 
Wida tak perlu memasukkan ke dalam hati komentar saya tersebut. Yuk 
fastabiqul khayrat tanpa membuat butir-butir keimanan agar tidak bersaing 
dengan butir-butir Pancasilanya Pak Harto, hehehe..

 

Wassalam,

chodjim

 

 

 

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, June 22, 2006 11:03
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Iman Yang Baik dan Yang Buruk, Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan 
Umum-- Beragama

 

Mbak Chae pasti sudah tahu rukun Iman dalam Islam. Kita mulai saja 

identifikasi Iman yang baik itu dari situ.

 

1. Iman kepada Tuhan (Allah SWT)

- iman kepada eksistensinya, bahwa Tuhan itu ada

- mentauhidkan, mengesakan secara murni, dan tidak mempersekutukan Nya 

dengan sesuatu atau seorangpun

- Dia pencipta, pemelihara, pembimbing, pengatur alam semesta ini

- Hanya kepada Dia kita menyembah dan berdoa (memohon pertolongan)

- Kita beriman kepada kemuliaan nama-nama dan sifat Nya (Maha Pengasih, 

Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat, Maha Pemberi Rizqi, 

dlsb)

- Hanya kepada Nya kita memohon rizqi, dan Dia telah menetapkan bagian 

rizqi Nya bagi setiap manusia

 

2. Iman kepada para nabi dan Kenabian Muhammad SAW

- iman bahwa seluruh nabi diutus oleh Allah SWT

- iman bahwa seluruh nabi mempunyai iman yang sama, kesatuan Sumber akan 

menyebabkan kesatuan iman dan risalah

- iman bahwa seluruh nabi mengajarkan Tauhid (monotheisme murni)

- iman bahwa seluruh nabi memperingatkan akan kehidupan akhirat

- kesaksian syahadat ke dua

- iman bahwa Muhammad bin AbdulLaah adalah nabi akhir zaman, penghulu para 


nabi, diutus untuk seluruh manusia bukan hanya untuk bangsa Arab

- menjalani ritual ibadah (shalat 5 waktu, puasa Ramadlan, zakat, haji 

jika mampu) sebagaimana ia jalani sebagai sunnah nabi dan petunjuk jalan 

keselamatan yang ia tunjukkan bagi umat manusia

- bershalawat kepadanya

- mempercayai perkataannya bukanlah dusta atau kebohongan

- mempercayai nubuwah-nubuwahnya hingga akhir zaman

- mencintainya lebih dari kecintaannya kepada ibu, bapak, anak, bahkan 

diri sendiri

 

3. Iman kepada Kitab Suci al-Qur'an

- percaya bahwa kitab suci al-Qur'an itu bukan buatan Muhammad

- percaya bahwa kitab suci al-Qur'an itu turun dari Allah SWT

- percaya kepada petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam kitab suci 

al-Qur'an

- percaya bahwa seluruh informasi di dalam al-Qur'an adalah benar

- percaya bahwa akhirat itu benar, syurga itu benar, neraka itu benar

- rajin membaca, mentelaah, merenungkan isi al-Qur'an kemudian 

melaksanakannya

 

4. Iman kepada para malaikat Allah

- percaya eksistensi para malaikat sebagai makhluq Allah dan pembantu Nya

- percaya ada dua malaikat yang selalu menyertai kita dan mencatat amal 

baik dan amal buruk kita, tanpa terlewat sedikitpun

- percaya bahwa malaikat Jibril telah datang kepada nabi Muhammad dan 

membawakan wahyu

- percaya kepada para malaikat dan tugasnya sebagaimana telah kita ketahui 


bersama

 

5. Iman kepada hari Akhirat

- iman kepada keberadaan hari akhirat, bahwa kematian itu bukan akhir dari 


segala-galanya, masih ada kehidupan selanjutnya untuk mempertanggung 

jawabkan seluruh amal perbuatan semasa hidup di dunia

- iman kepada hari Kiamat sebagaimana informasi al-Qur'an

- iman kepada alam barzakh (qubur), dan sesungguhnya di alam qubur inilah 

kita akan mengetahui kebenaran sejati itu untuk pertamakalinya

- iman kepada hari perhitungan amal dan pengadilan sebagaimana informasi 

al-Qur'an

- iman

Iman Yang Baik dan Yang Buruk, Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-21 Terurut Topik Wida . Kusuma
Mbak Chae pasti sudah tahu rukun Iman dalam Islam. Kita mulai saja 
identifikasi Iman yang baik itu dari situ.

1. Iman kepada Tuhan (Allah SWT)
- iman kepada eksistensinya, bahwa Tuhan itu ada
- mentauhidkan, mengesakan secara murni, dan tidak mempersekutukan Nya 
dengan sesuatu atau seorangpun
- Dia pencipta, pemelihara, pembimbing, pengatur alam semesta ini
- Hanya kepada Dia kita menyembah dan berdoa (memohon pertolongan)
- Kita beriman kepada kemuliaan nama-nama dan sifat Nya (Maha Pengasih, 
Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat, Maha Pemberi Rizqi, 
dlsb)
- Hanya kepada Nya kita memohon rizqi, dan Dia telah menetapkan bagian 
rizqi Nya bagi setiap manusia

2. Iman kepada para nabi dan Kenabian Muhammad SAW
- iman bahwa seluruh nabi diutus oleh Allah SWT
- iman bahwa seluruh nabi mempunyai iman yang sama, kesatuan Sumber akan 
menyebabkan kesatuan iman dan risalah
- iman bahwa seluruh nabi mengajarkan Tauhid (monotheisme murni)
- iman bahwa seluruh nabi memperingatkan akan kehidupan akhirat
- kesaksian syahadat ke dua
- iman bahwa Muhammad bin AbdulLaah adalah nabi akhir zaman, penghulu para 
nabi, diutus untuk seluruh manusia bukan hanya untuk bangsa Arab
- menjalani ritual ibadah (shalat 5 waktu, puasa Ramadlan, zakat, haji 
jika mampu) sebagaimana ia jalani sebagai sunnah nabi dan petunjuk jalan 
keselamatan yang ia tunjukkan bagi umat manusia
- bershalawat kepadanya
- mempercayai perkataannya bukanlah dusta atau kebohongan
- mempercayai nubuwah-nubuwahnya hingga akhir zaman
- mencintainya lebih dari kecintaannya kepada ibu, bapak, anak, bahkan 
diri sendiri

3. Iman kepada Kitab Suci al-Qur'an
- percaya bahwa kitab suci al-Qur'an itu bukan buatan Muhammad
- percaya bahwa kitab suci al-Qur'an itu turun dari Allah SWT
- percaya kepada petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam kitab suci 
al-Qur'an
- percaya bahwa seluruh informasi di dalam al-Qur'an adalah benar
- percaya bahwa akhirat itu benar, syurga itu benar, neraka itu benar
- rajin membaca, mentelaah, merenungkan isi al-Qur'an kemudian 
melaksanakannya

4. Iman kepada para malaikat Allah
- percaya eksistensi para malaikat sebagai makhluq Allah dan pembantu Nya
- percaya ada dua malaikat yang selalu menyertai kita dan mencatat amal 
baik dan amal buruk kita, tanpa terlewat sedikitpun
- percaya bahwa malaikat Jibril telah datang kepada nabi Muhammad dan 
membawakan wahyu
- percaya kepada para malaikat dan tugasnya sebagaimana telah kita ketahui 
bersama

5. Iman kepada hari Akhirat
- iman kepada keberadaan hari akhirat, bahwa kematian itu bukan akhir dari 
segala-galanya, masih ada kehidupan selanjutnya untuk mempertanggung 
jawabkan seluruh amal perbuatan semasa hidup di dunia
- iman kepada hari Kiamat sebagaimana informasi al-Qur'an
- iman kepada alam barzakh (qubur), dan sesungguhnya di alam qubur inilah 
kita akan mengetahui kebenaran sejati itu untuk pertamakalinya
- iman kepada hari perhitungan amal dan pengadilan sebagaimana informasi 
al-Qur'an
- iman kepada pembalasan syurga dan neraka sebagaimana informasi al-Qur'an

6. Iman kepada Taqdir, baik dan buruk
- percaya bahwa semua taqdir baik dan buruk yang menimpa kita telah 
tertulis di Lauh Mahfuzh sebelum hal itu terjadi
- iman bahwa kepastian taqdir itu tidak menghilangkan ikhtiar manusiawi 
kita, karena sesungguhnya kita tidak mengetahui yang ghaib (apa yang akan 
menimpa kita)
- menerima dengan ikhlash taqdir Allah atas diri kita sambil terus 
berikhtiar untuk mengadakan perbaikan semampunya
- terlepas dari aqidah Jabariyah dan Qadariyah

Nah, berangkat dari identifikasi rukun iman di atas, kita akan mengetahui 
apakah iman seseorang itu baik atau buruk dari amal-amalnya. Iman seorang 
dikatakan baik jika dari amal perbuatannya terlihat merupakan aplikasi 
dari keimanannya di atas. Tetapi... Seorang yang meninggalkan shalat 5 
waktu misalnya, imannya kepada nabi Muhammad adalah buruk karena ia 
meninggalkan sunnah beliau dan petunjuk jalan yang beliau tunjukkan. 
Sekaligus tidak taat atas perintah Allah di dalam al-Qur'an: Sesungguhnya 
shalat itu adalah KEWAJIBAN yang telah ditentukan waktu-waktunya. 
Demikian juga jika meninggalkan rukun Islam yang lain. Seorang yang sering 
pergi ke dukun, imannya kepada Allah sebagai tempat memohon pertolongan 
dan bergantung adalah buruk. Bahwa hanya atas izin Allah seseorang akan 
beroleh manfaat atau mudlorot. Seorang yang terlena pada kehidupan dunia 
dan tenggelam dalam maksiat dan dosa, imannya terhadap keberadaan malaikat 
pencatat amal, imannya terhadap kehidupan akhirat adalah buruk. Seorang 
muslim yang jarang mengkaji al-Qur'an, jarang membaca dan mentelaahnya, 
tidak mempercayai informasi yang terdapat di dalamnya, imannya terhadap 
kitab suci al-Qur'an adalah buruk. Seorang yang terlalu bergembira atas 
keberhasilan, menepuk dada dan menganggap semua itu adalah hasil kerja 
kerasnya, atau seorang yang meratap berlebihan dan mengecam Allah atas 
musibah yang ia alami, maka imannya terhadap taqdir baik dan buruk adalah 

RE: Iman Yang Baik dan Yang Buruk, Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-21 Terurut Topik achmad.chodjim
Kalau saya membaca uraian Mas Wida di bawah ini koq seperti membaca 
butir-butir Pancasila. :-)

 

Lha, katanya hanya kepada Dia dalam memohon pertolongan, tapi ketika mau 
menikah koq butuh pertolongan orang lain.. hayo, ngaku nggak. Ketika 
menjalankan tugas sehari-hari koq juga mohon pertolongan kepada orang lain., 
hehehe..

 

Jika mengimani bahwa seluruh nabi berasas tauhid dan bersumber dari Satu 
kesatuan sumber, mengapa kita perlu mengajak orang yang beragama lain masuk ke 
dalam agama kita? Hayo, ngaku nggak.. :-)

 

Bagaimana kita bisa mengakui Kanjeng Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman 
bagi seluruh manusia pada satu sisi, tapi pada sisi yang lain justru kita 
beribadah dengan mengikuti ulama-ulama, sedangkan ulama-ulama itu sendiri tidak 
mendapatkan juklak dan juknis yang langsung dari Nabi tapi dari hasil ijtihad 
para ulama itu sendiri?

 

Lalu, apakah Gusti Allah perlu pembantu, bukankah Dia mahakuasa dan mahaperkasa?

 

Ini cuma guyon pari kena agar kita bisa berintrospeksi diri. Maka, Mas Wida tak 
perlu memasukkan ke dalam hati komentar saya tersebut. Yuk fastabiqul khayrat 
tanpa membuat butir-butir keimanan agar tidak bersaing dengan butir-butir 
Pancasilanya Pak Harto, hehehe..

 

Wassalam,

chodjim

 

 

 

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, June 22, 2006 11:03
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Iman Yang Baik dan Yang Buruk, Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan 
Umum-- Beragama

 

Mbak Chae pasti sudah tahu rukun Iman dalam Islam. Kita mulai saja 

identifikasi Iman yang baik itu dari situ.

 

1. Iman kepada Tuhan (Allah SWT)

- iman kepada eksistensinya, bahwa Tuhan itu ada

- mentauhidkan, mengesakan secara murni, dan tidak mempersekutukan Nya 

dengan sesuatu atau seorangpun

- Dia pencipta, pemelihara, pembimbing, pengatur alam semesta ini

- Hanya kepada Dia kita menyembah dan berdoa (memohon pertolongan)

- Kita beriman kepada kemuliaan nama-nama dan sifat Nya (Maha Pengasih, 

Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat, Maha Pemberi Rizqi, 

dlsb)

- Hanya kepada Nya kita memohon rizqi, dan Dia telah menetapkan bagian 

rizqi Nya bagi setiap manusia

 

2. Iman kepada para nabi dan Kenabian Muhammad SAW

- iman bahwa seluruh nabi diutus oleh Allah SWT

- iman bahwa seluruh nabi mempunyai iman yang sama, kesatuan Sumber akan 

menyebabkan kesatuan iman dan risalah

- iman bahwa seluruh nabi mengajarkan Tauhid (monotheisme murni)

- iman bahwa seluruh nabi memperingatkan akan kehidupan akhirat

- kesaksian syahadat ke dua

- iman bahwa Muhammad bin AbdulLaah adalah nabi akhir zaman, penghulu para 

nabi, diutus untuk seluruh manusia bukan hanya untuk bangsa Arab

- menjalani ritual ibadah (shalat 5 waktu, puasa Ramadlan, zakat, haji 

jika mampu) sebagaimana ia jalani sebagai sunnah nabi dan petunjuk jalan 

keselamatan yang ia tunjukkan bagi umat manusia

- bershalawat kepadanya

- mempercayai perkataannya bukanlah dusta atau kebohongan

- mempercayai nubuwah-nubuwahnya hingga akhir zaman

- mencintainya lebih dari kecintaannya kepada ibu, bapak, anak, bahkan 

diri sendiri

 

3. Iman kepada Kitab Suci al-Qur'an

- percaya bahwa kitab suci al-Qur'an itu bukan buatan Muhammad

- percaya bahwa kitab suci al-Qur'an itu turun dari Allah SWT

- percaya kepada petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam kitab suci 

al-Qur'an

- percaya bahwa seluruh informasi di dalam al-Qur'an adalah benar

- percaya bahwa akhirat itu benar, syurga itu benar, neraka itu benar

- rajin membaca, mentelaah, merenungkan isi al-Qur'an kemudian 

melaksanakannya

 

4. Iman kepada para malaikat Allah

- percaya eksistensi para malaikat sebagai makhluq Allah dan pembantu Nya

- percaya ada dua malaikat yang selalu menyertai kita dan mencatat amal 

baik dan amal buruk kita, tanpa terlewat sedikitpun

- percaya bahwa malaikat Jibril telah datang kepada nabi Muhammad dan 

membawakan wahyu

- percaya kepada para malaikat dan tugasnya sebagaimana telah kita ketahui 

bersama

 

5. Iman kepada hari Akhirat

- iman kepada keberadaan hari akhirat, bahwa kematian itu bukan akhir dari 

segala-galanya, masih ada kehidupan selanjutnya untuk mempertanggung 

jawabkan seluruh amal perbuatan semasa hidup di dunia

- iman kepada hari Kiamat sebagaimana informasi al-Qur'an

- iman kepada alam barzakh (qubur), dan sesungguhnya di alam qubur inilah 

kita akan mengetahui kebenaran sejati itu untuk pertamakalinya

- iman kepada hari perhitungan amal dan pengadilan sebagaimana informasi 

al-Qur'an

- iman kepada pembalasan syurga dan neraka sebagaimana informasi al-Qur'an

 

6. Iman kepada Taqdir, baik dan buruk

- percaya bahwa semua taqdir baik dan buruk yang menimpa kita telah 

tertulis di Lauh Mahfuzh sebelum hal itu terjadi

- iman bahwa kepastian taqdir itu tidak menghilangkan ikhtiar manusiawi 

kita, karena sesungguhnya kita tidak mengetahui yang ghaib (apa yang akan 

menimpa

Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-20 Terurut Topik Wida . Kusuma
Saya rasa memang demikian. Seorang yang tekun melaksanakan Rukun Islam 
yang lima, memenuhi syarat-syaratnya serta khusyu dalam melaksanakannya 
bisa merupakan indikasi imannya yang baik. Demikian pula sebaliknya.




Chae [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
06/20/2006 03:45 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
[wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama






Sebetulnya dengan ayat yang diberikan oleh Pak Wida menjelaskan bahwa
urusan Iman hanya merupakan urusan yang sangat pribadi antara seorang
hamba dengan Tuhanya, Bukankah dalam Qs.29:2-3 dinyatakan bahwa hanya
Allah yang mengetahui orang2 yang benar dan orang-orang dusta???

Saya mau tanya sama Pak Wida apakah dengan rumusan rukun Iman yang 6
dan Rukun Islam yang 5 bisa menjadi tools dalam menilai keimanan
seseorang??;)

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ya betul mbak Chae bahwa iman itu letaknya di hati sehingga tidak ada 
 seorangpun yang bisa menilai isi hati seseorang. Namun di dalam
al-Qur'an 
 sering kali pernyataan iman itu diminta pembuktiannya.
 
 Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 
 Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya 
 Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya 
 Allah mengetahui orang-orang yang benar (imannya) dan sesungguhnya Dia 
 mengetahui orang-orang yang dusta (imannya). QS 29:2-3
 
 Dan masih banyak ayat-ayat al-Qur'an yang senada dengan di atas yang 
 intinya bahwa iman itu memerlukan pembuktian. 
 
 Di dalam Islam rukun iman itu ada 6. Iman kepada Allah, iman kepada 
 malaikat, iman kepada kitab suci, iman kepada nabi, iman kepada hari 
 akhirat dan iman kepada taqdir (baik atau buruk). Seluruhnya menjadi
satu 
 tanpa bisa dipecah-pecah. Karena memisahkan salah satu dari rukun
iman itu 
 akan membuat cacat keimanan terhadap rukun iman yang lainnya. Dan kadar 
 keimanan seorang muslim terhadap seluruh rukun iman itu, merupakan 
 parameter untuk menilai kondisi keimanan seseorang. Apakah baik? buruk? 
 naik? turun? sehat? sakit? utuh? atau hancur dan terlepas.
 
 Dalam hal ritual-ritual agama Islam, maka melaksanakannya merupakan
wujud 
 dari iman seorang muslim terhadap kenabian nabi Muhammad. Seorang nabi 
 adalah dokter ruhani, yang memberikan obat dan petunjuk bagaimana 
 memelihara kesehatan dan kebersihan ruhani (jiwa). Seorang nabi juga 
 seorang penunjuk jalan, jalan menuju keselamatan yang hakiki pada 
 kehidupan akhirat. Maka wujud keimanan kita terhadap seorang nabi
adalah 
 dengan melaksanakan sunnah-sunnah nya, termasuk ritual ibadah yang ia 
 lakukan. Karena segala sunnahnya dan ibadah yang ia lakukan,
sesungguhnya 
 merupakan jalan yang ia tunjukkan bagi umatnya untuk ditempuh. Itulah 
 Syariat (jalan). Maka apakah kita akan percaya kepada diri kita sendiri 
 dalam meracik obat bagi kesehatan dan kebersihan ruhani kita? Atau kita 
 percaya kepada diri kita sendiri untuk mencari jalan keselamatan pada 
 kehidupan akhirat?
 
 Maka menuruti ritual-ritual ibadah dan sunnah-sunnah nabi Muhammad,
adalah 
 wujud dari keimanan kita kepadanya. Kepada jalan keselamatan yang 
 ditunjukkannya bagi kita.
 
 Mungkin mbak Chae hanya ingin mengkhususkan kepada muslimah yang tidak 
 memakai kerudung. Selama ia masih berpakaian sopan, semoga kondisi
imannya 
 pun masih baik. Tetapi jangan melebar kepada ritual2 ibadah lain yang 
 sudah jelas statusnya dalam Islam sebagai salah satu Rukun Islam
yang 5! 
 Kita akan sulit membayangkan seorang muslim yang meninggalkan shalat 5 
 waktu lalu mengatakan imannya baik-baik saja. Tidak! Menurut saya,
salah 
 satu rukun imannya pastilah sedang sakit, walaupun tidak semua rukun 
 imannya. Sehingga menghukumi dia dengan kufur pun tidak
diperbolehkan. 
 Tetapi kondisi imannya juga tidak bisa kita katakan baik-baik saja atau 
 sehat.
 
 Siapa yang tidak suka dengan sunnah-sunnahku, ia tidak termasuk ke
dalam 
 umatku.
 (nabi Muhammad)
 
 Salam,
 
 
 
 Chae [EMAIL PROTECTED] 
 Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 06/16/2006 04:28 PM
 Please respond to
 wanita-muslimah@yahoogroups.com
 
 
 To
 wanita-muslimah@yahoogroups.com
 cc
 
 Subject
 [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama
 
 
 
 
 
 
 Penjelasan Pak Ary sudah bisa mewakili apa yang saya
 maksudkan...mudah-mudahan dapat dipahami Pak Wida.
 
 Tambahan dari saya sedikit saja bahwa apa yang tidak bisa dideteksi
 panca indra tentu tidak bisa di nilai, karena itu keimaman pun sesuatu
 yang tidak bisa di nilai.
 
 sebab itu jangan pernah menilai keimanan seseorang apalagi dengan
 menggunakan atribut2, simbol2 ataupun dengan ritual2 keagamaan. Untuk
 itu saya tidak setuju jika jilbab digunakan sebagai alat penilai
 keimanan seseorang, status haji ataupun ritual2 agama lainya. Biarlah
 keimanan seseorang menjadi sesuatu yang personal dinana merupakan
 hubungan yang mesra antara sang Khaliq dan Hamba-Nya.
 
 Sedangkan agama 

Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-19 Terurut Topik Wida . Kusuma
Ya betul mbak Chae bahwa iman itu letaknya di hati sehingga tidak ada 
seorangpun yang bisa menilai isi hati seseorang. Namun di dalam al-Qur'an 
sering kali pernyataan iman itu diminta pembuktiannya.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 
Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya 
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya 
Allah mengetahui orang-orang yang benar (imannya) dan sesungguhnya Dia 
mengetahui orang-orang yang dusta (imannya). QS 29:2-3

Dan masih banyak ayat-ayat al-Qur'an yang senada dengan di atas yang 
intinya bahwa iman itu memerlukan pembuktian. 

Di dalam Islam rukun iman itu ada 6. Iman kepada Allah, iman kepada 
malaikat, iman kepada kitab suci, iman kepada nabi, iman kepada hari 
akhirat dan iman kepada taqdir (baik atau buruk). Seluruhnya menjadi satu 
tanpa bisa dipecah-pecah. Karena memisahkan salah satu dari rukun iman itu 
akan membuat cacat keimanan terhadap rukun iman yang lainnya. Dan kadar 
keimanan seorang muslim terhadap seluruh rukun iman itu, merupakan 
parameter untuk menilai kondisi keimanan seseorang. Apakah baik? buruk? 
naik? turun? sehat? sakit? utuh? atau hancur dan terlepas.

Dalam hal ritual-ritual agama Islam, maka melaksanakannya merupakan wujud 
dari iman seorang muslim terhadap kenabian nabi Muhammad. Seorang nabi 
adalah dokter ruhani, yang memberikan obat dan petunjuk bagaimana 
memelihara kesehatan dan kebersihan ruhani (jiwa). Seorang nabi juga 
seorang penunjuk jalan, jalan menuju keselamatan yang hakiki pada 
kehidupan akhirat. Maka wujud keimanan kita terhadap seorang nabi adalah 
dengan melaksanakan sunnah-sunnah nya, termasuk ritual ibadah yang ia 
lakukan. Karena segala sunnahnya dan ibadah yang ia lakukan, sesungguhnya 
merupakan jalan yang ia tunjukkan bagi umatnya untuk ditempuh. Itulah 
Syariat (jalan). Maka apakah kita akan percaya kepada diri kita sendiri 
dalam meracik obat bagi kesehatan dan kebersihan ruhani kita? Atau kita 
percaya kepada diri kita sendiri untuk mencari jalan keselamatan pada 
kehidupan akhirat?

Maka menuruti ritual-ritual ibadah dan sunnah-sunnah nabi Muhammad, adalah 
wujud dari keimanan kita kepadanya. Kepada jalan keselamatan yang 
ditunjukkannya bagi kita.

Mungkin mbak Chae hanya ingin mengkhususkan kepada muslimah yang tidak 
memakai kerudung. Selama ia masih berpakaian sopan, semoga kondisi imannya 
pun masih baik. Tetapi jangan melebar kepada ritual2 ibadah lain yang 
sudah jelas statusnya dalam Islam sebagai salah satu Rukun Islam yang 5! 
Kita akan sulit membayangkan seorang muslim yang meninggalkan shalat 5 
waktu lalu mengatakan imannya baik-baik saja. Tidak! Menurut saya, salah 
satu rukun imannya pastilah sedang sakit, walaupun tidak semua rukun 
imannya. Sehingga menghukumi dia dengan kufur pun tidak diperbolehkan. 
Tetapi kondisi imannya juga tidak bisa kita katakan baik-baik saja atau 
sehat.

Siapa yang tidak suka dengan sunnah-sunnahku, ia tidak termasuk ke dalam 
umatku.
(nabi Muhammad)

Salam,



Chae [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
06/16/2006 04:28 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
[wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama






Penjelasan Pak Ary sudah bisa mewakili apa yang saya
maksudkan...mudah-mudahan dapat dipahami Pak Wida.

Tambahan dari saya sedikit saja bahwa apa yang tidak bisa dideteksi
panca indra tentu tidak bisa di nilai, karena itu keimaman pun sesuatu
yang tidak bisa di nilai.

sebab itu jangan pernah menilai keimanan seseorang apalagi dengan
menggunakan atribut2, simbol2 ataupun dengan ritual2 keagamaan. Untuk
itu saya tidak setuju jika jilbab digunakan sebagai alat penilai
keimanan seseorang, status haji ataupun ritual2 agama lainya. Biarlah
keimanan seseorang menjadi sesuatu yang personal dinana merupakan
hubungan yang mesra antara sang Khaliq dan Hamba-Nya.

Sedangkan agama sendiri atau Din adalah suatu sistem, sistem yang
mengatur bagaimana kita berinteraksi dengan sesama ciptaan-Nya untuk
bisa menjadi satu dalam satu keharmoniandisinilah makna dalam  La
Ilah Ha Ilalllah



Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet 
Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 
421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  

Yahoo! Groups Links



 





[Non-text portions of this 

Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-16 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Bang Wida,

Mungkin yang mbak Chae maksud itu beragama secara sosial.
Beragama dalam dimensi personal memang seperti yang disebut bang Wida.

Akan tetapi perlu disadari bahwa yang diyakini secara personal itu sangat
beragam (lha wong namanya yang gaib kok). Sbg. contoh: Bismillah saya pada
hakekatnya mengacu pada bayangan yang berbeda scr. personal dengan
Bismillah-nya Bang Wida. Akan tetapi secara kelompok, kita semua mengakui
dan bertoleransi dengan perbedaan itu dengan menganggapnya kira-kira mengacu
pada bayangan yang sama.

Kita tidak mungkin beragama secara sosial dengan mengurusi mengurusi urusan
personal setiap orang yang niscaya berbeda agar menjadi sama, yang mungkin
itu mengurus urusan sosialnya, yaitu moralitas (sosial)-nya.

Dalam kaitan dengan jilbab,
yakin atau tidak yakinnya seorang muslimah bahwa jilbab (harfiah) itu
perintah Allah itu sifatnya personal.Selama hal itu dinisbahkan kepada acuan
yang sama (Al-Quran), secara kelompok sudah seharusnya menganggap kedua
pendapat itu sebagai keniscayaan (sama dengan bismillah di atas...).
Sedangkan secara sosial, yang penting kelakuan orangnya, bukan pakaiannya.

Misalnya:

1. dalam memilih pemimpin, tidak penting apakah orangnya sholatnya pake
qunut atau tidak.
Yang penting apakah memiliki kualitas pemimpin apa tidak.
Yang pake qunut ataupun yang tidak, harus bisa memperlihatkan kualitas ini.

2. dalam memilih karyawati, tidak penting apakah orangnya berjilbab atau
tidak.
Yang penting apakah perempuan itu memiliki kualitas yang pas untuk pekerjaan
itu.
Kualitas di sini secara keseluruhan tentunya, termasuk bagaimana tingkah
lakunya.
Jika yang berjilbab lebih supel, gesit dan cekatan tentu saja yang berjilbab
yang dipilih.
Begitu juga sebaliknya. Yang berjilbab dan yang tak berjilbab semua berhak
dites untuk pekerjaan itu.
Semua berhak untuk dinilai secara proporsional.

3. dalam kegesitan berlari, tidak penting apakah orangnya pake burqa atau
tidak.
Tapi ketika dites lari, yang paling cepat yang diambil untuk tim olimpiade.
Semua berhak dites, termasuk yang pake burqa sekalipun.
Jangan marah jika karena pake burqa lalu larinya lambat lalu tidak dipilih
ke tim olimpiade.
Lalu bilang bahwa ini diskriminasi dlsb.

Salam
Ary

- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 16, 2006 8:17 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama


 Beragama memang akan selalu dikaitkan dengan keimanan mbak Chae. Karena
 figur sentral dari agama itu memang tidak bisa dideteksi oleh panca
 indera. Termasuk juga kabar-kabar futuristik seperti hari kiamat, hari
 akhirat, syurga dan neraka. Oleh karenanya beragama memang akan meyakini
 hal-hal ghaib seperti itu, yaitu yang tidak bisa dideteksi oleh panca
 indera tetapi bisa dicerna oleh akal dan hati.

 Di dalam Islam selalu dikatakan, bahwa untuk berbahagia di hari kemudian
 (setelah kematian) maka seseorang itu harus beriman dan beramal shaleh.
 Kedua-duanya tidak bisa dipisahkan. Beriman berarti menyembah Tuhan yang
 benar, bukan berhala, dan tuhan-tuhan yang lain. Kemudian meyakini
 kabar-kabar ghaib tentang kehidupan akhirat, malaikat, kepastian hari
 kiamat, dlsb. Tanpa keimanan ini maka pembentukan yang kedua tidak akan
 berhasil. Yaitu untuk beramal shalih, dengan kata lain baik moralnya. Baik
 dalam standar yang ditentukan oleh Tuhan.

 Dalam kedua hal itu, beramal shalih, atau bermoral baik dapat menjadi
 kesepakatan yang umum. Banyak moral-moral agama yang bisa menjadi
 kesepakatan bersama. Adapun dalam hal iman, maka hal itu masing-masing.
 Tidak ada paksaan dalam hal keyakinan. Masing-masing kelak akan
 bertanggung jawab akan hal keimanannya masing-masing. Salah atau benar
 iman seseorang, maka hasilnya akan kita lihat tepat ketika kita masuk ke
 dalam kubur. Itulah makna pertanyaan dalam kubur Siapa Tuhanmu, siapa
 nabimu, apa kitabmu, dlsb. dalam hadits nabi SAW. Itu adalah hakikat
 terbukanya kebenaran bagi setiap orang untuk pertama kalinya. Apakah
 imannya benar atau salah. Sedangkan kesalahan dalam hal amal (amal buruk,
 bukan amal shalih) akibatnya bisa kontan kita terima di dunia ini.

 WalLaahu a'lam.



 Chae [EMAIL PROTECTED]
 Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 06/15/2006 05:40 PM
 Please respond to
 wanita-muslimah@yahoogroups.com


 To
 wanita-muslimah@yahoogroups.com
 cc

 Subject
 [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama






 Itulah refott nya kalau beragama dikaitkan dengan keimanan...padahal
 (menurut saya sehhh:) agama hanya berkaitan dengan masalah moral
 saja. Semakin bagus moralnya semakin bagus agamanya..apapun agama yang
 di anutnya

 Kalau ndak salah kan ada beberapa kali Qur'an sendiri mengingatkan
 Nabi untuk ndak ngurusin Iman seseorang yang musti di nilai manusia
 hanya sebatas moral...

 tapi ini pendapat pribadi jadi kalau salah dimaklumi;)




 Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet
 Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK

RE: [wanita-muslimah] Re: Patokan Umum-- Beragama

2006-06-15 Terurut Topik achmad.chodjim
Sebenarnya, inti dari peri keagamaan itu ya pada QS 2:152, 17: 72, 2:223, dan 
18:110.

Pada 2:152, yang ada ialah EGOLESS. Lalu, kita manifestasikan hidup ini dengan 
bersyukur yaitu menciptakan nilai tambah dalam hidup ini.

Pada 17:72, manusia harus mengetahui dan mengenal Tuhan sekarang ini. Sebab, 
barangsiapa yang tidak mengenal-Nya sekarang, nanti di akhirat pun tak akan 
mengenal-Nya. Padahal, tiada kenikmatan hidup yang melebihi kenikmatan melihat 
Wajah Tuhan. Lihat 75:22-23.

Pada 2:223 kita harus belajar serius bahwa hubungan seksual itu sejatinya 
merupakan sarana untuk menjumpai Allah.

Pada 18:110, kita harus beramal saleh yang dilandasi ketauhidan murni 
--EGOless-- agar berjumpa dengan Allah.

Wassalam,
Chodjim 



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM
~- 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/