[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Spanyol bongkar perdagangan pria Polisi Spanyol membongkar penyelundupan pria-pria muda dari Brasil Ternyata tidak hanya kaum perempuan saja yang menjadi korban perdagangan manusia, para pemuda pun ternyata tak luput dari incaran para pedangang manusia. Hal ini dibuktikan ketika kepolisian Spanyol mengatakan keberhasilannya membongkar jaringan perdagangan pria untuk dijadikan pekerja seks komersial. Para pemuda yang rata-rata berusia 20 tahunan ini sebagian besar berasal dari kawasan utara Brasil. Kepolisian Spanyol mengatakan ini adalah kali pertama mereka berhasil menggagalkan praktik penyelundupan pria muda ke negeri itu. Dalam sebuah operasi, polisi menahan 14 tersangka pelaku perdagangan manusia dan 17 pemuda yang diduga akan dijadikan pekerja seks komersial. Saat ditemukan polisi, para pemuda itu dalam keadaan tidak sadar karena berada di bawah pengaruh kokain, viagra dan berbagai obat-obatan terlarang lainnya. Diancam Para pemuda ini, sebelumnya dijanjikan mendapat pekerjaan yang bagus di Eropa misalnya sebagai penari atau foto model. Untuk menuju Eropa mereka biasanya dibebani biaya sekitar £3.300 atau sekitar Rp 46 juta. Dan biasanya biaya ini ditanggung kelompok yang menawari mereka pekerjaan. Singkat kata, para pemuda ini akhirnya menanggung utang yang cukup besar. Beberapa di antara para pemuda ini ternyata sadar bahwa mereka akan dijadikan pekerja seks komersial. Namun, mereka tidak menyangka mereka harus bekerja 24 jam sehari dan selalu berpindah dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Jika para pemuda ini mengeluhkan sesuatu, maka pemimpin geng ini mengancam akan membunuh mereka, demikian pernyataan resmi polisi. Kepala kelompok penyelundup para pemuda ini adalah seorang warga negara Brasil yang mengendalikan operasinya dari Palma di Pulau Mallorca. Dia mengirimkan anak buahnya ke berbagai lokalisasi di Spanyol dan bahkan mengiklankan para pemuda ini melalui majalah dan surat kabar.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
TKI Ditipu Puluhan Juta, Calon TKI Lapor Rabu, 23 Juni 2010 | 15:03 WIB KOMPAS/RIZA FATHONI Ilustrasi: Peserta aksi dari Migrant Care menyeka air mata saat berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, Jumat (23/4/2010). Mereka memprotes penembakan tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Madura hingga tewas oleh Polisi Diraja Malaysia. TERKAIT: Ingin Gaji Rp 7 Juta, Tertipu Rp 90 Juta TKI Dianiaya di Jeddah Lima Anak TKI Diserahkan ke Kemensos Banyak Bayi TKI Telantar di Malaysia DENPASAR, KOMPAS.com - Tiga orang calon tenaga kerja Indonesia (TKI) dari Bali, Rabu (23/06/2010) siang, melapor ke Polda Bali. Ketiganya merasa tertipu dengan sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja keluar negeri. Tiga orang korban penipuan--Wayan Dwi Ardika, Ratnawati, dan Gandawati--melaporkan CV Japindo Putra Utama (JPU) ke polisi. CV JPU dinilai tidak memenuhi kewajiban mereka memberangkatkan calon TKI ini ke luar negeri meski telah menerima uang hingga puluhan juta rupiah dari para korban. Ratnawati, salah seorang korban menuturkan, dirinya telah membayar Rp 20 juta kepada perusahaan sejak tahun lalu, namun meski telah menunggu lama, dirinya belum mendapat kepastian kapan akan diberangkatkan. Setelah tanda tangan kontrak pada Agustus tahun lalu, harusnya berangkat 3 bulan kemudian, tapi saya sudah menunggu hampir setahun tidak diberangkatkan, ujar Ratnawati di Mapolda Bali. Dua pelapor lainnya, Wayan Dwi Ardika dan Gandawati, juga bernasib sama dengan Ratna. Bahkan, menurut pengakuan ketiganya, masih ada belasan korban lainnya yang juga menjadi korban penipuan dari CV JPU. Masih banyak yang jadi korban penipuan, di atas 15 orang tapi rata-rata mereka belum mau lapor polisi karena takut uangnya tidak dikembalikan, ujar Wayan Dwi Ardika. Awalnya para calon TKI diminta menyetor uang Rp 35 juta agar bisa diberangkatkan ke Selandia Baru untuk bekerja di sebuah perkebunan. Namun meski telah membayarkan sejumlah uang, mereka tidak mendapat kepastian kapan akan diberangkatkan dan beberapa kali hanya diberi surat pemberitahuan ada penundaan keberangkatan. Para calon TKI ini sudah berusaha meminta uangnya untuk dikembalikan, namun sejauh ini belum ada itikad baik dari pimpinan CV JPU untuk mengembalikan uang mereka. Sekarang kalau saya telepon tidak bisa terus kalau ke rumahnya dibilang tidak ada orang. Saya sudah kekeluargaan, Pak. Anak saya sudah mau masuk SMP, itu uang pinjam, tapi dia tetap tidak peduli, ujar Wayan. Dalam laporannya ke Polda Bali, ketiga korban juga menunjukkan bukti-bukti berupa kwitansi pembayaran serta surat kontrak dari perusahaan. Saat ini aparat Dirreskrim Polda Bali masih menyelidiki kasus ini dan masih memintai keterangan para saksi korban. http://regional.kompas.com/read/2010/06/23/15032621/Ditipu.Puluhan.Juta.Calon.TKI.Lapor
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Perusahaan Taiwan dituntut soal daging babi TIWA: pekerja hanya disediakan makanan mengandung daging babi Perusahaan Taiwan dituntut oleh kejaksaan setempat karena mempekerjakan tenaga Indonesia dengan jam kerja panjang serta menyediakan makanan mengandung daging babi. Semacam kerja paksa...Mereka bekerja selama 16 jam sehari dengan gaji yang kecil, kata Yong Wuo dari asosiasi pekerja internasional Taiwan, Taiwan International Workers Association (TIWA). Makanan yang disediakan untuk mereka hanya makanan yang mengandung babi, dan mereka tidak punya pilihan lain. Bila mereka tidak makan, mereka kelaparan, kata Wuo kepada BBC Indonesia. Pemilik perusahaan Shin Hua Hang Fashion telah didakwa oleh kejaksaan Taiwan tanggal 26 April lalu. Wuo mengatakan perkara ini akan diajukan ke pengadilan. Ketiga pekerja Indonesia itu -Tarsinah, Suswati dan Wasilah- bekerja di perusahaan itu setiba mereka di Taiwan pada bulan September 2008. Mereka bekerja sampai bulan April 2009 dan ditampung oleh TIWA karena mereka khawatir bila mengajukan keluhan akan dipulangkan. Para pekerja itu dilaporkan mendapat gaji sekitar $1.360 Taiwan (US$ 42) satu bulan, jauh lebih rendah dari gaji minimum $17.000 Taiwan. Wuo mengatakan mereka saat ini telah bekerja di perusahaan lain dan tidak mau berkomentar soal kasus itu karena khawatir akan posisi pekerjaan mereka. Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 350.000 pekerja asing di Taiwan, banyak di antaranya dari Indonesia, Filipina dan Vietnam. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan dalam laporan Hak Asasi tahun 2009 bahwa pekerja asing masih merupakan masalah serius di Taiwan. Laporan itu menyebutkan para pekerja sering ragu-ragu untuk melaporkan pelanggaran oleh majikan atau perusahaan karena khawatir atas posisi pekerjaan mereka.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Derita Pekerja Ilegal Indonesia di Belanda RNW Kondisi kamar para pekerja ilegal di Belanda SELASA, 13 APRIL 2010 | 10:47 WIB DEN HAAG, KOMPAS.com Tidur di atas kasur kotor di antara kecoa dan tikus. Bekerja di dapur-dapur yang tidak memenuhi standar keamanan selama 14 jam dengan bayaran 25 euro per hari. Dalam keadaan seperti inilah tahun lalu sebanyak 35 pekerja ilegal asal Indonesia ditemukan di sejumlah rumah di Den Haag, Gouda, dan Rotterdam. Wartawan Radio Nederland Wereldomroep (RNW), Sebastiaan Gottlieb, pekan lalu, melaporkan, media Belanda menyebut kasus itu sebagai praktik perbudakan. Sidang pengadilan terhadap enam pelaku asal Suriname dan Indonesia sudah dimulai sejak Jumat (9/04/2010) di Den Haag, Belanda. Dalam sidang pengadilan itu, keenam pelaku dituduh melakukan perdagangan dan penyelundupan manusia. Selain itu, mereka dituduh melanggar undang-undang kelayakan sandang pangan Belanda. Mereka adalah empat orang Belanda keturunan Jawa- Suriname dan seorang pria serta wanita asal Indonesia. Wanita Indonesia itu diperkirakan punya hubungan erat dengan tertuduh utama yang asal Suriname. Budi, salah satu korban asal Indonesia, bersedia menjadi saksi di pengadilan. Ia ingin orang-orang Indonesia lain dapat belajar dari pengalamannya. Dari agen di Jakarta, Budi dijanjikan upah 25 euro untuk empat jam kerja. Ia memang ingin bekerja di Eropa untuk membayar utang-utangnya. Istrinya sakit dan biaya perawatan dokter serta rumah sakit menggunung. Sang agen mengurus paspor serta visa dan membelikan tiket hingga ke Paris. Saya mendarat di Paris. Dari situ saya naik kereta api ke Belanda, ke Den Haag. Di stasiun saya dijemput, kata Budi. Tidak manusiawi Bersama dengan TKI ilegal lainnya, Budi harus membuat keripik pisang dan rengginang. Pada bulan pertama dia hanya bekerja lima hari. Jumlah upah yang diterimanya hanya 125 euro. Uang ini harus dia berikan kepada sang pemilik rumah yang sekaligus bosnya di tempat kerja untuk membayar tempat tinggalnya. Sedikit uang yang dia bawa dari Indonesia digunakan untuk membeli makan. Biasanya ia hanya makan mi instan atau sisa-sisa makanan yang dibawa orang lainnya dari restoran tempat mereka bekerja. Upah besar yang dijanjikan sang agen di Indonesia ternyata hanya omong kosong belaka. Pengacara tertuduh utama Van Duijne Strobosch mengakui, bahwa para korban tinggal dan bekerja di lingkungan yang tidak manusiawi. Tetapi ia menambahkan, tuduhan perdagangan manusia tidak bisa dibuktikan. Dari pihak pembela ditekankan bahwa orang-orang itu datang ke Belanda secara sukarela. Mereka bebas untuk keluar masuk. Mereka membayar sejumlah uang untuk tempat menginap. Memang mereka tidak mendapat upah seperti apa yang seharusnya diterima orang Belanda menurut aturan upah minimum yang ditetapkan. Laporan tetangga Kasus ini sampai ke pihak polisi Belanda setelah laporan tetangga dan penduduk di sekitar Hobbemaplein, di Den Haag. Juli tahun lalu polisi menahan sebelas orang pekerja ilegal asal Indonesia. Mereka tinggal di kamar yang kotor dan panas karena di lantai bawah ada dua dapur yang aktif siang dan malam. Di tempat itu para inspektur kesehatan menemukan banyak sekali kecoa berkeliaran. Produk makanan yang dibuat di tempat ini dijual di sejumlah toko di Den Haag. Tidak lama kemudian polisi juga menahan sejumlah TKI ilegal di Rotterdam dan Gouda, yang juga bekerja dan tinggal di tempat yang tidak layak. Mereka hanya menerima upah 200 euro setiap bulan atau delapan hari kerja. Mereka tidak diizinkan bekerja lebih banyak agar tetap bergantung kepada para agen yang mengirim mereka ke Belanda. Apabila ada satu TKI yang melarikan diri, dipesan sejumlah TKI baru dari Indonesia.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Warga Malaysia didakwa bunuh PRT Ribuan laporan tentang pengabaian hak TKI di Malaysia muncul tiap tahun Hakim sebuah pengadilan Malaysia mendakwa seorang perempuan dan anaknya sebagai pelaku pembunuhan terhadap seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia. Terdakwa adalah pengelola sebuah kantin K. Letchmy, 55, serta anaknya seorang mahasiswa K.Kannan, 26, tidak mengajukan banding saat dijatuhi dakwaan dalam sidang sebelumnya kemarin, kata Hakim Muhamad Faizal Ismail. Jika terbukti bersalah, keduanya bisa dijatuhi hukuman gantung. Nurul Aida M. Nur, 31, tewas di rumah para terdakwa pada tanggal 21 Januari lalu. Menurut koran The Star dari proses otopsi diketahui korban tewas akibat cedera pukulan benda tumpul. Hakim Muhamad Faizal mengatakan kasus ini akan disidangkan kembali 6 April di Pengadilan Tinggi karena beratnya dakwaan. Menurut catatan Kedutaan Besar Republik Indoensia di Malaysia sekitar 300.000 warga Indonesia bekerja di Malaysia sebagai PRT. Tiap tahun sedikitnya ribuan laporan tentang kerja tanpa batas, kerja tidak dibayar serta seringkali penganiayaan, muncul dan membuat hubungan dua negara memburuk.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Pekerja migran Cina tinggal di toilet Para pekerja migran Cina yang tinggal di toilet harus membiasakan diri dengan bau pesing Sepuluh pekerja migran Cina tinggal di sebuah toilet umum di kota Hangzhou, seperti dilaporkan media lokal. Keras dugaan bahwa mereka sudah tinggal di sana selama beberapa bulan, dan toilet itu sekarang sudah dilengkapi dengan satu tempat tidur, fasilitas memasak dan sebuah televisi. Salah seorang perempuan yang menempati toilet itu mengatakan ia tidak mampu menyewa kamar atau mencukupi biaya hidup. Para wartawan mengatakan berita itu menyoroti kondisi hidup serta upah yang amat rendah yang diterima oleh banyak buruh di Cina. Pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat telah mendatangkan perubahan besar di negara itu namun banyak pekerja migran hidup morat-marit, menurut wartawan BBC Shirong Chen. Tapi yang paling tidak menyenangkan adalah kenyataan bahwa kompor dan panci untuk memasak milik saya sudah berkali-kali dicuri orang. Pekerja imigran Cina Cina memperkirakan 20 juta pekerja migran pindah dari daerah-daerah pedesaan yang miskin untuk mendapatkan pekerjaan di berbagai kota yang berkembang cepat dan menjadi pusat industri manufaktur. Bau pesing Seorang perempuan bernama Ai, yang tinggal di toilet wanita, mengatakan kepada Zhejiang Morning Express bahwa dia harus membiasakan dengan bau pesing. Tapi yang paling tidak menyenangkan adalah kenyataan bahwa kompor dan panci untuk memasak milik saya sudah berkali-kali dicuri orang, tambahnya. Teman Ai, Wang Yuhua, tinggal di toilet pria. Tikus berkeliaran di mana-mana, dan ini sangat tidak menyenangkan, katanya. Warga Hangzhou dilaporkan bersimpati atas nasib malang para pekerja migran ini dan pada umumnya berusaha untuk tidak memakai fasilitas umum itu. Tapi masih ada sebagian warga yang tampaknya terkejut melihat penghuni baru toilet tersebut. Saat saya lari ke dalam untuk menggunakan toilet itu, saya sangat terkejut melihat beberapa orang sedang duduk berkumpul sambil ngobrol dan melakukan sesuatu, kata Du kepada surat kabar itu. Salah seorang pekerja migran juga mengatakan bahwa salah seorang temannya agak cemburu kepadanya karena dia bisa tinggal di toilet tanpa harus membayar sewa. Namun juru bicara pemerintah daerah memperingatkan: Dilarang tinggal di dalam toilet, karena toilet itu disediakan untuk kepentingan umum.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Pekerja migran Cina tinggal di toilet Sisi KELAM (naon Sunda na?) kamajuan' (make tanda petik) sosial/kapitalismeu Cina?
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Nirmala tuntut ganti rugi Perundingan perlindungan TKW di Malaysia dilanjutkan Februari Sidang gugatan perdata yang diajukan oleh Nirmala Bonat, bekas pembantu rumah tangga asal Indonesia di Malaysia akan dilanjutkan bulan Maret. Nirmala, 26 tahun, menuntut ganti rugi kepada bekas majikannya sebesar hampir RM 40.000 atau sekitar Rp 100 juta atas penderitaan fisik maupun mental yang dideritanya akibat penganiayaan majikan. Tuntutan ganti rugi diajukan ke pengadilan Kamis, (28/1) dan menyangkut kerugian penderitaan akibat penyiksaan oleh majikan pasangan suami-istri, Hii Ik Ting dan Yim Pek Ha dengan menggunakan setrika panas, air panas, dan benda logam selama beberapa bulan tahun 2004. Nirmala, asal Nusa Tenggara Timur, juga mengaku majikan perempuan, Yim Pek Ha, sering melecehkan dan menghinanya selama bekerja untuk majikan itu di Villa Putera Jalan Tun Ismail, Kuala Lumpur. Tukar format AV Yim telah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana terhadap Nirmala dan dijatuhi hukuman 18 tahun penjara. Namun, pada tahun 2009 di tingkat banding di Pengadilan Tinggi, hakim mengurangi hukuman menjadi 12 tahun penjara. Fungsi Penerangan KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia, Widyarka Ryananta mengatakan gugatan ganti rugi baru diajukan sekarang karena menunggu proses pidana selesai. Setelah putusan diumumkan biasanya terdakwa masih diberi kesempatan untuk maju ke mahkamah rayuan dan terakhir mahkamah persekutuan. Nah semua proses itu harus dilalui dulu, kata Ryananta kepada BBC. Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia cabang Nusa Tenggara Timur, Abraham Paul Liyanto yang mendampingi Nirmala setelah kembali dari Malaysia, mengatakan gugatan perdata juga berlandaskan kehilangan nafkah selama empat tahun dengan menunggu di KBRI Kuala Lumpur hingga perkara hukum tuntas. Biasanya anak-anak yang pergi ke luar negeri selama empat tahun, mereka sudah mengalami perubahan ekonomi. Kalau satu tahun bisa Rp 24 juta atau bahkan Rp 30 juta dalam keadaan normal, maka mereka sudah mempunyai Rp 100 juta lebih, kata Liyanto kepada BBC. Perundingan Ada satu dua isu tertunda yang masik dirundingkan termasuk masalah gaji dan pembekuan pembantu rumah tangga S Subramaniam Kasus Nirmala Bonat ini sempat menjadi perhatian nasional dan internasional sebagai salah satu kasus penganiayaan terburuk yang dialami oleh pembantu rumah tangga Indonesia di luar negeri. Kasus penganiayaan Nirmala juga sempat menjadi ancaman bagi hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia. Menyusul sejumlah kasus dugaan penyiksaan terhadap pembantu rumah tangga asal Indonesia, pemerintah sejak Juni 2009 mengghentikan pengiriman sementara tenaga rumah tangga ke negara tetangga sampai ada jaminan keselamatan dan kesejahteraan terhadap mereka. Sejak pertengahan tahun 2009, pemerintah kedua negara telah melakukan beberapa kali perundingan untuk menyelesaikan persoalan, antara lain besaran gaji, hari libur, paspor dan struktur pembiayaan pengiriman TKI ke Malaysia. Menurut Fungsi Penerangan KBRI di Kuala Lumpur, Widyarka Ryananta, Malaysia telah menyepakati tiga pokok, yaitu kenaikan gaji, pemberian satu hari libur kepada pembantu rumah tangga dan pemberian wewenang kepada pembantu rumah tangga untuk menyimpan paspornya sendiri. Satu masalah yang belum selesai adalah terkait hal yang dinamakan cost structure yang dirasakah oleh majikan Malaysia terlalu tinggi bahkan ada yang sampai RM 8.000, kata Ryananta. Namun Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia, Datuk S Subramaniam mengatakan masih ada dua masalah yang belum rampung. Ada satu dua isu tertunda yang masik dirundingkan termasuk masalah gaji dan pembekuan pembantu rumah tangga dan kita harapkan dapat diselesaikan untuk manfaat bersama, kata Subramaniam di Penang, Minggu seperti dikutip beberapa media Malaysia. Perundingan, lanjut Subramaniam, akan dilanjutkan Februari 2010. Dia menambahkan pemerintah Malaysia telah mencari negara pemasok alternatif seperti Birma, Thailand, Kamboja dan Sri Lanka. Sekitar 80% dari 300.000 pembantu rumah tangga asing yang bekerja di Malaysia berasal dari Indonesia.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, mh khs...@... wrote: Justru eta tah masalahna. Upama ku nagara urang di-stop, nya bakal diganti ku tanaga migran ti Filipina jeung Cina. Enya utamana mah perlu aya perlindungan ti pamarentah. Nu pernah katempo ku uing memang teu saeutik TKW nu sukses, coba we longok lamun urang ka Singapur, sok loba ninggali TKW nu rek balik ka lemburna, nepi ka dijajapkeun ku majikanana sakulawarga. (mh) Enya kitu Kang. Disetop mah lain mereskeun masalah, tapi mindahkeun masalah ka jero nagara. Leuheung mun lahan pagawean di nagara urang nambahan. Sabener na mah kacilakaan jeung musibah tkw/tki teh UKUR insiden. Ari kangaranan insiden mah solusi na lain ngeureunkeun program, tapi sumber insiden na nu kudu dilacak jeung dieliminer. Ari ieu kalah kalangkabut ngeureunkeun program bari euweuh alternatif na. Anu karunya? Nya heueuh rahayat leutik deui bae. Da para gegeden mah ukur utar atur wungkul, bari taya bukur na. baktos, Rahman
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Rahman rsyaif...@... wrote: Ari ieu kalah kalangkabut ngeureunkeun program bari euweuh alternatif na. Anu karunya? Nya heueuh rahayat leutik deui bae. Da para gegeden mah ukur utar atur wungkul, bari taya bukur na. Cenah mah Pamarentah Indonesia kudu nurutan siga pamarentah Philipina, kudu salawasna mantau kaayaan warga nagarana di nagara tujuan gawe. Tapi kuring oge teu terang kumaha cara-carana perwakilan nagara Philipina dina mantau ieu. Tapi nu jelas asa jarang ngareungeu urang Philipina dianiaya ku dununganana. Perkara TKW di Malaysia di siksa ku dununganana, geuning rata-rata dunungan nu telenges teh lain urang melayu, tapi urang Tionghwa? Kunaon pangna kitu nya? Atawa meureun etnik Tionghwa mah, saperti oge etnik Arab jeung India, neruskeun kabiasaan budaya perbudakan ti luluhurna? Baktos, WALUYA
Re: [Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
2009/7/2 waluya2006 waluya2...@yahoo.co.id: Rahman rsyaif...@... wrote: Ari ieu kalah kalangkabut ngeureunkeun program bari euweuh alternatif na. Anu karunya? Nya heueuh rahayat leutik deui bae. Da para gegeden mah ukur utar atur wungkul, bari taya bukur na. Cenah mah Pamarentah Indonesia kudu nurutan siga pamarentah Philipina, kudu salawasna mantau kaayaan warga nagarana di nagara tujuan gawe. Tapi kuring oge teu terang kumaha cara-carana perwakilan nagara Philipina dina mantau ieu. Tapi nu jelas asa jarang ngareungeu urang Philipina dianiaya ku dununganana. Perkara TKW di Malaysia di siksa ku dununganana, geuning rata-rata dunungan nu telenges teh lain urang melayu, tapi urang Tionghwa? Kunaon pangna kitu nya? Atawa meureun etnik Tionghwa mah, saperti oge etnik Arab jeung India, neruskeun kabiasaan budaya perbudakan ti luluhurna? Upama noong film, sinetron tionghwa na TV, jigana aya pakaitna tah jeung budaya perbudakan. Topik-topikna sok sering pakait jeung ekploitasi tanaga pagawe. (mh)
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Rada bingung maca na. Enya... tki/tkw loba nu keuna ku musibah. Tapi mun dibandingkeun jeung nu teu keuna musibah... sigana rada jomplang oge mun proyek ngirim tki/tkw disetop. Msalah na naon ALTERNATIF na? Naha bisa kitu pamarentah urang NYIEUN lapangan pagawean jang nampung jelema anu HAYANg gawe? Nepi ka nekad gawe kasar di Malaya? Solusi na ... ceuk kuring mah lain disetop, tapi program na KUDU dikontrol sangkan musibah tki/tkw na dielminir nepi ka minimal. Perwakilan diplomatik RI di Malaya sina digawe! Ner teu? :)) R 01 Juli, 2009 - Published 10:51 GMT Email kepada teman Versi cetak Pengiriman TKI masih terjadi Migrant Care mencatat sekitar 800 ribu TKI ilegal bekerja di Malaysia Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia masih berlangsung meskipun pemerintah secara resmi menghentikan pengiriman TKI sejak pekan lalu, seperti pantauan LSM Migrant Care. Wartawan BBC di Jakarta Endah Sulistianti melaporkan pemerintah melalui Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno telah mengirimkan surat edaran kepada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PJTKI, Kepolisian dan Kepala Cabang Angkasa Pura 2 Bandara Soekarno Hatta dan kepala Administrator Bandara Soekarno Hatta. Tetapi, pemberangkatan TKI melalui berbagai jalur terus berlangsung. Direktur eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyebutkan pemberangkatan TKI dari Bandara Soekarno Hatta, Surabaya dan Yogyakarta masih berlangsung sampai hari ini. Pemerintah melakukan langkah nyata agar surat edaran penghentian tersebut dapat dilaksanakan, seperti pelaksanaan di tingkat daerah, proses rekrutmen dan juga terhadap calon TKI yang ada di penampungan, kata Anis. Anis menambahkan, meski sudah ada kebijakan penghentian sementara pengiriman TKI, ternyata tidak ada perubahan. Hentikan penerbitan visa Menanggapi hal ini, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan pemberangkatan tenaga kerja Indonesia yang masih berlangsung hingga saat ini adalah mereka yang memiliki visa tertanggal 26 Juni atau sebelum surat pelarangan itu diterbitkan. Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja I Gusti Made Arka mengatakan kedutaan besar Malaysia diminta tidak mengeluarkan visa bagi calon TKI selama masa penghentian tersebut. Kalaupun ada yang melanggar ranah hukum maka itu adalah urusan kepolisian dan imigrasi, kata Made Arka. Penghentian sementara pengiriman TKI ke Malaysia dilakukan menyusul kasus kekerasan yang menimpa warga Indonesia yang bekerja di Malaysia. Penghentian pengiriman ini berlaku mulai 26 Juni sampai selesainya revisi nota kesepahaman (MOU) antara pemerintah Indonesia dan Malaysia. Menurut rencana pada pertengahan Juli nanti, perundingan kedua negara terhadap isi MOU yang ditandatangani tahun 2006 lalu, mulai dilakukan. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat tiap bulan sekitar 3.000 orang TKI di sektor informal berangkat ke Malaysia. Sementara jumlah TKI yang bekerja disana mencapai 1,2 juta orang. Migrant Care memperkirakan 800.000 TKI ilegal bekerja di Malaysia.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Rumput Tetangga dan Benang Kusut TKI Kamis, 4 Desember 2008 | 00:39 WIB C Wahyu Haryo dan Hariadi Saptono Dia pernah dielu-elukan koran. Dia nyaris jadi model aparat negara yang punya nyali dan ketangkasan menyelamatkan ribuan TKItenaga kerja Indonesiadari jurang penindasan dan ketidakadilan. Cerita tentang kegigihannya membebaskan belasan ribu TKI, seperti dilansir Kompas, tahun 2000. Karena dinilai berhasil, mantan pelaksana tugas Konsul Jenderal Indonesia di Kinabalu, Malaysia, itu kemudian ditugaskan di satu negara di Timur Tengah. Namun, sekitar sebulan lalu, ia ikut menjadi korban sistem penanganan TKI. Dia ditahan, seperti TKI yang dulu dibelanya. Aku hanya dapat pin kecil sebagai PNS. Mimpi nyolong pun tidak pernah aku. Tapi negara memenjarakan aku, kata Dede (51), bukan nama sebenarnya, mantan pejabat konjen itu di salah satu sudut ruang tahanan Markas Polres Jakarta Barat, Minggu (30/11) siang. Sudah 20 hari ia menjadi tahanan titipan Komisi Pemberantasan Korupsi. Satu dari sekian pejabat kedutaan dan Konjen Indonesia di Malaysia itu kini jadi tersangka dugaan korupsi tarif dokumen keimigrasian TKI. Orang bisa berdebatsebagaimana perlawanan keras Dede terhadap tuduhan korupsitentang keterlibatan Dede karena sebagai pejabat ia harus menandatangani dokumen negara. Di sisi lain, nasib TKI tetap jeblok. Tahun 2007, separuh dari pekerja di sektor rumah tangga di Kuala Lumpur atau 341 dari 630 orang TKI ternyata tak dibayar oleh para majikan mereka di Malaysia karena lemahnya posisi tawar TKI. Pilihan Kurniati (46) dan Maisaroh (25), TKI dari Surabaya dan Solo, untuk menjadi pekerja rumah tangga di Malaysia dan kemudian kabur karena tak dibayar selama berbulan-bulan oleh majikannya adalah cermin tak berubahnya nasib TKI Indonesia di Malaysia. Saya dapat janji 450 ringgit per bulan, sekitar Rp 1,3 juta, tapi tiga bulan saya tak dibayar dan majikan saya kasar, ujar Kurniati. Iming-iming upah besar itu membuat rumput di Malaysia terlihat lebih hijau ketimbang rumput negeri sendiri. Itu sebabnya keinginan Pemprov Kalimantan Barat menekan jumlah TKI ilegal, khususnya dari dari wilayah kantong TKI di Kabupaten Sambas, nyaris sia-sia. Apalagi, perbatasan darat Kalimantan-Malaysia yang mencapai 1.895 kilometer (857 kilometer di Kalimantan Barat dan 1.038 kilometer di Kalimantan Timur), dengan 52 jalur jalan tradisional dan menghubungkan 55 desa di Kalbar dengan 32 kampung di Serawak merupakan godaan bagi TKI mengadu nasib di luar negeri. Tewasnya 14 TKI di Malaysia yang menumpang kapal kayu ilegal, 30 September menjelang Lebaran 2008, membuktikan setidaknya dua hal: TKI tanpa dokumen masih banyak jumlahnya dan selalu ada pihak yang memanfaatkan TKI untuk kepentingan bisnis. Duta Besar Indonesia di Malaysia Da'i Bachtiar, pekan lalu, mengungkapkan, dari sekitar 2 juta TKI di Malaysia, 400.000- 800.000 TKI berstatus ilegal, dalam arti dokumen keimigrasiannya kacau. Status ilegal terjadi saat TKI masuk ke negeri itu dengan visa kunjungan wisata, kemudian menyusup bekerja. Atau masuk lewat jalur tak resmi di perbatasan tanpa dokumen sah. TKI legal pun bisa menjadi ilegal jika masa berlaku dokumen kerjanya habis, tetapi yang bersangkutan bertahan di Malaysia, berpindah pekerjaan, atau melarikan diri. Karakteristik TKI pada umumnya penurut dan diam bila menghadapi persoalan. Bila mengalami depresi, mereka akan lari dari majikan sehingga status mereka yang semula legal pun jadi ilegal, kata Da'i. Beragam kasus mendera TKI di Malaysia, mulai dari gaji tidak dibayar, kerja terlalu berat, penipuan, diusir majikan, pelecehan seksual, penyiksaan, hingga dilacurkan. Kedubes RI di Malaysia mencatat, tahun 2006 ada 917 kasus, tahun 2007 744 kasus, dan tahun 2008 hingga bulan Okteber 639 kasus. Ketua Bidang Pekerja Sosial International Organization for Migration (IOM) Anna Sakreti di Jakarta menunjukkan, dari 3.070 TKI korban trafficking yang tercatat pada periode Maret 2005-Juli 2008, 85 persen korban adalah perempuan dan sisanya laki-laki. 2.041 orang adalah TKI dengan tujuan Malaysia, 1.000-an sisanya tersebar, antara lain, di Arab Saudi, Singapura, Jepang, Suriah, dan Kuwait (lihat grafis). Meskipun masalah begitu kompleks dan frekuensi kasusnya tinggi, penanganan terhadap korban trafficking ternyata terbatas betul. Lihat saja, IOM yang membangun Pusat Pemulihan Korban Trafficking di RS Polri Kramatjati, Jakarta, hanya memiliki 12 tempat tidur di RS Polri Kramatjati, Jakarta, sejak tahun 2005. Karena keterbatasan dana, RS Bhayangkara Makassar dan RS Bhayangkara Surabaya yang memiliki unit yang sama untuk TKI terpaksa dihentikan sejak tahun 2007. Maraknya kasus TKI pembantu rumah tangga yang tak dibayar majikan adalah indikasi lemahnya status TKI. Penyebab paling dominan kondisi itu adalah dokumen keimigrasian TKI yang tidak lengkap, atau penahanan paspor oleh sang majikan atau agen TKI. Keberhasilan Da'i memutihkan 217.000 TKI ilegal
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
TKI di belanda Modal Awalnya Bahasa Tarzan KOMPAS/AHMAD ARIF / Kompas Images Anas Yusuf (35), saat ditemui dalam perjalanan dengan Kereta Api Amsterdam-Den Haag, Minggu (19/10). Lelaki asli Lawang, Malang, Jawa Timur, ini sudah empat tahun menjadi TKI di Belanda. Rabu, 5 November 2008 | 03:00 WIB Ahmad Arif Kereta api Amsterdam-Den Haag nomor 552263 dalam hitungan menit segera berangkat. Seorang lelaki berwajah Asia dengan rambut dikuncir bergegas naik sambil menenteng tas besar yang terlihat kosong. Saya tersenyum. Dia menyapa, Dari Indonesia juga? Lelaki itu, Anas Yusuf (35), asal Lawang, Malang, Jawa Timur. Dia tinggal dan bekerja di Belanda sejak Mei 2004. Anas sudah kenyang pengalaman bekerja di Belanda. Ia bekerja sebagai pelayan restoran, tukang kayu, hingga tukang bersih-bersih rumah di Negeri Kincir Angin ini. Kerja di sini dibayar 5-7 euro per jam, tutur Anas. Dipotong sewa kamar 150 euro sebulan dan kebutuhan hidup sehari-hari, Anas bisa mengirim 500-700 euro per bulan kepada istri dan tiga anaknya di Malang. Anas memulai petualangannya di Eropa bermodal tekad dan uang pinjaman dari bank Rp 30 juta. Uang itu untuk membayar paket kunjungan wisata ke Belanda. Dari 12 anggota rombongan, empat di antara mereka termasuk Anas dan adiknyatak kembali ke Indonesia. Selama tujuh bulan pertama di Belanda, Anas hidup prihatin karena kesulitan mencari akses kerja, apalagi dia tak bisa berbahasa Inggris maupun Belanda. Modal awalnya bahasa Tarzan, pakai isyarat, kata Anas. Sewaktu di Indonesia, tamatan sekolah menengah atas (SMA) ini bekerja sebagai sopir angkutan. Setelah tujuh bulan mencari peluang dan mulai bisa berbahasa Belanda, kerjaan pun mengalir. Pekerja yang sudah dapat kerja bisa mengoper ke teman yang baru datang asal mau bayar 1.000 euro, kata dia. Sebelum ke Belanda, Anas pernah bekerja di Malaysia. Dia dijanjikan oleh PJTKI yang mengirimnya untuk bekerja di kapal pesiar. Namun, di sana dia dipaksa menjadi nelayan. Anas melarikan diri dan bekerja di perkebunan sawit di Kuching. Enam bulan kemudian, dia dan 40 pekerja kebun lainnya ditangkap polisi Malaysia dan mendekam di penjara selama sebulan, lalu dideportasi. Hanya enam bulan di Indonesia, Anas kemudian pergi ke Belanda. Polisi di Belanda relatif baik dibandingkan di Malaysia. Tapi, jangan cari perkara. Naik kereta di sini, ya, harus bayar. Jangan cari keributan, ujar Anas. Pelayan hingga kantoran Ribuan orang seperti Anas ada di Belanda. Nuril Anwar (41), misalnya, sudah delapan tahun hidup di Den Haag. Ia bekerja di toko kue, milik taipan asal Indonesia yang telah puluhan tahun menetap di Belanda. Nuril pertama kali memasuki Eropa 15 tahun lalu sebagai mahasiswa Sastra Jerman di Goethe Institute, Jerman. Setamat kuliah, dia berusaha bekerja di Jerman. Namun, pekerjaan yang mengandalkan ijazahnya di negeri orang ternyata tak mudah. Dia pun pergi ke Belanda dan bekerja apa saja. Di sini lebih mudah mencari kerja. Orang-orang Belanda lebih ramah dan terbuka pada kita, mungkin karena mereka pernah menjajah kita, kata dia. Tak hanya bekerja di sektor bawah, sebagian orang Indonesia di Belanda bekerja kantoran. Sebutlah seperti Michael Putrawenas. Lulusan master dari Rotterdam School of Management- Erasmus University ini berkarier di perusahaan multinasional, Shell. Saya akan kembali ke Indonesia, tapi nanti. Sekarang mau mengumpulkan modal dan pengalaman karena kondisi ekonomi di negara kita belum memungkinkan, kata dia. Di negeri (bekas) penjajah Kisah orang Indonesia di Belanda sudah sangat tua. Cees van Dijk (Di Negeri Penjajah/ KPG dan KITLV, 2008) menyebutkan, orang Indonesia yang pertama ke Belanda adalah utusan Sultan Aceh, yaitu Abdul Zamat, Sri Muhammad, dan Mir Hasan. Mereka tiba di Belanda akhir Juli 1602 atas undangan Pangeran Maurits. Waktu itu, Belanda masih dalam pertempuran 80 tahun melawan Spanyol dan di Asia mereka sama sekali belum punya kekuatan. Selang tiga tahun setelah kedatangan utusan Aceh itu, VOC merebut Ambon dari Portugis, dan pada 1619 mereka menghancurkan Jakarta. Beberapa orang Belanda di VOC mulai mengirim budak ke Belanda untuk pamer dan VOC sendiri mengirim pangeran pribumi ke Belanda dengan alasan politis. Sejak itu, Belanda menjadi gerbang orang Indonesia ke Eropa. Anas adalah tipe terkini orang Indonesia di Belanda. Kami ingin mengubah hidup. Biarlah ayah mereka yang merasakan pahit getir hidup di negara orang asal anak-anak bisa sekolah, kata Anas. Ia belum pernah pulang ke Indonesia sejak di Belanda empat tahun silam. Tekad Anas ini mengingatkan pada kisah yang kontradiktif tentang Homo Bataviensis, istilah yang dikenalkan De Haan (Oud Batavia, 1935) dan dikutip Bernard HM Vlekke (Nusantara: A History of Indonesia, 1961). Homo Bataviensis merupakan perkembangan dari Homo Batavus atau orang Belanda asli yang telah bermigrasi ke Batavia. Di negara asalnya, Belanda, kebanyakan mereka termasuk kelas miskin dan datang ke
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
TKI Sabtu, 11 Oktober 2008 | 01:00 WIB Oleh Jaya Suprana Akronim TKI atau tenaga kerja Indonesia telanjur menyandang citra tidak terlalu positif. Seolah tenaga kerja dari Indonesia tidak terampil, tidak profesional, yang perempuan sekadar bulan-bulanan pelecehan, penganiayaan, sampai pembunuhan di perantauan ataupun di negeri sendiri. Namun kenyataannya tidak seburuk kesan yang sudah telanjur merebak itu. Superlatif Pada awal abad ke-21 Dubai merupakan kota megapolitan termuda saat ini. Pembangunan gedung pencakar langit di Dubai layak diakui sebagai tercepat dan terambisius di dunia. Dubai membangun beberapa daratan kepulauan baru dengan beragam bentuk, dari pohon nyiur sampai peta dunia merambah ke perairan Selat Persia. Kelompok Gold Souk merupakan kawasan toko emas terluas di dunia. Maka, de facto Dubai menjadi pusat pasar emas dunia hingga dijuluki City of Gold. Rekor menara tertinggi di dunia disandang Burj Dubai bahkan akan diungguli Nakheel's Al Burj yang kian mencakar langit di altitud 1.200 meter! Mal terbesar di dunia juga akan terbentang di bawah cakaran langit Burj Dubai, sementara rekor bangunan dan atrium lobi hotel tertinggi sekaligus termewah sudah digenggam hotel Burj Al Arab. Tuntutan kualifikasi untuk diterima bekerja di superhotel ini amat tinggi. Di sana terbukti, kesan negatif yang melekat pada citra TKI sebenarnya keliru. Adiboga Burj Al Arab memiliki beberapa restoran superlatif, seperti Al Iwan, Bab Al Yam, Majlis Al Bahar, Al Muntaha di lantai tertinggi, atau Al Maharam di bawah permukaan laut yang sempat dinobatkan sebagai salah satu World's Best Restaurant. Namun, Jun Sui memiliki peran tersendiri karena menyajikan prasmanan miriad jenis cuisine Asia di mana kawasan Uni Emirat Arab ikut terletak. Sebagai identitas setiap hidangan di meja saji yang panjangnya puluhan meter terpasang bendera kecil negara mana sang hidangan berasal. Saya hampir tidak percaya karena bendera-bendera mungil yang dikibarkan di sana ternyata didominasi sang Merah Putih. Perut juga hampir tidak percaya karena sebagian hidangan yang disajikan di kawasan Jumeirah pesisir Sahara itu ternyata berlabel nasi goreng, rendang, sate, gado-gado, pecel, tahu telor, betutu, rica-rica, balado, bakwan, dan aneka ragam masakan dari berbagai pelosok Nusantara. Telinga hampir tidak percaya mendengar sapaan supervisor bergaun hitam panjang: Selamat datang, Pak Jaya!, disusul sang pramusaji ramah menyilakan, Selamat menikmati hidangan Indonesia! dalam bahasa Indonesia logat Sunda! Dua insan muda Indonesia itu tidak sendirian karena di Jun Sui Burj Al Arab Dubai banyak TKI lainnya. Dapur Jun Sui sudah menjadi koloni Indonesia dijajah delapan chef Indonesia . Bahkan, di Burj Al Arab bergelar The World's Most Luxurious Hotel itu kini berkarya sekitar 150 TKI kategori skilled tersebar di front of house mau pun back of house. Indonesia Pusaka Para TKI di hotel Burj Al Arab membuktikan diri mereka bukan cuma profesionalis, tetapi juga nasionalis. Kewibawaan para pekerja Indonesia begitu dominan hingga 17 Agustus 2008 berhasil menguasai hotel termewah di dunia untuk menyelenggarakan Indonesian Day di restoran Jun Sui dengan memonopoli seluruh hidangan berasal dari Indonesia disiapkan oleh para chef dari Indonesia dibantu kolega dari Jepang, China, India, Thailand, dan Korea disajikan para waiter juga mancanegara, tetapi berbusana tradisional Indonesia diiringi alunan musik Indonesia. Pendek kata, pada hari mendirgahayu 63 tahun Proklamasi Kemerdekaan RI yang dihadiri Konjen RI di Dubai mendampingi para tamu terhormat dari mancanegara, hotel Burj Al Arab benar-benar menjunjung tinggi harkat dan martabat kebudayaan bangsa dan negara Indonesia sesuai syair lagu Indonesia Pusaka: Indonesia sejak dahulu kala, selalu dipuja-puja bangsa. Kesemarakan itu terjadi berkat jerih payah perjuangan para TKI hotel terkemuka di megapolitan negara termakmur di planet bumi masa kini. Menyimak semua itu, rasa haru menyelinap di lubuk sanubari sambil mengharap semoga desas-desus bahwa TKI diperas habis-habisan di terminal khusus TKI bandara Soekarno- Hatta sama sekali tidak benar. Apalagi kita sudah punya Depnakertrans yang berkewajiban menyiapkan, memfasilitasi, dan mendukung para TKI sedemikian rupa hingga tidak dipandang sebelah mata apalagi diperlakukan secara tidak manusiawi sebab mereka bukan hanya pahlawan penghasil devisa, tetapi juga penjunjung tinggi citra bangsa dan negara Indonesia melalui etos dan profesionalisme kerja yang diakui, dihargai, bahkan dipuja- puja bangsa mancanegara sejak dahulu kala Jaya Suprana Budayawan
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Diperbaharui pada: 07 September, 2008 - Published 20:03 GMT Email kepada teman Versi cetak TKI di Irak alami kekerasan Tiga TKI berhasil melarikan diri dari Irak yang masih bergolak Tiga TKI berhasil melarikan diri dari Irak yang masih bergolak Tiga tenaga kerja Indonesia yang sebelumnya bekerja di Irak, saat ini mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Polri, Jakarta akibat patah tangan dan depresi selama bekerja di sana. Mereka mengaku dieksploitasi oleh agen dan majikan di negara yang dilanda perang itu. Di Irak mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia, Miftah Farid yang menjemput dan mendampingi ketiga TKI setibanya di Jakarta itu, mengatakan satu tenaga kerja patah tangan sedangkan seorang lainnya mengalami depresi, sakit perut kronis dan kaki serta tangannya tidak bisa digerakkan karena dia dipaksa bekerja tanpa duduk selama puluhan jam. Farid menambahkan agen tenaga kerja di Irak yang menyalurkan mereka baru mau memulangkan mereka setelah sakit dan itupun mereka dimintai uang tebusan. Miftah Farid menduga mereka adalah korban perdagangan manusia. Dari indikasi awal, salah seorang korban sewaktu di rumah diberitahu akan dipekerjakan di Abu Dhabi. Ketika berangkat bersama 12 orang lainnya ternyata diberangkatkan ke Irak. Dua orang lainnya juga semula akan diberangkatkan ke negara lain. Dan hak-haknya tidak dia dapatkan dan dia tereksploitasi secara ekonomi dan fisik, kata Miftah Farid kepada BBC. Secara resmi pemerintah Indonesia menyatakan tidak menjadikan Irak sebagai tujuan pengiriman TKI karena negara itu masih bergejolak, namun berbagai laporan menyebutkan ratusan TKI diperkirakan bekerja di Irak saat ini.
[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?
Hak-hak PRT Disangkali di Arab Saudi Rabu, 9 Juli 2008 | 01:07 WIB Jakarta, Kompas - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan dan para aktivis pembela hak-hak buruh migran menyambut laporan terbaru lembaga pemantau hak asasi manusia yang berpusat di New York, Amerika Serikat, Human Rights Watch atau HRW, mengenai pelanggaran serius hak asasi manusia terhadap pekerja rumah tangga di Arab Saudi. Pelanggaran itu bermuara pada tiga hal, yakni Hukum Perburuhan, keimigrasian, dan sistem hukum pidana di Arab Saudi yang tidak memberikan jaminan perlindungan pada korban, ujar HRW Ken Roth di Jakarta, Selasa (8/7), saat peluncuran laporan 155 halaman yang berjudul Seolah Saya Bukan Manusia: Kesewenang-wenangan terhadap Pekerja Rumah Tangga di Arab Saudi. Nisha Varia, peneliti senior dari Divisi Hak Perempuan HRW, yang didampingi Sri Wiyanti Eddyono dari Komnas Perempuan, menambahkan, penelitian atas undangan resmi dari Pemerintah Arab Saudi itu antara lain menemukan, beban kerja berlebih dengan gaji tidak dibayar dalam rentang waktu beberapa bulan sampai 10 tahun adalah jenis pengaduan yang paling umum. Hukum Perburuhan Saudi yang diamandemen dengan Dekrit Kerajaan, menyangkali jaminan hak bagi pekerja rumah tangga (PRT) yang kini berjumlah sekitar 1,5 juta, terutama berasal dari Indonesia, Sri Lanka, Filipina, dan Nepal. Banyak pekerja rumah tangga harus bekerja 18 jam sehari, tujuh hari seminggu. Ken Roth dan Nisha mengatakan, sistem kafala atau sponsor yang ketat di Arab Saudi, yang menggantungkan visa kerja pekerja migran pada majikannya, menjadi pemicu eksploitasi dan penganiayaan. Sistem itu memberi kekuasaan yang luar biasa pada majikan. HRW mencatat sejumlah kasus di mana pekerja tidak dapat melepaskan diri dari kondisi yang meningkatkan risiko menjadi korban tindak kekerasan psikologis, fisik, dan seksual. Bahkan, tidak dapat pulang setelah kontrak kerja berakhir karena majikan menolak memberi izin. Setelah mewawancarai 86 pekerja rumah tangga, HRW menemukan 36 pekerja yang mengalami tindak kesewenang-wenangan yang berakibat pada terjadinya kerja paksa, trafficking, dan kondisi seperti perbudakan. Tak mengejutkan Sebagian temuan pelanggaran HRW itu sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagi para aktivis di Indonesia. Menurut catatan aktivis pembela hak buruh migran, Wahyu Susilo, sekitar 40 persen dari jumlah total penyiksaan dan kematian buruh migran asal Indonesia, terjadi di Arab Saudi. Setidaknya laporan ini akan menjadi peringatan bagi Pemerintah RI agar segera membuat perjanjian bilateral dengan pemerintah negara-negara penerima, termasuk Pemerintah Arab Saudi, untuk memastikan perlindungan pekerja migran berbasis HAM (hak asasi manusia), ujar Anis Hidayah dari Migrant Care. Ken Roth juga mengakui, berita tentang pelanggaran hak-hak buruh migran PRT di Arab Saudi telah lama diketahui. Dengan keluarnya laporan ini, menjadi momentum yang tepat untuk mencari pemecahan masalah buruh migran pekerja rumah tangga tersebut, ujarnya. Ia mengusulkan agar negara- negara pengirim bersatu untuk melakukan perundingan dengan negara penerima agar posisi tawarnya seimbang. Laporan itu menyebutkan, terdapat lebih dari delapan juta buruh migran di Arab Saudi atau sepertiga jumlah penduduk negara itu. Mereka mengisi kekosongan di bidang kesehatan, konstruksi, dan pekerjaan domestik, yang mendukung ekonomi di negara asal, dengan mengirim sekitar 15,6 miliar dollar AS pada tahun 2006 atau hampir lima persen pendapatan kotor (GDP) Arab Saudi. (MH/LOK)