[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-09-01 Terurut Topik Remi
Spanyol bongkar perdagangan pria

Polisi Spanyol membongkar penyelundupan pria-pria muda dari Brasil

Ternyata tidak hanya kaum perempuan saja yang menjadi korban perdagangan 
manusia, para pemuda pun ternyata tak luput dari incaran para pedangang manusia.

Hal ini dibuktikan ketika kepolisian Spanyol mengatakan keberhasilannya 
membongkar jaringan perdagangan pria untuk dijadikan pekerja seks komersial.

Para pemuda yang rata-rata berusia 20 tahunan ini sebagian besar berasal dari 
kawasan utara Brasil. Kepolisian Spanyol mengatakan ini adalah kali pertama 
mereka berhasil menggagalkan praktik penyelundupan pria muda ke negeri itu.

Dalam sebuah operasi, polisi menahan 14 tersangka pelaku perdagangan manusia 
dan 17 pemuda yang diduga akan dijadikan pekerja seks komersial.

Saat ditemukan polisi, para pemuda itu dalam keadaan tidak sadar karena berada 
di bawah pengaruh kokain, viagra dan berbagai obat-obatan terlarang lainnya.
Diancam

Para pemuda ini, sebelumnya dijanjikan mendapat pekerjaan yang bagus di Eropa 
misalnya sebagai penari atau foto model.

Untuk menuju Eropa mereka biasanya dibebani biaya sekitar £3.300 atau sekitar 
Rp 46 juta. Dan biasanya biaya ini ditanggung kelompok yang menawari mereka 
pekerjaan. Singkat kata, para pemuda ini akhirnya menanggung utang yang cukup 
besar.

Beberapa di antara para pemuda ini ternyata sadar bahwa mereka akan dijadikan 
pekerja seks komersial. Namun, mereka tidak menyangka mereka harus bekerja 24 
jam sehari dan selalu berpindah dari satu provinsi ke provinsi lainnya.

Jika para pemuda ini mengeluhkan sesuatu, maka pemimpin geng ini mengancam 
akan membunuh mereka, demikian pernyataan resmi polisi.

Kepala kelompok penyelundup para pemuda ini adalah seorang warga negara Brasil 
yang mengendalikan operasinya dari Palma di Pulau Mallorca.

Dia mengirimkan anak buahnya ke berbagai lokalisasi di Spanyol dan bahkan 
mengiklankan para pemuda ini melalui majalah dan surat kabar.




[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-06-23 Terurut Topik Remi
TKI
Ditipu Puluhan Juta, Calon TKI Lapor
Rabu, 23 Juni 2010 | 15:03 WIB

KOMPAS/RIZA FATHONI
Ilustrasi: Peserta aksi dari Migrant Care menyeka air mata saat berunjuk rasa 
di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, Jumat (23/4/2010). Mereka 
memprotes penembakan tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Madura hingga tewas 
oleh Polisi Diraja Malaysia.
TERKAIT:
Ingin Gaji Rp 7 Juta, Tertipu Rp 90 Juta
TKI Dianiaya di Jeddah
Lima Anak TKI Diserahkan ke Kemensos
Banyak Bayi TKI Telantar di Malaysia
DENPASAR, KOMPAS.com - Tiga orang calon tenaga kerja Indonesia (TKI) dari Bali, 
Rabu (23/06/2010) siang, melapor ke Polda Bali. Ketiganya merasa tertipu dengan 
sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja keluar negeri.
Tiga orang korban penipuan--Wayan Dwi Ardika, Ratnawati, dan 
Gandawati--melaporkan CV Japindo Putra Utama (JPU) ke polisi. CV JPU dinilai 
tidak memenuhi kewajiban mereka memberangkatkan calon TKI ini ke luar negeri 
meski telah menerima uang hingga puluhan juta rupiah dari para korban.
Ratnawati, salah seorang korban menuturkan, dirinya telah membayar Rp 20 juta 
kepada perusahaan sejak tahun lalu, namun meski telah menunggu lama, dirinya 
belum mendapat kepastian kapan akan diberangkatkan.
Setelah tanda tangan kontrak pada Agustus tahun lalu, harusnya berangkat 3 
bulan kemudian, tapi saya sudah menunggu hampir setahun tidak diberangkatkan, 
ujar Ratnawati di Mapolda Bali.
Dua pelapor lainnya, Wayan Dwi Ardika dan Gandawati, juga bernasib sama dengan 
Ratna. Bahkan, menurut pengakuan ketiganya, masih ada belasan korban lainnya 
yang juga menjadi korban penipuan dari CV JPU.
Masih banyak yang jadi korban penipuan, di atas 15 orang tapi rata-rata mereka 
belum mau lapor polisi karena takut uangnya tidak dikembalikan, ujar Wayan Dwi 
Ardika.
Awalnya para calon TKI  diminta menyetor uang Rp 35 juta agar bisa 
diberangkatkan ke Selandia Baru untuk bekerja di sebuah perkebunan. Namun meski 
telah membayarkan sejumlah uang, mereka tidak mendapat kepastian kapan akan 
diberangkatkan dan beberapa kali hanya diberi surat pemberitahuan ada penundaan 
keberangkatan.
Para calon TKI ini sudah berusaha meminta uangnya untuk dikembalikan, namun 
sejauh ini belum ada itikad baik dari pimpinan CV JPU untuk mengembalikan uang 
mereka.
Sekarang kalau saya telepon tidak bisa terus kalau ke rumahnya dibilang tidak 
ada orang. Saya sudah kekeluargaan, Pak. Anak saya sudah mau masuk SMP, itu 
uang pinjam, tapi dia tetap tidak peduli, ujar Wayan.
Dalam laporannya ke Polda Bali, ketiga korban juga menunjukkan bukti-bukti 
berupa kwitansi pembayaran serta surat kontrak dari perusahaan. Saat ini aparat 
Dirreskrim Polda Bali masih menyelidiki kasus ini dan masih memintai keterangan 
para saksi korban.
http://regional.kompas.com/read/2010/06/23/15032621/Ditipu.Puluhan.Juta.Calon.TKI.Lapor



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-05-11 Terurut Topik Remi

Perusahaan Taiwan dituntut soal daging babi


TIWA: pekerja hanya disediakan makanan mengandung daging babi

Perusahaan Taiwan dituntut oleh kejaksaan setempat karena mempekerjakan tenaga 
Indonesia dengan jam kerja panjang serta menyediakan makanan mengandung daging 
babi.

Semacam kerja paksa...Mereka bekerja selama 16 jam sehari dengan gaji yang 
kecil, kata Yong Wuo dari asosiasi pekerja internasional Taiwan, Taiwan 
International Workers Association (TIWA).

Makanan yang disediakan untuk mereka hanya makanan yang mengandung babi, dan 
mereka tidak punya pilihan lain. Bila mereka tidak makan, mereka kelaparan, 
kata Wuo kepada BBC Indonesia.

Pemilik perusahaan Shin Hua Hang Fashion telah didakwa oleh kejaksaan Taiwan 
tanggal 26 April lalu.

Wuo mengatakan perkara ini akan diajukan ke pengadilan.

Ketiga pekerja Indonesia itu -Tarsinah, Suswati dan Wasilah- bekerja di 
perusahaan itu setiba mereka di Taiwan pada bulan September 2008.

Mereka bekerja sampai bulan April 2009 dan ditampung oleh TIWA karena mereka 
khawatir bila mengajukan keluhan akan dipulangkan.

Para pekerja itu dilaporkan mendapat gaji sekitar $1.360 Taiwan (US$ 42) satu 
bulan, jauh lebih rendah dari gaji minimum $17.000 Taiwan.

Wuo mengatakan mereka saat ini telah bekerja di perusahaan lain dan tidak mau 
berkomentar soal kasus itu karena khawatir akan posisi pekerjaan mereka.

Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 350.000 pekerja asing di Taiwan, banyak 
di antaranya dari Indonesia, Filipina dan Vietnam.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan dalam laporan Hak Asasi tahun 
2009 bahwa pekerja asing masih merupakan masalah serius di Taiwan.

Laporan itu menyebutkan para pekerja sering ragu-ragu untuk melaporkan 
pelanggaran oleh majikan atau perusahaan karena khawatir atas posisi pekerjaan 
mereka.



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-04-13 Terurut Topik Remi

Derita Pekerja Ilegal Indonesia di Belanda

RNW
Kondisi kamar para pekerja ilegal di Belanda
SELASA, 13 APRIL 2010 | 10:47 WIB
DEN HAAG, KOMPAS.com — Tidur di atas kasur kotor di antara kecoa dan tikus. 
Bekerja di dapur-dapur yang tidak memenuhi standar keamanan selama 14 jam 
dengan bayaran 25 euro per hari. 

Dalam keadaan seperti inilah tahun lalu sebanyak 35 pekerja ilegal asal 
Indonesia ditemukan di sejumlah rumah di Den Haag, Gouda, dan Rotterdam. 
Wartawan Radio Nederland Wereldomroep (RNW), Sebastiaan Gottlieb, pekan lalu, 
melaporkan, media Belanda menyebut kasus itu sebagai praktik perbudakan. 

Sidang pengadilan terhadap enam pelaku asal Suriname dan Indonesia sudah 
dimulai sejak Jumat (9/04/2010) di Den Haag, Belanda. Dalam sidang pengadilan 
itu, keenam pelaku dituduh melakukan perdagangan dan penyelundupan manusia. 
Selain itu, mereka dituduh melanggar undang-undang kelayakan sandang pangan 
Belanda.

Mereka adalah empat orang Belanda keturunan Jawa- Suriname dan seorang pria 
serta wanita asal Indonesia. Wanita Indonesia itu diperkirakan punya hubungan 
erat dengan tertuduh utama yang asal Suriname.

Budi, salah satu korban asal Indonesia, bersedia menjadi saksi di pengadilan. 
Ia ingin orang-orang Indonesia lain dapat belajar dari pengalamannya.

Dari agen di Jakarta, Budi dijanjikan upah 25 euro untuk empat jam kerja. Ia 
memang ingin bekerja di Eropa untuk membayar utang-utangnya. Istrinya sakit dan 
biaya perawatan dokter serta rumah sakit menggunung. Sang agen mengurus paspor 
serta visa dan membelikan tiket hingga ke Paris.

Saya mendarat di Paris. Dari situ saya naik kereta api ke Belanda, ke Den 
Haag. Di stasiun saya dijemput, kata Budi.

Tidak manusiawi
Bersama dengan TKI ilegal lainnya, Budi harus membuat keripik pisang dan 
rengginang. Pada bulan pertama dia hanya bekerja lima hari. Jumlah upah yang 
diterimanya hanya 125 euro. Uang ini harus dia berikan kepada sang pemilik 
rumah yang sekaligus bosnya di tempat kerja untuk membayar tempat tinggalnya.

Sedikit uang yang dia bawa dari Indonesia digunakan untuk membeli makan. 
Biasanya ia hanya makan mi instan atau sisa-sisa makanan yang dibawa orang 
lainnya dari restoran tempat mereka bekerja. Upah besar yang dijanjikan sang 
agen di Indonesia ternyata hanya omong kosong belaka.

Pengacara tertuduh utama Van Duijne Strobosch mengakui, bahwa para korban 
tinggal dan bekerja di lingkungan yang tidak manusiawi. Tetapi ia menambahkan, 
tuduhan perdagangan manusia tidak bisa dibuktikan.

Dari pihak pembela ditekankan bahwa orang-orang itu datang ke Belanda secara 
sukarela. Mereka bebas untuk keluar masuk. Mereka membayar sejumlah uang untuk 
tempat menginap. Memang mereka tidak mendapat upah seperti apa yang seharusnya 
diterima orang Belanda menurut aturan upah minimum yang ditetapkan.

Laporan tetangga
Kasus ini sampai ke pihak polisi Belanda setelah laporan tetangga dan penduduk 
di sekitar Hobbemaplein, di Den Haag. Juli tahun lalu polisi menahan sebelas 
orang pekerja ilegal asal Indonesia.

Mereka tinggal di kamar yang kotor dan panas karena di lantai bawah ada dua 
dapur yang aktif siang dan malam. Di tempat itu para inspektur kesehatan 
menemukan banyak sekali kecoa berkeliaran. Produk makanan yang dibuat di tempat 
ini dijual di sejumlah toko di Den Haag.

Tidak lama kemudian polisi juga menahan sejumlah TKI ilegal di Rotterdam dan 
Gouda, yang juga bekerja dan tinggal di tempat yang tidak layak. Mereka hanya 
menerima upah 200 euro setiap bulan atau delapan hari kerja.

Mereka tidak diizinkan bekerja lebih banyak agar tetap bergantung kepada para 
agen yang mengirim mereka ke Belanda. Apabila ada satu TKI yang melarikan diri, 
dipesan sejumlah TKI baru dari Indonesia.



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-02-04 Terurut Topik Remi
Warga Malaysia didakwa bunuh PRT


Ribuan laporan tentang pengabaian hak TKI di Malaysia muncul tiap tahun

Hakim sebuah pengadilan Malaysia mendakwa seorang perempuan dan anaknya sebagai 
pelaku pembunuhan terhadap seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia.

Terdakwa adalah pengelola sebuah kantin K. Letchmy, 55, serta anaknya seorang 
mahasiswa K.Kannan, 26, tidak mengajukan banding saat dijatuhi dakwaan dalam 
sidang sebelumnya kemarin, kata Hakim Muhamad Faizal Ismail.

Jika terbukti bersalah, keduanya bisa dijatuhi hukuman gantung.

Nurul Aida M. Nur, 31, tewas di rumah para terdakwa pada tanggal 21 Januari 
lalu. Menurut koran The
Star dari proses otopsi diketahui korban tewas akibat cedera pukulan benda 
tumpul.

Hakim Muhamad Faizal mengatakan kasus ini akan disidangkan kembali 6 April di 
Pengadilan Tinggi karena beratnya dakwaan.

Menurut catatan Kedutaan Besar Republik Indoensia di Malaysia sekitar 300.000 
warga Indonesia bekerja di Malaysia sebagai PRT. Tiap tahun sedikitnya ribuan 
laporan tentang kerja tanpa batas, kerja tidak dibayar serta seringkali 
penganiayaan, muncul dan membuat hubungan dua negara memburuk.



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-02-04 Terurut Topik Remi
Pekerja migran Cina tinggal di toilet


Para pekerja migran Cina yang tinggal di toilet harus membiasakan diri dengan 
bau pesing

Sepuluh pekerja migran Cina tinggal di sebuah toilet umum di kota Hangzhou, 
seperti dilaporkan media lokal.

Keras dugaan bahwa mereka sudah tinggal di sana selama beberapa bulan, dan 
toilet itu sekarang sudah dilengkapi dengan satu tempat tidur, fasilitas 
memasak dan sebuah televisi.

Salah seorang perempuan yang menempati toilet itu mengatakan ia tidak mampu 
menyewa kamar atau mencukupi biaya hidup.

Para wartawan mengatakan berita itu menyoroti kondisi hidup serta upah yang 
amat rendah yang diterima oleh banyak buruh di Cina.

Pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat telah mendatangkan perubahan besar di 
negara itu namun banyak pekerja migran hidup morat-marit, menurut wartawan BBC 
Shirong Chen.

Tapi yang paling tidak menyenangkan adalah kenyataan bahwa kompor dan panci 
untuk memasak milik saya sudah berkali-kali dicuri orang.
Pekerja imigran Cina
Cina memperkirakan 20 juta pekerja migran pindah dari daerah-daerah pedesaan 
yang miskin untuk mendapatkan pekerjaan di berbagai kota yang berkembang cepat 
dan menjadi pusat industri manufaktur.

Bau pesing
Seorang perempuan bernama Ai, yang tinggal di toilet wanita, mengatakan kepada 
Zhejiang Morning Express bahwa dia harus membiasakan dengan bau pesing.

Tapi yang paling tidak menyenangkan adalah kenyataan bahwa kompor dan panci 
untuk memasak milik saya sudah berkali-kali dicuri orang, tambahnya.

Teman Ai, Wang Yuhua, tinggal di toilet pria.

Tikus berkeliaran di mana-mana, dan ini sangat tidak menyenangkan, katanya.

Warga Hangzhou dilaporkan bersimpati atas nasib malang para pekerja migran ini 
dan pada umumnya berusaha untuk tidak memakai fasilitas umum itu.

Tapi masih ada sebagian warga yang tampaknya terkejut melihat penghuni baru 
toilet tersebut.

Saat saya lari ke dalam untuk menggunakan toilet itu, saya sangat terkejut 
melihat beberapa orang sedang duduk berkumpul sambil ngobrol dan melakukan 
sesuatu, kata Du kepada surat kabar itu.

Salah seorang pekerja migran juga mengatakan bahwa salah seorang temannya agak 
cemburu kepadanya karena dia bisa tinggal di toilet tanpa harus membayar sewa.

Namun juru bicara pemerintah daerah memperingatkan: Dilarang tinggal di dalam 
toilet, karena toilet itu disediakan untuk kepentingan umum.



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-02-04 Terurut Topik Remi



 Pekerja migran Cina tinggal di toilet
 
 
 

Sisi KELAM (naon Sunda na?) kamajuan' (make tanda petik) sosial/kapitalismeu 
Cina?



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2010-01-31 Terurut Topik Remi
Nirmala tuntut ganti rugi


Perundingan perlindungan TKW di Malaysia dilanjutkan Februari

Sidang gugatan perdata yang diajukan oleh Nirmala Bonat, bekas pembantu rumah 
tangga asal Indonesia di Malaysia akan dilanjutkan bulan Maret.

Nirmala, 26 tahun, menuntut ganti rugi kepada bekas majikannya sebesar hampir 
RM 40.000 atau sekitar Rp 100 juta atas penderitaan fisik maupun mental yang 
dideritanya akibat penganiayaan majikan.

Tuntutan ganti rugi diajukan ke pengadilan Kamis, (28/1) dan menyangkut 
kerugian penderitaan akibat penyiksaan oleh majikan pasangan suami-istri, Hii 
Ik Ting dan Yim Pek Ha dengan menggunakan setrika panas, air panas, dan benda 
logam selama beberapa bulan tahun 2004.

Nirmala, asal Nusa Tenggara Timur, juga mengaku majikan perempuan, Yim Pek Ha, 
sering melecehkan dan menghinanya selama bekerja untuk majikan itu di Villa 
Putera Jalan Tun Ismail, Kuala Lumpur.


Tukar format AV
Yim telah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana terhadap Nirmala dan 
dijatuhi hukuman 18 tahun penjara. Namun, pada tahun 2009 di tingkat banding di 
Pengadilan Tinggi, hakim mengurangi hukuman menjadi 12 tahun penjara.

Fungsi Penerangan KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia, Widyarka Ryananta mengatakan 
gugatan ganti rugi baru diajukan sekarang karena menunggu proses pidana selesai.

Setelah putusan diumumkan biasanya terdakwa masih diberi kesempatan untuk maju 
ke mahkamah rayuan dan terakhir mahkamah persekutuan. Nah semua proses itu 
harus dilalui dulu, kata Ryananta kepada BBC.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia cabang 
Nusa Tenggara Timur, Abraham Paul Liyanto yang mendampingi Nirmala setelah 
kembali dari Malaysia, mengatakan gugatan perdata juga berlandaskan kehilangan 
nafkah selama empat tahun dengan menunggu di KBRI Kuala Lumpur hingga perkara 
hukum tuntas.

Biasanya anak-anak yang pergi ke luar negeri selama empat tahun, mereka sudah 
mengalami perubahan ekonomi. Kalau satu tahun bisa Rp 24 juta atau bahkan Rp 30 
juta dalam keadaan normal, maka mereka sudah mempunyai Rp 100 juta lebih, kata 
Liyanto kepada BBC.

Perundingan
Ada satu dua isu tertunda yang masik dirundingkan termasuk masalah gaji dan 
pembekuan pembantu rumah tangga
S Subramaniam
Kasus Nirmala Bonat ini sempat menjadi perhatian nasional dan internasional 
sebagai salah satu kasus penganiayaan terburuk yang dialami oleh pembantu rumah 
tangga Indonesia di luar negeri. Kasus penganiayaan Nirmala juga sempat menjadi 
ancaman bagi hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia.

Menyusul sejumlah kasus dugaan penyiksaan terhadap pembantu rumah tangga asal 
Indonesia, pemerintah sejak Juni 2009 mengghentikan pengiriman sementara tenaga 
rumah tangga ke negara tetangga sampai ada jaminan keselamatan dan 
kesejahteraan terhadap mereka.

Sejak pertengahan tahun 2009, pemerintah kedua negara telah melakukan beberapa 
kali perundingan untuk menyelesaikan persoalan, antara lain besaran gaji, hari 
libur, paspor dan struktur pembiayaan pengiriman TKI ke Malaysia.

Menurut Fungsi Penerangan KBRI di Kuala Lumpur, Widyarka Ryananta, Malaysia 
telah menyepakati tiga pokok, yaitu kenaikan gaji, pemberian satu hari libur 
kepada pembantu rumah tangga dan pemberian wewenang kepada pembantu rumah 
tangga untuk menyimpan paspornya sendiri.

Satu masalah yang belum selesai adalah terkait hal yang dinamakan cost 
structure yang dirasakah oleh majikan Malaysia terlalu tinggi bahkan ada yang 
sampai RM 8.000, kata Ryananta.

Namun Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia, Datuk S Subramaniam mengatakan 
masih ada dua masalah yang belum rampung.

Ada satu dua isu tertunda yang masik dirundingkan termasuk masalah gaji dan 
pembekuan pembantu rumah tangga dan kita harapkan dapat diselesaikan untuk 
manfaat bersama, kata Subramaniam di Penang, Minggu seperti dikutip beberapa 
media Malaysia.

Perundingan, lanjut Subramaniam, akan dilanjutkan Februari 2010.

Dia menambahkan pemerintah Malaysia telah mencari negara pemasok alternatif 
seperti Birma, Thailand, Kamboja dan Sri Lanka.

Sekitar 80% dari 300.000 pembantu rumah tangga asing yang bekerja di Malaysia 
berasal dari Indonesia.



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2009-07-02 Terurut Topik Rahman
--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, mh khs...@... wrote:


 
 Justru eta tah masalahna. Upama ku nagara urang di-stop, nya bakal
 diganti ku tanaga migran ti Filipina jeung Cina.
 Enya utamana mah perlu aya perlindungan ti pamarentah.
 Nu pernah katempo ku uing memang teu saeutik TKW nu sukses, coba we
 longok lamun urang ka Singapur, sok
 loba ninggali TKW nu rek balik ka lemburna, nepi ka dijajapkeun ku
 majikanana sakulawarga.
 (mh)


Enya kitu Kang. Disetop mah lain mereskeun masalah, tapi mindahkeun masalah ka 
jero nagara. Leuheung mun lahan pagawean di nagara urang nambahan.

Sabener na mah kacilakaan jeung musibah tkw/tki teh UKUR insiden. Ari 
kangaranan insiden mah solusi na lain ngeureunkeun program, tapi sumber insiden 
na nu kudu dilacak jeung dieliminer.

Ari ieu kalah kalangkabut ngeureunkeun program bari euweuh alternatif na. Anu 
karunya? Nya heueuh rahayat leutik deui bae. Da para gegeden mah ukur utar atur 
wungkul, bari taya bukur na.

baktos,

Rahman



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2009-07-02 Terurut Topik waluya2006
 Rahman rsyaif...@... wrote:
 Ari ieu kalah kalangkabut ngeureunkeun program bari euweuh 
 alternatif na. Anu karunya? Nya heueuh rahayat leutik deui bae. Da 
 para gegeden mah ukur utar atur wungkul, bari taya bukur na.

Cenah mah Pamarentah Indonesia kudu nurutan siga pamarentah Philipina, kudu 
salawasna mantau kaayaan warga nagarana di nagara tujuan gawe. Tapi kuring 
oge teu terang kumaha cara-carana perwakilan nagara Philipina dina mantau 
ieu. Tapi nu jelas asa jarang ngareungeu urang Philipina dianiaya ku 
dununganana.

Perkara TKW di Malaysia di siksa ku dununganana, geuning rata-rata dunungan nu 
telenges teh lain urang melayu, tapi urang Tionghwa? Kunaon pangna kitu nya? 
Atawa meureun etnik Tionghwa mah, saperti oge etnik Arab jeung India, neruskeun 
kabiasaan budaya perbudakan ti luluhurna?

Baktos,
WALUYA




Re: [Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2009-07-02 Terurut Topik mh
2009/7/2 waluya2006 waluya2...@yahoo.co.id:
 Rahman rsyaif...@... wrote:
 Ari ieu kalah kalangkabut ngeureunkeun program bari euweuh
 alternatif na. Anu karunya? Nya heueuh rahayat leutik deui bae. Da
 para gegeden mah ukur utar atur wungkul, bari taya bukur na.

 Cenah mah Pamarentah Indonesia kudu nurutan siga pamarentah Philipina, kudu 
 salawasna mantau kaayaan warga nagarana di nagara tujuan gawe. Tapi kuring 
 oge teu terang kumaha cara-carana perwakilan nagara Philipina dina mantau 
 ieu. Tapi nu jelas asa jarang ngareungeu urang Philipina dianiaya ku 
 dununganana.

 Perkara TKW di Malaysia di siksa ku dununganana, geuning rata-rata dunungan 
 nu telenges teh lain urang melayu, tapi urang Tionghwa? Kunaon pangna kitu 
 nya? Atawa meureun etnik Tionghwa mah, saperti oge etnik Arab jeung India, 
 neruskeun kabiasaan budaya perbudakan ti luluhurna?


Upama noong film, sinetron tionghwa na TV, jigana aya pakaitna tah
jeung budaya perbudakan. Topik-topikna sok sering pakait jeung
ekploitasi tanaga pagawe.
(mh)


[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2009-07-01 Terurut Topik Rahman
Rada bingung maca na. 
Enya... tki/tkw loba nu keuna ku musibah. Tapi mun dibandingkeun jeung nu teu 
keuna musibah... sigana rada jomplang oge mun proyek ngirim tki/tkw disetop. 
Msalah na naon ALTERNATIF na? Naha bisa kitu pamarentah urang NYIEUN 
lapangan pagawean jang nampung jelema anu HAYANg gawe? Nepi ka nekad gawe kasar 
di Malaya?

Solusi na ... ceuk kuring mah lain disetop, tapi program na KUDU dikontrol 
sangkan musibah tki/tkw na dielminir nepi ka minimal.

Perwakilan diplomatik RI di Malaya sina digawe!

Ner teu? :)) R


01 Juli, 2009 - Published 10:51 GMT

 

Email kepada teman  Versi cetak
Pengiriman TKI masih terjadi
 


Migrant Care mencatat sekitar 800 ribu TKI ilegal bekerja di Malaysia
Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia masih berlangsung meskipun 
pemerintah secara resmi menghentikan pengiriman TKI sejak pekan lalu, seperti 
pantauan LSM Migrant Care.
Wartawan BBC di Jakarta Endah Sulistianti melaporkan pemerintah melalui Menteri 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno telah mengirimkan surat edaran 
kepada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PJTKI, Kepolisian dan Kepala 
Cabang Angkasa Pura 2 Bandara Soekarno Hatta dan kepala Administrator Bandara 
Soekarno Hatta.

Tetapi, pemberangkatan TKI melalui berbagai jalur terus berlangsung.

Direktur eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyebutkan pemberangkatan TKI 
dari Bandara Soekarno Hatta, Surabaya dan Yogyakarta masih berlangsung sampai 
hari ini.

Pemerintah melakukan langkah nyata agar surat edaran penghentian tersebut 
dapat dilaksanakan, seperti pelaksanaan di tingkat daerah, proses rekrutmen dan 
juga terhadap calon TKI yang ada di penampungan, kata Anis.

Anis menambahkan, meski sudah ada kebijakan penghentian sementara pengiriman 
TKI, ternyata tidak ada perubahan.

Hentikan penerbitan visa

Menanggapi hal ini, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan 
pemberangkatan tenaga kerja Indonesia yang masih berlangsung hingga saat ini 
adalah mereka yang memiliki visa tertanggal 26 Juni atau sebelum surat 
pelarangan itu diterbitkan.

Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja I Gusti Made Arka mengatakan 
kedutaan besar Malaysia diminta tidak mengeluarkan visa bagi calon TKI selama 
masa penghentian tersebut.

Kalaupun ada yang melanggar ranah hukum maka itu adalah urusan kepolisian dan 
imigrasi, kata Made Arka.

Penghentian sementara pengiriman TKI ke Malaysia dilakukan menyusul kasus 
kekerasan yang menimpa warga Indonesia yang bekerja di Malaysia.

Penghentian pengiriman ini berlaku mulai 26 Juni sampai selesainya revisi nota 
kesepahaman (MOU) antara pemerintah Indonesia dan Malaysia.

Menurut rencana pada pertengahan Juli nanti, perundingan kedua negara terhadap 
isi MOU yang ditandatangani tahun 2006 lalu, mulai dilakukan.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat tiap bulan sekitar 3.000 
orang TKI di sektor informal berangkat ke Malaysia.

Sementara jumlah TKI yang bekerja disana mencapai 1,2 juta orang.

Migrant Care memperkirakan 800.000 TKI ilegal bekerja di Malaysia.



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2008-12-03 Terurut Topik Rahman
Rumput Tetangga dan Benang Kusut TKI
Kamis, 4 Desember 2008 | 00:39 WIB 

C Wahyu Haryo dan Hariadi Saptono

Dia pernah dielu-elukan koran. Dia nyaris jadi model aparat negara 
yang punya nyali dan ketangkasan menyelamatkan ribuan TKI—tenaga 
kerja Indonesia—dari jurang penindasan dan ketidakadilan. Cerita 
tentang kegigihannya membebaskan belasan ribu TKI, seperti dilansir 
Kompas, tahun 2000.

Karena dinilai berhasil, mantan pelaksana tugas Konsul Jenderal 
Indonesia di Kinabalu, Malaysia, itu kemudian ditugaskan di satu 
negara di Timur Tengah. Namun, sekitar sebulan lalu, ia ikut menjadi 
korban sistem penanganan TKI. Dia ditahan, seperti TKI yang dulu 
dibelanya.

Aku hanya dapat pin kecil sebagai PNS. Mimpi nyolong pun tidak 
pernah aku. Tapi negara memenjarakan aku, kata Dede (51), bukan nama 
sebenarnya, mantan pejabat konjen itu di salah satu sudut ruang 
tahanan Markas Polres Jakarta Barat, Minggu (30/11) siang.

Sudah 20 hari ia menjadi tahanan titipan Komisi Pemberantasan 
Korupsi. Satu dari sekian pejabat kedutaan dan Konjen Indonesia di 
Malaysia itu kini jadi tersangka dugaan korupsi tarif dokumen 
keimigrasian TKI.

Orang bisa berdebat—sebagaimana perlawanan keras Dede terhadap 
tuduhan korupsi—tentang keterlibatan Dede karena sebagai pejabat ia 
harus menandatangani dokumen negara. Di sisi lain, nasib TKI tetap 
jeblok. Tahun 2007, separuh dari pekerja di sektor rumah tangga di 
Kuala Lumpur atau 341 dari 630 orang TKI ternyata tak dibayar oleh 
para majikan mereka di Malaysia karena lemahnya posisi tawar TKI.

Pilihan Kurniati (46) dan Maisaroh (25), TKI dari Surabaya dan Solo, 
untuk menjadi pekerja rumah tangga di Malaysia dan kemudian kabur 
karena tak dibayar selama berbulan-bulan oleh majikannya adalah 
cermin tak berubahnya nasib TKI Indonesia di Malaysia. Saya dapat 
janji 450 ringgit per bulan, sekitar Rp 1,3 juta, tapi tiga bulan 
saya tak dibayar dan majikan saya kasar, ujar Kurniati.

Iming-iming upah besar itu membuat rumput di Malaysia terlihat 
lebih hijau ketimbang rumput negeri sendiri. Itu sebabnya keinginan 
Pemprov Kalimantan Barat menekan jumlah TKI ilegal, khususnya dari 
dari wilayah kantong TKI di Kabupaten Sambas, nyaris sia-sia. 
Apalagi, perbatasan darat Kalimantan-Malaysia yang mencapai 1.895 
kilometer (857 kilometer di Kalimantan Barat dan 1.038 kilometer di 
Kalimantan Timur), dengan 52 jalur jalan tradisional dan 
menghubungkan 55 desa di Kalbar dengan 32 kampung di Serawak 
merupakan godaan bagi TKI mengadu nasib di luar negeri.

Tewasnya 14 TKI di Malaysia yang menumpang kapal kayu ilegal, 30 
September menjelang Lebaran 2008, membuktikan setidaknya dua hal: TKI 
tanpa dokumen masih banyak jumlahnya dan selalu ada pihak yang 
memanfaatkan TKI untuk kepentingan bisnis.

Duta Besar Indonesia di Malaysia Da'i Bachtiar, pekan lalu, 
mengungkapkan, dari sekitar 2 juta TKI di Malaysia, 400.000- 800.000 
TKI berstatus ilegal, dalam arti dokumen keimigrasiannya kacau. 
Status ilegal terjadi saat TKI masuk ke negeri itu dengan visa 
kunjungan wisata, kemudian menyusup bekerja. Atau masuk lewat jalur 
tak resmi di perbatasan tanpa dokumen sah. TKI legal pun bisa menjadi 
ilegal jika masa berlaku dokumen kerjanya habis, tetapi yang 
bersangkutan bertahan di Malaysia, berpindah pekerjaan, atau 
melarikan diri.

Karakteristik TKI pada umumnya penurut dan diam bila menghadapi 
persoalan. Bila mengalami depresi, mereka akan lari dari majikan 
sehingga status mereka yang semula legal pun jadi ilegal, kata Da'i.

Beragam kasus mendera TKI di Malaysia, mulai dari gaji tidak dibayar, 
kerja terlalu berat, penipuan, diusir majikan, pelecehan seksual, 
penyiksaan, hingga dilacurkan. Kedubes RI di Malaysia mencatat, tahun 
2006 ada 917 kasus, tahun 2007 744 kasus, dan tahun 2008 hingga bulan 
Okteber 639 kasus.

Ketua Bidang Pekerja Sosial International Organization for Migration 
(IOM) Anna Sakreti di Jakarta menunjukkan, dari 3.070 TKI korban 
trafficking yang tercatat pada periode Maret 2005-Juli 2008, 85 
persen korban adalah perempuan dan sisanya laki-laki. 2.041 orang 
adalah TKI dengan tujuan Malaysia, 1.000-an sisanya tersebar, antara 
lain, di Arab Saudi, Singapura, Jepang, Suriah, dan Kuwait (lihat 
grafis).

Meskipun masalah begitu kompleks dan frekuensi kasusnya tinggi, 
penanganan terhadap korban trafficking ternyata terbatas betul. Lihat 
saja, IOM yang membangun Pusat Pemulihan Korban Trafficking di RS 
Polri Kramatjati, Jakarta, hanya memiliki 12 tempat tidur di RS Polri 
Kramatjati, Jakarta, sejak tahun 2005. Karena keterbatasan dana, RS 
Bhayangkara Makassar dan RS Bhayangkara Surabaya yang memiliki unit 
yang sama untuk TKI terpaksa dihentikan sejak tahun 2007.

Maraknya kasus TKI pembantu rumah tangga yang tak dibayar majikan 
adalah indikasi lemahnya status TKI. Penyebab paling dominan kondisi 
itu adalah dokumen keimigrasian TKI yang tidak lengkap, atau 
penahanan paspor oleh sang majikan atau agen TKI.

Keberhasilan Da'i memutihkan 217.000 TKI ilegal 

[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2008-11-05 Terurut Topik Rahman
TKI di belanda
Modal Awalnya Bahasa Tarzan 
KOMPAS/AHMAD ARIF / Kompas Images 
Anas Yusuf (35), saat ditemui dalam perjalanan dengan Kereta Api 
Amsterdam-Den Haag, Minggu (19/10). Lelaki asli Lawang, Malang, Jawa 
Timur, ini sudah empat tahun menjadi TKI di Belanda. 

Rabu, 5 November 2008 | 03:00 WIB 

Ahmad Arif

Kereta api Amsterdam-Den Haag nomor 552263 dalam hitungan menit 
segera berangkat. Seorang lelaki berwajah Asia dengan rambut dikuncir 
bergegas naik sambil menenteng tas besar yang terlihat kosong. Saya 
tersenyum. Dia menyapa, Dari Indonesia juga?

Lelaki itu, Anas Yusuf (35), asal Lawang, Malang, Jawa Timur. Dia 
tinggal dan bekerja di Belanda sejak Mei 2004. Anas sudah kenyang 
pengalaman bekerja di Belanda. Ia bekerja sebagai pelayan restoran, 
tukang kayu, hingga tukang bersih-bersih rumah di Negeri Kincir Angin 
ini. Kerja di sini dibayar 5-7 euro per jam, tutur Anas.

Dipotong sewa kamar 150 euro sebulan dan kebutuhan hidup sehari-hari, 
Anas bisa mengirim 500-700 euro per bulan kepada istri dan tiga 
anaknya di Malang.

Anas memulai petualangannya di Eropa bermodal tekad dan uang pinjaman 
dari bank Rp 30 juta. Uang itu untuk membayar paket kunjungan wisata 
ke Belanda. Dari 12 anggota rombongan, empat di antara mereka—
termasuk Anas dan adiknya—tak kembali ke Indonesia.

Selama tujuh bulan pertama di Belanda, Anas hidup prihatin karena 
kesulitan mencari akses kerja, apalagi dia tak bisa berbahasa Inggris 
maupun Belanda. Modal awalnya bahasa Tarzan, pakai isyarat, kata 
Anas. Sewaktu di Indonesia, tamatan sekolah menengah atas (SMA) ini 
bekerja sebagai sopir angkutan.

Setelah tujuh bulan mencari peluang dan mulai bisa berbahasa Belanda, 
kerjaan pun mengalir. Pekerja yang sudah dapat kerja bisa mengoper 
ke teman yang baru datang asal mau bayar 1.000 euro, kata dia.

Sebelum ke Belanda, Anas pernah bekerja di Malaysia. Dia dijanjikan 
oleh PJTKI yang mengirimnya untuk bekerja di kapal pesiar. Namun, di 
sana dia dipaksa menjadi nelayan. Anas melarikan diri dan bekerja di 
perkebunan sawit di Kuching. Enam bulan kemudian, dia dan 40 pekerja 
kebun lainnya ditangkap polisi Malaysia dan mendekam di penjara 
selama sebulan, lalu dideportasi. Hanya enam bulan di Indonesia, Anas 
kemudian pergi ke Belanda.

Polisi di Belanda relatif baik dibandingkan di Malaysia. Tapi, 
jangan cari perkara. Naik kereta di sini, ya, harus bayar. Jangan 
cari keributan, ujar Anas.

Pelayan hingga kantoran

Ribuan orang seperti Anas ada di Belanda. Nuril Anwar (41), misalnya, 
sudah delapan tahun hidup di Den Haag. Ia bekerja di toko kue, milik 
taipan asal Indonesia yang telah puluhan tahun menetap di Belanda.

Nuril pertama kali memasuki Eropa 15 tahun lalu sebagai mahasiswa 
Sastra Jerman di Goethe Institute, Jerman. Setamat kuliah, dia 
berusaha bekerja di Jerman. Namun, pekerjaan yang mengandalkan 
ijazahnya di negeri orang ternyata tak mudah. Dia pun pergi ke 
Belanda dan bekerja apa saja.

Di sini lebih mudah mencari kerja. Orang-orang Belanda lebih ramah 
dan terbuka pada kita, mungkin karena mereka pernah menjajah kita, 
kata dia.

Tak hanya bekerja di sektor bawah, sebagian orang Indonesia di 
Belanda bekerja kantoran. Sebutlah seperti Michael Putrawenas. 
Lulusan master dari Rotterdam School of Management- Erasmus 
University ini berkarier di perusahaan multinasional, Shell.

Saya akan kembali ke Indonesia, tapi nanti. Sekarang mau 
mengumpulkan modal dan pengalaman karena kondisi ekonomi di negara 
kita belum memungkinkan, kata dia.

Di negeri (bekas) penjajah

Kisah orang Indonesia di Belanda sudah sangat tua. Cees van Dijk (Di 
Negeri Penjajah/ KPG dan KITLV, 2008) menyebutkan, orang Indonesia 
yang pertama ke Belanda adalah utusan Sultan Aceh, yaitu Abdul Zamat, 
Sri Muhammad, dan Mir Hasan. Mereka tiba di Belanda akhir Juli 1602 
atas undangan Pangeran Maurits. Waktu itu, Belanda masih dalam 
pertempuran 80 tahun melawan Spanyol dan di Asia mereka sama sekali 
belum punya kekuatan.

Selang tiga tahun setelah kedatangan utusan Aceh itu, VOC merebut 
Ambon dari Portugis, dan pada 1619 mereka menghancurkan Jakarta. 
Beberapa orang Belanda di VOC mulai mengirim budak ke Belanda untuk 
pamer dan VOC sendiri mengirim pangeran pribumi ke Belanda dengan 
alasan politis. Sejak itu, Belanda menjadi gerbang orang Indonesia ke 
Eropa.

Anas adalah tipe terkini orang Indonesia di Belanda. Kami ingin 
mengubah hidup. Biarlah ayah mereka yang merasakan pahit getir hidup 
di negara orang asal anak-anak bisa sekolah, kata Anas. Ia belum 
pernah pulang ke Indonesia sejak di Belanda empat tahun silam.

Tekad Anas ini mengingatkan pada kisah yang kontradiktif tentang 
Homo Bataviensis, istilah yang dikenalkan De Haan (Oud Batavia, 
1935) dan dikutip Bernard HM Vlekke (Nusantara: A History of 
Indonesia, 1961). Homo Bataviensis merupakan perkembangan dari Homo 
Batavus atau orang Belanda asli yang telah bermigrasi ke Batavia. Di 
negara asalnya, Belanda, kebanyakan mereka termasuk kelas miskin dan 
datang ke 

[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2008-10-11 Terurut Topik Rahman
TKI
Sabtu, 11 Oktober 2008 | 01:00 WIB

Oleh Jaya Suprana

Akronim TKI atau tenaga kerja Indonesia telanjur menyandang citra
tidak terlalu positif.

Seolah tenaga kerja dari Indonesia tidak terampil, tidak profesional,
yang perempuan sekadar bulan-bulanan pelecehan, penganiayaan, sampai
pembunuhan di perantauan ataupun di negeri sendiri. Namun kenyataannya
tidak seburuk kesan yang sudah telanjur merebak itu.

Superlatif

Pada awal abad ke-21 Dubai merupakan kota megapolitan termuda saat
ini. Pembangunan gedung pencakar langit di Dubai layak diakui sebagai
tercepat dan terambisius di dunia. Dubai membangun beberapa daratan
kepulauan baru dengan beragam bentuk, dari pohon nyiur sampai peta
dunia merambah ke perairan Selat Persia.

Kelompok Gold Souk merupakan kawasan toko emas terluas di dunia. Maka,
de facto Dubai menjadi pusat pasar emas dunia hingga dijuluki City of
Gold. Rekor menara tertinggi di dunia disandang Burj Dubai bahkan akan
diungguli Nakheel's Al Burj yang kian mencakar langit di altitud 1.200
meter!

Mal terbesar di dunia juga akan terbentang di bawah cakaran langit
Burj Dubai, sementara rekor bangunan dan atrium lobi hotel tertinggi
sekaligus termewah sudah digenggam hotel Burj Al Arab. Tuntutan
kualifikasi untuk diterima bekerja di superhotel ini amat tinggi. Di
sana terbukti, kesan negatif yang melekat pada citra TKI sebenarnya
keliru.

Adiboga

Burj Al Arab memiliki beberapa restoran superlatif, seperti Al Iwan,
Bab Al Yam, Majlis Al Bahar, Al Muntaha di lantai tertinggi, atau Al
Maharam di bawah permukaan laut yang sempat dinobatkan sebagai salah
satu World's Best Restaurant.

Namun, Jun Sui memiliki peran tersendiri karena menyajikan prasmanan
miriad jenis cuisine Asia di mana kawasan Uni Emirat Arab ikut
terletak. Sebagai identitas setiap hidangan di meja saji yang
panjangnya puluhan meter terpasang bendera kecil negara mana sang
hidangan berasal.

Saya hampir tidak percaya karena bendera-bendera mungil yang
dikibarkan di sana ternyata didominasi sang Merah Putih. Perut juga
hampir tidak percaya karena sebagian hidangan yang disajikan di
kawasan Jumeirah pesisir Sahara itu ternyata berlabel nasi goreng,
rendang, sate, gado-gado, pecel, tahu telor, betutu, rica-rica,
balado, bakwan, dan aneka ragam masakan dari berbagai pelosok Nusantara.

Telinga hampir tidak percaya mendengar sapaan supervisor bergaun hitam
panjang: Selamat datang, Pak Jaya!, disusul sang pramusaji ramah
menyilakan, Selamat menikmati hidangan Indonesia! dalam bahasa
Indonesia logat Sunda! Dua insan muda Indonesia itu tidak sendirian
karena di Jun Sui Burj Al Arab Dubai banyak TKI lainnya.

Dapur Jun Sui sudah menjadi koloni Indonesia dijajah delapan chef
Indonesia . Bahkan, di Burj Al Arab bergelar The World's Most
Luxurious Hotel itu kini berkarya sekitar 150 TKI kategori skilled
tersebar di front of house mau pun back of house.

Indonesia Pusaka

Para TKI di hotel Burj Al Arab membuktikan diri mereka bukan cuma
profesionalis, tetapi juga nasionalis. Kewibawaan para pekerja
Indonesia begitu dominan hingga 17 Agustus 2008 berhasil menguasai
hotel termewah di dunia untuk menyelenggarakan Indonesian Day di
restoran Jun Sui dengan memonopoli seluruh hidangan berasal dari
Indonesia disiapkan oleh para chef dari Indonesia dibantu kolega dari
Jepang, China, India, Thailand, dan Korea disajikan para waiter juga
mancanegara, tetapi berbusana tradisional Indonesia diiringi alunan
musik Indonesia. Pendek kata, pada hari mendirgahayu 63 tahun
Proklamasi Kemerdekaan RI yang dihadiri Konjen RI di Dubai mendampingi
para tamu terhormat dari mancanegara, hotel Burj Al Arab benar-benar
menjunjung tinggi harkat dan martabat kebudayaan bangsa dan negara
Indonesia sesuai syair lagu Indonesia Pusaka: Indonesia sejak dahulu
kala, selalu dipuja-puja bangsa.

Kesemarakan itu terjadi berkat jerih payah perjuangan para TKI hotel
terkemuka di megapolitan negara termakmur di planet bumi masa kini.
Menyimak semua itu, rasa haru menyelinap di lubuk sanubari sambil
mengharap semoga desas-desus bahwa TKI diperas habis-habisan di
terminal khusus TKI bandara Soekarno- Hatta sama sekali tidak benar.
Apalagi kita sudah punya Depnakertrans yang berkewajiban menyiapkan,
memfasilitasi, dan mendukung para TKI sedemikian rupa hingga tidak
dipandang sebelah mata apalagi diperlakukan secara tidak manusiawi
sebab mereka bukan hanya pahlawan penghasil devisa, tetapi juga
penjunjung tinggi citra bangsa dan negara Indonesia melalui etos dan
profesionalisme kerja yang diakui, dihargai, bahkan dipuja- puja
bangsa mancanegara sejak dahulu kala

Jaya Suprana Budayawan




[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2008-09-08 Terurut Topik Rahman

Diperbaharui pada: 07 September, 2008 - Published 20:03 GMT
 

Email kepada teman  Versi cetak
TKI di Irak alami kekerasan
 

Tiga TKI berhasil melarikan diri dari Irak yang masih bergolak
Tiga TKI berhasil melarikan diri dari Irak yang masih bergolak
Tiga tenaga kerja Indonesia yang sebelumnya bekerja di Irak, saat ini
mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Polri, Jakarta akibat
patah tangan dan depresi selama bekerja di sana.

Mereka mengaku dieksploitasi oleh agen dan majikan di negara yang
dilanda perang itu.

Di Irak mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia, Miftah Farid yang menjemput dan
mendampingi ketiga TKI setibanya di Jakarta itu, mengatakan satu
tenaga kerja patah tangan sedangkan seorang lainnya mengalami depresi,
sakit perut kronis dan kaki serta tangannya tidak bisa digerakkan
karena dia dipaksa bekerja tanpa duduk selama puluhan jam.

Farid menambahkan agen tenaga kerja di Irak yang menyalurkan mereka
baru mau memulangkan mereka setelah sakit dan itupun mereka dimintai
uang tebusan.

Miftah Farid menduga mereka adalah korban perdagangan manusia.

Dari indikasi awal, salah seorang korban sewaktu di rumah diberitahu
akan dipekerjakan di Abu Dhabi. Ketika berangkat bersama 12 orang
lainnya ternyata diberangkatkan ke Irak. Dua orang lainnya juga semula
akan diberangkatkan ke negara lain. Dan hak-haknya tidak dia dapatkan
dan dia tereksploitasi secara ekonomi dan fisik, kata Miftah Farid
kepada BBC.

Secara resmi pemerintah Indonesia menyatakan tidak menjadikan Irak
sebagai tujuan pengiriman TKI karena negara itu masih bergejolak,
namun berbagai laporan menyebutkan ratusan TKI diperkirakan bekerja di
Irak saat ini. 



[Baraya_Sunda] Re: nasib buruh migren eh...migran?

2008-07-09 Terurut Topik Rahman
Hak-hak PRT Disangkali di Arab Saudi
Rabu, 9 Juli 2008 | 01:07 WIB

Jakarta, Kompas - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
atau Komnas Perempuan dan para aktivis pembela hak-hak buruh migran
menyambut laporan terbaru lembaga pemantau hak asasi manusia yang
berpusat di New York, Amerika Serikat, Human Rights Watch atau HRW,
mengenai pelanggaran serius hak asasi manusia terhadap pekerja rumah
tangga di Arab Saudi.

Pelanggaran itu bermuara pada tiga hal, yakni Hukum Perburuhan,
keimigrasian, dan sistem hukum pidana di Arab Saudi yang tidak
memberikan jaminan perlindungan pada korban, ujar HRW Ken Roth di
Jakarta, Selasa (8/7), saat peluncuran laporan 155 halaman yang
berjudul Seolah Saya Bukan Manusia: Kesewenang-wenangan terhadap
Pekerja Rumah Tangga di Arab Saudi.

Nisha Varia, peneliti senior dari Divisi Hak Perempuan HRW, yang
didampingi Sri Wiyanti Eddyono dari Komnas Perempuan, menambahkan,
penelitian atas undangan resmi dari Pemerintah Arab Saudi itu antara
lain menemukan, beban kerja berlebih dengan gaji tidak dibayar dalam
rentang waktu beberapa bulan sampai 10 tahun adalah jenis pengaduan
yang paling umum.

Hukum Perburuhan Saudi yang diamandemen dengan Dekrit Kerajaan,
menyangkali jaminan hak bagi pekerja rumah tangga (PRT) yang kini
berjumlah sekitar 1,5 juta, terutama berasal dari Indonesia, Sri
Lanka, Filipina, dan Nepal. Banyak pekerja rumah tangga harus bekerja
18 jam sehari, tujuh hari seminggu.

Ken Roth dan Nisha mengatakan, sistem kafala atau sponsor yang ketat
di Arab Saudi, yang menggantungkan visa kerja pekerja migran pada
majikannya, menjadi pemicu eksploitasi dan penganiayaan.

Sistem itu memberi kekuasaan yang luar biasa pada majikan. HRW
mencatat sejumlah kasus di mana pekerja tidak dapat melepaskan diri
dari kondisi yang meningkatkan risiko menjadi korban tindak kekerasan
psikologis, fisik, dan seksual. Bahkan, tidak dapat pulang setelah
kontrak kerja berakhir karena majikan menolak memberi izin.

Setelah mewawancarai 86 pekerja rumah tangga, HRW menemukan 36 pekerja
yang mengalami tindak kesewenang-wenangan yang berakibat pada
terjadinya kerja paksa, trafficking, dan kondisi seperti perbudakan.

Tak mengejutkan

Sebagian temuan pelanggaran HRW itu sebenarnya tidak terlalu
mengejutkan bagi para aktivis di Indonesia. Menurut catatan aktivis
pembela hak buruh migran, Wahyu Susilo, sekitar 40 persen dari jumlah
total penyiksaan dan kematian buruh migran asal Indonesia, terjadi di
Arab Saudi.

Setidaknya laporan ini akan menjadi peringatan bagi Pemerintah RI
agar segera membuat perjanjian bilateral dengan pemerintah
negara-negara penerima, termasuk Pemerintah Arab Saudi, untuk
memastikan perlindungan pekerja migran berbasis HAM (hak asasi
manusia), ujar Anis Hidayah dari Migrant Care.

Ken Roth juga mengakui, berita tentang pelanggaran hak-hak buruh
migran PRT di Arab Saudi telah lama diketahui. Dengan keluarnya
laporan ini, menjadi momentum yang tepat untuk mencari pemecahan
masalah buruh migran pekerja rumah tangga tersebut, ujarnya.

Ia mengusulkan agar negara- negara pengirim bersatu untuk melakukan
perundingan dengan negara penerima agar posisi tawarnya seimbang.
Laporan itu menyebutkan, terdapat lebih dari delapan juta buruh migran
di Arab Saudi atau sepertiga jumlah penduduk negara itu.

Mereka mengisi kekosongan di bidang kesehatan, konstruksi, dan
pekerjaan domestik, yang mendukung ekonomi di negara asal, dengan
mengirim sekitar 15,6 miliar dollar AS pada tahun 2006 atau hampir
lima persen pendapatan kotor (GDP) Arab Saudi. (MH/LOK)