Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kapal Selam Mini Rancangan Kolonel (Pur) Dradjat Budiyanto

2010-07-23 Terurut Topik Adhamaski Pangeran
inilah realita negara kita, inovasi dan kecerdikan masih diragukan,saya yakin 
masih banyak penemu-penemu di indonesia seperti pak drajat yg karya nya sangat 
sulit diaplikasikan di negeri ini, bukan karena hasil penelitiannya, tetapi 
karena ketidakpercayaan kita terhadapa saudara kita sendiri, ini evaluasi kita 
bersama

Salam,
Adhamaski Pangeran






From: Satrio Arismunandar satrioarismunan...@yahoo.com
To: Forum Kompas forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com; ex menwa UI 2 
exmenwa...@yahoogroups.com; HMI Kahmi Pro Network 
kahmi_pro_netw...@yahoogroups.com; ppiindia ppiin...@yahoogroups.com; 
nasional list nasional-l...@yahoogroups.com; Indonesia Rising 
indonesia-ris...@yahoogroups.com; jurnalisme jurnali...@yahoogroups.com; 
technomedia technome...@yahoogroups.com; netsains sains 
netsa...@yahoogroups.com; Pers Indonesia persindone...@yahoogroups.com; 
sastra pembebasan sastra-pembeba...@yahoogroups.com; AJI INDONESIA 
ajis...@yahoogroups.com; news Trans TV news-tran...@yahoogroups.com; kampus 
tiga kampus-t...@yahoogroups.com; aipi_poli...@yahoogroups.com
Sent: Wed, July 21, 2010 4:03:18 PM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kapal Selam Mini Rancangan Kolonel (Pur) 
Dradjat 
Budiyanto

  
http://humbahas.blogspot.com/2010/ 
06/kapal-selam-mini-kate-rancangan-kolonel.html

Kapal Selam Mini (Kate) Rancangan Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA 

Wednesday, June 16, 2010 

Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA, Perancang Kapal Selam Kate

Si Mini, untuk Perang Bisa, untuk Wisata Oke

Indonesia pernah punya satuan kapal selam yang jaya. Namun, selama itu kapal 

tersebut selalu dibeli dari luar negeri. Agar tak terus-menerus membeli, 
Dradjat 


Budiyanto, pensiunan kolonel, merancang kapal selam kate. Lebih murah dan andal.

DIMAS G.  GUNAWAN S.

ANGKATAN Laut Republik Indonesia (ALRI), yang kini bernama TNI-AL, pernah punya 

12 Whiskey. Bukan minuman keras, Whiskey adalah salah satu tipe kapal selam 

buatan Uni Soviet 

Dua kapal selam yang pertama datang dari negara komunis yang kini sudah bubar 

itu adalah KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Dua nama tersebut memang menggambarkan 

kedigdayaan. Cakra adalah senjata sakti milik Prabu Kresna, raja Dwarawati. 

Nanggala adalah senjata tanpa tanding milik Prabu Baladewa, Raja Mandura, kakak 

Kresna.

KRI Tjakra dan KRI Nanggala dibawa langsung oleh prajurit TNI-AL pada 12 

September 1959 setelah belajar di Oksiwi, Polandia. Hari itulah yang lantas 

diperingati sebagai hari kelahiran Korps Hiu Kencana atau satuan kapal selam.

Seiring berkembangnya teknologi, kapal selam jenis Whiskey mulai pensiun. 

Terakhir, KRI Pasopati-410 (namanya diambil dari anak panah milik Arjuna yang 

menewaskan raksasa jahat Niwatakaca) mengakhiri masa tugas. KRI Pasopati lantas 

jadi monumen kapal selam di tepi Kalimas, samping Surabaya Plaza.

Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan 

prajurit-prajurit terbaiknya  untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. 

Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. ''Saya merasakan keduanya. Ya di 
Jerman, 


ya di Pakistan,'' kenang Dradjat Budiyanto.

Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan 

spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal 
selam. 


Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan 

kapal selam.

Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi 

menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi 

TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan ''penolakan' 

' secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari 

Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya 

seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). ''Terlalu mahal untuk TNI-AL saat 

itu,'' ujar Dradjat.

Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan  karena negara itu sedang 

membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, 

kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini 
alias 


kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 
13 


juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut.

''Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget 

saat kembali di Indonesia,'' jelas suami Sri Hartini tersebut.

Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka 

sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, 

kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997. Kapal 

rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 

orang.

Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran 

kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. ''Tidak bisa dikecilkan lagi 

ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,'' tegas pria kelahiran 

Madiun, 28

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kapal Selam Mini Rancangan Kolonel (Pur) Dradjat Budiyanto

2010-07-21 Terurut Topik Satrio Arismunandar
http://humbahas.blogspot.com/2010/ 
06/kapal-selam-mini-kate-rancangan-kolonel.html

 

Kapal Selam Mini (Kate) Rancangan Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA 

Wednesday, June 16, 2010 

Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA, Perancang Kapal Selam Kate



Si Mini, untuk Perang Bisa, untuk Wisata Oke



Indonesia pernah punya satuan kapal selam yang jaya. Namun, selama itu kapal 

tersebut selalu dibeli dari luar negeri. Agar tak terus-menerus membeli, 
Dradjat 

Budiyanto, pensiunan kolonel, merancang kapal selam kate. Lebih murah dan andal.



DIMAS G.  GUNAWAN S.



ANGKATAN Laut Republik Indonesia (ALRI), yang kini bernama TNI-AL, pernah punya 

12 Whiskey. Bukan minuman keras, Whiskey adalah salah satu tipe kapal selam 

buatan Uni Soviet 



Dua kapal selam yang pertama datang dari negara komunis yang kini sudah bubar 

itu adalah KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Dua nama tersebut memang menggambarkan 

kedigdayaan. Cakra adalah senjata sakti milik Prabu Kresna, raja Dwarawati. 

Nanggala adalah senjata tanpa tanding milik Prabu Baladewa, Raja Mandura, kakak 

Kresna.



KRI Tjakra dan KRI Nanggala dibawa langsung oleh prajurit TNI-AL pada 12 

September 1959 setelah belajar di Oksiwi, Polandia. Hari itulah yang lantas 

diperingati sebagai hari kelahiran Korps Hiu Kencana atau satuan kapal selam.



Seiring berkembangnya teknologi, kapal selam jenis Whiskey mulai pensiun. 

Terakhir, KRI Pasopati-410 (namanya diambil dari anak panah milik Arjuna yang 

menewaskan raksasa jahat Niwatakaca) mengakhiri masa tugas. KRI Pasopati lantas 

jadi monumen kapal selam di tepi Kalimas, samping Surabaya Plaza.



Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan 

prajurit-prajurit terbaiknya  untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. 

Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. ''Saya merasakan keduanya. Ya di 
Jerman, 

ya di Pakistan,'' kenang Dradjat Budiyanto.



Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan 

spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal 
selam. 

Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan 

kapal selam.



Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi 

menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi 

TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan ''penolakan' 

' secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari 

Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya 

seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). ''Terlalu mahal untuk TNI-AL saat 

itu,'' ujar Dradjat.



Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan  karena negara itu sedang 

membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, 

kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini 
alias 

kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 
13 

juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut.



''Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget 

saat kembali di Indonesia,'' jelas suami Sri Hartini tersebut.



Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka 

sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, 

kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997. Kapal 

rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 

orang.



Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran 

kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. ''Tidak bisa dikecilkan lagi  

ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,'' tegas pria kelahiran 

Madiun, 28 Januari 1943, tersebut.



Secara detail, Dradjat menjelaskan detail si kuntet tersebut. Katanya, kapal 

selam itu adalah substitusi kapal selam. Rancangan kapal selam yang dinamai 

Indonesia Midget Experimental 1 Baby Submarine tersebut bisa melakukan apa pun 

seperti kapal selam umum. Bahkan, ukurannya yang kecil membuat kapal selam itu 

susah dideteksi musuh. ''Ibarat suara truk dan sedan. Mana yang lebih mudah 

didengar dari kejauhan? Truk, kan? Soalnya, lebih bising,'' ungkapnya.



Pensiunan kolonel itu tak sekadar merancang dalam gambar. Dradjat juga 
berbicara 

khusus dengan penyedia pompa merek Lensen dan pompa pendingin Stork. Mereka 

diminta membuatkan pompa khusus bagi kapal rancangannya. Dari berbagai harga 

yang telah disurvei, kapal selam rancangan Dradjat tak bakal menghabiskan lebih 

dari USD 10 juta.



''Kita bisa membuat kapal selam yang lebih  banyak, daripada membeli,'' ujarnya.



Dalam pemikirannya, kapal selam dalam jumlah banyak -walaupun mini- tetap 
ngefek 

untuk menjaga keamanan. ''Ibaratnya, kampung yang punya hansip banyak. Lebih 

aman daripada hanya punya satu hansip yang jago kungfu sekalipun,'' ujar pria 

yang menguasai bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan