Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kapal Selam Mini Rancangan Kolonel (Pur) Dradjat Budiyanto
inilah realita negara kita, inovasi dan kecerdikan masih diragukan,saya yakin masih banyak penemu-penemu di indonesia seperti pak drajat yg karya nya sangat sulit diaplikasikan di negeri ini, bukan karena hasil penelitiannya, tetapi karena ketidakpercayaan kita terhadapa saudara kita sendiri, ini evaluasi kita bersama Salam, Adhamaski Pangeran From: Satrio Arismunandar satrioarismunan...@yahoo.com To: Forum Kompas forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com; ex menwa UI 2 exmenwa...@yahoogroups.com; HMI Kahmi Pro Network kahmi_pro_netw...@yahoogroups.com; ppiindia ppiin...@yahoogroups.com; nasional list nasional-l...@yahoogroups.com; Indonesia Rising indonesia-ris...@yahoogroups.com; jurnalisme jurnali...@yahoogroups.com; technomedia technome...@yahoogroups.com; netsains sains netsa...@yahoogroups.com; Pers Indonesia persindone...@yahoogroups.com; sastra pembebasan sastra-pembeba...@yahoogroups.com; AJI INDONESIA ajis...@yahoogroups.com; news Trans TV news-tran...@yahoogroups.com; kampus tiga kampus-t...@yahoogroups.com; aipi_poli...@yahoogroups.com Sent: Wed, July 21, 2010 4:03:18 PM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kapal Selam Mini Rancangan Kolonel (Pur) Dradjat Budiyanto http://humbahas.blogspot.com/2010/ 06/kapal-selam-mini-kate-rancangan-kolonel.html Kapal Selam Mini (Kate) Rancangan Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA Wednesday, June 16, 2010 Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA, Perancang Kapal Selam Kate Si Mini, untuk Perang Bisa, untuk Wisata Oke Indonesia pernah punya satuan kapal selam yang jaya. Namun, selama itu kapal tersebut selalu dibeli dari luar negeri. Agar tak terus-menerus membeli, Dradjat Budiyanto, pensiunan kolonel, merancang kapal selam kate. Lebih murah dan andal. DIMAS G. GUNAWAN S. ANGKATAN Laut Republik Indonesia (ALRI), yang kini bernama TNI-AL, pernah punya 12 Whiskey. Bukan minuman keras, Whiskey adalah salah satu tipe kapal selam buatan Uni Soviet Dua kapal selam yang pertama datang dari negara komunis yang kini sudah bubar itu adalah KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Dua nama tersebut memang menggambarkan kedigdayaan. Cakra adalah senjata sakti milik Prabu Kresna, raja Dwarawati. Nanggala adalah senjata tanpa tanding milik Prabu Baladewa, Raja Mandura, kakak Kresna. KRI Tjakra dan KRI Nanggala dibawa langsung oleh prajurit TNI-AL pada 12 September 1959 setelah belajar di Oksiwi, Polandia. Hari itulah yang lantas diperingati sebagai hari kelahiran Korps Hiu Kencana atau satuan kapal selam. Seiring berkembangnya teknologi, kapal selam jenis Whiskey mulai pensiun. Terakhir, KRI Pasopati-410 (namanya diambil dari anak panah milik Arjuna yang menewaskan raksasa jahat Niwatakaca) mengakhiri masa tugas. KRI Pasopati lantas jadi monumen kapal selam di tepi Kalimas, samping Surabaya Plaza. Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. ''Saya merasakan keduanya. Ya di Jerman, ya di Pakistan,'' kenang Dradjat Budiyanto. Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal selam. Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan kapal selam. Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan ''penolakan' ' secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). ''Terlalu mahal untuk TNI-AL saat itu,'' ujar Dradjat. Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini alias kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 13 juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut. ''Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget saat kembali di Indonesia,'' jelas suami Sri Hartini tersebut. Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997. Kapal rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 orang. Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. ''Tidak bisa dikecilkan lagi ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,'' tegas pria kelahiran Madiun, 28
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kapal Selam Mini Rancangan Kolonel (Pur) Dradjat Budiyanto
http://humbahas.blogspot.com/2010/ 06/kapal-selam-mini-kate-rancangan-kolonel.html Kapal Selam Mini (Kate) Rancangan Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA Wednesday, June 16, 2010 Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA, Perancang Kapal Selam Kate Si Mini, untuk Perang Bisa, untuk Wisata Oke Indonesia pernah punya satuan kapal selam yang jaya. Namun, selama itu kapal tersebut selalu dibeli dari luar negeri. Agar tak terus-menerus membeli, Dradjat Budiyanto, pensiunan kolonel, merancang kapal selam kate. Lebih murah dan andal. DIMAS G. GUNAWAN S. ANGKATAN Laut Republik Indonesia (ALRI), yang kini bernama TNI-AL, pernah punya 12 Whiskey. Bukan minuman keras, Whiskey adalah salah satu tipe kapal selam buatan Uni Soviet Dua kapal selam yang pertama datang dari negara komunis yang kini sudah bubar itu adalah KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Dua nama tersebut memang menggambarkan kedigdayaan. Cakra adalah senjata sakti milik Prabu Kresna, raja Dwarawati. Nanggala adalah senjata tanpa tanding milik Prabu Baladewa, Raja Mandura, kakak Kresna. KRI Tjakra dan KRI Nanggala dibawa langsung oleh prajurit TNI-AL pada 12 September 1959 setelah belajar di Oksiwi, Polandia. Hari itulah yang lantas diperingati sebagai hari kelahiran Korps Hiu Kencana atau satuan kapal selam. Seiring berkembangnya teknologi, kapal selam jenis Whiskey mulai pensiun. Terakhir, KRI Pasopati-410 (namanya diambil dari anak panah milik Arjuna yang menewaskan raksasa jahat Niwatakaca) mengakhiri masa tugas. KRI Pasopati lantas jadi monumen kapal selam di tepi Kalimas, samping Surabaya Plaza. Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. ''Saya merasakan keduanya. Ya di Jerman, ya di Pakistan,'' kenang Dradjat Budiyanto. Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal selam. Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan kapal selam. Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan ''penolakan' ' secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). ''Terlalu mahal untuk TNI-AL saat itu,'' ujar Dradjat. Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini alias kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 13 juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut. ''Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget saat kembali di Indonesia,'' jelas suami Sri Hartini tersebut. Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997. Kapal rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 orang. Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. ''Tidak bisa dikecilkan lagi ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,'' tegas pria kelahiran Madiun, 28 Januari 1943, tersebut. Secara detail, Dradjat menjelaskan detail si kuntet tersebut. Katanya, kapal selam itu adalah substitusi kapal selam. Rancangan kapal selam yang dinamai Indonesia Midget Experimental 1 Baby Submarine tersebut bisa melakukan apa pun seperti kapal selam umum. Bahkan, ukurannya yang kecil membuat kapal selam itu susah dideteksi musuh. ''Ibarat suara truk dan sedan. Mana yang lebih mudah didengar dari kejauhan? Truk, kan? Soalnya, lebih bising,'' ungkapnya. Pensiunan kolonel itu tak sekadar merancang dalam gambar. Dradjat juga berbicara khusus dengan penyedia pompa merek Lensen dan pompa pendingin Stork. Mereka diminta membuatkan pompa khusus bagi kapal rancangannya. Dari berbagai harga yang telah disurvei, kapal selam rancangan Dradjat tak bakal menghabiskan lebih dari USD 10 juta. ''Kita bisa membuat kapal selam yang lebih banyak, daripada membeli,'' ujarnya. Dalam pemikirannya, kapal selam dalam jumlah banyak -walaupun mini- tetap ngefek untuk menjaga keamanan. ''Ibaratnya, kampung yang punya hansip banyak. Lebih aman daripada hanya punya satu hansip yang jago kungfu sekalipun,'' ujar pria yang menguasai bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan