[iagi-net-l] Geological Reasons for Demise of Old Hindu Mataram Kingdom (was RE: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006)
yang akan meruntuhkan sayap Old Merapi terjadi pada 928 Syaka (1006 AD), angka tahun yang disebut-sebut Prasasti Kalkuta sebagai Mahapralaya Jawa ? Sebuah tantangan bagi para ahli arkeologi, sejarah, volkanologi, dan geologi ! Betul, banyak data baru telah terkumpul, analisis dan interpretasi baru dikemukakan. Namun, masih selalu menyisakan ruangan-ruangan untuk perdebatan. Semoga kelak kita sampai kepada suatu kebenaran. Salam, awang -Original Message- From: Budi Brahmantyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 26, 2006 4:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Kebanyakan dengan C-14, kecuali yang Gendol dengan K-Ar. BB Pakai C-14 atau KAr method seperti disebutkan di hal 6? - Original Message - From: Budi Brahmantyo [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, April 26, 2006 10:23 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Pak Koesoema ysh. dan rekan-rekan IAGI ysh juga, Metoda dating yang digunakan adalah C-14. Saya kutip dari makalah di PIT IAGI 1999 Reconstruction of Old Natural Hazards around Kalasan and Its Vicinity, Jogjakarta, from Volcanic Stratigraphy Point of View: bencana alam letusan G. Merapi yang mengubur candi-candi Hindu Buda di Kalasan dsk...terjadi dalam 3 perioda letusan besar, yaitu 1285 (1255-1335M), 1570-1600M dan setelah tahun 1660-an (240+/-50 YBP). Ada juga dari Christopher Newhall, Sutikno Bronto, Brent Alloway + 15 co-authors (kalau dikutip bisa ditulis Newhall dgr/dan gerombolannya :-) (yang saya punya draft makalahnya May 18, 1998): 10,000 years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: Archaeological and Modern Implications. Saya kutip beberapa: hal 6: a new K-Ar age from an unusually fresh outcrop of hbl-andesite on the south side of one of the hills (of G. Gendol), G. Guling, is 3.44 +/- 0.09 Ma. This is considerably older than any Merapi rocks that we have dated, and considerably older than the oldest age that Camus et.al report for Merapi (0.04 Ma). hal 13: Slip-failure and a catastrophic eruption of Merapi Volcano, supposedly in 1006 AD are reputed to have forced the demise of E-ward migration of the Mataram civilization of Central Java (Ijzerman, 1891; Scheltema, 1912; van Hinloopen Labberton, 1922; van Bemmelen, 1949, 1956, 1971). However, the idea that the Mataram civilization moved to E Java in response to an eruption of Merapi in 1006 AD is certainly wrong, because the palace had already been shifted to the Brantas delta (E Java) at that time (Boechari, 1976). dalam salah satu kesimpulannya: we cannot prove that eruptions caused the decentralization of civilization in Central Java, but we can say that these early eruptions would have been very disruptive, and crops might easily have failed. A lake also formed around Candi Borobudur, though the precise timing of the lake relative to construction and abandonment of Candi Borobudur is uncertain. Itu dulu, mudah-mudahan bermanfaat. Salam, BB Saya ingin tahu metoda age dating apa yang digunakan Dr. Sri Mulyaningsih ini, dan berapa tahun hasilnya. Memang dengan adanya radiometri ini banyak perkiraan umur dari endapan2 Kwarter ini menjadi jauh lebih tua dari diperkirakan sebelumnya, sehingga kita harus mereview kembali. Tetapi itu adalah sains, akan terus terjadi updating , karena sains dan teknologi berkembang terus. RPK - Original Message - From: Budi Brahmantyo [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, April 26, 2006 7:49 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Sedikit sumbangan pemikiran... Ibu Dr. Sri Mulyaningsih dari Akprind Yk dengan riset S3-nya mengenai endapan-endapan volkanik Merapi dan banyak melakukan dating, ternyata tidak menemukan endapan-endapan yang berumur 1006 AD tersebut! Jadi saya pikir kita harus melihat kembali pendapat van Bemmelen tsb. Karena van Bem hanya mengira-ngira runtuhnya Mataram Hindu (bergeser ke Timur) pada akhir milenium tsb diperkirakan karena adanya letusan kataklismik Merapi. Ada pun volkanik Gendol yang diduga van Bem sebagai produk 1006 AD, kalau tidak salah ternyata umurnya jauh sangat tua. Contoh koreksi lain van Bem (dan von Koenigswald) misalnya umur Danau Bandung Purba yang didasarkan dari tipologi alat batu obsidian sebagai 6000 - 3000 tahun yang lalu, padahal Dam (1994) dengan dating yang lengkap dari endapan danaunya, dengan pasti diketahui bahwa Danau Bandung Purba telah terbentuk sejak 125.000 th yl dan surut 16.000 th yl. Jadi kalau di buku van Bem (the Geology of Indonesia), orang-orang purbakala Dago Pakar naik perahu ke Kendan (Cicalengka) untuk mencari obsidian pada 6000 - 3000 th yl pada permukaan danau 720 m dpl, dalam pandangan Dam jika konsep berperahunya tetap, mereka terbang dengan perahu (karena airnya
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
hallo pak awang, he3 menarik nih ceritanya, btw memangnya letusan 1006 memang ada ya pak [merupakan letusan besar merapi?]? saya pernah juga liat borobudurnya dari atas menoreh, waktu pengenalan geologi lapangan 2002 lalu, bagus bgt! salam, wida --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog (semacam antropolog) Belanda di Indonesia tahun 1933 mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarahwan saat itu : bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu pertama kali ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda (Het Boroboedoermeer Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933). Boroboedoermeer = telaga Borobudur. Kemudian ditulisnya lagi tanggal 2 Mei 1937 dalam majalah yang sama dengan judul artikel Boroboedoer en omgeving (Borobudur dan sekitarnya). Dua tulisan ini telah menyulut polemik yang hebat, dan para ahli geologi tersohor zaman itu pun mendapat tantangan yang berat untuk membuktikan apakah benar dulu ada danau mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia itu. Nah..., tak kurang dari M.G.R. Rutten dan R.W van Bemmelen dua tokoh geologi Indonesia - turut menyelidiki hipotesis Nieuwenkamp tersebut. Pendek cerita, baik Rutten maupun van Bemmelen membenarkan hipotesis Nieuwenkamp itu. Buku spektakular van Bemmelen, The Geology of Indonesia (1949) sedikit memuat hipotesis tersebut, dan van Bemmelen menghubungkannya dengan erupsi Merapi tahun 1006, angka tahun yang berasal dari van Bemmelen. Sebagai seorang arsitek dan etnolog, Nieuwenkamp tahu bahwa Borobudur adalah sebuah bangunan agung yang menggambarkan perwujudan bunga teratai untuk menghormati Maitreya, Buddha yang akan datang ke dunia ini. Menurut ajaran Buddha, Maitreya akan lahir di tengah-tengah sebuah bunga teratai yang melambangkan kesucian dalam agama Buddha. Inilah terjemahan tulisan Nieuwenkamp, Andaikata kita berdiri di tengah telaga itu, kita dapat menikmati keindahan panorama sekeliling Borobudur. Bayang-bayangnya terpantul di permukaan telaga yang jernih dan tenang. Di sekelilingnya hamparan padi menguning, hutan menghijau, dan perbukitan Menoreh membentang di batas selatan. Gunung Sumbing di barat, Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo di timur, dan gunung Tidar terpaku di tengah hamparan sisi utara. Sungguh panorama yang mengagumkan. Daerah sekeliling Borobudur itu sekarang ada yang bernama Tanjung, Bumisegoro, Sabrangrowo, dan sebagainya. Secara toponimi (asal-usul nama daerah), jelas mengindikasi adanya telaga/rawa di sekitar itu. Adalah van Bemmelen, diilhami oleh penelitiannya di wilayah Bandung tahun 1933, berhipotesis bahwa Telaga Borobudur terjadi akibat bendungan piroklastika Merapi menyumbat aliran Kali Progo di kaki timurlaut Perbukitan Menoreh. Itu terjadi sebelum Borobodur didirikan tahun 830-850. Dan adalah van Bemmelen juga yang berhipotesis (bisa dibaca di bukunya : the Geology of Indonesia) yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini lenyap dari sejarah, sampai ditemukan kembali oleh tim van Erp pada tahun 1907-1911. Kalau melihat gambar peta dan penampang geologi volkano-tektonik Gunung Merapi (van Bemmelen, 1949), akan tahulah kita bahwa nasib Borobudur sepanjang sejarahnya telah banyak ditentukan oleh merosot-runtuhnya dinding baratdaya Merapi. Dan, ke arah situ pulalah sekarang pun banyak piroklastika hasil letusan Merapi ditumpahkan. Sebagai gunungapi teraktif di dunia, yang di sekelilingnya telah dari zaman purba peradaban manusia tumbuh dan berkembang, mau tak mau Merapi sedikit banyak punya peranan pada maju dan mundurnya peradaban di sekelilingnya. Salam, awang _ -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia
RE: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
Ya Wida, coba cek di buku van Bemmelen pada section evolution of physiographic zone, jangan di section volcanology. Tidak disebutkan darimana asal angka tahun 1006 itu. Hanya, angka ini kelihatannya telah dipakai banyak para ahli maka tahun ini ada perayaan 1000 tahun letusan gunung Merapi dengan mengadakan acara volcano gathering di Yogya. Teman-teman di volkanologi mungkin telah melakukan banyak dating absolut piroklastika hasil letusan tersebut, untuk mengkalibrasi pendapat van Bemmelen. Dan, van Bemmelen menyebutkan letusan 1006 adalah letusan paroxysmal (besar-besaran). Di artikel lepas, van Bemmelen pernah meneliti juga berakhirnya Kerajaan Mataram akibat letusan ini. Hal ini masih menjadi bahan perdebatan, ada yang setuju ada yang tidak. Saya pikir ahli-ahli kita sekarang jauh lebih mampu membuktikan hubungan erupsi Merapi ini dengan mundurnya kerajaan di Jawa tersebut. Van Bemmelen kelihatannya selalu berpendapat bahwa evolusi volkanisme erat berkaitan dengan tektonik. Banyak gunungapi yang ditelitinya dari Sumatra sampai Banda selalu menunjukkan pola-pola runtuhan sayap gunungapi akibat proses volkano-tektonik, termasuk pembentukan Danau Toba dan merosotnya sayap utara kompleks Bromo ke Selat Madura. Setiap runtuhan sayap akan mengakibatkan kompresi di kaki gunungapi. Untuk Merapi, maka Gendol Hills di BD Merapi adalah kompleks perbukitan hasil kompresi lereng yang collapse. Salam, awang -Original Message- From: dyah kusuma [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, April 25, 2006 2:07 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 hallo pak awang, he3 menarik nih ceritanya, btw memangnya letusan 1006 memang ada ya pak [merupakan letusan besar merapi?]? saya pernah juga liat borobudurnya dari atas menoreh, waktu pengenalan geologi lapangan 2002 lalu, bagus bgt! salam, wida --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog (semacam antropolog) Belanda di Indonesia tahun 1933 mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarahwan saat itu : bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu pertama kali ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda (”Het Boroboedoermeer” – Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933). Boroboedoermeer = telaga Borobudur. Kemudian ditulisnya lagi tanggal 2 Mei 1937 dalam majalah yang sama dengan judul artikel ”Boroboedoer en omgeving” (Borobudur dan sekitarnya). Dua tulisan ini telah menyulut polemik yang hebat, dan para ahli geologi tersohor zaman itu pun mendapat tantangan yang berat untuk membuktikan apakah benar dulu ada danau mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia itu. Nah..., tak kurang dari M.G.R. Rutten dan R.W van Bemmelen – dua tokoh geologi Indonesia - turut menyelidiki hipotesis Nieuwenkamp tersebut. Pendek cerita, baik Rutten maupun van Bemmelen membenarkan hipotesis Nieuwenkamp itu. Buku spektakular van Bemmelen, ”The Geology of Indonesia” (1949) sedikit memuat hipotesis tersebut, dan van Bemmelen menghubungkannya dengan erupsi Merapi tahun 1006, angka tahun yang berasal dari van Bemmelen. Sebagai seorang arsitek dan etnolog, Nieuwenkamp tahu bahwa Borobudur adalah sebuah bangunan agung yang menggambarkan perwujudan bunga teratai untuk menghormati Maitreya, Buddha yang akan datang ke dunia ini. Menurut ajaran Buddha, Maitreya akan lahir di tengah-tengah sebuah bunga teratai yang melambangkan kesucian dalam agama Buddha. Inilah terjemahan tulisan Nieuwenkamp, ”Andaikata kita berdiri di tengah telaga itu, kita dapat menikmati keindahan panorama sekeliling Borobudur. Bayang-bayangnya terpantul di permukaan telaga yang jernih dan tenang. Di sekelilingnya hamparan padi menguning, hutan menghijau, dan perbukitan Menoreh membentang di batas selatan. Gunung Sumbing di barat, Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo di timur, dan gunung Tidar terpaku di tengah hamparan sisi utara. Sungguh panorama yang mengagumkan”. Daerah sekeliling Borobudur itu sekarang ada yang bernama Tanjung, Bumisegoro, Sabrangrowo, dan sebagainya. Secara toponimi (asal-usul nama daerah), jelas mengindikasi adanya telaga/rawa di sekitar itu. Adalah van Bemmelen, diilhami oleh penelitiannya di wilayah Bandung tahun 1933, berhipotesis bahwa Telaga Borobudur terjadi akibat bendungan piroklastika Merapi menyumbat aliran Kali Progo di kaki timurlaut Perbukitan Menoreh. Itu terjadi sebelum Borobodur didirikan tahun 830-850. Dan adalah van Bemmelen juga yang berhipotesis (bisa dibaca di bukunya : the Geology of Indonesia) yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini – lenyap dari sejarah, sampai ditemukan kembali oleh tim van Erp pada tahun 1907-1911. Kalau melihat gambar peta dan
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
membuktikan hubungan erupsi Merapi ini dengan mundurnya kerajaan di Jawa tersebut. Van Bemmelen kelihatannya selalu berpendapat bahwa evolusi volkanisme erat berkaitan dengan tektonik. Banyak gunungapi yang ditelitinya dari Sumatra sampai Banda selalu menunjukkan pola-pola runtuhan sayap gunungapi akibat proses volkano-tektonik, termasuk pembentukan Danau Toba dan merosotnya sayap utara kompleks Bromo ke Selat Madura. Setiap runtuhan sayap akan mengakibatkan kompresi di kaki gunungapi. Untuk Merapi, maka Gendol Hills di BD Merapi adalah kompleks perbukitan hasil kompresi lereng yang collapse. Salam, awang -Original Message- From: dyah kusuma [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, April 25, 2006 2:07 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 hallo pak awang, he3 menarik nih ceritanya, btw memangnya letusan 1006 memang ada ya pak [merupakan letusan besar merapi?]? saya pernah juga liat borobudurnya dari atas menoreh, waktu pengenalan geologi lapangan 2002 lalu, bagus bgt! salam, wida --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog (semacam antropolog) Belanda di Indonesia tahun 1933 mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarahwan saat itu : bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu pertama kali ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda (Het Boroboedoermeer – Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933). Boroboedoermeer = telaga Borobudur. Kemudian ditulisnya lagi tanggal 2 Mei 1937 dalam majalah yang sama dengan judul artikel Boroboedoer en omgeving (Borobudur dan sekitarnya). Dua tulisan ini telah menyulut polemik yang hebat, dan para ahli geologi tersohor zaman itu pun mendapat tantangan yang berat untuk membuktikan apakah benar dulu ada danau mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia itu. Nah..., tak kurang dari M.G.R. Rutten dan R.W van Bemmelen – dua tokoh geologi Indonesia - turut menyelidiki hipotesis Nieuwenkamp tersebut. Pendek cerita, baik Rutten maupun van Bemmelen membenarkan hipotesis Nieuwenkamp itu. Buku spektakular van Bemmelen, The Geology of Indonesia (1949) sedikit memuat hipotesis tersebut, dan van Bemmelen menghubungkannya dengan erupsi Merapi tahun 1006, angka tahun yang berasal dari van Bemmelen. Sebagai seorang arsitek dan etnolog, Nieuwenkamp tahu bahwa Borobudur adalah sebuah bangunan agung yang menggambarkan perwujudan bunga teratai untuk menghormati Maitreya, Buddha yang akan datang ke dunia ini. Menurut ajaran Buddha, Maitreya akan lahir di tengah-tengah sebuah bunga teratai yang melambangkan kesucian dalam agama Buddha. Inilah terjemahan tulisan Nieuwenkamp, Andaikata kita berdiri di tengah telaga itu, kita dapat menikmati keindahan panorama sekeliling Borobudur. Bayang-bayangnya terpantul di permukaan telaga yang jernih dan tenang. Di sekelilingnya hamparan padi menguning, hutan menghijau, dan perbukitan Menoreh membentang di batas selatan. Gunung Sumbing di barat, Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo di timur, dan gunung Tidar terpaku di tengah hamparan sisi utara. Sungguh panorama yang mengagumkan. Daerah sekeliling Borobudur itu sekarang ada yang bernama Tanjung, Bumisegoro, Sabrangrowo, dan sebagainya. Secara toponimi (asal-usul nama daerah), jelas mengindikasi adanya telaga/rawa di sekitar itu. Adalah van Bemmelen, diilhami oleh penelitiannya di wilayah Bandung tahun 1933, berhipotesis bahwa Telaga Borobudur terjadi akibat bendungan piroklastika Merapi menyumbat aliran Kali Progo di kaki timurlaut Perbukitan Menoreh. Itu terjadi sebelum Borobodur didirikan tahun 830-850. Dan adalah van Bemmelen juga yang berhipotesis (bisa dibaca di bukunya : the Geology of Indonesia) yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini – lenyap dari sejarah, sampai ditemukan kembali oleh tim van Erp pada tahun 1907-1911. Kalau melihat gambar peta dan penampang geologi volkano-tektonik Gunung Merapi (van Bemmelen, 1949), akan tahulah kita bahwa nasib Borobudur sepanjang sejarahnya telah banyak ditentukan oleh merosot-runtuhnya dinding baratdaya Merapi. Dan, ke arah situ pulalah sekarang pun banyak piroklastika hasil letusan Merapi ditumpahkan. Sebagai gunungapi teraktif di dunia, yang di sekelilingnya telah dari zaman purba peradaban manusia tumbuh dan berkembang, mau tak mau Merapi sedikit banyak punya peranan pada maju dan mundurnya peradaban di sekelilingnya. Salam, awang _ -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
mengkalibrasi pendapat van Bemmelen. Dan, van Bemmelen menyebutkan letusan 1006 adalah letusan paroxysmal (besar-besaran). Di artikel lepas, van Bemmelen pernah meneliti juga berakhirnya Kerajaan Mataram akibat letusan ini. Hal ini masih menjadi bahan perdebatan, ada yang setuju ada yang tidak. Saya pikir ahli-ahli kita sekarang jauh lebih mampu membuktikan hubungan erupsi Merapi ini dengan mundurnya kerajaan di Jawa tersebut. Van Bemmelen kelihatannya selalu berpendapat bahwa evolusi volkanisme erat berkaitan dengan tektonik. Banyak gunungapi yang ditelitinya dari Sumatra sampai Banda selalu menunjukkan pola-pola runtuhan sayap gunungapi akibat proses volkano-tektonik, termasuk pembentukan Danau Toba dan merosotnya sayap utara kompleks Bromo ke Selat Madura. Setiap runtuhan sayap akan mengakibatkan kompresi di kaki gunungapi. Untuk Merapi, maka Gendol Hills di BD Merapi adalah kompleks perbukitan hasil kompresi lereng yang collapse. Salam, awang -Original Message- From: dyah kusuma [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, April 25, 2006 2:07 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 hallo pak awang, he3 menarik nih ceritanya, btw memangnya letusan 1006 memang ada ya pak [merupakan letusan besar merapi?]? saya pernah juga liat borobudurnya dari atas menoreh, waktu pengenalan geologi lapangan 2002 lalu, bagus bgt! salam, wida --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog (semacam antropolog) Belanda di Indonesia tahun 1933 mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarahwan saat itu : bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu pertama kali ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda (Het Boroboedoermeer – Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933). Boroboedoermeer = telaga Borobudur. Kemudian ditulisnya lagi tanggal 2 Mei 1937 dalam majalah yang sama dengan judul artikel Boroboedoer en omgeving (Borobudur dan sekitarnya). Dua tulisan ini telah menyulut polemik yang hebat, dan para ahli geologi tersohor zaman itu pun mendapat tantangan yang berat untuk membuktikan apakah benar dulu ada danau mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia itu. Nah..., tak kurang dari M.G.R. Rutten dan R.W van Bemmelen – dua tokoh geologi Indonesia - turut menyelidiki hipotesis Nieuwenkamp tersebut. Pendek cerita, baik Rutten maupun van Bemmelen membenarkan hipotesis Nieuwenkamp itu. Buku spektakular van Bemmelen, The Geology of Indonesia (1949) sedikit memuat hipotesis tersebut, dan van Bemmelen menghubungkannya dengan erupsi Merapi tahun 1006, angka tahun yang berasal dari van Bemmelen. Sebagai seorang arsitek dan etnolog, Nieuwenkamp tahu bahwa Borobudur adalah sebuah bangunan agung yang menggambarkan perwujudan bunga teratai untuk menghormati Maitreya, Buddha yang akan datang ke dunia ini. Menurut ajaran Buddha, Maitreya akan lahir di tengah-tengah sebuah bunga teratai yang melambangkan kesucian dalam agama Buddha. Inilah terjemahan tulisan Nieuwenkamp, Andaikata kita berdiri di tengah telaga itu, kita dapat menikmati keindahan panorama sekeliling Borobudur. Bayang-bayangnya terpantul di permukaan telaga yang jernih dan tenang. Di sekelilingnya hamparan padi menguning, hutan menghijau, dan perbukitan Menoreh membentang di batas selatan. Gunung Sumbing di barat, Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo di timur, dan gunung Tidar terpaku di tengah hamparan sisi utara. Sungguh panorama yang mengagumkan. Daerah sekeliling Borobudur itu sekarang ada yang bernama Tanjung, Bumisegoro, Sabrangrowo, dan sebagainya. Secara toponimi (asal-usul nama daerah), jelas mengindikasi adanya telaga/rawa di sekitar itu. Adalah van Bemmelen, diilhami oleh penelitiannya di wilayah Bandung tahun 1933, berhipotesis bahwa Telaga Borobudur terjadi akibat bendungan piroklastika Merapi menyumbat aliran Kali Progo di kaki timurlaut Perbukitan Menoreh. Itu terjadi sebelum Borobodur didirikan tahun 830-850. Dan adalah van Bemmelen juga yang berhipotesis (bisa dibaca di bukunya : the Geology of Indonesia) yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini – lenyap dari sejarah, sampai ditemukan kembali oleh tim van Erp pada tahun 1907-1911. Kalau melihat gambar peta dan penampang geologi volkano-tektonik Gunung Merapi (van Bemmelen, 1949), akan tahulah kita bahwa nasib Borobudur sepanjang sejarahnya telah banyak ditentukan oleh merosot-runtuhnya dinding baratdaya Merapi. Dan, ke arah situ pulalah sekarang pun banyak piroklastika hasil letusan Merapi
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
On 4/25/06, Alman [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho..? Bukannya Raja Darmawangsa tewas beserta petinggi kerajaan Mataram Hindu justru karena letusan 1006 Merapi tsb. Lalu putranya, Airlangga yang selamat pindah ke Jawa Timur dan mendirikan kerajaan baru... Wah kalo gitu datingnya adalah kepunahan Darmawangsa ya Brati bukan karena diserang Sriwijaya donk ! Barangkali adanya penyerangan itu hanya klaimnya Sriwijaya, atau sriwijaya memanfaatkan kondisi alam yg sedang kacau utk menyerang darmawangsa. rdp - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
Pak Awang, Anda dapat menyumbang geowisata tentang borobudur dengan membuat tulisan secara populer untuk dimuat di majalah umum/pariwisata misal intisari. Saya yakin akan menarik banyak pembaca dan akan menjadi bahan bagi pemandu wisata ataupun flyer, UUD, ujung-ujungnya duit, yaitu banyak wisata datang. Sungguh kontribusi mulia. Kalau memerlukan asisten kami sukarela membantu. Yangkung Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog (semacam antropolog) Belanda di Indonesia tahun 1933 mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarahwan saat itu : bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu pertama kali ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda (Het Boroboedoermeer Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933). Boroboedoermeer = telaga Borobudur. Kemudian ditulisnya lagi tanggal 2 Mei 1937 dalam majalah yang sama dengan judul artikel Boroboedoer en omgeving (Borobudur dan sekitarnya). Dua tulisan ini telah menyulut polemik yang hebat, dan para ahli geologi tersohor zaman itu pun mendapat tantangan yang berat untuk membuktikan apakah benar dulu ada danau mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia itu. Nah..., tak kurang dari M.G.R. Rutten dan R.W van Bemmelen dua tokoh geologi Indonesia - turut menyelidiki hipotesis Nieuwenkamp tersebut. Pendek cerita, baik Rutten maupun van Bemmelen membenarkan hipotesis Nieuwenkamp itu. Buku spektakular van Bemmelen, The Geology of Indonesia (1949) sedikit memuat hipotesis tersebut, dan van Bemmelen menghubungkannya dengan erupsi Merapi tahun 1006, angka tahun yang berasal dari van Bemmelen. Sebagai seorang arsitek dan etnolog, Nieuwenkamp tahu bahwa Borobudur adalah sebuah bangunan agung yang menggambarkan perwujudan bunga teratai untuk menghormati Maitreya, Buddha yang akan datang ke dunia ini. Menurut ajaran Buddha, Maitreya akan lahir di tengah-tengah sebuah bunga teratai yang melambangkan kesucian dalam agama Buddha. Inilah terjemahan tulisan Nieuwenkamp, Andaikata kita berdiri di tengah telaga itu, kita dapat menikmati keindahan panorama sekeliling Borobudur. Bayang-bayangnya terpantul di permukaan telaga yang jernih dan tenang. Di sekelilingnya hamparan padi menguning, hutan menghijau, dan perbukitan Menoreh membentang di batas selatan. Gunung Sumbing di barat, Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo di timur, dan gunung Tidar terpaku di tengah hamparan sisi utara. Sungguh panorama yang mengagumkan. Daerah sekeliling Borobudur itu sekarang ada yang bernama Tanjung, Bumisegoro, Sabrangrowo, dan sebagainya. Secara toponimi (asal-usul nama daerah), jelas mengindikasi adanya telaga/rawa di sekitar itu. Adalah van Bemmelen, diilhami oleh penelitiannya di wilayah Bandung tahun 1933, berhipotesis bahwa Telaga Borobudur terjadi akibat bendungan piroklastika Merapi menyumbat aliran Kali Progo di kaki timurlaut Perbukitan Menoreh. Itu terjadi sebelum Borobodur didirikan tahun 830-850. Dan adalah van Bemmelen juga yang berhipotesis (bisa dibaca di bukunya : the Geology of Indonesia) yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini lenyap dari sejarah, sampai ditemukan kembali oleh tim van Erp pada tahun 1907-1911. Kalau melihat gambar peta dan penampang geologi volkano-tektonik Gunung Merapi (van Bemmelen, 1949), akan tahulah kita bahwa nasib Borobudur sepanjang sejarahnya telah banyak ditentukan oleh merosot-runtuhnya dinding baratdaya Merapi. Dan, ke arah situ pulalah sekarang pun banyak piroklastika hasil letusan Merapi ditumpahkan. Sebagai gunungapi teraktif di dunia, yang di sekelilingnya telah dari zaman purba peradaban manusia tumbuh dan berkembang, mau tak mau Merapi sedikit banyak punya peranan pada maju dan mundurnya peradaban di sekelilingnya. Salam, awang _ -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
Sedikit sumbangan pemikiran... Ibu Dr. Sri Mulyaningsih dari Akprind Yk dengan riset S3-nya mengenai endapan-endapan volkanik Merapi dan banyak melakukan dating, ternyata tidak menemukan endapan-endapan yang berumur 1006 AD tersebut! Jadi saya pikir kita harus melihat kembali pendapat van Bemmelen tsb. Karena van Bem hanya mengira-ngira runtuhnya Mataram Hindu (bergeser ke Timur) pada akhir milenium tsb diperkirakan karena adanya letusan kataklismik Merapi. Ada pun volkanik Gendol yang diduga van Bem sebagai produk 1006 AD, kalau tidak salah ternyata umurnya jauh sangat tua. Contoh koreksi lain van Bem (dan von Koenigswald) misalnya umur Danau Bandung Purba yang didasarkan dari tipologi alat batu obsidian sebagai 6000 - 3000 tahun yang lalu, padahal Dam (1994) dengan dating yang lengkap dari endapan danaunya, dengan pasti diketahui bahwa Danau Bandung Purba telah terbentuk sejak 125.000 th yl dan surut 16.000 th yl. Jadi kalau di buku van Bem (the Geology of Indonesia), orang-orang purbakala Dago Pakar naik perahu ke Kendan (Cicalengka) untuk mencari obsidian pada 6000 - 3000 th yl pada permukaan danau 720 m dpl, dalam pandangan Dam jika konsep berperahunya tetap, mereka terbang dengan perahu (karena airnya sebenarnya jauh sudah surut saat itu). Mungkin 6000 - 3000 th yl sudah berupa ranca (rawa), nama geografis Sunda yang banyak tersebar di Dataran Bandung. Salam, BB On 4/25/06, Alman [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho..? Bukannya Raja Darmawangsa tewas beserta petinggi kerajaan Mataram Hindu justru karena letusan 1006 Merapi tsb. Lalu putranya, Airlangga yang selamat pindah ke Jawa Timur dan mendirikan kerajaan baru... Wah kalo gitu datingnya adalah kepunahan Darmawangsa ya Brati bukan karena diserang Sriwijaya donk ! Barangkali adanya penyerangan itu hanya klaimnya Sriwijaya, atau sriwijaya memanfaatkan kondisi alam yg sedang kacau utk menyerang darmawangsa. rdp - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
Kalau pakai primbon jawa barangkali korelasinya bisa menjadi R 90 %. -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, April 25, 2006 4:09 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Nah ada angkat tahun 1006 ? Mari kita cocokkan dengan sejarah di Jawa ... yg aku cuplik dibawah sana. Spertinya tahun 1006 agak sdikit mleset dengan pentarikhan yg dilakukan oleh sejarawan. Tahun itu tahun penyerangan Sriwijaya ke Darmawangsa. Perang ini menewaskan Darmawangsa. Dan sepertinya menjadi cikal bakal kerajaan Kediri pada tahun 1042. nah apa yg terjadi tahun 1006 dengan Merapi. Kalau letusannya cukup besar tentunya menjadi catatan sejarah. Tetapi sepertinya tidak ada catatan sejarah mengenai peristiwa itu korelasinya kurang pas barangkali. RDP == http://www.jawapalace.org Zaman Indonesia – Kuno Pada kira-kira th. 78 Masehi : Diperkirakan permulaan Kerajaan dengan nafas Hindu sekaligus merupakan permulaan metode perthitungan Tahun di Jawa. Abad IV-V : Kerajaan Hindu di Jawa Barat Tarumanegara. Raja : Purnawarman.dengan Ibu kota Jansinga. dan di Jawa Tengah berdiri Kerajaan Kalingga. 414 : Perkunjungan Fa Hien musafir Tionghoa ke Indonesia. 433 dan 435 : Dua kali terjadi perkunjungan utusan Tarumanegara ke Tiongkok. Kira-kira th. 450 M : Di Kalimantan : kerajaan Muarakaman atau Kutai. Raja-rajanya : Kudungga, Asjwawarman dan Mulawarman. Kira-kira th. 650 M : Di Sumatera berdiri : kerajaan Melayu dan Sriwijaya.. Kira-kira th. 700 M : Kerajaan Melayu runtuh. Sriwijaya berkuasa. Pusat pemerintahan berada di Palembang sekaligus sebagai pusat agama Budha dan ilmu pengetahuan di Sumatra Kira-kira th. 732 M : Wangsa Sanjaya merubah nama Kalingga dengan Mataram. Ia menjadi raja pertama Mataram Hindu. dengan Ibu kota : Medang Kamulan. Masa ini juga merupakan masa pendirian candi-candi Siwa di Gunung Dieng. Kira-kira th. 750-850 M : Sailendra dari Sriwijaya menguasai Jawa Tengah.,juga masa berdirinya candi-candi : Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasan. Kira-kira th. 800 M : Mataram Hindu terdesak. Keluarga Sanjaya menyingkir ke wilayah Jawa Tengah Kira-kira th. 925 M : Jawa Tengah ditinggalkan, di Jawa Timur mulai didirikan kerajaaan-kerajaan (925-1042) Kira-kira th. 929-947 M : Empu Sindok, raja pertama Jawa Timur, pusat : Singasari. 947-990 : Sri Isyana Tunggawijaya, puteri Sindok memerintah. 990-1007 : Pemerintah Darmawangsa.Pada zaman ini diterjemahkan Kitab Mahabarata dari bahasa Sansekerta ke dalam huruf dan bahasa Jawa. 991-992 : Peristiwa Penyerangan Darmawangsa ke Sriwijaya, namun gagal. 1006-1007 : Sriwijaya menuntut balas. Darmawangsa tewas. 1010 : Utusan terdiri dari bupati-bupati meminta pada Airlangga, menantu Darmawangsa untuk mengendalikan pemerintahan. 1019-1041 : Pemerintahan Airlangga berdiri dengan Ibu kota: Kahuripan. Pada zaman ini Empu Kanwa menciptakan : Kitab Arjunawiwaha. 1028-1035 : Airlangga turun tahta. Kerajaan yang dengan susah payah dibagi dua untuk kedua putranya. Jenggala dengan ibu kota Kahuripan,dan Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha. Kerajaan Kediri (1042 – 1222) Terjadilah peperangan antara kedua putra Airlangga untuk merebut hegemoni. Akhirnya Kediri berkuasa. Pengaruhnya sampai ke Indonesai Timur. 1115-1134 : Pemerintahan Kamicwara I. Dalam zamannya Empu Darmaja menjiptakan : Smaradahana. 1135-1157 : Jayabaya,merupakan Raja ,sekaligus dikenal ahli-nujum. Masa ini, Empu Sedah menterjemahkan sebagian Mahabrata: Bratayuda. ada juga Pujangga lain yang hidup yaitu :Empu Panuluh. 1157-1171 : Sarweswara 1171-1181 : Areyyeswara 1181-1185 : Kroncharyadipa 1185-1194 : Karmicwara II 1194-1200 : Sarweswara 1200-1222 : Kertajaya 1222 : Kertajaya dikalahkan oleh Ken Angrok, raja Singasari 1222-1227 : Pemerintahan Ken Angrok bergelar Rajasa, raja pertama Singasari. Pusatnya berada di Tumapel 1227 : Ken Angrok dibunuh oleh anak tirinya Anusapati. 1227-1248 : Pemerintahan Anusapati. 1248 : Tohjaya memerintah. 1248-1268 : Ranggawuni ( Sriwisnuwardana). 1268-1292 : Kertanegara raja terakhir Singasari. 1275 : Ekspedisi ke Melayu. Sriwijaya ditaklukan. 1284 : Ekspedisi ke Bali 1289 : Hubungan Singasari dengan Kubilai Khan, Kaisar Tiongkok, menjadi buruk. 1292 : Serangan atas Singasari oleh Jayakatwang, anak Kertajaya. On 4/25/06, Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya Wida, coba cek di buku van Bemmelen pada section evolution of physiographic zone, jangan di section volcanology. Tidak disebutkan darimana asal angka tahun 1006 itu. Hanya, angka ini kelihatannya telah dipakai banyak para ahli maka tahun ini ada perayaan 1000 tahun letusan gunung Merapi dengan mengadakan acara volcano gathering di Yogya. Teman-teman di volkanologi mungkin telah melakukan banyak dating absolut piroklastika hasil letusan tersebut, untuk mengkalibrasi pendapat van Bemmelen. Dan, van Bemmelen
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
Pak Koesoema ysh. dan rekan-rekan IAGI ysh juga, Metoda dating yang digunakan adalah C-14. Saya kutip dari makalah di PIT IAGI 1999 Reconstruction of Old Natural Hazards around Kalasan and Its Vicinity, Jogjakarta, from Volcanic Stratigraphy Point of View: bencana alam letusan G. Merapi yang mengubur candi-candi Hindu Buda di Kalasan dsk...terjadi dalam 3 perioda letusan besar, yaitu 1285 (1255-1335M), 1570-1600M dan setelah tahun 1660-an (240+/-50 YBP). Ada juga dari Christopher Newhall, Sutikno Bronto, Brent Alloway + 15 co-authors (kalau dikutip bisa ditulis Newhall dgr/dan gerombolannya :-) (yang saya punya draft makalahnya May 18, 1998): 10,000 years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: Archaeological and Modern Implications. Saya kutip beberapa: hal 6: a new K-Ar age from an unusually fresh outcrop of hbl-andesite on the south side of one of the hills (of G. Gendol), G. Guling, is 3.44 +/- 0.09 Ma. This is considerably older than any Merapi rocks that we have dated, and considerably older than the oldest age that Camus et.al report for Merapi (0.04 Ma). hal 13: Slip-failure and a catastrophic eruption of Merapi Volcano, supposedly in 1006 AD are reputed to have forced the demise of E-ward migration of the Mataram civilization of Central Java (Ijzerman, 1891; Scheltema, 1912; van Hinloopen Labberton, 1922; van Bemmelen, 1949, 1956, 1971). However, the idea that the Mataram civilization moved to E Java in response to an eruption of Merapi in 1006 AD is certainly wrong, because the palace had already been shifted to the Brantas delta (E Java) at that time (Boechari, 1976). dalam salah satu kesimpulannya: we cannot prove that eruptions caused the decentralization of civilization in Central Java, but we can say that these early eruptions would have been very disruptive, and crops might easily have failed. A lake also formed around Candi Borobudur, though the precise timing of the lake relative to construction and abandonment of Candi Borobudur is uncertain. Itu dulu, mudah-mudahan bermanfaat. Salam, BB Saya ingin tahu metoda age dating apa yang digunakan Dr. Sri Mulyaningsih ini, dan berapa tahun hasilnya. Memang dengan adanya radiometri ini banyak perkiraan umur dari endapan2 Kwarter ini menjadi jauh lebih tua dari diperkirakan sebelumnya, sehingga kita harus mereview kembali. Tetapi itu adalah sains, akan terus terjadi updating , karena sains dan teknologi berkembang terus. RPK - Original Message - From: Budi Brahmantyo [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, April 26, 2006 7:49 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Sedikit sumbangan pemikiran... Ibu Dr. Sri Mulyaningsih dari Akprind Yk dengan riset S3-nya mengenai endapan-endapan volkanik Merapi dan banyak melakukan dating, ternyata tidak menemukan endapan-endapan yang berumur 1006 AD tersebut! Jadi saya pikir kita harus melihat kembali pendapat van Bemmelen tsb. Karena van Bem hanya mengira-ngira runtuhnya Mataram Hindu (bergeser ke Timur) pada akhir milenium tsb diperkirakan karena adanya letusan kataklismik Merapi. Ada pun volkanik Gendol yang diduga van Bem sebagai produk 1006 AD, kalau tidak salah ternyata umurnya jauh sangat tua. Contoh koreksi lain van Bem (dan von Koenigswald) misalnya umur Danau Bandung Purba yang didasarkan dari tipologi alat batu obsidian sebagai 6000 - 3000 tahun yang lalu, padahal Dam (1994) dengan dating yang lengkap dari endapan danaunya, dengan pasti diketahui bahwa Danau Bandung Purba telah terbentuk sejak 125.000 th yl dan surut 16.000 th yl. Jadi kalau di buku van Bem (the Geology of Indonesia), orang-orang purbakala Dago Pakar naik perahu ke Kendan (Cicalengka) untuk mencari obsidian pada 6000 - 3000 th yl pada permukaan danau 720 m dpl, dalam pandangan Dam jika konsep berperahunya tetap, mereka terbang dengan perahu (karena airnya sebenarnya jauh sudah surut saat itu). Mungkin 6000 - 3000 th yl sudah berupa ranca (rawa), nama geografis Sunda yang banyak tersebar di Dataran Bandung. Salam, BB On 4/25/06, Alman [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho..? Bukannya Raja Darmawangsa tewas beserta petinggi kerajaan Mataram Hindu justru karena letusan 1006 Merapi tsb. Lalu putranya, Airlangga yang selamat pindah ke Jawa Timur dan mendirikan kerajaan baru... Wah kalo gitu datingnya adalah kepunahan Darmawangsa ya Brati bukan karena diserang Sriwijaya donk ! Barangkali adanya penyerangan itu hanya klaimnya Sriwijaya, atau sriwijaya memanfaatkan kondisi alam yg sedang kacau utk menyerang darmawangsa. rdp - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama
Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006
Pakai C-14 atau KAr method seperti disebutkan di hal 6? - Original Message - From: Budi Brahmantyo [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, April 26, 2006 10:23 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Pak Koesoema ysh. dan rekan-rekan IAGI ysh juga, Metoda dating yang digunakan adalah C-14. Saya kutip dari makalah di PIT IAGI 1999 Reconstruction of Old Natural Hazards around Kalasan and Its Vicinity, Jogjakarta, from Volcanic Stratigraphy Point of View: bencana alam letusan G. Merapi yang mengubur candi-candi Hindu Buda di Kalasan dsk...terjadi dalam 3 perioda letusan besar, yaitu 1285 (1255-1335M), 1570-1600M dan setelah tahun 1660-an (240+/-50 YBP). Ada juga dari Christopher Newhall, Sutikno Bronto, Brent Alloway + 15 co-authors (kalau dikutip bisa ditulis Newhall dgr/dan gerombolannya :-) (yang saya punya draft makalahnya May 18, 1998): 10,000 years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: Archaeological and Modern Implications. Saya kutip beberapa: hal 6: a new K-Ar age from an unusually fresh outcrop of hbl-andesite on the south side of one of the hills (of G. Gendol), G. Guling, is 3.44 +/- 0.09 Ma. This is considerably older than any Merapi rocks that we have dated, and considerably older than the oldest age that Camus et.al report for Merapi (0.04 Ma). hal 13: Slip-failure and a catastrophic eruption of Merapi Volcano, supposedly in 1006 AD are reputed to have forced the demise of E-ward migration of the Mataram civilization of Central Java (Ijzerman, 1891; Scheltema, 1912; van Hinloopen Labberton, 1922; van Bemmelen, 1949, 1956, 1971). However, the idea that the Mataram civilization moved to E Java in response to an eruption of Merapi in 1006 AD is certainly wrong, because the palace had already been shifted to the Brantas delta (E Java) at that time (Boechari, 1976). dalam salah satu kesimpulannya: we cannot prove that eruptions caused the decentralization of civilization in Central Java, but we can say that these early eruptions would have been very disruptive, and crops might easily have failed. A lake also formed around Candi Borobudur, though the precise timing of the lake relative to construction and abandonment of Candi Borobudur is uncertain. Itu dulu, mudah-mudahan bermanfaat. Salam, BB Saya ingin tahu metoda age dating apa yang digunakan Dr. Sri Mulyaningsih ini, dan berapa tahun hasilnya. Memang dengan adanya radiometri ini banyak perkiraan umur dari endapan2 Kwarter ini menjadi jauh lebih tua dari diperkirakan sebelumnya, sehingga kita harus mereview kembali. Tetapi itu adalah sains, akan terus terjadi updating , karena sains dan teknologi berkembang terus. RPK - Original Message - From: Budi Brahmantyo [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, April 26, 2006 7:49 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Hipotesis Telaga Borobudur dan Letusan Merapi AD 1006 Sedikit sumbangan pemikiran... Ibu Dr. Sri Mulyaningsih dari Akprind Yk dengan riset S3-nya mengenai endapan-endapan volkanik Merapi dan banyak melakukan dating, ternyata tidak menemukan endapan-endapan yang berumur 1006 AD tersebut! Jadi saya pikir kita harus melihat kembali pendapat van Bemmelen tsb. Karena van Bem hanya mengira-ngira runtuhnya Mataram Hindu (bergeser ke Timur) pada akhir milenium tsb diperkirakan karena adanya letusan kataklismik Merapi. Ada pun volkanik Gendol yang diduga van Bem sebagai produk 1006 AD, kalau tidak salah ternyata umurnya jauh sangat tua. Contoh koreksi lain van Bem (dan von Koenigswald) misalnya umur Danau Bandung Purba yang didasarkan dari tipologi alat batu obsidian sebagai 6000 - 3000 tahun yang lalu, padahal Dam (1994) dengan dating yang lengkap dari endapan danaunya, dengan pasti diketahui bahwa Danau Bandung Purba telah terbentuk sejak 125.000 th yl dan surut 16.000 th yl. Jadi kalau di buku van Bem (the Geology of Indonesia), orang-orang purbakala Dago Pakar naik perahu ke Kendan (Cicalengka) untuk mencari obsidian pada 6000 - 3000 th yl pada permukaan danau 720 m dpl, dalam pandangan Dam jika konsep berperahunya tetap, mereka terbang dengan perahu (karena airnya sebenarnya jauh sudah surut saat itu). Mungkin 6000 - 3000 th yl sudah berupa ranca (rawa), nama geografis Sunda yang banyak tersebar di Dataran Bandung. Salam, BB On 4/25/06, Alman [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho..? Bukannya Raja Darmawangsa tewas beserta petinggi kerajaan Mataram Hindu justru karena letusan 1006 Merapi tsb. Lalu putranya, Airlangga yang selamat pindah ke Jawa Timur dan mendirikan kerajaan baru... Wah kalo gitu datingnya adalah kepunahan Darmawangsa ya Brati bukan karena diserang Sriwijaya donk ! Barangkali adanya penyerangan itu hanya klaimnya Sriwijaya, atau sriwijaya memanfaatkan kondisi alam yg sedang kacau utk menyerang darmawangsa. rdp - To unsubscribe, send email to: iagi-net