On Mon, 4 Oct 1999, Ahmad Dimpu wrote:
Beginilah Nasib Si "Bisu" Megawati : Mengenaskan...
Inilah akibatnya kalau tidak mau
berkomunikasi..kasihan.
Beginilah akibatnya kalau "Poros Tengil" itu dianggap
remeh...
Yang salah adalah orang2 di sekitar Mega, yang mencekoki Mega dengan ilusi
On Tue, 5 Oct 1999, Jantan P wrote:
Tulisan WAM ini begitu mudah telah memporak-porandakan
kenaifan, niat terselubung, dan politik penjajah
Belanda yang dipraktekkan sekelompok orang saat ini.
Dia itu ngakunya aja pelajar, anak UI, Peduli-Peduli,
tidak berbasis agama dll. Sukur Pak WAM
On Tue, 5 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
saya kira kita harus menghormati hasil pemilu 99, apapun hasilnya pdip
adalah yang memperoleh suara terbanyak,sehinnga konsekuensinya struktur
pemerintahan nanti harus mencerminkan hasil pemilu tersebut, kalau tidak
untuk apa kita mengadakan pemilu
On Tue, 5 Oct 1999, anti_sq wrote:
Kenapa sih anda (dan pendukung PDIP yang lain) tidak bisa bersikap
obyektif ?
Janganlah meringankan suatu perbuatan buruk dengan membandingkannya
dengan perbuatan buruk lain yang lebih besar.
Tidak bisakah anda mengatakan yang salah itu salah dan tidak
On Mon, 4 Oct 1999, [Windows-1252] åç wrote:
Menurut Sumego penasihat politik Presiden Habibie dalam
bincang-bancang di ANTV malam ini, TNI dan Polri nanti harus
memilih karena tidak mempunyai calon sendiri. Selanjutnya, ia
mengatakan bahwa TNI/Polri lebih dekat ke Golkar.
any comment?
On Wed, 6 Oct 1999, Andriecht wrote:
Salam,
Saya ingin minta konfirmasi dari teman-teman di milis ini tentang pernyataan
Bang Aberson di Koran republika, bahwa PDI-P akan walk-out jika pemilihan
presiden dilakukan secara voting,.
Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
Ketika
On Mon, 4 Oct 1999, Martin Manurung wrote:
Saudara Wisnu dari BPPT.
Bung Martin, terima kasih atas reply anda.
Belum genap seminggu saya bergabung dengan milis ini. Dengan demikian,
saya belum bisa menyimak apa saja yang dibicarakan selama ini. Meski
demikian, terus terang, saya amat frustasi
On Mon, 4 Oct 1999, Phantom Stranger wrote:
(mengomentari Martin Manurung):
mungkin sudah saatnya kita membuang semua istilah2 pro, kontra, reformasi,
status quo, dan berbagai macam kubu2 (kubu mahasiswa, pemerintah, dll)..
kenapa kita tidak melihat saja keputusan2/pendapat2 (baik dari
On Fri, 8 Oct 1999, Hihihiiik Yek wrote:
Bukan cuma Poros Tengik. PDIP juga bangsat. Penipu. Meloloskan Akbar jadi
Ketua DPR. Dasar pelacur. Pengkhianat. Bajingan. Anjing rakus
kekuasaan.
Mana kehormatan itu? Kalah voting dan jadi oposisi lebih terhormat
daripada jadi pelacur. Dasar
On Wed, 6 Oct 1999, Sambodo, Prijo (KPC) wrote:
Tetapi sekarang (kalau seandainya harapan saya itu terwujud), bisa kita
lihat bahwa PAN + poros tengah serta didukung GOLKAR telah menguasai MPR,
juga DPR telah dikuasakan kepada GOLKAR, maka yang layak diharapkan adalah
PDI-P (yang memperoleh
On Wed, 6 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Saya kaget juga membaca tulisan Aberson itu.
Seharusnya kan ada tata tertib dan aturan mainnya.
Kalau memang Majelis menghendaki voting, ya voting.
Kalau memang Majelis menghendaki mufakat, ya mufakat.
Saya tidak kaget.
Cuma tidak suka.
Kenapa reformasi
On Thu, 7 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
Melihat dukungan fraksi PDI-P terhadap pencalonan Akbar untuk ketua DPR
rasa-rasanya ada "undersheet bargaining" antara PDI-P dan Golkar, menurut hemat
saya itu bagus. Minimal keinginan masyarakat untuk tidak terjadi kerusuhan
dengan duduknya Mega
Saya baca di koran pagi tadi, Sutradara Gintings (PKP) mengancam akan
menarik dukungannya terhadap pencalonan Mega kalau PDI-P tidak mau
berkomunikasi dengan PKP.
Heran saya.
Masih nggak berubah2 juga PKP ini. Dulu, ketika Golkar sedang terpuruk dan
dihujat kiri kanan, mereka lari dan mendirikan
Perkembangan politik Indonesia yang terjadi belakangan ini membuktikan
adagium yang sudah lama dikenal dalam politik: tidak ada kawan atau musuh
abadi. Yang ada hanyalah kepentingan abadi.
Saya mencoba menganalisa kenapa PDI-P _kalah_, menurut penalaran subyektif
yang boleh jadi dapat
On Thu, 7 Oct 1999, Abdullah Hasan wrote:
Haidar Bagir. Seorang intelektual muda Islam , alumni ITB , doktor Filsafat
dari Harvard menulis bagus hari ini. Saya akan menyarikannya , mengambil
beberapa hal penting yang mungkin ada gunanya buat kita simak :
Saya sepakat bahwa mestinya PDI-P
On Fri, 8 Oct 1999, Tahir Kasim wrote:
Biar saja lah mas.
Kalau mereka yang di Senayan, yang dipilih dengan begitu demokratis masih
dikatakan sebagai bangsat, ya kita bisa tahu lah, seperti apa yang memilih
mereka. Saya sih tidak merasa sebagai bangsat. Karena saya memilih dengan
sadar dan
On Tue, 5 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
He...he...he ternyata Jantan P juga dicekal sama si martin yang "cuman"
asisten dosen merangkap sebagai artis indosiar ini.
Gimana dik martin??? masih mau ngeles nggak ada sensor2 an??
Saya masih punya pikiran positif dan tidak percaya
On Wed, 6 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Wahsaya mendapat kehormatan dari Pak Pribadi atas
perhatiannya kepada saya. Paling tidak itu membuktikan
bahwa tulisan2 saya mendapat tempat dihati anda.
Dan itu menambah semangat dan motivasi saya untuk
terus menulis di-millis ini.
Mengenai
On Wed, 6 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
Sekitar 1.000 pendukung PDI Perjuangan dari seluruh wilayah DKI Jakarta
menggelar unjuk rasa di bundaran HI. Mereka menyatakan 'lebih baik bersimbah
darah hari ini daripada Ibu Mega tidak jadi presiden'.
Siapa menanam angin akan menuai badai.
On Wed, 6 Oct 1999, Cahyo Sukaryo wrote:
"Apa mau kalo Mega digituin ? Siapapun Presidennya harus dihormati."
AM Fatwa, anggota DPR dari PAN, yang menginterupsi ulah anggota DPR/MPR yang
meneriaki Presiden BJ Habibie di Jakarta, 1 Oktober.
(TEMPO, edisi 04, 10 Oktober 1999, Pokok dan Tokoh
On Fri, 8 Oct 1999, Arief Rakhmatsyah wrote:
Terus terang, saya lebih suka berteman dengan mantan penjahat yang berusaha
memperbaiki diri daripada dengan mahluk siluman yang suka memaki-maki
seperti orang mau muntah.
Riev
Setuju.
Lebih baik orang jahat yang berusaha menjadi baik,
On Sat, 9 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mas Reva,
Kita masih main tebak-2 an apakah memang Golkar sudah bener-2 memutihkan diri
atau belum. Kalau sudah tentunya dia akan bayar hutang, tapi kalau belum yah
seperti dulu-2 lah ngemplang.
Memutihkan?
Why should only Golkar membuat
On Thu, 7 Oct 1999, Hihihiiik Yek wrote:
Suara ya suara. Jangan lagi diberi warna reformis atau statusquo.
Kuno!!! Kemenangan Amien Rais merebut ketua MPR membuktikan
kebenarannya.
Saya, dari dulu, amat muak mendengar terminologi status quo atau reformis.
Bukan apa2. Saya lihat bahwa
On Sun, 10 Oct 1999, Hihihiiik Yek wrote:
Hihihiiik. Kalo PDIP mendukung Akbar jadi Ketua DPR? Juga Poros Tengik mendukung
Akbar? Apa penjelasannya?
Hihihiiik Yek.
Gampang mas, seperti posting saya. Pada akhirnya, yang pantas disebut
Poros tengah itu Golkar. Artinya, PDI-P dan Amien Rais
On Mon, 11 Oct 1999, Mustafa H Baabad wrote:
Pertarungan belum usai, bila Habibie pertanggung jawabannya di terima,
Gus-Dur dan Mega boleh berunding, kalau perlu pakai koin 100 Rupiah, siapa
pegang ekor dan siapa kepala, terus di toss . ...
... siapa yang kalah
On Sun, 10 Oct 1999, Cahyo Sukaryo wrote:
Menjadi (atau tidak menjadi) Presiden itu seharusnya bukan tujuan; melainkan
apa yang akan dilakukan setelah itu.
Betul.
Cuma orang koppig yang ngotot ingin menjadi presiden, dengan segala cara
yang non demokratik sekalipun.
Untuk Moderator yth.,
On Wed, 6 Oct 1999, Reva Renaldo wrote:
Ada analisis sederhana begini:
1. Golkar mendukung Poros Tengah untuk mendapat pimpinan MPR, dan hasilnya
Amien Rais jadi Ketua MPR. Poros Tengah mendukung Golkar untuk pimpinan DPR,
hasilnya Akbar Tanjung jadi Ketua DPR. Maka, Golkar dan Poros
On Thu, 7 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
Lha lagi lagi ribut soal ijazah, lagi-lagi yang disorot PDI-P. Kalau
integritasnya meyakinkan apa salahnya.?, Hamka,.. Suharto. dan banyak lagi,
adalah contoh autodidak yang mumpuni. Yah lalu yang Si, S2, S3 bahkan S-mambo
sekalipun yang
On Mon, 11 Oct 1999, Installasi Design wrote:
--
From: Andriecht [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [Kuli Tinta] Re: Pelacuran Politik
Date: 01 Oktober 1999 14:03
FAKTA HABIBIE MEGA
Lucu juga, orang ini pertama2 begitu terkesan dgn tulisan saya
On Mon, 11 Oct 1999, [iso-8859-1] åç wrote:
From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
Namun seandainya Mega tidak terpilih, ya berarti memang dia
tidak didukung penuh oleh 700 orang Wakil Rakyat.
Selesai kan ?
Salam,
bRidWaN
Anda benar, bung Ridwan.
Dan jangan salahkan mereka yang tidak milih
On Sat, 9 Oct 1999, bRidWaN wrote:
At 08:06 PM 10/7/99 +0700, Hihihiiik Yek wrote:
AR jadi Ketua MPR karena didukung Golkar. Kehormatan sampah.
PDIP mendukung Akbar jadi Ketua DPR. Terhormat bagi Akbar,
terhina bagi PDIP. PDIP telah menghina pendukungnya. PDIP sampah.
Kalaupun Mega
On Wed, 13 Oct 1999, Zaki Tugiyo wrote:
Hay guys,
Ada mau ikut rusuh-rusuh ayo gabung untuk melakukan revolusi silahkan
baca posting dibawah ini, sory loh korannya Republika bukan Rakyat
Merdeka.
Ngamuk yo ...
Salam
Zaki Tugiyo
Koran Suara Pembaruan hari Minggu, 10 Oktober,
On Mon, 11 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Kalau yang kaya beginian sih bukan permainan cantik deh,
terlalu kelihatan dan terlalu 'kasar' (menurut saya lho).
WAM:
Saya tunjukkan subyektivitas penilaian anda, Bung Ridwan.
Jika ulama yang terang2an mendukung Habibie anda sebut sebeagai _bermain
On Thu, 7 Apr 1988, Nuskan Irawadi wrote:
Bayangkan atas nama demokrasi, orang beramai-ramai melakukan
demonstrasi. Sementara rakyat kecil di sekitar kejadian merasa
terganggu. Tidak bisa jualan, tidak bisa menjalankan bis/angkot, tidak
bisa kerja. Sementara lain ada juga orang yang tidak
On Mon, 11 Oct 1999, Sambodo, Prijo (KPC) wrote:
Kalau begitu tolong dicatet, nanti berubah lagi dengan alasan "Khan ini
dinamika politik (yang ndak punya konsistensi).!"
Politisi memang _kunyuk_. Politisi mana pun. Makanya saya tidak mau
mendukung partai. Saya mendukung moralitas dan
On Sun, 10 Oct 1999, adidjoko mulyono wrote:
hai mas wisnu ketemu lagi kita yadulu di ugm club kita beda pendapat
sekarang masih lh ( nuwun sewu ).
Hai juga, mas.
Wah, sampe lupa saya. Beda pendapat? Siapa takut? Demokrasi kok mas.
buat keluarga mega cara pemilihan
On Thu, 14 Oct 1999, Sambodo, Prijo (KPC) wrote:
Sekedar mbantu saja mengembangkan wawasan (kayak mas Zaki dengan Repoblik
A-nya). Info ini terutama buat mas Wisnu yang mendewakan bekas boss-nya.
Terima kasih buat mas Prijo yang nyembah2 Megawati.
Paijo SingBodoneram.
(yang kagum sama
On Tue, 12 Oct 1999, kape swe wrote:
Salam dulu,
Saya mau tanya benar tidak judul saya di atas:
SETIAP DEMO oleh demo Forkot, Forbes dan Kamtri =
PENYIKSAAN
Ini alasan saya:
yang tersiksa:
1) Masyarakat - karena PENDEMO (Forkot, Forbes
dan Kamtri) selalu menutup jalan
On Tue, 12 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Oleh sebab itu biarkan pemilihan Presiden berjalan dengan
apa adanya, dengan hati nurani-nya, dan menyuarakan suara
Pemilihnya. Jangan merekayasa secara tidak etis, apalagi
bermain dengan "Power dan Money".
WAM:
Mari kita definisikan apa itu _rekayasa
On Wed, 13 Oct 1999, Jopie wrote:
Bung Wisnu,
Jangan terlalu gemar menghakimi ataupun menilai orang lain.
Seolah-olah andalah kebenaran itu...
Siapa kawan siapa lawan bagi anda terletak pada kesamaan pandangan terlebih
dahulu ataupun melihat ditepian manakah seseorang itu berada. hal
On Wed, 13 Oct 1999, Ahmad Dimpu wrote:
Sekaranglah saatnya proses belajar dalam berdemokrasi
teruji.
Dan mestinya, tidak usah pakai atribut demokrasi kalau ternyata sama
sekali tidak bisa bersikap demokratis.
Salah satu ciri orang tidak demokratis adalah: ngamuk kalau keinginannya
tidak
On Thu, 14 Oct 1999, Bahrudin Ghalib wrote:
Terpilihnya Megawati jadi ketua, dan banyaknya yang memilih PDI-Pdalam
pemilu, saya yakin, karena kharisma bapaknya.
WAM:
Dan juga karena kepintaran orang2 sekitarnya yang _menjual_ nama Sukarno.
Ngomong-ngomong gimana sih sejarahnya sampe Mega
On Mon, 11 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Berita ini mudah diduga sebelumnya. Saya hanya
kasihan melihat Pak Pjs Jaksa Agung, yang terpaksa
melawan hati nuraninya sendiri. Bagaiman kalau
disuruh melakukan hal-hal yang lain yah ??
Begitulah nasib Pembantu.(Pembantu Presiden)
WAM:
Hebat sekali
On Wed, 13 Oct 1999, Zaki Tugiyo wrote:
Baca dulu dong posting seluruhnya baru komentar ... !
biar nggak asbun (asal bunyi) bisa juga Asal Babon heheh ...hehe
Jangan-jangan sampeyan mirip Aberson "Amburadul" Sihaholo ck..ck..ck
WAM:
Bener mas.
Mbok jangan asal njeplak.
Wong yang mau
On Thu, 14 Oct 1999, Martin Manurung wrote:
Lho, memangnya kalau pun dari kepercayaan tidak bisa jadi presiden? Ah...,
lagi-lagi isu primordial dijadikan alasan. Jangan lupa, "kepercayaan" itu
adalah yang tertua dan ASLI dari Indonesia lho. Islam, Kristen, Hindu dan
Budha itu kan "import"
On Wed, 13 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
deleted
Kembali ke permasalahan megawati, dia kan belum tentu dapat dengan baik
memimpin negara ini seandainya dia terpilih. Terus buat apa panas2 kayak gitu
para pendukungnya teriak2 Mega harus jadi presiden? Apa nggak tolol itu
namanya?
On Fri, 15 Oct 1999, bRidWaN wrote:
ASAL BUKAN ORANG LAMA
Itu saja slogan yang selalu saya bawa kemana-mana.
Megawati, Sabam Sirait, Matori Abdul Lalil, Khofifah, semua pernah jadi
anggota DPR pada jaman Orde Baru. Apakah mereka juga tergolong Orang Lama?
Definisinya nggak jelas.
Mbok
On Thu, 14 Oct 1999, Andi Palantei wrote:
Gimana Bung Martin dengan PDIP sendiri yang "menipu" rakyat dengan mengutus
wakilnya yang tidak mencerminkan seluruh rakyat Indonesia (didominasi oleh
golongan tertentu). Lha siapa yang menipu rakyat?
Bung Martin ini termasuk _golongan tertentu_
On Thu, 14 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Terus terang setelah beberapa kali berdiskusi, saya
menduga anda adalah pendukung Habibie.
Saya agak heran masih ada mendukung Habibie,
tapi itu adalah hak anda, yang saya homrati.
WAM:
Adnan Buyung Nasution pernah membela tapol PKI.
Kontras juga
On Fri, 15 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Itu karena gobloknya orang2 Pertanian saja. Mosok insinyur pesawat mesti
cawe2 produksi ketan. (Saya bukan insinyur lho). Malu dong.
Waduh, engga salah nih Mas Wisnu ?
Memangnya kita butuh Ketan, atau Kita butuh jual Pesawat ?
Kalau nggak, kenapa kita
On Fri, 15 Oct 1999, Andriecht wrote:
Salam,
Jika PDI-P yang melakukan hal itu, namanya bukan KKN tapi usaha maksimal
untuk berpartisipasi secara aktif,
Betul.
Jika PDI-P melakukan money politic, itu namanya ujud kepedulian.
Jika PDI-P melakukan kekerasan, itu namanya unjuk rasa.
Jika
On Fri, 15 Oct 1999, Anti_SQ wrote:
Andriecht wrote :
Saya ingin bertanya, sesuai pasal 37 UUD 45, jika ingin mengubah UUD 45
(amandemen atau apalah istilahnya) bukankah kita sebagai rakyat harus
dimintai pendapatnya via referendum,.
Wah anda sudah keracunan orde baru nih :-)
hua..haa.haaa
Mas Ridwan, bukan saya lho yang nyuruh mas zaki nulis beginian..
Tapi bener juga sih apa kata mas Zaki.
Kenapa sih, anda susah berfikir obyektif?
Masak PDI-P yang cuma dapet 35% mesti maksa yang 65%?
Bayangkan, kalau yang begini ini Golkar, apa anda juga setuju?
Saya bukan
On Fri, 15 Oct 1999, Ahmad Dimpu wrote:
Hei..bung!
Tolong berikan kami penjelasan di milis ini, apa yang
salah dengan ICMI.
Saya lihat dinegara ini(bahkan dimilis ini), banyak
orang yang mengaku Islam, tapi TAKUT PADA ISLAM..??
Ada apa sebenarnya ini
Takut Islam, apa sih
On Sun, 17 Oct 1999, Martin Manurung wrote:
WAM:
Tapi bung Manurung, di UUD 45 (lama) kan disebut bahwa capres harsu
beragama? Dan setahu saya, penganut kepercayaan itu bisanya masih mau
ngaku agamanya apa. Nggak tahu sih, kalau ada yang bilang nggak punya
agama.
Martin:
UUD negara
On Sun, 17 Oct 1999, Martin Manurung wrote:
Ha..ha.ha..
Terimakasih, anda memang punya hak untuk menilai siapa dan apa saja. Dan
saya juga punya hak untuk tidak menanggapi penilaian anda yang prematur.
Yang jelas, saya tak dapat apa-apa, siapapun yang jadi presiden. Prinsip
saya, do what
On Sun, 17 Oct 1999, Ahmad Dimpu wrote:
Yup...
Daripada demokrasi model "Suharto"...
Seia sekata...musyawarah untuk mufakat...hehehe
Apa apan itu ?
Kalau sekarang PDI-P mau ngikut2 dengan terminologi _musyawarah mufakat_
(artinya, semua nurut PDI-P) apa ya pantas disebut PDI-P itu pengikut
On Sun, 17 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Koq terasa seperti ada skenario besar yang
terdiri dari Plan A, Plan B, Plan C dan
Contingency Plan.
Mungkin hanya 'halusinasi' saya saja ?
Salam,
bRidWaN
Anda tidak salah, bung Ridwan.
Plan A: Mega jadi presiden.
Plan B: Mega jadi presiden.
Plan
On Sun, 17 Oct 1999, Hihihiiik Yek wrote:
From: Wisnu Ali Martono [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Kuli Tinta] Suara ya suara
Saya, dari dulu, amat muak mendengar terminologi status quo atau reformis.
Kalo lu muak, bilang Amien Rais. Dia tuh dulu yang bilang
WAM:
Sudah.
Lewat berbagai
On Sat, 16 Oct 1999, Phantom Stranger wrote:
beribadat di pura. Dan itu bukan isapan jempol. Ada fotonya. Cara
beribadatnya pun sama sekali tidak mirip cara beribadat orang Islam. Bukan
mau melarang dia beragama lain sih. Cuma, ini kan sembahyang politik
namanya. Dan sangat disayangkan,
On Sat, 16 Oct 1999, bRidWaN wrote:
Wah, saya tidak mempermasalahkan Habibie menacalonkan diri. Dia tentu
saja berhak. Saya juga mau kalau memang ada kesempatannya. Why Not ?
Jadi semua berhak "ME dan DI" -calonkan.
Yang saya herankan dalam hati, adalah koq masih ada juga pendukungnya?
Ya
On Sun, 3 Oct 1999, Jantan P wrote:
Yang bingung bukan para pendukung PAN, tapi kamu
sendiri. Setiap apa saja yang baik dari Amin atau
PAN yang kebakaran jenggot pasti orang pdi mega
seperti kamu ini. munafik banget sih kamu! Kalau kamu
benci sama amin dan pan, pakai nama kamu sendiri
On Mon, 18 Oct 1999, Yap C. Young wrote:
Yang jadi masalah, pasti orang2 di sekitar mega (yang sudah mengeluarkan
air liur membayangkan bakal dapat jabatan kalau Mega benar2 jadi presiden)
pasti tidak akan membiarkan Mega mundur. Saya yakin dengan apa yang
diomongkan Gus Dur tadi malam (18/10)
On Tue, 19 Oct 1999, Cosmas Damianus Tufan wrote:
kalau urusnnya Muslim - non-Muslim ,mas
Saya sangat setuju bila negara ini dipecah saja.
deleted
Yang bukan Muslim atau Muslim yang lain
silahkan bergabung membentuk sebuah negara
pluralistik dimana kemajemukan dipandang
sebagai suatu
On Wed, 20 Oct 1999, Arief Rakhmatsyah wrote:
- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, October 18, 1999 10:30 PM
Subject: Re: Re: [Kuli Tinta] Suara ya suara
Sejarah membuktikan, Sukarno tidak mewariskan kebangkrutan. Hutang
tinggalan
Ketika pidato pertanggungjawaban Habibie ditolak oleh MPR, saya lihat
anggota fraksi PDI-P bergitu bergembiranya. Dimyati Hartono, Solichin GP,
nampak begitu bergembira. Barangkali mereka merasa puas bisa memenangkan
voting itu. Dengan demikian, kans Habibie (secara moral) sudah
- Original Message -
From: Klenger!*~#@?^%$+` [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 20, 1999 3:43 PM
Subject: [Kuli Tinta] SELAMAT BUAT GUS DUR!!
Selamat buat amin rais yg telah berhasil menjegal megawati menjadi
presiden dg akrobat
On Wed, 20 Oct 1999, adidjoko mulyono wrote:
ini idenya orang gendeng...gila.
allah menciptakan alam ini untuk semua makhluknya..dan kita semua berhak
menempati bumi ini dengansaling bekerja
samatolernasi,,menghormati keyakinan agama masing-masing.
Setuju.
Memang
- Original Message -
From: Daniel H.T. [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: 18 October 1999 21:33
Subject: [Kuli Tinta] Wiranto Menolak Dicalonkan
Terima kasih kepada Pak Wiranto, yang telah menolak dicalonkan
sbg wakil
presiden (pernyataan di
Kalau hanya mengandalkan nama besar Bung Karno,
kenapa justru hanya Mega yang eksis ? Kenapa bukan Guruh, Guntur,
Rahmawati atau Sukmawati ? Ini menunjukan bahwa Megawatipun memiliki
kualitas tersendiri. Nama besar bapaknya memang mempengaruhi tetapi
sebesar apa pengaruhnya ?
On Fri, 22 Oct 1999, Daniel H.T. wrote:
At 09:59 21/10/99 +0700, you wrote:
- Original Message -
From: Klenger!*~#@?^%$+` [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 20, 1999 3:43 PM
Subject: [Kuli Tinta] SELAMAT BUAT GUS DUR!!
Selamat buat
On Fri, 22 Oct 1999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
Wanita itu adalah keturunan Putra sang Fajar.
Keturunan tidak menjanjikan apa-apa.
Kalau bapak saya insinyur, apa ya terus saya mesti jadi insinyur?
Kalau bapak saya lurah, apa ya terus saya jadi lurah?
Keturunan cuma memberi kepastian
- Original Message -
From: Klenger!*~#@?^%$+` [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 20, 1999 3:43 PM
Subject: [Kuli Tinta] SELAMAT BUAT GUS DUR!!
Selamat buat amin rais yg telah berhasil menjegal megawati menjadi
presiden dg akrobat politiknya.
At 09:17 AM 10/5/99 +0700, Hihihiiik Yek wrote:
Bersekongkol dengan Golkar adalah sah sah saja. Demi kekuasaan. Golkar
adalah Orde Baru. Itu dulu. Dengan 120 suara, Golkar bak gadis cantik
pelepas dahaga kekuasaan. Golkar adalah jaminan menuju kekuasaan.
WAM:
Yep.
Sampai2 PDI-P minum
On Fri, 22 Oct 1999, mBah Soeloyo wrote:
Salam,
bRidWaN
=
Maaf nimbrung.
Ketika Orba jatuh dan Pidato Habibie ditolak maka apakah hal
itu tidak menurunkan citra ICMI?
WAM:
Soal Pidato adalah soal politik. Artinya, penilaiannya amat subyektif.
Jika diterimanya
On Fri, 22 Oct 1999, [iso-8859-1] åç wrote:
Merdeka!
Yang pasti kini kita sudah melihat bukti bahwa pergantian
pimpinan nasional itu langsung mengangkat index dan menguatkan
nilai rupiah. Baru saja saya ketemu dengan seseorang yang dengan
lesu mengatakan akan menjual dolar karena
----
From: Wisnu Ali Martono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: 22 October 1999 13:39 PM
Subject: Re: [Kuli Tinta] Bersekongkol dengan Golkar
At 09:17 AM 10/5/99 +0700, Hihihiiik Yek wrote:
Bersekongkol dengan Golkar adalah sah sah saja. Demi kekuasaan. Golkar
adalah Orde
On Mon, 25 Oct 1999, Dadio BKC1215 Satrio wrote:
Maaf,
kalau boleh saya urun rembug ( nimrung rek..)
Mas Miing sudah meminta maaf yg sebesar-besarnya kpd seluruh warga NU
dan Bp. Kyai H. Gus Dur, krn hal tsb hanya bersifat menghibur
dan memang kita akui bersama kalo tipe lawakan Bagito
On Sun, 24 Oct 1999, GIGIH NUSANTARA wrote:
WAM:
Kenapa presiden (dan wapres) mesti dikultuskan, dengan tidak boleh
dijadikan bahan lawakan? Saya berharap kita bersikap adil. Jika Habibie
tempo hari bisa dijadikan bahan makian (bahkan yang tidak lucu lagi,
misalnya _gantung Habibie_), kenapa
On Sat, 23 Oct 1999, [iso-8859-1] åç wrote:
- Original Message -
From: Yap C. Young [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: 23 October 1999 07:57
Subject: Re: [Kuli Tinta] Fw: [padhang-mbulan] Pesta usai sudah
Dengan sangat prihatin dan penuh empathy kepada
On Fri, 22 Oct 1999, GIGIH NUSANTARA wrote:
Simak tulisan ini 'Nyonya Meneer, berdiri sejak 1918'.
Beranikah Anda bertanding dengan 'wanita' ini.
Jangankan sejak 1918, berdiri tanpa duduk sejak
kemarin saja saya jamin kram.
Bukankah 'ngobrol politik' sudah usai ?
WAM:
Setan kecil!
On Sat, 23 Oct 1999, Paladin A. wrote:
Maaf Bung Wisnu, saya memang belum lahir waktu itu, tetapi orangtua saya
sudah, dan saya ingin menanggapi ini secara obyektif. Saya tidak akan
menyinggung kehidupan pribadi di masa lalu, kita bisa memastikan bahwa
pemerintahan Soekarno dan Soeharto
On Mon, 25 Oct 1999, Ahmad Dimpu wrote:
Nah! Gus Dur - Mega kan (kasarnya) :
Islam Vs Sekuler(?), kira-kira begitulah
Kalau ini saya setuju mas.
Mega memang beragama Islam. Tapi kebijakan dan orang sekitarnya lebih
tepat disebut sekuler. Kalau tidak Katolik.
On Tue, 26 Oct 1999, D.A. Usmany wrote:
Terbaca dalam koran Kompas halaman muka pagi hari ini , tanggal 26 Oktober
1999 , bahwa Alwi Shihab menyebut terang - terangan bahwa Indonesia adalah
"Negara Islam Terbesar di Dunia".
WAM:
Maksudnya, kali, negara berpenduduk pemeluk Islam.
Jelas,
On Mon, 25 Oct 1999, Arief Rakhmatsyah wrote:
Tendang Jacob Tobing, Aberson, dan Theo Syafei daripada terus ngerusak PDIP.
Riev
WAM:
Suetuj.
Tendang mereka supaya PDI-P tidak dituduh sebagai partai orang non-islam
dan pendiri status quo.
(Pius Lustrilanang,
On Tue, 26 Oct 1999, Installasi Design wrote:
maksudnya:
FORKOT, FORBES,KONBES,FKSMJ,KBUI dan UNIKA ATMAJAYA markasnya.
Buktinya mahasiswa yang mati kemarin kalau nggak salah namanya YAP
saya juga berani bilang mereka A-DEMOKRASI, banyak kok yang bilang gitu.
WAM:
Tanya si Martin
On Mon, 25 Oct 1999, Inst-Design wrote:
AM
Bukan masalah manusia suci atau bukan, yang penting siapapun orangnya kalo'
kritikan itu karena sikap atau sifat yang tidak baik OK, tapi kalau kritikan
itu udah menjurus ke Fisik seseorang itu sangat tidak lucu dan saya kira
sangat tidak pantas,
On Mon, 25 Oct 1999, Phantom Stranger wrote:
From: Wisnu Ali Martono [EMAIL PROTECTED]
Itu sebabnya saya juga tidak segan memaki Mega. Karena saya beranggapan
bahwa presiden/wapres bukan manusia suci yang tidak boleh dikritik.
-
hehe..
manusia suci itu
On Tue, 26 Oct 1999, Martin Manurung wrote:
Kalau begitu saya yakin dan percaya, anda salah. Silakan datang ke Forkot
dll yang anda sebut itu dan hitung, berapa yang beragama Islam dan non
Islam. Silakan hitung sendiri. Atau tanya saja ke IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang banyak
On Tue, 26 Oct 1999, Cosmas Damianus Tufan wrote:
apa benar?
kalau benar, terus bagaimana ?
Kalau benar? Ya usut saja sampai tuntas. Repot2 amat.
Usut juga dugaan sumbangan Lippo pada PDI-P.
WAM
__
Untuk bergabung atau
On Tue, 26 Oct 1999, Daniel H.T. wrote:
At 08:19 26/10/99 +0700, you wrote:
maksudnya:
FORKOT, FORBES,KONBES,FKSMJ,KBUI dan UNIKA ATMAJAYA markasnya.
Buktinya mahasiswa yang mati kemarin kalau nggak salah namanya YAP
saya juga berani bilang mereka A-DEMOKRASI, banyak kok yang bilang
On Sun, 24 Oct 1999, mac cool wrote:
Lagi pula kalau lawakan si Butet terhadap HBB waktu itu orang pada diem
aja itu berarti banyak yang setuju dan baru kali ini mas Marto aja yang
protes.
WAM:
Jadi, ukurannya, kalau nggak ada yang protes, berarti boleh? Begitu?
Biadab benar anda. Ukurannya
Dalam warta berita TVRI hari Minggu (24 Okt) diberitakan wapres
mengunjungi dua rumah sakit (Pelni dan St. Carolus) menengok beberapa
anggota masyarakat yang menjadi _korban kerusuhan_ menjelang pemilihan
presiden. Saya tertegun.
Korban kerusuhan?
Setahu saya, di Jakarta TIDAK ADA masyarakat
On Tue, 26 Oct 1999, Daniel H.T. wrote:
Heran selalu agama dibawa-bawa. Soal reputasi kedua org itu mungkin kita
bisa sepakat reputasi mrk jelek. Tetapi sekali lagi kenapa agama selalu
dibawa2?
WAM:
Kebetulan, agama mereka memang itu.
Saya mau tanya apakah WNI yg beragama Kristen tidak
Saya baca di GATRA hari ini statistik korban kebringasan massa PDI-P
sewaktu pemilihan presiden:
1. Bali: Kantor Pemda Badung seluas 5 hektar hancur, 39 mobil dibakar
Kantor DPD Golkar, habis dibakar
Kantor Gubernur Bali dirusak, 35 mobil dibakar
telpon umum dan tanda
On Tue, 26 Oct 1999, Cosmas Damianus Tufan wrote:
duh
duh ..
duh ..
ha ha ha ha h aha
ha ha ha ha ha ha
kok lucu ya
omongan kok diplintir sampai sedemikian rupa
mendingan Mega diam aja deh
ha ha ha ha ha ha ha ha
WAM:
Jawab saja posting saya. Di bagian mana yang anda anggap
On Tue, 26 Oct 1999, Arief Rakhmatsyah wrote:
Untuk soal ini Partai Krisna atau Partai Katolik apa namanya, jauh
lebih terhormat.
Riev
WAM:
Sepanjang yang saya tahu, keduanya adalah _partai haram_ yang tidak
direstui gereja. Tidak direstui, karena akan mencegah dukungan orang2
Islam.
On Tue, 26 Oct 1999, laurent girimukti wrote:
Kalau saya perhatikan dari awal, kelihatan sekali sdr. WAM ini sangat
menaruh dendam dan penuh dengan kebencian yang mendalam terhadap salah
satu agama. Ini sangat berbahaya apalagi di lakukan oleh seorang yang
berpendidikan tinggi yang nota
On Tue, 26 Oct 1999, Anti_SQ wrote:
Menristek yang baru : AS Hikam
Otomatis kepala BPPT nggak ya ?
WAM:
Kayak2nya, belum tentu. Saya dengar jabatan Menristek (sekarang Menneg
Ristek, dipisah dari Ka BPPT. Lain dengan jaman Habibie dan Zuhal).
Yang jelas, hampir semua orang BPPT nggak suka
On Wed, 27 Oct 1999, Cosmas Damianus Tufan wrote:
Kira-kira nanti bung WAM masih berani teriak gini nggak ya:
Si botak AS Hikam pengamat politik partisan PDIP yang brengsek!
hehehe
WAM:
Berani dong. Malah sekarang buanyak sekali temannya.
Nggak cuma orang BPPT.
Kenapa takut? Cuma orang
1 - 100 dari 865 matches
Mail list logo