Re: [R@ntau-Net] Siswono: Negara Tidak Perlu Mengatur Syari at Islam

2004-06-25 Terurut Topik uda yoel

ooo ya.. mungkin ketakutan siswono kepada Calon
presidennya, kalau SI ditegakan .. Istri dan anak
presidennya masih suka tidak pake kerudung..



--- harman [EMAIL PROTECTED] wrote:
 setuju deh, tokh maksudnya itu tetap sama spt yg
 snak bilang Jadi 
 tidak perlu menunggu pemimpin negara dulu dengan
 kata lain sudahkan
 qta melaksanakan SI yg memang menjadi hak dan
 kewajiban kita, untuk 
 negara sejauh ini meski belum memuaskan sudah banyak
 juga yang 
 mengambil substansi dari SI itu sendiri, misal makin
 maraknya perbankan
 non ribawi (bunga) sampai ke MLM syari'ah pun sudah
 ada.
 Oh iya, saya tertarik juga dgn kalimat sanak
 Bagaimana mungkin kita 
 menuntut penguasa sekelas Abu Bakar padahal kita
 enggan menjadi 
 masyarakat sekelas masa Abu Bakar yg saya simpulkan
 (afwan klo salah)
 sudahkah kita meng-SI kan diri kita sebelum kita
 menuntut penguasa
 untuk menjalankan SI yg menjadi hak dan kewajibannya
 -- intropeksi
 gitu kan maksudnya. Jadi inget pesan Aa Gym nih,
 Mulailah dari diri 
 sendiri dan dari yang paling kecil.
 
 wassalam,
 harman
 
 nb.
 Tata cara memilih tanggal 5 Juli nanti tentang surat
 suara :
 No.1 Diambil
 No.2 Dilihat
 No.3 DICOBLOS!
 No.4 Dilipat
 No.5 Dimasukan ke kotak suara.
 
 Jangan lupa baca BASMALAH ya...
 
 
 
 -Original Message-
 From: Ahmad Ridha
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, June 23, 2004 4:30 PM
 To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di
 Internet (sejak 1993)
 Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: ] FW: Siswono: Negara
 Tidak Perlu Mengatur
 Syari at Islam
 
 
 Bismillahirrahmanirrahim, 
 
 Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
 
 harman writes: 
 
  ... spt yg ia bilang Tapi itu semua tidak perlu
 diatur oleh negara. 
  Biarlah individu-individu yang melaksanakan ini
 
 Nah, masalahnya syari'at Islam begitu lengkap hingga
 mencakup bagian-bagian 
 yang merupakan haknya penguasa seperti qishash,
 hudud, pengaturan baitul 
 mal, dll. Dengan demikian dibutuhkan penguasa yang
 menerapkan syari'at 
 Islam. Akan tetapi bukan berarti kita harus
 rame-rame ganti penguasa kalo ia
 
 tidak gak menerapkan syari'at Islam dengan baik lho.
 
 
  kebanyakan masih bermain dalam retorika umum yaitu
 pemberantasan 
  korupsi -- klo ga' salah ini juga kan bagian dari
 SI kan?
 
 He he he, PDS juga klaimnya begitu ('Korupsi harus
 dihapuskan dari bumi 
 Indonesia') namun dengan tegas memisahkan agama dan
 negara ('Urusan agama 
 terpisah sepenuhnya dari urusan negara. Urusan agama
 menjadi urusan kelompok
 
 agama yang bersangkutan sendiri'). 
 
  Dan saya sangat setuju dgn angku Darul biarlah
 masy. ini menjalani
  SI itu secara sadar, kata teman saya yg ikut
 pengajian manhaj salaf
  dia bilang pelaksanaan SI itu tidak perlu
 formalisasi krn setiap indivi
  du bisa melaksanakannya misalnya memanjangkan
 janggut, memakai isbal
  dll.
 
 Mohon maaf, saya koreksi sedikit maksudnya mungkin
 'membiarkan janggut' 
 karena perintah Rasulullah begitu [1] (dan tidak
 semua orang berjanggut) 
 serta 'tidak berisbal' karena justru isbal
 (memanjangkan kain/celana hingga 
 mata kaki atau lebih) yang dilarang Rasulullah [2]. 
 
 Masalah pelaksanaan SI, manhaj salaf yang saya
 ketahui (dan saya baru 
 belajar) adalah berdakwah dengan manhaj Rasulullah
 yang memulai dengan 
 pemurnian aqidah serta membersihkan ibadah dari
 beragam bid'ah kemudian 
 mendidik masyarakat. Dengan demikian, syari'at Islam
 tumbuh dalam diri 
 muslim, keluarganya, masyarakatnya, kemudian
 negaranya. . 
 
 Adalah sangat ironis melihat saat ini masyarakat
 kita berkoar-koar 
 menginginkan pemimpin yang bebas korupsi namun dalam
 keseharian justru 
 banyak yang memupuk korupsi. Misalnya saat ditilang
 polisi dengan mudahnya 
 terucap 'saya tetangganya pak anu' atau mengajak
 'negosiasi'. Bagaimana 
 mungkin kita menuntut penguasa sekelas Abu Bakar
 padahal kita enggan menjadi
 
 masyarakat sekelas masa Abu Bakar? 
 
 Beberapa link terkait:

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=720

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=721

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=141

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=164
 
 

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=71

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=26
 
 
 Mohon maaf jika ada kesalahan. Segala kebaikan
 hanyalah datang dari Allah 
 dan keburukan datang dari diri saya sendiri dan
 syaithan. 
 
 Allahu a'lam. 
 
 Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
 (l. 1980 M/1400 H) 
 
 [1] Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma dari Nabi
 Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam 
 sesungguhnya beliau bersabda (yang artinya): Kami
 diperintah untuk 
 memangkas kumis dan membiarkan tumbuh jenggot. (HR.
 Muslim) 
 
 [2] Rasulullah bersabda (yang artinya):
 Apa saja yang berada di bawah mata kaki berupa
 sarung, maka tempatnya di 
 Neraka. (HR. al-Bukhari, Ahmad) 
 
 
 
 Berhenti/mengganti konfigurasi 

[R@ntau-Net] Siswono: Negara Tidak Perlu Mengatur Syari at Islam

2004-06-23 Terurut Topik harman
setuju deh, tokh maksudnya itu tetap sama spt yg snak bilang Jadi 
tidak perlu menunggu pemimpin negara dulu dengan kata lain sudahkan
qta melaksanakan SI yg memang menjadi hak dan kewajiban kita, untuk 
negara sejauh ini meski belum memuaskan sudah banyak juga yang 
mengambil substansi dari SI itu sendiri, misal makin maraknya perbankan
non ribawi (bunga) sampai ke MLM syari'ah pun sudah ada.
Oh iya, saya tertarik juga dgn kalimat sanak Bagaimana mungkin kita 
menuntut penguasa sekelas Abu Bakar padahal kita enggan menjadi 
masyarakat sekelas masa Abu Bakar yg saya simpulkan (afwan klo salah)
sudahkah kita meng-SI kan diri kita sebelum kita menuntut penguasa
untuk menjalankan SI yg menjadi hak dan kewajibannya -- intropeksi
gitu kan maksudnya. Jadi inget pesan Aa Gym nih, Mulailah dari diri 
sendiri dan dari yang paling kecil.

wassalam,
harman

nb.
Tata cara memilih tanggal 5 Juli nanti tentang surat suara :
No.1 Diambil
No.2 Dilihat
No.3 DICOBLOS!
No.4 Dilipat
No.5 Dimasukan ke kotak suara.

Jangan lupa baca BASMALAH ya...



-Original Message-
From: Ahmad Ridha [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 23, 2004 4:30 PM
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: ] FW: Siswono: Negara Tidak Perlu Mengatur
Syari at Islam


Bismillahirrahmanirrahim, 

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

harman writes: 

 ... spt yg ia bilang Tapi itu semua tidak perlu diatur oleh negara. 
 Biarlah individu-individu yang melaksanakan ini

Nah, masalahnya syari'at Islam begitu lengkap hingga mencakup bagian-bagian 
yang merupakan haknya penguasa seperti qishash, hudud, pengaturan baitul 
mal, dll. Dengan demikian dibutuhkan penguasa yang menerapkan syari'at 
Islam. Akan tetapi bukan berarti kita harus rame-rame ganti penguasa kalo ia

tidak gak menerapkan syari'at Islam dengan baik lho. 

 kebanyakan masih bermain dalam retorika umum yaitu pemberantasan 
 korupsi -- klo ga' salah ini juga kan bagian dari SI kan?

He he he, PDS juga klaimnya begitu ('Korupsi harus dihapuskan dari bumi 
Indonesia') namun dengan tegas memisahkan agama dan negara ('Urusan agama 
terpisah sepenuhnya dari urusan negara. Urusan agama menjadi urusan kelompok

agama yang bersangkutan sendiri'). 

 Dan saya sangat setuju dgn angku Darul biarlah masy. ini menjalani
 SI itu secara sadar, kata teman saya yg ikut pengajian manhaj salaf
 dia bilang pelaksanaan SI itu tidak perlu formalisasi krn setiap indivi
 du bisa melaksanakannya misalnya memanjangkan janggut, memakai isbal
 dll.

Mohon maaf, saya koreksi sedikit maksudnya mungkin 'membiarkan janggut' 
karena perintah Rasulullah begitu [1] (dan tidak semua orang berjanggut) 
serta 'tidak berisbal' karena justru isbal (memanjangkan kain/celana hingga 
mata kaki atau lebih) yang dilarang Rasulullah [2]. 

Masalah pelaksanaan SI, manhaj salaf yang saya ketahui (dan saya baru 
belajar) adalah berdakwah dengan manhaj Rasulullah yang memulai dengan 
pemurnian aqidah serta membersihkan ibadah dari beragam bid'ah kemudian 
mendidik masyarakat. Dengan demikian, syari'at Islam tumbuh dalam diri 
muslim, keluarganya, masyarakatnya, kemudian negaranya. . 

Adalah sangat ironis melihat saat ini masyarakat kita berkoar-koar 
menginginkan pemimpin yang bebas korupsi namun dalam keseharian justru 
banyak yang memupuk korupsi. Misalnya saat ditilang polisi dengan mudahnya 
terucap 'saya tetangganya pak anu' atau mengajak 'negosiasi'. Bagaimana 
mungkin kita menuntut penguasa sekelas Abu Bakar padahal kita enggan menjadi

masyarakat sekelas masa Abu Bakar? 

Beberapa link terkait:
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=720
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=721
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=141
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=164 

http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=71
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detilid_artikel=26 

Mohon maaf jika ada kesalahan. Segala kebaikan hanyalah datang dari Allah 
dan keburukan datang dari diri saya sendiri dan syaithan. 

Allahu a'lam. 

Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980 M/1400 H) 

[1] Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam 
sesungguhnya beliau bersabda (yang artinya): Kami diperintah untuk 
memangkas kumis dan membiarkan tumbuh jenggot. (HR. Muslim) 

[2] Rasulullah bersabda (yang artinya):
Apa saja yang berada di bawah mata kaki berupa sarung, maka tempatnya di 
Neraka. (HR. al-Bukhari, Ahmad) 



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net