He he...mungkin itu sababnyo mah, Pak Saaf, Abdul Wadud nan pai jo ayahnyo ka
pembuangan 'Inyiak Dotor' di Sukabumi, bukan kakaknyo, Hamka.
Salam,
Suryadi
Dari: Dr. Saafroedin Bahar saaf10...@yahoo.com
Kepada: rantaunet rantaunet rantaunet
Menarik! menarik!
Bisa didiskusikan lebih lanjut. Hamka tampaknya 'benci tapi rindu' ka Adat
Minang. Atau iko dilema ulama Minangkabau? Ambo liek ulama2 nan lain juo
cenderung indak mamakai gala, meskipun menurut logika, kalau lah gadang,
seorang Minang (walau inyo ulama) tantu harus lakek gala
Pak Saaf,
Dari perspektif literary critics, bisa banyak tafsiran mengapa Hayati dan
Zainuddin 'dibunuh'oleh Hamka dalam TKvW. Kalau saya (dalam sebuah artikel yng
barusan saya kirim ke Kompas tentang sastra, etnisitas dan nasionalisme;
mudah2an terbit) melihatnya dari segi lain. Pertama, tak
Ajo Sur, kalau begitu, selain sebagai ulama dan tokoh Minangkabau, kita juga
harus mencatat Buya Hamka sebagai seorang pelopor faham nasionalisme di
Indonesia.
Wassalam,
SB.
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet,
Keadaan latar belakang cerita hampir sama dengan cerita 5 menara, Banyak yang
baru yang saya baru ketahui dibuku ini. Ketidak bahagia di waktu kecil baru
saya baca. Saya pikir sebagai anak ulama besar beliau bahagia dimasa kanak2.
Yang ingin saya ketahui kenapa beliau demikian kejam membuat 2
: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.
Keadaan latar belakang cerita hampir sama dengan cerita 5 menara, Banyak yang
baru yang saya baru ketahui dibuku ini. Ketidak bahagia di waktu kecil baru
saya baca. Saya pikir sebagai anak ulama besar beliau bahagia dimasa kanak2.
Yang ingin saya