[salafiyyin] Fatwa Syaikh Ibnu Baz ~ Nasihat Buat Para Dai yang Sedang Berselisih

2008-10-02 Terurut Topik Dani Permana
*Nasihat Buat Para Dai yang Sedang Berselisih *

Syaikh Ibnu Baz

*Pertanyaan: *
*Berikut nasihat panjang Syaikh bin Baz terhadap para dai yang sedang
berselisih.*

*Jawaban:*

*Alhamdulillahi rabbil alamin*, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad,
nabi yang terpercaya, juga kepada keluarga, para sahabat dan mereka yang
mengikuti sunnahnya hingga hari berbangkit.
Amma ba'd,

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan untuk berbuat
adil dan kebajikan serta melarang berbuat zhalim, melampaui batas dan
bermusuhan. Allah telah mengutus nabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam
sebagai-mana pula para rasul lainnya untuk menyerukan dakwah tauhid dan
ikhlas beribadah hanya untuk Allah semata. Allah memerin-tahkannya untuk
menegakkan keadilan, dan Allah pun melarang kebalikannya, yaitu yang berupa
penghambaan kepada selain Allah, berpecah belah, berbuat sewenang-wenang
terhadap hak-hak para hamba.

Telah tersebar berita akhir-akhir ini, bahwa banyak di antara para ahli ilmu
dan para praktisi dakwah yang melakukan cercaan terhadap saudara-saudara
mereka sendiri, para dai terkemuka, mereka berbicara tentang kepribadian
para ahli ilmu, para dai dan para guru besar. Mereka lakukan itu dengan
sembunyi-sembu-nyi di majlis-majlis mereka. Adakalanya itu direkam lalu
disebarkan ke masyarakat. Ada juga yang melakukan dengan terang-terangan
pada saat kajian-kajian umum di masjid.

Cara ini bertolak belakang dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya dilihat dari beberapa segi, di antaranya:
*Pertama*, ini merupakan pelanggaran terhadap hak prifasi sesama muslim,
bahkan ini terhadap golongan khusus, yaitu para penuntut ilmu dan para dai
yang telah mengerahkan daya upaya mereka untuk membimbing dan membina
masyarakat, melurus-kan aqidah dan manhaj mereka, bersungguh-sungguh dalam
mengisi berbagai kajian dan ceramah, serta menulis buku-buku yang
bermanfaat.

*Kedua*, bahwa ini bisa memecah belah kaum muslimin dan memporakporandakan
barisan mereka, padahal mereka sangat membutuhkan kesatuan dan harus
dijauhkan dari perpecahan dan saling menggunjing antar mereka. Lebih-lebih
bahwa para dai dimaksud termasuk golongan ahlus sunnah wal jama'ah yang
dikenal memerangi bid'ah dan khurafat serta menghadapi lang-sung para
penyerunya, membongkar trik-trik dan reka perdaya-nya. Karena itu, perbuatan
ini tidak ada maslahatnya kecuali bagi para musuh yang senantiasa mengintai,
yaitu kaum kuffar dan para munafiq atau para ahli bid'ah dan kesesatan.

*Ketiga*, Bahwa perbuatan ini mengandung propaganda dan dukungan terhadap
tujuan-tujuan yang diusung oleh para sekuler, para westernis dan para
penentang lainnya yang dikenal agresif menjatuhkan kredibilitas para dai,
mendustakan mereka dan mengekspos kebalikan dari apa-apa yang mereka tulis
dan mereka rekam. Sikap yang dilakukan oleh mereka yang tergesa-gesa
melaku-kan ini, yang ternyata malah membantu musuh untuk menyerang
saudara-saudaranya sendiri, yaitu para thalib 'ilm dan para dai, adalah
perbuatan yang tidak termasuk hak persaudaraan Islam.

*Keempat*, Bahwa perbuatan ini bisa merusak hati masyarakat awam dan
golongan khusus, bisa menyebarkan dan menyuburkan kebohongan dan isu-isu
sesat, bisa menjadi penyebab banyaknya menggunjing dan menghasud serta
membukakan pintu-pintu ke-burukan bagi jiwa-jiwa yang cenderung menebar
keraguan dan bencana serta berambisi mencelakakan kaum mukminin secara tidak
langsung.

*Kelima*, Bahwa banyak pernyataan dalam hal ini yang ter-nyata tidak ada
hakikatnya, tapi hanya merupakan asumsi-asumsi yang dibisikkan setan kepada
para pengungkapnya. Sementara itu Allah q telah berfirman,
*Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari pra-sangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain.* (Al-Hujurat: 12)

Seorang mukmin hendaknya bisa menyikapi perkataan saudaranya sesama muslim
dengan sikap yang lebih baik. Seorang alim dahulu mengatakan, Jangan kau
berburuk sangka dengan kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu walaupun
engkau tidak me-nemukan yang baiknya.

*Keenam*, hasil ijtihad sebagian ulama dan penuntut ilmu dalam
perkara-perkara yang menuntut ijtihad, maka pencetusnya tidak dihukum dengan
pendapatnya jika ia memang berkompeten untuk berijtihad. Jika ternyata itu
bertentangan dengan yang lain-nya, maka seharusnya dibantah dengan cara yang
lebih baik, demi mencapai kebenaran dengan cara yang paling cepat dan demi
menjaga diri dari godaan setan dan reka perdayanya dihembus-kan di antara
sesama mukmin. Jika itu tidak bisa dilakukan, lalu seseorang merasa perlu
untuk menjelaskan perbedaan tersebut, maka hendaknya disampaikan dengan
ungkapan yang paling baik dan isyarat yang sangat halus. Tidak perlu
menghujat atau menje-lek-jelekkan, karena hal ini bisa menyebabkan ditolak
atau dihin-darinya kebenaran. Di samping itu, tidak 

[salafiyyin] Fatwa Syaikh Ibnu Baz ~ Nasihat Buat Para Dai yang Sedang Berselisih II

2008-10-02 Terurut Topik Dani Permana
*Nasihat Buat Para Dai yang Berselisih II *

Syaikh Ibnu Baz

*Pertanyaan: *
*Beberapa pekan yang lalu, Syaikh yang mulia telah mengeluarkan pernyataan
tentang metode koreksi/evaluasi antar para dai. Pernyataan ini ditafsirkan
oleh sebagian orang dengan bermacam-macam persepsi. Bagaimana menurut
Syaikh?*

*Jawaban:*

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah
dan yang mengikuti petunjuknya.
Amma Ba'du:

Pernyataan yang dimaksud oleh penanya ini adalah yang saya maksud sebagai
saran untuk saudara-saudara para ulama dan para dai, agar koreksian mereka
terhadap saudara-saudara-nya sehubungan dengan makalah-makalah,
seminar-seminar atau ceramah-ceramahnya, hendaknya merupakan koreksi yang
mem-bangun, jauh dari menghujat dan menyebut-nyebut pribadi-pribadi, karena
hal ini bisa menyebabkan kebencian dan permusuhan.

Kebiasaan dan cara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , jika mendengar
sesuatu tentang para sahabatnya yang tidak sesuai dengan syari'at, beliau
menegurnya dengan ungkapan,

مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَكَذَا

*Kenapa ada orang-orang yang mengatakan demikian dan demikian. *(HR.
Muslim dalam an-Nikah (1401)). Kemudian beliau menjelaskan perkaranya.

Pernah suatu kali, sampai kepada beliau bahwa ada orang yang mengatakan,
Kalau begitu, aku akan terus shalat (malam) dan tidak tidur. Yang lain
mengatakan, Dan aku akan terus berpuasa dan tidak berbuka. Yang lainnya
lagi mengatakan, Dan aku tidak akan menikahi wanita. Maka beliau langsung
berkhutbah di hadapan orang-orang. Setelah memanjatkan pujian kepada Allah,
beliau bersabda,

مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَكَذَا. لَكِنيِّ أُصَلِّيْ وَأَنَامُ،
وَأَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّيْ.

*Kenapa ada orang-orang yang mengatakan demikian dan demi-kian. Padahal aku
sendiri shalat (malam) dan juga tidur, aku berpuasa dan juga berbuka, dan
aku pun menikahi wanita. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka
bukan dari golonganku. *(HR. Muslim dalam an-Nikah (1401))

Maksudnya, hendaknya koreksian itu dengan ungkapan seperti ungkapan atau
teguran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut. Misalnya: Ada orang
yang mengatakan begini, ada juga yang mengatakan begini, padahal yang
disyari'atkan adalah begini dan yang wajib adalah begini. Jadi, koreksian
itu tanpa menyebutkan orang tertentu, tapi cukup menjelaskan perkara
syar'inya, sehingga kecintaan antar sesama saudara, antar sesama dai dan
ulama tetap utuh.

Saya tidak memaksudkan pada orang-orang tertentu, tapi yang saya maksud
adalah umum, semua dai dan ulama, baik di dalam negeri ataupun di luar
negeri.

Saran saya untuk semua, hendaknya pembicaraan yang berkaitan dengan nasehat
dan koreksi diungkapkan dalam bentuk global, bukan dalam bentuk menunjuk
perorangan, karena yang dimaksud adalah mengingkatkan kesalahan dan
menjelaskan yang benar. Jadi, tidak perlu dengan menghujat fulan dan fulan.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada semuanya.


*Rujukan:*
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Syaikh Ibnu Baz (7/315-316). Disalin
dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.


-- 
www.adanipermana.co.cc
www.computer-knowledge.biz